Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan Jl. Kol H. Barlian No. 83 KM 6 Puntikayu Palembang 30153 Tel: (0711) 410 155, Fax : (0711) 411 845 Email: bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id; budi.fire@telkom.net
OPT dalam penyimpanan menyebabkan penurunan kuantitas maupun kualitas bahan simpanan. Di Indonesia, serangan Sitotroga cereallela dan Sitophilus sp. pada simpanan padi yang hanya beberapa bulan saja akan menimbulkan penurunan berat sekitar 23%.
Sitophilus
Tribolium
Oryzaephilus
Sitotroga
Serangga hama gudang memerlukan keadaan suhu udara minimum dan maksimum untuk kelangsungan hidupnya. Pada umumnya suhu optimum untuk perkembangan hama gudang yakni 25-30oC (Kartasapoetra, 1991). Suhu sangat mempengaruhi aktivitas biologi serangga gudang, di mana pada kondisi suhu tinggi maka masa inkubasi (penetasan) telur serangga akan berlangsung lebih cepat. Menurut Kartasapoetra (1991), kumbang Tribolium castaneum memiliki masa indukasi cepat yakni 3,5 hari pada bulan JuliAgstus (suhu tinggi) dibandingkan dengan pada bulan AprilNopember yakni selama 12,2 hari.
2. Kelembaban
Menurut Yos Sutyoso (1964) dalam Kartasapoetra (1991), hama Sitophilus oryzae yang dipelihara pada temperatur 21oC siklus hidupnya berbeda pada tingkat kelembaban berbeda. Menurutnya, pada kelembaban udara relatif 50% siklus hidup serangga tersebut 59 hari, sedangkan pada kelembaban udara 80% siklus hidup serangga tersebut hanya 37 hari. Kelembaban juga akan sangat mempengaruhi kadar air bahan, artinya pada tingkat kelembaban udara yang tinggi pada umumnya kadar air bahan simpanan juga relatif tingg
Hubungan antara kadar air biji dengan perubahan biji dan kehidupan hama gudang
Kadar Air Bahan (%) >45 18-20
Perubahan Biji Terjadi proses perkecambahan biji di tempat penyimpanan. Di dalam ruang penyimpanan akan timbul uap panas. Biji dapat berkecambah, tetapi cendawan dan bakteri yang terbawa akan berkembang subur dan merusak biji Serangga akan merusak biji dalam simpanan
12-18
8-9
4-8
3. Cahaya
Warna cahaya yang berbeda akan memancarkan perbedaan panjang gelombang. Semakin panjang gelombang yang dipancarkan maka akan semakin besar pula energi yang dihasilkannya. Semakin besar energi yang dipancarkan akan semakin besar juga kenaikan suhu yang ditimbulkannya dalam satuan luas yang tetap atau konstan. Menurut Kartasapoetra (1991), hama-hama gudang saat melakukan kopulasi dan meletakkan telurnya serta aktivitas pengerusakan sangat menyukai kondisi cahaya yang gelap.
4. Aerasi
Pada umumnya pada kondisi oksigen yang rendah maka akan terjadi kematian pada serangga gudang. Berdasarkan hasil penelitian terhadap Sitophilus sp. yang ditempatkan pada tempat dengan aerasi yang diatur, maka diketahui bahwa apabila kadar CO2 > 40% atau O2 <2%, maka hama tersebut akan mati dalam semua tingkat pertumbuhannya, sedangkan apabila kadar CO2 dalam kondisi biasa dan kadar O2 hanya 4%, pada temperatur 29oC akan terjadi kematian total pada imago Sitophilus sp. Apabila kadar CO2 5% dan O2 seperti biasa di udara, maka akan terjadi keamtian total setelah + 3 minggu (Kartasapoetra, 1991).
Tempat penyimpanan juga sangat mempengaruhi kesukaan serangga gudang terhadap gabah yang disimpan. Tempat penyimpanan yang tidak baik dengan kelembaban tinggi dan temperatur yang tidak sesuai akan memacu perkembangbiakan serangga. Walaupun kadar air gabah sudah memenuhi standar setelah dikeringkan, akan tetapi jika tempat penyimpanan tidak sesuai justru akan meningkatkan kembali kadar air gabah.
Penyimpanan kedap udara mencakup penempatan gabah/beras/benih kedalam kontainer (wadah) yang menghentikan pergerakan udara (oksigen) dan air antara atmosfir luar dan gabah/benih yang disimpan. Penyimpanan tertutup mengendalikan serangga karena serangga menggunakan oksigen yang ada sepanjang respirasi dan mengeluarkan karbon dioksida (misalnya tingkat oksigen dapat berkurang dari 21% menjadi kurang dari 5% dalam 10-21 hari). Pada kondisi oksigen rendah ini, aktivitas serangga menjadi minimal dan reproduksi terhenti.
