Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK

Praktikum persilangan jagung bertujuan melatih mahasiswa untuk


melakukan persilangan jagung sebagai tanaman model dalam genetika dan
mempelajari hasil persilangan tersebut.Praktikum ini dilaksanakan mulai tanggal
20 september sampai 3 januari 2015 di kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Praktikum ini dilakukan untuk
menunjukkan proses persilangan pada tanaman jagung. Adapun bahan yang
digunakan adalah populasi tanaman jagung manis dan jagung putih, serta alat
yang diperlukan yaitu: kantong kertas, gunting, label, paper clip, kuas, staples,
tali/benang. Dalam mengerjakan praktikum ini digunakan dengan carapersilangan
selfing, crossing, crossing resiprok, dimana pada metode ini, baik bunga jantan
maupun betina dibungkus sebelum mekar menggunakan kantong kertas.
Berdasarkan praktikum ini hasil yang diperoleh adalah pada
Persilangan Crossing Manis x Putih dan dihasilkan jumlah biji warna kuning
bercampur putih sebanyak 40 bulir (21%). Pada persilangan Selfing Putih x Putih
dihasilkan biji warna putih 118 bulir (90%).

PENDAHULUAN
Tanaman jagung mempunyai komposisi genetik yang sangat dinamis
karena cara penyerbukan bunganya menyilang. Fiksasi gen-gen unggul
(favorablegenes) pada genotipe yang homozigot justru akan berakibat depresi
inbreeding yang menghasilkan tanaman kerdil dan daya hasilnya rendah. Tanaman
yang vigor, tumbuh cepat, subur, dan hasilnya tinggi justru diperoleh dari tanaman
yang komposisi genetiknya heterozigot.
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan
penyerbukan silang tetapi juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin
membuktikan bahwa penyerbukan sendiri pada jagung akanmenghasilkan
produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal
penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal. Selain itu, varietas-varietas
jagung yang ada di Indonesia memili-ki sifat biji yang keras karena
dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit.
Varietas unggul didapat melalui beberapa metode pemuliaan
tanaman.Metode pemuliaan ini sangat ditentukan oleh sistem penyerbukan
ataupun caraperkembang biakan tanman. Metode untuk tanman menyerbuk
sendiri berbeda dengan metode untuk tanaman menyerbuk silang.Metode yang
dikembangkan secara seksual berbeda dengan yang dikembangkan secara
aseksual.Beberapa metode pemuliaan tanaman yang diketahui yaitu introduksi,
seleksi dan hibridisasi dilanjutkan seleksi.

TINJAUAN PUSTAKA
Suatu varietas tanaman menyerbuk silang pada dasarnya merupakan
populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu. Oleh karena mudah melakukan
penyerbukan silang maka dalam satu varietas terdiri atas tanaman heterozigot dan
masing-masing tanaman dapat tidak sama genotipenya (heterogen), kecuali
varietas hibrida. Namun demikian, secara fenotipe nampaknya sama sehingga
populasi itu memperlihatkan ciri varietas tertentu (Syukur, 2012).
Faktor-faktor yang paling penting dalam penanaman jagung antara lain
sinar matahari, air, hujan dan angin. Air yang memadai di daerah areal sekitar
pertanian yang cukup akan membantu biji, bunga, dan buah dalam proses
pertumbuhan dan disertai hujan yang relative optiamal. Keberadaan angin juga
sangat penting didalam membantu penyerbukan. Temperature untuk jagung
berkisar antara 23-27 0C (Allard, 1992).
Untuk melakukan seleksi massa, populasi tanaman jagung sebaiknya
besar.Dari populasi tersebut dipilih sebanyak mungkin tanaman yang mempunyai
fenotipe baik dan seragam. Tanaman dengan fenotipe kurang baik diemaskulasi
(dihilangkan bunga jantannya), agar tidak menyerbuki tanaman lain yang
berpenampilan baik. Hasil tanaman terpilih dicampur dan ditanam kembali secara
massal, selanjutnya diseleksi kembali dan dibandingkan dengan induk atau
varietas standar.Seleksi terus diulang sampai keadaan tanaman dalam populasi
seragam dan stabil (Ni Luh Made Pradnyawathi, 2012).
Pada proses pemuliaan untuk meningkatkan kualitas dan penampilan
yang dikehendaki pasar konsumen perlu dilakukan persilangan antar karakter
yang berbeda. Persilangan pada tanaman jagung (Zea mays L.) adalah salah satu
upaya dalam menambah keragaman genetik (Rahmi Kusuma Wardhani, dkk,
2014)
Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji yang
keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama
penyakit. Varietas sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang
rendah karena tidak memiliki opaque-2 yang mengendalikan kadar protein.

