Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Persilangan buatan merupakan kegiatan persilangan yang terarah yang

dilakukan terhadap tetua-tetua yang dapat diinginkan. Persilangan buatan ini

diharapkan menghasilkan suatu populasi dengan variabilitas genetik yang luas

sehingga seleksi dapat dilakukan dengan leluasa dan dapat memberikan kemajuan

genetik yang besar sebagaimana yang diharapkan. Suksesnya suatu persilangan

buatan pada kedelai ditentukan oleh tingkat keberhasilan persilangan dan

banyaknya biji hasil persilangan varietas-varitas tetua (Alia & Wilia, 2010).

Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain melalui

hibridisasi. Hibridisasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat baik

dari kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik tersebut

dimiliki keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman

genetik yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah

pemulia tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai

dengan yang diinginkan (Sunarto, 1997).

Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari kekepala putik. Sedangkan

pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria

klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan

penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah

satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana

populasi dapat dikawinkan. (R.W. Allard, 1992)

Penyerbukan sendiri adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada

bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau
klon yang sama. Prinsipyang memungkinkan terjadinya penyerbukan

penyerbukan sendiri adalah kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan

bunga yang belum mekar atau tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi,

tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001)

Penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk sendiri

bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam variasi genotip

maupun fenotip.  Salah satu tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri adalah

padi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode unutk mencegah terjadinya

penyerbukan sendiri pada bunga padi. Penyerbukan sendiri pada bunga padi dapat

dicegah dengan melakukan kastrasi yaitu tidakan membuang semua benang sari

yang masih muda atau yang belum masak dari sebuah kuncup bunga suatu

tanaman induk betina, dengan maksud agar bunga tersebut tidak mengalami

penyerbukan sendiri (Darjanto dan Satifah, 1982).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik

persilangan pada tanaman menyerbuk silang dan menghitung persentase

keberhasilan persilangan.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk memenuhi komponen penilaian praktikum di Laboratorium Dasar

Pemuliaan Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyerbukan silang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan

Persiapan dilakukan untuk menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

Bahan persilangan terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Alat

penyilangan berupa kantong kertas, label dan benang.

b. Kastrasi

Kegiatan membersihkan bagian tanaman yang tidak diperlukan, serta organ-

organ yang mengganggu persilangan.

c. Emaskulasi

Bertujuan untuk membuang alat kelamin jantan pada bunga yamg akan

dijadikan tetua betina. Emaskulasi dilakukan sebelum bunga mekar. Pada

tanaman jagung dapat dilakukan dengan memotong bunga jantan.

d. Isolasi

Isolasi dilakukan agar bunga yang telah diemaskulasi tidak terserbuki oleh

serbuk sari asing. Isolasi dapat dilakukan dengan mengerudungi bunga jantan

ataupun bunga betina.

e. Pengumpulan serbuk sari

Pengumpulan serbuk sari didapat dari tetua jantan. Pada tanaman jagung

pengumpulan serbuk saari dilakukan dengan merontokkan serbuk sari

kekantong kertas

f. Penyerbukan
Penyerbukan dilakukan dengan menggabungkan bunga betina dengan bunga

jantan. Salah satu cara penyerbukan adalah mengguncangkan bunga jantan ke

atas bunga betina yang telah diemaskulasi.

g. Penyungkupan

Dilakukan agar tanaman yang telah dilakukan penyerbukan tidak

terkontaminasi dengan serbuk sari lain atau kotoran.

h. Pelabelan

Pelabelan berisi informasi tentang nomor yang berhubungan dengan

lapangan, waktu emaskulasi, waktu penyerbukan, nama tetua jantan dan

betina dan kode pemulia/penyilang. (Widura,2014)

Penyerbukan silang adalah bersatunya tepung sari dengan putik, dimana

tepung sari berasal dari tanaman lain yang sifatnya berbeda. Hibridisasi tanaman

menyerbuk silang biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua atau pengujian

ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida. Selain itu, tujuan

lainnya adalah untuk memperluas keragaman genetik. (Sudarka dkk 2009),

Inbrida dapat dibentuk dengan bahan dasar varietas bersari bebas atau

hibrida dan inbrida lain. Pembentukan inbrid dengan bahan dasar varietas bersari

bebas dilakukan melalui seleksi tanaman dan tongkol selama silang diri.