Months
3 6 9 12
Fumigasi merupakan tindakan pemabasmian hama gudang dengan menggunakan senyawa kimiawi berupa fumigan. Beberapa jenis senyawa fumigan yang sering digunakan di antaranya metilbormide, carbon disulphide, hydricianic acid, phospine, ethylene oxide, ethylene dibromide.
Patogen adalah penyebab penyakit pada tanaman ataupun hasilnya. Beberapa patogen yang dapat menyebabkan kerusakan pada material yang disimpan di antaranya adalah kelompok cendawan dan bakteri. Tetapi umumnya, pada produk simpanan gabah (beras), serangan bakteri jarang ditemukan. Cendawan gudang umumnya dapat tumbuh dan berkembang pada bahan yang berkadar air rendah.
Patogen pada benih akan menimbulkan gangguan pada tanaman seperti pada proses perkecambahan, pada waktu tanaman masih muda atau pada waktu tanaman menjelang berbunga atau berbuah. Patogen yang terbawa benih selain dapat menimbulkan penyakit pada tanaman itu sendiri, dapat pula menjadi sumber infeksi untuk tanaman lain. Patogen yang terbawa benih dapat terbawa benih dalam jarak yang jauh. Dengan demikian penyakit tersebut dapat tersebar dari satu negara ke negara lain atau dari satu daerah ke daerah lain. Patogen yang terbawa benih akan menimbulkan kerugian besar jika masuk ke suatu daerah baru yang keadaan lingkungannya baik utnuk perkembangan penyakit.
Cendawan Aspergillus sp. (Yellow Mold) Gejala kerusakan. Pada bahan awalnya terlihat bercak kecil yang menempel pada permukaan biji atau bahan, yang kemudian berkembang melebar dan membentuk kumpulan cendawan berwarna kuning kehijauan. Selain menurunkan kualitas bahan, cendawan ini juga dapat menghasilkan racun aflatoksin yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Gejala Kerusakan. Berawal dari munculnya bercak berwarna abu-abu kehijauan. Bercak akan membesar dan mempentuk seperti tepung berwarna hijau atau biru abu-abu. Racun yang dihasilkan berupa citreoviridin yang dapat merusak sistem syaraf pusat.
Melaksanakan budidaya tanaman yang sehat agar benih yang diperoleh terbebas dari penyakit. Melakukan tindakan perlakuan benih dengan menggunakan fungisida ataupun air hangat sebelum melakukan penanaman. Bakteri dapat diaplikasi dengan perlakuan panas lembab 65oC selama 6 hari atau perendamana dengan air panas pada suhu 5255oC. Benih juga dapat diaplikasi dengan fungsiida seperti Dithane M-45 and Benlate sebanyak 3 g/kg benih. Mengusahakan agar benih/material yang dipanen benar-benar memiliki kadar air yang sesuai untuk disimpan (13-14%). Tindakan ini dilakukan dengan cara penjemuran atau pengeringan dengan mesin pengering. Sanitasi tempat penyimpanan sehingga lingkungan yang ada tidak sesuai untuk pertumbuhan patogen. Usahakan agar kelembaban ruangan tetap terjaga pada konidisi yang tidak terlalu tinggi. Suhu dijaga antara 20-40oC. Membuang material yang telah terinfeksi oleh patogen.
TIKUS (RODENTIA)
Tikus merupakan organisme perusak bahan yang mempunyai ukuran tubuh paling besar dibandingkan dengan serangga atau patogen gudang lainnya. Tikus dapat mengkonsumsi bahan makanan sebanyak 25 g per hari. Diperkirakan kehilangan hasil akibat serangan tikus di negara berkembang mencapai 3-5%. Tikus yang termasuk dalam kelompok Rodentia (binatang pengerat) merupakan hewan nokturnal (aktif malam hari). Tikus cepat menjadi dewasa (2-3 bulan), masa bunting pendek yakni hanya 3 minggu, siklus estrus yang pendek yakni 4-5 hari jumlah keturunan banyak yakni 8-12 ekor (sex ratio 1:1)
Secara mekanis, dengan menangkap dan membunuh tikus secara langsung. Penggunaan perangkap tikus untuk menangkap tikus dalam keadaan hidup dan umpan beracun untuk menangkap tikus sampai tikus tersebut mati. Kimiawi. Penggunaan rodentisida seperti Klerat, Seng Fosfit Temik atau melakukan fumigasi dengan menggunakan bahan kimia berupa HCN, metil bromida, CO terhadap tempat penyimpanan. Penggunaan pestisida nabati. Kardinan (2001) melaporkan bahwa campuran umbi gadung racun (1 kg), dedak padi (10 kg), tepung ikan 1 ons, kemiri sebagai pemikat dan air yang dibentuk menjadi pelet dapat digunakan untuk membunuh tikus.