Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan penting sumber


karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu juga digunakan sebagai
pakan ternak dan bahan baku industri . Jagung yang berkembang di Indonesia
saat ini memiliki kelemahan dari segi nutrisi. Perbaikan kandungan protein
pada jagung sangatlah penting untuk daerah-daerah yang mengkonsumsi
jagung sebagai makanan pokok dan bahan untuk ternak.

Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi
juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri pada
jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal
penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal. Selain itu, varietas-varietas jagung yang ada di
Indonesia memili-ki sifat biji yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap
serangan hama penyakit.

B. Tujuan

1. Melatih mahasiswa untuk melakukan persilangan jagung sebagai tanaman


model dalam genetika.

2. Mempelajari hasil persilangan tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan meletakkan pollen atau serbuk sari
pada stigma (lubang atau rongga yang dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat
meletakkan pollen dan masuknya tabung pollen ke dalam ovari (bakal buah) pada waktu
polinasi/penyerbukan. Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan
perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah perkawinan dengan meletakkan
pollen pada stigma yang berasal pada satu bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu
spesies. Perkawinan silang (crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma
yang berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik. Jika persilangan
dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak akan terjadi pembuahan, kalaupun terjadi
pembuahan kualitas buah tidak maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga lima
minggu setelah mekar (Sandra, 2008).
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat melakukan penyerbukan silang tetapi
juga dapat melakukan penyerbukan sendiri. Darwin membuktikan bahwa penyerbukan sendiri pada
jagung akan menghasilkan produksi yang rendah dan tanaman tidak dapat tumbuh tinggi, padahal
penyerbukan sendiri memiliki vigor yang normal (Sinnotet. al., 1958).
Banyak sifat pada tanaman,binatang,mikrobia yang diatur oleh suatu gen. Gen-gen dalam
individu diploid berupa pasangan alele dari pasangan gen tadi diwariskan kepada keturunannya
secara genetik disebut Hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari
generasi ke generasi. Dengan mempelajari cara pewarisan gen tunggal akan dimengerti mekanisme
pewarisan suatu sifat dan bagaimana suatu sifat tetap ada dalam populasi. Demikian juga akan
dimengerti bagaimana pewarisan dua sifat atau lebih (Crowder, 2006).

Salah satu upaya untuk meningkatkan kadar protein biji jagung adalah dengan memanfaatkan efek
xenia. Efek xenia itu sendiri dapat diartikan sebagai efek polen dari tetua jantan dari persilangan
jantan dengan betina yang berkembang pada biji. Persilangan buatan dilakukan dengan cara
menyerbuki tongkol tanaman sesuai dengan perlakuan-perlakuan tertentu yang sudah ditentukan.
Kemudian tongkol yang telah diserbuki ditutup dengan kantong khusus untuk melindungi dari
penyerbukan oleh tepung sari bunga lain. Efek xenia berpengaruh terhadap kadar protein, warna
dan bentuk biji tetapi tidak berpengaruh yerhadap karakter biji yang lain. Hasil persilangan dengan
jumlah biji yang banyak merupakan pertanda bahwa kedua tetua persilangan tersebut mempunyai
tingkat kompatibilitas yang baik. Varietas-varietas jagung yang ada di Indonesia memiliki sifat biji
yang keras karena dikembangkan dalam rangka proteksi terhadap serangan hama penyakit. Varietas
sejenis ini memiliki karakteristik kandungan protein yang rendah karena tidak memiliki opaque-2
yang mengendalikan kadar protein. Kandungan protein terbesar pada biji jagung terdapat pada
lapisan aleuron. Lapisan aleuron adalah lapisan yang membungkus endosperm. Endosperm biji
jagung sebagian besar mengandung pati tetapi pada jagung yang mengandung lebih banyak protein
daripada pati akan menyebabkan biji menjadi lunak. Komposisi dari zat pati dan protein dalam biji
jagung ini berbeda-beda sesuai dengan varietasnya (Wijaya et. al., 2007).

