Disusun oleh :
SMAN 4 DEPOK
JL. Jeruk Raya No.1 Perumahan Sukatani Permai Kel. Sukatani Kec
Tapos-Depok
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang
terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan,
bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan
beberapa daerah di Indonesia. Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen
penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan
dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai
produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia.
Jagung merupakan tanaman model yang menarik, khususnya di bidang biologi dan
pertanian. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang
intensif, dan membantu terbentuknya teknologi kultivar hibrida yang revolusioner. Dari sisi
fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar
matahari. Dalam kajian agronomi, tanggapan jagung yang dramatis dan khas terhadap
kekurangan atau keracunan unsur-unsur hara penting menjadikan jagung sebagai tanaman
percobaan fisiologi pemupukan yang disukai.
B. Tujuan
2. Untuk mengetahui lebih jauh pembuatan bibit tanaman gaharu secara kultur jaringan
C. Manfaat
2. Dapat menjadi salah satu alternatif untuk perbanyakan jagung dalam pengadaan bibit
jagung dalam jumlah yang banyak dan relatif singkat dan penggunaan takaran zat pengatur
tumbuh yang terbaik dalam perbanyakan tanaman jagung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.1 Sekilas tentang Jagung
Jagung budidaya dianggap sebagai keturunan langsung sejenis tanaman rerumputan mirip
jagung yang bernama teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya,
yang berlangsung paling tidak 7 000 tahun lalu oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen
dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan
untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses
domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat
hidup secara liar di alam.
Klasifikasi ilmiah :
Kerajaan: Plantae
Ordo: Poales
Famili: Poaceae
Genus: Zea
Spesies: Z. mays
Nama: binomial
Jenis-jenis Jagung:
Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat licin, mengkilap, dan keras. Bagian pati yang keras
terdapat di bagian atas biji. Pada saat masak, bagian atas biji mengkerut bersama-sama,
sehingga permukaan biji bagian atas licin dan bulat. Varietas lokal jagung di Indonesia
umumnya tergolong ke dalam tipe biji mutiara. Tipe ini disukai petani karena tahan hama
gudang.
Bagian pati yang keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji, sedangkan bagian pati
yang lunak di bagian tengah sampai ujung biji. Pada waktu biji mengering, pati lunak
kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut daripada pati keras, sehingga terjadi lekukan
(dent) pada bagian atas biji. Biji tipe dent ini bentuknya besar, pipih, dan berlekuk.
Biji jagung manis pada saat masak keriput dan transparan. Biji yang belum masak
mengandung kadar gula (water-soluble polysccharride, WSP) lebih tinggi daripada pati.
5
Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibanding jagung normal pada umur 18-22
hari setelah penyerbukan. Sifat ini ditentukan oleh gen sugary (su) yang resesif (Tracy 1994).
Jagung pod adalah jagung yang paling primitif. Jagung ini terbungkus oleh glume atau
kelobot yang berukuran kecil. Jagung pod tidak dibudidayakan secara komersial sehingga
tidak banyak dikenal. Kultivar Amerika Selatan dimanfaatkan oleh suku Indian dalam upacara
adat karena dipercaya memiliki kekuatan magis.
Tipe jagung ini memiliki biji berukuran kecil. Endosperm biji mengandung pati keras dengan
proporsi lebih banyak dan pati lunak dalam jumlah sedikit terletak di tengah endosperm.
Apabila dipanaskan, uap akan masuk ke dalam biji yang kemudian membesar dan pecah
(pop).
Jagung pulut memiliki kandungan pati hampir 100% amilopektin. Adanya gen tunggal waxy
(wx) bersifat resesif epistasis yang terletak pada kromosom sembilan mempengaruhi
komposisi kimiawi pati, sehingga akumulasi amilosa sangat sedikit (Fergason 1994).
Jagung QPM memiliki kandungan protein lisin dan triptofan yang tinggi dalam
endospermnya. Jagung QPM mengandung gen opaque-2 (o2) bersifat resesif yang
mengendalikan produksi lisin dan triptofan. Prolamin menyusun sebagian besar protein
endosperm dengan kandungan lisin dan triptofan yang jauh lebih rendah dibanding fraksi
protein lain. Fraksi albumin, globulin,dan glutein memiliki kandungan lisin dan triptofan
tinggi. Gen o2 dalam ekspresinya mengubah proporsi kandungan fraksi-fraksi protein. Fraksi
prolamin berkurang hingga 50%, sedangkan sintesis albumin, globulin, dan glutein
meningkat. Kandungan lisin dan triptofan jagung QPM meningkat, sementara sintesis
prolamin memiliki kandungan lisin rendah (Vasal 1994). Kandungan protein yang tinggi dalam
endosperm memberikan warna gelap pada biji.