Kandungan protein terbesar pada biji jagung terdapat pada lapisan aleuron.
Lapisan aleuron adalah lapisan yang membungkus endosperm. Endosperm biji
jagung sebagian besar mengandung pati tetapi pada jagung yang mengandung
lebih banyak protein daripada pati akan menyebabkan biji menjadi lunak.
Komposisi dari zat pati dan protein dalam biji jagung ini berbeda-beda sesuai
dengan varietasnya (Wijaya et. al., 2007).

METODE PRAKTIKUM

Praktikum

Pemuliaan

Tanaman

mengenai

persilangan

jagung

dilaksanakan sejak tanggal 20 September 2014 sampai 3 januari 2105 di kebun


Percobaan Fakultas Pertananian Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda
Aceh.
Bahan yang dipergunakan yaitu tanaman jagung (Zea Mays), berupa
populasi tanaman jagung manis dan jagung putih. Alat yang digunakan adalah
perlengkapan polinasi (kantong kertas, gunting, label, paper clip, kuas, staples,
tali/benang).
Cara kerja praktikum ini diawali dengan memilih dua tanaman jagung
manis dan dua tanaman jagung berwarna putih yang bagian tongkolnya belum
terserbuki (tapi siap diserbuki) dan bagian malainya belum pecah. Setelah itu baik
bunga jantan maupun betina dibungkus menggunakan kantong kertas minyak
sebelum mekar. Malai (tassel) yang keluar dari pucuk tanaman dikerodeng
menggunakankantong kertas. Untuk bunga betina (ear/tongkol), dikerodong
sebelum kepala putik (rambut jagung)keluar. Hari berikutnya tongkol diperiksa
untuk melihat laju keluarnya rambut jagung. Rambut jagung yang sudah tinggi
dipotong menggunakan gunting setinggi kurang lebih 1-2 cm di atas permukaan
ujungklobot.Pemotongan dilakukan 2-3 kali sampai seluruh rambut tongkol telah
keluar. Tongkol yang seluruh rambutnya telah keluar dari klobot merupakan
tongkol yang siap diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong
dikumpulkan serbuk sarinya untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan
buatan dilakukan dengan cara menaburkan serbuk sari di atas permukaan
potongan rambut jagung. Prosedur inidapat diulang 2-3 kali untuk meyakinkan
seluruh putik telah terserbuki. Serbuk sari yang melekat pada kantong
pembungkus adalah tanda-tanda bahwa bunga jantan siap diserbukan. Tanaman
dipanen setelah melewati masa 3 minggu.
Pada percobaan ini dibuat 4 macam persilangan sebagai berikut:
1. jagung merah x jagung merah selfing
2. jagung putih x jagung putih selfing

3. jagung merah x jagung putih pembastaran (crossing)


4. jagung putih x jagung merah pembastaran resiprok (crossing resiprok)

HASIL PENGAMATAN

Betina >< Jantan

Jumlah butir

Jagung Manis >< Jagung Manis

Gagal

Gagal

(selfing)
Jagung putih >< Jagung Putih

118

90%

(selfing)
Jagung Manis >< Jagung Putih

40

21%

(crossing)
Jagung Putih >< Jagung Manis

Gagal

Gagal

(crossing resiprok)
Jagung Putih >< Jagung Putih (selfing)
Kuantitatif :

1. Panjang tongkol

: 9,92 cm

2. Diameter Tongkol : 2,80 cm


3. Jumlah Biji

: 118 butir

4. Jumlah Baris Biji

: 11

5.Berat Biji + tongkol : 39,65 gr


Kualitatif :

1. Warna biji

: putih

Jagung Manis >< Jagung Putih (selfing)


Kuantitatif :

1. Panjang tongkol

: 15,58 cm

2. Diameter Tongkol : 2,5 cm


3. Jumlah Biji

: 40 butir

4. Jumlah Baris Biji

: 13

5.Berat Biji + tongkol : 51,55 gr


Kualitatif :