Penelitian Shull dan East di USA, membuktikan sebuah revolusi pada persilangan jagung
dengan hasil yang luar biasa. Persilangan hibrida jagung memberikan kenaikan 15-20%, kadang-
kadang 50%, lebih tinggi daripada persilangan sendiri yang biasa dilakukan oleh petani. Petani
umumnya mendapatkan benih hibrida yang segar tiap tahun dari penumbuh, yang menangani
khusus produksi benih. Penumbuh memilih ladang terisolasi yang ditumbuhi 2 jenis jagung yang
melakukan persilangan sendiri, 1 baris untuk induk jantan dan 4 baris untuk induk betina. Dalam
waktu dekat, induk betina akan matang dan kemudian akan dibuahi pollen dari induk jantan.
Pembentukan biji hanya dipengaruhi oleh induk betina (Kent, 1966).

Hubungan antara hasil biji dengan karakter agronomis selain ukuran malai, telah banyak
dilaporkan. Analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa hubungan antara hasil biji dengan tinggi
tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan umur masak adalah nyata pada diameter batang dan
diameter tongkol konstan. Ini berarti bahwa tinggi tanaman, tinggi tongkol, umur berbunga, dan
umur masak dapat digunakan sebagai kriteria seleksi (Soebagio, 1990).

Xenia telah dimanfaatkan sebagai teknologi untuk menghasilkan butir jagung dengan kadar minyak
tinggi. Selain itu efek xenia ini juga dapat digunakan untuk menigkatkan kadar protein dalam biji
jagung. Efek xenia dapat diartikan sebagai efek pollen dari tetua jantan dari persilangan jantan
dengan betina yang berkembang pada biji (Bullant dan Gallais, 1998).
III. METODOLOGI

Praktikum Dasar-dasar Genetika acara V , mengenai persilangan jagung dilakukan secara


mandiri. Praktikum mulai dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2011 dan dipanen pada tanggal 17
November 2011. Praktikum persilangan jagung dilakukan di Kebun Banguntapan, Yogyakarta. Alat
dan Bahan yang dibutuhkan antara lain dua tanaman jagung berwarna merah, dua tanaman jagung
berwarna putih, kantong kertas, gunting, label, klip kertas atau tali rafia, dan pensil.
Cara kerja praktikum ini diawali dengan memilih dua tanaman jagung berwarna merah dan
dua tanaman jagung berwarna putih yang bagian tongkolnya belum terserbuki (tapi siap diserbuki)
dan bagian malainya belum pecah. Setelah itu baik bunga jantan maupun betina dibungkus
menggunakan kantong kertas minyak sebelum mekar. Malai (tassel) yang keluar dari pucuk tanaman
dikerodeng menggunakan kantong kertas. Untuk bunga betina (ear/tongkol), dikerodong sebelum
kepala putik (rambut jagung) keluar. Hari berikutnya tongkol diperiksa untuk melihat laju keluarnya
rambut jagung. Rambut jagung yang sudah tinggi dipotong menggunakan gunting setinggi kurang
lebih 1-2 centimeter di atas permukaan ujung klobot. Pemotongan dilakukan 2-3 kali sampai seluruh
rambut tongkol telah keluar. Tongkol yang seluruh rambutnya telah keluar dari klobot merupakan
tongkol yang siap diserbuki. Malai bunga jantan yang telah dikerodong dikumpulkan serbuk sarinya
untuk digunakan sebagai tetua jantan. Penyerbukan buatan dilakukan dengan cara menaburkan
serbuk sari di atas permukaan potongan rambut jagung. Prosedur ini dapat diulang 2-3 kali untuk
meyakinkan seluruh putik telah terserbuki. Serbuk sari yang melekat pada kantong pembungkus
adalah tanda-tanda bahwa bunga jantan siap diserbukan. Tanaman dipanen setelah melewati masa
±3 minggu. Pada percobaan ini dibuat 4 macam persilangan sebagai berikut:

1. ♀ jagung merah x ♂ jagung merah →selfing

2. ♀ jagung putih x ♂ jagung putih →selfing

3. ♀ jagung merah x ♂ jagung putih →pembastaran

4. ♀ jagung putih x ♂ jagung merah →pembastaran resiprok.


