PENDAHULUAN
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis
karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul
(favorablegenes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi
inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman
yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman
yang komposisi genetiknya heterozigot.
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan
penyerbukan silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin
membuktikan bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akanmenghasilkan
produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal
penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal. Selain itu, varietas-varietas
jagung yang ada di Indonesia memili-ki sifat biji yang keras karena
dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit.
Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan
tanaman.Metode pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan
ataupun caraperkembang biakan tanman. Metode untuk tanman menyerbuk
sendiri berbeda dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang.Metode yang
dikembangkan secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara
aseksual.Beberapa metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi,
seleksi dan hibridisasi dilanjutkan seleksi.
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu varietas tanaman menyerbuk silang pada dasarnya merupakan
populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu. Oleh karena mudah melakukan
penyerbukan silang maka dalam satu varietas terdiri atas tanaman heterozigot dan
masing-masing tanaman dapat tidak sama genotipenya (heterogen), kecuali
varietas hibrida. Namun demikian, secara fenotipe nampaknya sama sehingga
populasi itu memperlihatkan ciri varietas tertentu (Syukur, 2012).
Faktor-faktor yang paling penting dalam penanaman jagung antara lain
sinar matahari, air, hujan dan angin. Air yang memadai di daerah areal sekitar
pertanian yang cukup akan membantu biji, bunga, dan buah dalam proses
pertumbuhan dan disertai hujan yang relative optiamal. Keberadaan angin juga
sangat penting didalam membantu penyerbukan. Temperature untuk jagung
berkisar antara 23-27 0C (Allard, 1992).
Untuk melakukan seleksi massa, populasi tanaman jagung sebaiknya
besar.Dari populasi tersebut dipilih sebanyak mungkin tanaman yang mempunyai
fenotipe baik dan seragam. Tanaman dengan fenotipe kurang baik diemaskulasi
(dihilangkan bunga jantannya), agar tidak menyerbuki tanaman lain yang
berpenampilan baik. Hasil tanaman terpilih dicampur dan ditanam kembali secara
massal, selanjutnya diseleksi kembali dan dibandingkan dengan induk atau
varietas standar.Seleksi terus diulang sampai keadaan tanaman dalam populasi
seragam dan stabil (Ni Luh Made Pradnyawathi, 2012).
Pada proses pemuliaan untuk meningkatkan kualitas dan penampilan
yang dikehendaki pasar konsumen perlu dilakukan persilangan antar karakter
yang berbeda. Persilangan pada tanaman jagung (Zea mays L.) adalah salah satu
upaya dalam menambah keragaman genetik (Rahmi Kusuma Wardhani, dkk,
2014)
Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang
keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama
penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang
rendah karena tidak memiliki opaque-2 yang mengendalikan kadar protein.
Kandungan protein terbesar pada biji jagung terdapat pada lapisan aleuron.
Lapisan aleuron adalah lapisan yang membungkus endosperm. Endosperm biji
jagung sebagian besar mengandung pati tetapi pada jagung yang mengandung
lebih banyak protein daripada pati akan menyebabkan biji menjadi lunak.
Komposisi dari zat pati dan protein dalam biji jagung ini berbeda-beda sesuai
dengan varietasnya (Wijaya et. al., 2007).
METODE PRAKTIKUM
Praktikum
Pemuliaan
Tanaman
mengenai
persilangan
jagung
HASIL PENGAMATAN
Jumlah butir
Gagal
Gagal
(selfing)
Jagung putih >< Jagung Putih
118
90%
(selfing)
Jagung Manis >< Jagung Putih
40
21%
(crossing)
Jagung Putih >< Jagung Manis
Gagal
Gagal
(crossing resiprok)
Jagung Putih >< Jagung Putih (selfing)
Kuantitatif :
1. Panjang tongkol
: 9,92 cm
: 118 butir
: 11
1. Warna biji
: putih
1. Panjang tongkol
: 15,58 cm
: 40 butir
: 13
1. Warna biji
PEMBAHASAN
Persilangan tanaman merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
memperoleh keturunan yang bervariasi. Persilangan tanaman bisa dibedakan
2. Pada persilangan crossing Manis x Putih didapatkan biji dengan warna yang
setengah putih dan setengah warna kuning yang diakibatkan adanya
kontaminasi dari jagung berwarna putih.
3. Salah satu penyebab tongkol tidak berisi adalah kesalahan penyerbukan, pada
saat dilakukan penyerbukan rambut-rambut jagung betina tidak terserbuki
dengan rata, sehingga polen yang dioleskan tidak dapat masuk secara
maksimal.
4. Waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga), dan keadaan
cuaca sangat penting diperhatikan pada saat penyerbukan.
5. Keadaan cuaca saat penyerbukan penting, apabila penyerbukan dilakukan pada
saat kecepatan angin cukup kencang maka dimungkinkan akan banyak serbuk
sari yang hilang terbawa angin, sehingga penyerbukan tidak terjadi secara
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W. 1992. Pemuliaan Tanaman I. Rhineka Cipta, Jakarta.
Ni Luh Made Pradnyawathi, 2012. Evaluasi Galur Jagung SMB-5 Hasil Seleksi
Massa Varietas Lokal Bali Berte Pada Daerah Kering.Jurnal
Bumi Lestari, Volume 12, hlm. 106 115
Rahmi Kusuma Wardhani, Sri Lestari Purnamaningsih dan Andy Soegianto, 2014.
Efek Xenia Pada Persilanagn Beberapa Genotip Jagung (Zea
mays). Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, hlm. 347-353
Syukur, M, dkk. 2002. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya
Wijaya, A., R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung
Surya dengan jagung Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung.
Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus 2: 199-203.
LAMPIRAN
PERSILANGAN JAGUNG
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
MUTIARA HANNY
1305101050076