1. Warna biji

: Kuning campur Putih

PEMBAHASAN
Persilangan tanaman merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
memperoleh keturunan yang bervariasi. Persilangan tanaman bisa dibedakan

menjadi persilangan sendiri (selfing) dan pembastaran (crossing). Selfing adalah


persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri. Sedangkan crossing
adalah persilangan antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya.
Tujuan melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke
dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetic, dan menguji potensi
tetua (uji turunan).
Pada praktikum ini dilakukan persilangan pada tanaman jagung (Zea
mays). Tanaman jagung dipilih karena penyerbukan buatan yang dapat dilakukan
relative mudah.Selain itu periode tumbuh atau masa tanam jagung juga tidak
terlalu lama, sekitar dua bulan.
Penyesuaian dengan Hukum mandel pada persilangan Selfing Putih x
Putih sesuai dengan teori Mendel Complete Dominance, dimana keturunan 100%
seperti induk. Pada persilangan persilangan Crossing Putih x manis, hasilnya telah
sesuai dengan teori, dimana tetua jantan (manis) memberikan pengaruh lebih
dominan daripada tetua betina (putih), sehingga menghasilkan biji warna kuning
lebih banyak dibandingkan biji warna putih.
Adapun pada Selfing Manis x Manix serta Crossing Manis x Putih
mengalami kegagalan yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya; kesalahan
penyerbukan dimana pada saat dilakukan penyerbukan rambut-rambut jagung
betina tidak terserbuki dengan rata, sehingga polen yang dioleskan tidak dapat
masuk secara maksimal. Lalu keadaan polen yang banyak busuk karena terlalu
lama di bungkus dan terjadi hujan, sehingga kantong untuk membungkus polen
tersebut basah dan menyebabkan kebusukan pada polen sehingga tidak dapat
difungsikan lagi.Dan pada saat polen belum siap untuk menyerbuki, malai jagung
tersebut patah diakibatkan angin yang sangat kencang dan kekuatan air hujan yang
mengakibatkan malai tersebut patah, sehingga polen yang didapat tidak maksimal.
KESIMPULAN
1. Pada persilangan selfing putih x putih dihasilkan persilangan yang sesuai
dengan teori Mendel yaitu Complete Dominance, dimana keturunan 100%
seperti induk.

2. Pada persilangan crossing Manis x Putih didapatkan biji dengan warna yang
setengah putih dan setengah warna kuning yang diakibatkan adanya
kontaminasi dari jagung berwarna putih.
3. Salah satu penyebab tongkol tidak berisi adalah kesalahan penyerbukan, pada
saat dilakukan penyerbukan rambut-rambut jagung betina tidak terserbuki
dengan rata, sehingga polen yang dioleskan tidak dapat masuk secara
maksimal.
4. Waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga), dan keadaan
cuaca sangat penting diperhatikan pada saat penyerbukan.
5. Keadaan cuaca saat penyerbukan penting, apabila penyerbukan dilakukan pada
saat kecepatan angin cukup kencang maka dimungkinkan akan banyak serbuk
sari yang hilang terbawa angin, sehingga penyerbukan tidak terjadi secara
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W. 1992. Pemuliaan Tanaman I. Rhineka Cipta, Jakarta.
Ni Luh Made Pradnyawathi, 2012. Evaluasi Galur Jagung SMB-5 Hasil Seleksi
Massa Varietas Lokal Bali Berte Pada Daerah Kering.Jurnal
Bumi Lestari, Volume 12, hlm. 106 115

Rahmi Kusuma Wardhani, Sri Lestari Purnamaningsih dan Andy Soegianto, 2014.
Efek Xenia Pada Persilanagn Beberapa Genotip Jagung (Zea
mays). Jurnal Produksi Tanaman, Volume 2, hlm. 347-353
Syukur, M, dkk. 2002. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya
Wijaya, A., R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung
Surya dengan jagung Srikandi Putih terhadap karakter biji jagung.
Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus 2: 199-203.

LAMPIRAN

Gambar 2. Hasil persilangan


Jagung manis >< jagung putih
(crossing)

Gambar 1. Hasil persilangan


jagung putih >< jagung putih
(selfing)

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

PERSILANGAN JAGUNG
D
I

S
U
S
U
N
OLEH :

MUTIARA HANNY

1305101050076

LABORATORIUM GENETIKA DASAR DAN


PEMULIAAN TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015

Anda mungkin juga menyukai