IV. HASIL PENGAMATAN

No. Tipe Persilangan Jumlah Biji Persentase Jumlah Biji


Tongkol
Merah Putih Kuning Merah Putih Kuning
♀ x♂

1 Selfing Merah x Merah 237 0 0 100% 0% 0%

2 Crossing Merah x Putih 199 0 6 97,10% 0% 2,90%

3 Selfing Putih x Putih 0 222 30 0% 88,10% 11,90%

4 Crossing Putih x Merah 130 25 35 68,40% 13,20% 18,40%

V. PEMBAHASAN

Persilangan tanaman merupakan salah satu cara yang digunakan untuk


memperoleh keturunan yang bervariasi. Persilangan tanaman bisa dibedakan
menjadi persilangan sendiri (selfing) dan pembastaran
(crossing). Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu
sendiri. Artinya, tidak ada perbedaan antara genotipe kedua tanaman yang
disilangkan. Sedangkan crossing atau pembastaran adalah persilangan
antara dua individu yang berbeda karakter atau genotipnya. Tujuan
melakukan persilangan adalah untuk menggabungkan semua sifat baik ke
dalam satu genotipe baru, memperluas keragaman genetic, dan menguji
potensi tetua (uji turunan). Pada praktikum ini dilakukan persilangan pada
tanaman jagung (Zea mays). Tanaman jagung dipilih karena penyerbukan
buatan yang dapat dilakukan relative mudah. Selain itu periode tumbuh atau
masa tanam jagung juga tidak terlalu lama, sekitar dua bulan.

Ketika menyilangkan tanaman ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti pemilihan tetua
dalam hubungannya dengan tujuan dilakukannya persilangan, pengetahuan tentang morfologi dan
metode reproduksi tanaman, waktu tanaman bunga (waktu bunga mekar/tanaman berbunga), dan
keadaan cuaca saat penyerbukan. Tetua dipilih sesuai dengan persilangan yang akan dilakukan.
Pemilihan bunga dalam persilangan tanaman juga penting. Bunga yang akan berperan sebagai betina
maupun jantan harus sudah mencapai tahap siap kawin (siap dilakukan penyerbukan) pada saat
yang bersamaan. Bunga betina yang akan diserbuki harus belum terkontaminasi oleh serbuk sari
yang lain (masih steril). Pada tanaman jagung yang akan digunakan untuk persilangan, bunga betina
si bungkus menggunakan kantong kertas untuk mencegah tongkol terkontaminasi (terserbuki) oleh
serbuk sari malai lain. Begitu juga dengan malai atau bunga jantan yang belum pecah dibungkus
menggunakan kantong kertas agar nantinya ketika malai sudah siap menyerbuki, serbuk sarinya
dapat tertampung di kantong kertas tersebut. Keadaan cuaca saat penyerbukan juga penting,
apabila penyerbukan dilakukan pada saat kecepatan angin cukup kencang maka dimungkinkan akan
banyak serbuk sari yang hilang terbawa angin, sehingga penyerbukan tidak terjadi secara maksimal.
Berdasarkan praktikum ini hasil yang diperoleh adalah pada persilangan Selfing Merah x Merah
dihasilkan biji warna merah sebanyak 237 ( 100%) . Persilangan Crossing Merah x Putih dan dihasilkan
jumlah biji warna kuning sebanyak 6 (2,90%) dan biji warna merah sebanyak 199 ( 97,10%). Pada
persilangan Selfing Putih x Putih dihasilkan biji warna putih 222 ( 88,10%) dan biji warna kuning 30
(11,90%). Pada persilangan Crossing Putih x Merah dihasilkan biji warna putih 25( 13,20%) dan biji
warna merah 130 (68,40%) dan biji warna kuning 35 (18,40%) .

Pada persilangan jagung Selfing Merah x Merah didapat hasil 100% merah. Hasil persilangan ini
menunjukkan bahwa persilangan tersebut berhasil karena betina tidak terbuahi oleh serbuk sari dari
jagung lain. Persilangan ini sesuai dengan teori Mendel yaitu Complete Dominance, dimana
keturunan 100% seperti induk.