Jagung minyak tinggi memiliki biji dengan kandungan minyak lebih dari 6%, sementara
sebagian besar jagung berkadar minyak 3,5-5%. Sebagian besar minyak biji terdapat dalam
scutelum, yaitu 83-85% dari total minyak biji. Jagung minyak tinggi sangat penting dalam
industri makanan, seperti margarin dan minyak goreng, serta industri pakan. Ternak yang
diberi pakan jagung minyak tinggi berdampak positif terhadap pertumbuhannya (Lambert
1994). Jagung minyak tinggi memiliki tipe biji bermacam-macam, bisa dent atau flint.
Selain sebagai bahan pangan dan bahan baku pakan, saat ini jagung juga dijadikan sebagai
sumber energi alternatif. Lebih dari itu, saripati jagung dapat diubah menjadi polimer sebagai
6
bahan campuran pengganti fungsi utama plastik. Salah satu perusahaan di Jepang telah
mencampur polimer jagung dan plastik menjadi bahan baku casing komputer yang siap
dipasarkan.
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.
2.2.a Prinsip
2.2.b Prasyarat
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan
yang dibiakkan. Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril. Media
adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan. Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya.
Menurut jaringan yang dipilih untuk melakukan kultur, kultur jaringan dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu :
1. Kultur Polen
Kultur jenis ini merupakan kultur jaringan yang menggunakan serbuk sari sebagai eksplannya
(jaringan yang dipilih untuk melakukan kultur).
2. Kultur Embrio
Merupakan jenis kultur yang memanfaatkan bagian tanaman berupa embrio tanaman.
Misalnya embrio kelapa kopyor.
3. Kultur Protoplas
Merupakan jenis kultur yang menggunakan sel jaringan hidup tanpa dinding sebagai
eksplannya.
7
4. Kultur Kloroplas
Merupakan jenis kultur yang menggunakan kloroplas (sel hijau) dari suatu tumbuhan untuk
membuat tanaman baru yang lengkap.
5. Kultur Meristem
Merupakan kultur yang menggunakan bagian tanaman berupa jaringan yang masih muda
yang aktif membelah (meristem) sebgaai eksplan kultur.
6. Kultur Enter
Yaitu jenis kultur jaringan yang menggunakan bagian tanaman berupa kepala sarinya sebagai
eksplan.
Ada dua macam media yang bisa dipilih untuk proses kultur jaringan, yaitu :
Media ini digunakan pada semua jenis tanaman khususnya herbaceous. Pada media ini,
dapat ditemukan unsur-unsur pertumbuhan dan mineral yang tinggi.
Media ini digunakan untuk kultur suspense sel kedelai, alfafa, dan legume lainnya.
Media ini difungsikan untuk kultur akar. Namun, pada medium ini kandungan mineral dan
zat-zat lain yang dibutuhkan oleh tanaman kultur rendah.
8. Media Dasar N6
8
Media ini digunakan pada tanaman serealia, khususnya padi, dan serealia lain.
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari
hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan
dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan
dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu
dikulturkan secara in-vitro.
b. Inisiasi Kultur
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur dari eksplan
yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru (Wetherell, 1976). ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari mikroorganisme,
sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan. Dalam tahap ini
juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru,
sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya
paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Wetherell,
1976).
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga sterail. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata
pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
9
Tahap ini bertujuan untuk menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak
seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam keadaan tertentu sehingga sewaktu-
waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Pada tahap ini, perbanyakan dapat dilakukan
dengan cara merangsang terjadinya pertumbuhan tunas cabang dan percabangan aksiler
atau merangsang terbentuknya tunas pucuk tanaman secara adventif, baik secara langsung
maupun melalui induksi kalus terlebih dahulu. Seperti halnya dalam kultur fase inisiasi, di
dalam media harus terkandung mineral, gula, vitamin, dan hormon dengan perbandingan
yang dibutuhkan secara tepat (Wetherell, 1976). Hormon yang digunakan untuk merangsang
pembentukan tunas tersebut berasal dari golongan sitokinin seperti BAP, 2-iP, kinetin, atau
thidiadzuron (TDZ).
Tujuan dari tahap ini adalah untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat
untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke lingkungan
luar. Dalam tahap ini, kultur tanaman akan memperoleh ketahanannya terhadap pengaruh
lingkungan, sehingga siap untuk diaklimatisasikan (Wetherell, 1976). Tunas-tunas yang
dihasilkan pada tahap multiplikasi di pindahkan ke media lain untuk pemanjangan tunas.
Media untuk pemanjangan tunas mengandung sitokinin sangat rendah atau tanpa sitokinin.