Pembentukan inbrida melalui inbrida lain dilakukan melalui penyilangan dua

inbrida yang sering disebut seleksi kumulatif. Hibrida hasil dari persilangan dapat

digunakan sebagai populasi dasar dalam pembentukan galur (Takdir dkk,2012).

Polinasi adalah mengambil serbuk sari dari tetua jantan selanjutnya

dioleskan pada stigma. Pada proses polinasi buatan, jumlah polen yang digunakan

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan daripada proses polinasi itu sendiri.


Jika polen dan stigma berada pada tingkat kematangan yang sama maka tingkat

keberhasilan polinasi juga akan semakin tinggi. (Wijaya et. al., 2015)

Emaskulasi ialah kegiatan pembuangan benang sari menggunakan alat

pinset yang dilakukan yang dilakukan sebelum bunga mekar. Pada umumnya

emaskulasi dilakukan satu hari sebelumbunga mekar pada pagi hari. Kegiatan

emaskulasi perlu dilakukan sebelum bunga mekar. Perbedaan waktu emaskulasi

tidak berpengaruh terhadap keberhasilan pesilangan. (Prastini & Damanhuri,

2017)
BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum


Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Pemuliaan

Tanaman Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara di ketinggian ±25m pada hari kamis, 7 Mei 2020 pukul 15.00 WIB sampai

dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah polybag sebagai

tempat tanaman di tanam, top soil dicampuri pupuk kandang sebagai media

tanam, pupuk urea, SP, KCl, untuk pemupukan bahan yang dipraktikumkan,

pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit, kedelai sebagai bahan yang

diamati.

Adapun alat yang digunakan adalah pinset untuk membuang kelopak

bunga dari bunga, gunting untuk memotong kertas label, sedotan untuk

menghindari bunga menyerbuk sendiri, kertas label untuk memberi tanda pada

bunga yang telah di silangkan

Prosedur Praktikum

A. Pelaksanaan Tanam

1. Disiapkan 4 buah polibag ukuran 10 kg untuk setiap grup

2. Diisi polibag dengan top soil dacampuri pupuk kandang sekitar 2 kg

untuk setiap polibag


3. Disusun polibag dengan jarak tanam kedelai 40 x 20 cm, 2 tanaman

untuk pengamatan genotipe, 2 tanaman untuk persilangan

4. 3gr/tanaman, dan KCl 3gr/tanaman, pemupukan urea diulang pada saat

4 mst dengan dosis 2gr/tanaman

5. Dilakukan pengendalian jika ada gejala serangan hama dan penyakit

6. Dilakukan penyiraman setiap hari

B. Pelaksanaan Persilangan Jagung

Setelah berumur 5 mst, bunnga jantan mulai keluar, penutupan bunga yang

dilakukan setiap hari

1. Dipilih bunga betina (tongkol) yang akan diserbuki sebelum rambut

pada ujung tongkol keluar, dibungkus dengan kantong kertas yang

sudah disiapkan

2. Dipilih tanaman yang akan dipakai sebagai pejantan (sumber serbuk

sari) dengan tanda tanda bunga jantan sudah mekar, kemudian bungkus

bunga jantan tersebut sampai rapat dengan kantong kertas, jangan

sampai serbuk sari jatuh berterbangan.

3. Setelah 1 atau 2 hari bunga jantan tersebut telah siap untuk

disilangkan. Untuk memastikan diperolehnya tepung sari yang cukup,

maka ditepuk bunga jantan yang terbungkus tersebut.

4. Apabila bunga betina yang dipilih telah siap diserbuki, yaitu pada

tongkol yang telah keluar rambut di ujungnya, maka persilangan telah

siap dilaksanakan.
5. Persilangan dilakukan dengan cara memindahkan bunga jantan (serbuk

sari) ke bunga betina (putik) dengan meletakkan serbuk sari pada

rambut tongkol.

6. Ditutup kembali tongkol yang telah diserbuki. Ditulis dan

digantungkan label persilangan pada tongkol tersebut.