Dari hasil persilangan crossing didapatkan hasil yang hampir sama, dimana biji warna merah lebih
mendominasi daripada warna biji warna putih dan kuning . Pada persilangan persilangan Crossing
Putih x Merah , hasilnya telah sesuai dengan teori, dimana tetua jantan (merah) memberikan
pengaruh lebih dominan daripada tetua betina (putih), sehingga menghasilkan biji warna merah
lebih banyak dibandingkan biji warna putih. Persilangan Crossing Merah x Putih hasil yang didapat
lebih banyak warna merah, tetapi hasil didapat pada persilangan crossing terdapat biji dengan
warna yang setengah putih dan setengah merah atau warna kuning, hal ini diakibatkan selama
waktu berlangsungnya praktikum, terlalu sering berganti-ganti sungkup/kantong kertas sehingga
dapat mengakibatkan adanya kontaminasi dari jagung berwarna putih. Hal tersebut juga terjadi pada
persilangan Selfing Putih x Putih

Pada percobaan ini dilakukan penyerbukan jagung yang dilakukan oleh manusia, di alam pada
umumnya dibantu oleh angin. Jagung termasuk tanaman berputik tunggal, dimana benang sari dan
putik berada dalam satu tanaman namun berbeda bunga. Faktor utama yang berpengaruh terhadap
keberhasilan persilangan adalah waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan. Waktu yang optimal
untuk melakukan proses penyerbukan pada tanaman jagung adalah pada pagi hari yaitu antara
pukul 07.00 hingga pukul 09.00 WIB. Faktor lainnya adalah proses penyerbukan, setelah serbuk sari
jagung hibrida kuning diserbukkan ke jagung manis harus segera ditutup rapat dengan sungkup
untuk melindungi jagung betina agar serbuk sari dari tanaman jagung lain tidak dapat mengenai
putik jagung betina tersebut. Selain itu untuk menghindari adanya kemungkinan pencucian Faktor
biji kerut selain disebabkan oleh faktor genetik, kemungkinan besar bisa saja terjadi bila jagung
terlalu lama dipanen.adapun beberapa gangguan dari faktor luar seperti adanya serangga vektor
penyakit, ulat yang memakan biji jagung sehingga tongkol kosong.

Dalam praktikum ini, hasil yang didapat menunjukkan keberhasilan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya prosentase jumlah biji jagung yang dihasilkan. Keberhasilan ini dapat ditunjang dengan
adanya cuaca yang tidak banyak hujan, walau ditengah-tengah masa setelah penyerbukan terjadi
hujan lebat, tetapi hasil yang didapat dapat sesuai dengan harapan. Dan apabila terjadi kegagalan,
hal ini dapat diakibatkan adanya hujan yang terlalu lebat yang mengakibatkan suasana menjadi
lembab dan seringnya terserang hama dan penyakit sehingga mudah busuk. Selain itu, pada saat
penyerbukan tanpa diketahui praktikan, tongkol yang akan diserbuki sudah diserbuki terdahulu oleh
serbuk sari dari jantan lain melalui perantara angin. Dan juga adanya kematangan yang tidak
bersamaan antara malai dan tongkol pada satu pohon jagung, sehingga waktu penyerbukan menjadi
lama tertunda.
VI. KESIMPULAN

a. Jagung adalah sebuah komoditas pangan yang sangat strategis posisinya


setelah kebutuhan akan beras.

b. Selfing adalah persilangan yang dilakukan terhadap tanaman itu sendiri

c. crossing atau pembastaran adalah persilangan antara dua individu yang


berbeda karakter atau genotipnya.

d. Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan persilangan adalah


waktu dan proses penyerbukan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Bullant, C. dan Gallais. 1998. Xenia effects in maize whit normal endosperm : I Importance dan Stability. Crop
Sci.39:1517-1525.

Crowder, L. V. 2006. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kent, N.L. 1966. Technology of Cereals.Pergamon Press, New York.

Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. <http://eshaflora.com/index. php?option=com content


&task=view&id=63&Itemid=61> . Diakses 30 November 2011.

Sinnot, E.W., L.C. Dunn, and T. Dobzhansky. 1958. Principles of Genetics. McGraw-Hill Book Company Inc.,
New York.
Soebagio, H. 1990. Analisis korelasi parsial antara hasil dengan karakter-karakter tanaman jagung. Riset Hasil
Penelitian Tanaman Pangan: 135-138.

Wijaya, A., R. Fasti, dan F. Zulvica. 2007. Efek xenia pada persilangan jagung Surya dengan jagung Srikandi
Putih terhadap karakter biji jagung. Jurnal Akta Agrosia Edisi Khusus 2: 199-203.

Anda mungkin juga menyukai