Tunas tersebut dapat dipindahkan secara individu atau berkelompok. Pemanjangan tunas
secara berkelompok lebih ekonomis daripada secara individu. Setelah tumbuh cukup
panjang, tunas tersebut dapat diakarkan. Pemanjangan tunas dan pengakarannya dapat
dilakukan sekaligus atau secara bertahap, yaitu setelah dipanjangkan baru diakarkan.
Pengakaran tunas in-vitro dapat dilakukan dengan memindahkan tunas ke media pengakaran
yang umumnya memerlukan auksin seperti NAA atau IBA. Keberhasilan tahap ini tergantung
pada tingginya mutu tunas yang dihasilkan pada tahap sebelumnya.
f. Aklimatisasi
Dalam proses perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, tahap aklimatisasi planlet
merupakan salah satu tahap kritis yang sering menjadi kendala dalam produksi bibit secara
masal. Pada tahap ini, planlet atau tunas mikro dipindahkan ke lingkungan di luar botol
seperti rumah kaca , rumah plastik, atau screen house (rumah kaca kedap serangga). Proses
ini disebut aklimatisasi. Aklimatisasi adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro
(jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang aseptik di luar botol,
10
dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi bibit
yang siap ditanam di lapangan. Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa
dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan
yang tinggi.
BAB III
METODOLOGI
3.1.1 Alat
1. Pinset
2. Gunting
3. Scalpel
4. Jarum ose
5. Petridish
7. Autoklaf
8. Shaker/alat penggojok
9. Oven
14. Erlenmeyer
18. Thermometer
3.1.2 Bahan
11
1. Bahan media
A. Sterilisasi Peralatan
1. Mencuci semua peralatan tanam yang digunakan dalam kultur in vitro dengan detergen
4. Peralatan pinset, gunting, scalpel, jarum ose, petridish, dan lain-lain. Sebelum mengoven,
terlebih dahulu membungkusnya dengan kertas coklat/koran
6. Setelah selesai sterilisasi, semua peralatan bisa digunakan dengan harapan menekan
kontaminasin.
B. Sterilisasi Media
1. Pada kultur in vitro, media tanam yang dipergunakan adalah media steril. Sterilisasi media
sangat diperlukan sebagai upaya menghindari kontaminasi selama kultur
5. Melakukan sterilisasi selama 20-30 menit pada temperatur 1210C dengan tekanan 17,5
psi.
Bahan tanam dapat berasal dari lapang, rumak kaca dan dari kultur yang sudah steril.
Eksplan dari lapang mempunyai tingkat kontaminasi lebih tinggi dibandingkan yang berasal
dari rumah kaca. Eksplan tersebut berupa potongan tunas muda, batang, daun, akar, umbi,
12
rimpang, dan lain-lain. Cara sterilisasi eksplan yang akan ditanam berbeda-beda tergantung
dari jenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan.
2. Menggojog biji jagung dalam larutan Dithane 45 2g/l selama 30 menit kemudian
membilasnya dengan air steril di dalam laminar
3. Menggojog biji jagung (dengan tangan) dalam larutan clorox 20% dan menambahkan 5
tetes Tween selama 3 menit kemudian membilas dengan air steril 3 kali, mengulangi lagi
tanpa menggunakan Tween sampai busanya tidak muncul
4. Mengambil embrio jagung dari dalam bijinya, dan memasukkan dalam air steril
Jawabannya :
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . 20 = 525 . 1000
N1 = 26250 mg
B. Cara pembuatan media padat Vacin & Went (VW) kultur jaringan sebanyak 1 liter
13
1. Menyiapkan semua larutan baku VW
2. Mengambil larutan baku sesuai ketentuan dan menuang kedalam beaker glass 1 liter yang
sudah terisi aquades 300 ml
3. Menimbang gula 20 g, 8 g bahan pemadat (agar) dan arang aktif 1 g memasukkan dalam
beaker glass. Mengaduk campuran di atas stirer dan mengukur derajat keasaman dengan pH
meter (5,8), menggunakan NaOH 1N atau HCL 1N untuk mengaturnya
7. Menutup semua botol dengan alumunium foil, dan memberi tanda menurut jenis
medianya
BAB IV
PENUTUP
14
4.1 Kesimpulan
2. Teknik Aseptik bertujuan untuk mensterilkan semua peralatan, bahan tanam dan
lingkungan kerja kultur jaringan.
3. Terdapat berbagai macam media kultur jaringan beserta eksplan yang sesuai dengan
media tersebut, tetapi pada umumnya semua jenis media harus mengandung unsur-unsur
yang dibutuhkan eksplan untuk membentuk tanaman baru.
4. Kontaminasi yang banyak terjadi pada beberapa kasus kegagalan kultur jaringan
disebabkan oleh jamur dan bakteri.
4.2 Saran
Praktikan harus lebih mengutamakan sterilitas dari alat, bahan tanam (eksplant) dan
lingkungan kerja agar tingkat keberhasilan kultur jaringan lebih tinggi.
15