Anda di halaman 1dari 3

tabel 1 persentase keberhasilan hibridisasi pada setiap komoditas

jumlah
jumlah tanaman
komoditas hibridisasi yang persentase
yang disilangkan
berhasil keberhasilan (%)
kacang hijau 8 5 62,50%
kacang panjang 15 8 53,33%
cabai 35 10 28,57%
jagung 25 23 92,00%
padi 0 0 0,00%

Hibridisasi merupakan suatu perkawinan silang antara berbagai jenis


spesies pada setiap tanaman. Yang mempunyai tujuan untuk memperoleh
organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan dan dapat berfariasi jenisnya. Pada
peristiwa hibridisasi akan memperoleh kombinasi genetik yang diperoleh melalui
persilangan dua atau lebih tetua yang berbeda genotipnya (Sunarto, 1997).
Hibridisasi bertujuan menggabungkan sifat sifat baik dari kedua tetua atau
induknya sedemikian rupa sehingga sifat sifat baik tersebut dimiliki oleh
keturunannya. Sebagai hasil dari hibridisasi adalah timbulnya keragaman genetik
yang tinggi pada keturunannya. Dari keragaman yang tinggi inilah pemulia
tanaman akan memilih tanaman yang mempunyai sifat-sifat sesuai yang
diinginkan (Sunarto, 1997).
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga
yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada tanaman yang sama atau klon
yang sama. Prinsip yang memungkinkan terjadinya penyerbukan sendiri adalah
kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau
tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain (Nasir, 2001).
Sedangkan Penyerbukan silang adalah berpindahnya serbuk sari dari suatu bunga
tanaman lain kekepala putik tanaman yang berbeda. Penyerbukan ini terjadi
karena terhalangnya serbuk sari dari bunga yang sama untuk melangsungkan
penyerbukan sendiri. Umumnya penyerbukan terjadi karena bantuan angin dan
serangga ( Nasir, 2001 ). Pada tanaman menyerbuk sendiri dapat pula dilakukan
penyerbukan silang ( hibridisasi buatan).
Teknik hibridisasi buatan, pertama dilakukan dengan pemilihan tetua.
Pemilihan tetua tergantung pada karakter apa yang dibutuhkan oleh pemulia
tanaman. Pemilihan karakter kualitatif jauh lebih mudah dibandingkan dengan
karakter kuantitatif, karena perbedaan fenotip belum tentu disebabkan oleh
genotip yang berbeda. Emaskulasi adalah langkah kedua setelah pemilihan tetua.
Emaskulasi adalah pembuangan alat kelamin jantan pada tetua yang ditujukan
sebagai tetua betina. Emaskulasi dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu;
secara mekanis, fisika, dan kimia. Praktikum kali ini, emaskulasi dilakukan
dengan cara mekanis, yaitu dengan mengambil serbuk sari menggunakan alat
penjepit seperti pinset. Pengambilan kotak sari dilakukan sebelum kotak sari
terbuka dan serbuksari luruh. Setelah emaskulasi selesai, dilanjutkan dengan
kegiatan penyerbukan. Penyerbukan dilakukan tergantung kepada serbuksari
matang dan kepala putik resesif. Hibridisasi dilakukan dengan cara menjatuhkan
serbuk sari tetua jantan di atas putik tetua betina. Hal ini dimaksudkan agar putik
pada terserbuki. Setelah itu putik yang telah diserbuki dan disungkup kemudian
diberi label agar terhindar dari kekeliruan. Penyungkupan dan pelabelan dilakukan
dengan tujuan agar terhindar dari penyerbukan yang tidak diinginkan dan untuk
menghindari kesalahan.
Tanaman kacang hijau merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri, hal
ini sangat menguntungkan karena kemungkinan terkontaminasi serbuk sari dari
luar relatif kecil. Keberhasilan dalam melakukan emaskulasi dan polinasi
ditentukan oleh vigor kuncup bunga. Kuncup bunga yang terlalu muda sulit
dimanipulasi sehingga menurunkan persentase keberhasilan persilangan,
sebaliknya kuncup bunga yang terlalu tua akan meningkatkan terjadinya
penyerbukan sendiri, dengan demikian kuncup bunga yang dipilih adalah relatif
berukuran cukup besar. Namun pada percobaan kali ini, bunga dari kedua varietas
yaitu vr 24 dan kawur tidak muncul banyak sehingga penyilangan hanya
dilakukan 8 persilangan dan 5 yang berhasil.
Pada praktikum kali ini, tanaman kacang panjang yang digunakan adalah
varietas viola dan fagiola, Bunga tanaman kacang panjang termasuk dalam jenis
bunga berumah satu, yaitu dalam satu bunga terdapat bunga jantan (serbuk sari)
dan bunga betina (putik). Penyerbukan terjadi secara kleistogami artinya
penyerbukan terjadi sebelum mekarnya bunga. Oleh karena itu kemungkinan
terjadinya persilangan alami sangat kecil. Dari 15 persilangan yang dilakukan, 8
persilangan berhasil. Sehingga persentase keberhasilan persilangan adalah
53,33%.
Pada persilangan tanaman cabai varietas ungara dan kencana, persentase
keberhasilan penyilangan hanya sebesar 28,57%. Dari 35 bunga yang disilangkan,
hanya 10 yang berhasil. Seperti yang telah diutarakan bahwa kegiatan hibridisasi
yang dilakukan mengalami kegagalan, hal ini mungkin di akibatkan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu Penyerbukan sering mengalami kegagalan bila dilakukan
pada saat kondisi lingkungan yang tidak mendukung atau dilakukan pada saat
serbuk sari atau kepala putik dalam keadaan belum matang.
Pada hibridisasi jagung kali ini digunakan lima genotipe, yaitu L3-1(3),
L63-2(1), L3 X MR14, BI-1(1), DAN L6-3(1). Hal pertama yang dilakukan
adalah pemilihan tetua jantan. Tetua jantan dipilih berdasarkan fenotip. Jika bunga
jantan tersebut sudah mekar sebagian, maka sudah memenuhi kriteria untuk
dijadikan tetua persilangan. Langkah selanjutnya adalah penyungkupan terhadap
bunga tersebut menggunakan kertas sungkup untuk dijadikan tetua persilangan
pada esok harinya. Tetua betina juga dipilih berdasarkan fenotip dengan dicirikan
tongkol jagung tersebut masih mempunyai rambut yang pendek. Sebelum polinasi
dilakukan, terlebih dahulu rambut jagung dipotong hingga mendekati kulit jagung
atau biasa disebut klobot jagung. Setelah itu, klobot jagung dibuka sedikit agar
nanti saat polinasi, serbuk sari dapat masuk atau menyerbuk sempurna pada putik.
Setelah itu, hal selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan hibridisasi atau
persilangan dengan cara menabur-naburkan serbuk sari dari tetua jantan diatas
rambut jagung yang sudah dipotong dan melakukan pengamatan (syukur 2009).
Dari 25 tongkol jagung yang disilangkan, baik penyerbukan sendiri maupun
penyerbukan silang, 23 tongkol jagung berhasil. Sehingga persentase keberhasilan
penyilangan cukup tinggi yaitu 92%. Sedangkan untuk tanaman padi tidak
dilakukan persilangan karena bunga padi yang ditanam belum matang, sehingga
praktikan belajar menyilangkan tanaman padi dengan tanaman yang telah
dipersiapkan sebelumnya oleh asisten.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta : Depatemen


Pendidikan Nasional
Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. Semarang : . IKIP Semarang Press
Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman.
Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Bogor : Departemen
Agronomi dan Hotikultura IPB.

Anda mungkin juga menyukai