Dilakukan pengamatan pada tanaman

Karakter vegetatif

a. Tinggi tanaman

b. Jumlah daun

c. Diameter batang

Karakter generatif

a. Umur berbunga jantan dan betina (hari)

b. Umur panen

c. Persentase keberhasilan persilangan dihitung dengan:

jumlah tanaman yang disil a ngkan


x 100%
jumlahtanaman keseluruhan
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

No Gambar Keterangan
.
1 Persiapan

2. Pemilihan bunga betina dan ditutup


dengan kantong kertas yang sudah
disiapkan

3. Pemilihan bunga jantan dan ditutup


dengan kertas yang sudah disiapkan

4. Pemindahan serbuk sari bunga jantan


ke putik bunga betina
5. Menutup kembali tongkol yang telah
diserbuki. Ditulis dan digantungkan
label persilangan pada tongkol
tersebut

Pembahasan

Polinasi adalah mengambil serbuk sari dari tetua jantan selanjutnya

dioleskan pada stigma. Hal ini sesuai dengan literatur Wijaya et. al. (2015) yang

menyatakan bahwa polinasi adalah mengambil serbuk sari dari tetua jantan

selanjutnya dioleskan pada stigma. Jika polen dan stigma berada pada tingkat

kematangan yang sama maka tingkat keberhasilan polinasi juga akan semakin

tinggi.

Penyerbukan silang adalah bersatunya tepung sari dengan putik, dimana

tepung sari berasal dari tanaman lain yang sifatnya berbeda. Hal ini sesuai dengan

literatur Sudarka et. al.(2009) yang menyatakan bahwa penyerbukan silang adalah

bersatunya tepung sari dengan putik, dimana tepung sari berasal dari tanaman lain

yang sifatnya berbeda.

Penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk sendiri

bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam variasi genotip

maupun fenotip. Hal ini sesuai dengan literatur Darjanto & Satifah (1982) yang

menyatakan bahwa penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya

menyerbuk sendiri bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam

variasi genotip maupun fenotip.


Inbrida dapat dibentuk dengan bahan dasar varietas bersari bebas atau

hibrida dan inbrida lain. Hal ini sesuai dengan literatur Takdir dkk (2012) yang

menyatakan bahwa inbrida dapat dibentuk dengan bahan dasar varietas bersari

bebas atau hibrida dan inbrida lain.

Inbrida dapat dibentuk dengan bahan dasar varietas bersari bebas atau

hibrida dan inbrida lain. Hal ini sesuai dengan literatur Prastini & Damanhuri

(2017) yang menyatakan bahwa emaskulasi ialah kegiatan pembuangan benang

sari menggunakan alat pinset yang dilakukan yang dilakukan sebelum bunga

mekar.
KESIMPULAN

1. Polinasi adalah mengambil serbuk sari dari tetua jantan selanjutnya

dioleskan pada stigma

2. Penyerbukan silang adalah bersatunya tepung sari dengan putik, dimana

tepung sari berasal dari tanaman lain yang sifatnya berbeda

3. Penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk sendiri

bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam variasi

genotip maupun fenotip

4. Inbrida dapat dibentuk dengan bahan dasar varietas bersari bebas atau

hibrida dan inbrida lain

5. Inbrida dapat dibentuk dengan bahan dasar varietas bersari bebas atau

hibrida dan inbrida lain


DAFTAR PUSTAKA

Alia Y & W Wilia. 2010. Persilangan Empat Varietas Kedelai dalam Rangka
Penyediaan Populasi Awal untuk Seleksi. J. Penelitian Universitas Jambi
Seri Sains 13 (1): 39-42.
Allard, R. W, 1992. Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta
Darjanto dan Siti, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Prastini, L., & Damanhuri, D. (2017). Pengaruh Perbedaan Waktu Emaskulasi

Terhadap Keberhasilan Persilangan Tanaman Padi Hitam X Padi Putih

(Oryza Sativa L.). Jurnal Produksi Tanaman, 5(2).

Soenarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang Press


Sudarka, Wayan, dkk. 2009. Pemuliaan Tanaman. Universitas Udayana.
Denpasar.
Takdir, Andi dkk . 2012. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian

Widura, Ritongga.A. 2014. Hibridisasi Buatan. Universitas Trilogi.


Wijaya, S. A., Basuki, N., & Purnamaningsih, S. L. (2015). Pengaruh Waktu

Penyerbukan dan Proporsi Bunga Betina dengan Bunga Jantan Terhadap

Hasil dan Kualitas Benih Mentimun (Cucumis sativus L) Hibrida. Jurnal

Produksi Tanaman, 3(8).

Anda mungkin juga menyukai