Anda di halaman 1dari 147

Departemen Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu


Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Tim Penyusun:
ENCE DARMO JAYA
SUPENA
MUHAMMAD JUSUF
UTUT WIDYASTUTI

Pict: Andi Eick

Penuntun Praktikum
Pedoman Praktikum
GENETIKA DASAR
(BIO 240)

Oleh:
ENCE DARMO JAYA SUPENA
MUHAMMAD JUSUF
UTUT WIDYASTUTI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014
KATA PENGANTAR

Praktikum untuk matakuliah Genetika Dasar (BIO 205) merupakan kegiatan yang
terintegrasi dan tidak terpisahkan dengan pelaksanaan perkuliahan, sehingga
mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini harus mengikuti atau melaksanakan kedua
kegiatan tersebut, termasuk bagi mahasiswa pengulang. Kegiatan praktikum dirancang
untuk membantu dan lebih memberikan pengertian dan pemahaman mengenai prinsip-
prinsip, konsep atau teori dasar dalam genetika. Pendekatan pelaksanaan praktikum
selain diupayakan melalui praktek dan pengamatan langsung, juga melalui pendekatan
model, analogi dan simulasi.
Materi praktikum yang disajikan dalam buku pedoman ini sudah mencakup
semua aspek genetika yang disampaikan dalam materi kuliah, yaitu genetika Mendel
dan pengembangannya, genetika kromosom, genetika molekular, analisis genetika, dan
genetika populasi. Urutan materi praktikum disesuaikan dengan urutan topik
perkuliahan. Idealnya materi yang akan dipraktikumkan harus sudah disampaikan
dalam kuliah, sehingga tujuan praktikum untuk memudahkan pemahaman benar-benar
dapat tercapai.
Sains, tidak terkecuali genetika, adalah bersifat dinamis, sehingga sangat
memungkinkan terus berkembang. Oleh karenanya penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari sidang pembaca, khususnya praktikan, asisten, dan rekan-rekan yang
sedang atau pernah mengasuh mata kuliah genetika, untuk perbaikan dan
penyempurnaan pedoman praktikum ini. Akhirnya, semoga buku Pedoman Praktikum
Genetika Dasar beserta berkas untuk Laporan Praktikumnya dapat bermanfaat dan
memacu untuk terus menumbuh kembangkan kreatifitas dan inovasi khususnya di
bidang genetika untuk pengembangan sains dan teknologi dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan manusia.

Bogor, Agustus 2014


Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Modul Materi halaman

I. GENETIKA MENDEL
1. Mengenal keragaman ciri suatu sifat …………………………………… 1
2. Teori peluang dan uji Chi-kuadrat ……………………….……………… 5
3. Analogi percobaan monohibrid Mendel ………………………………. 9
4. Segregasi F2 dihibrid tanpa pautan …………………………………….. 12
II. PENGEMBANGAN GENETIKA MENDEL DAN ANALISIS GENETIK
1. Gen berpautan dan pemetaan kromosom ……………………………. 25
2. Analisis genetik organisme haploid ……………………………………… 36
3. Siklus hidup dan rasio seks lalat buah (Drosophila
melanogaster) …………………………………..……………………………… 41
4. Gen terpaut kromosom seks, warna mata pada Drosophila
melanogaster ……………………………………………………………………. 47
III. GENETIKA KROMOSOM
1. Pengamatan kromosom periode mitosis pada akar tanaman …. 53
2. Pengamatan kromosom meiosis dan perkembangan mikrospora
pada kuncup bunga …………………………………………………………… 59
3. Pembuatan kariotipe kromosom eukariot …………………………….. 63
IV. GENETIKA MOLEKULAR
1. Isolasi DNA genom ……………………………..…………………….……… 71
2. Pemotongan DNA dengan enzim restriksi ……………..……….……. 78
3. Identifikasi DNA dengan elektroforesis ……………………………….. 80
4. Transformasi DNA dengan bakteri dan ekspresinya ……………… 84
V. GENETIKA POPULASI
1. Pengujian kesetimbangan Hardy-Weinberg …………………………. 89
2. Alel ganda dan penentuan frekuensi gen ……………………………. 100

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….…………….. 101

LAMPRAN: Berkas Form Laporan Praktikum Genetika Dasar .................... 102


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul I: Genetika Mendel


Materi 1 : MENGENAL KERAGAMAN CIRI SUATU SIFAT

Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


 mengenal tipe-tipe keragaman pada tanaman dan hewan dalam spe-
sies yang sama
 menyebutkan dan membedakan sedikitnya tiga ciri yang berbeda un-
tuk suatu sifat/karakter tertentu.

Latar Belakang Kita patut bersyukur, karena Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar, bahkan kita
termasuk salah satu pusat raksasa (mega centre) di dunia dalam hal
keanekaragaman hayati yang mencakup flora, fauna dan mikroba.
Sebanyak 28 ribu jenis tumbuhan, 30 ribu jenis hewan dan 10 ribu jenis
mikroba diperkirakan hidup secara alami di Indonesia.
Keragaman atau perbedaan antar jenis (spesies) berbeda biasa-
nya dengan mudah dapat diamati oleh kita. Sedangkan bila kita melihat
tanaman atau hewan dari satu spesies yang sama, selain kita dapat
melihat beberapa persamaan yang menjadi ciri khas spesies tersebut,
ternyata kita juga masih dapat melihat adanya keragaman antar indi-
vidu dalam spesies tersebut. Misalnya anda memperhatikan teman-
teman sekelas anda, dapat dipastikan tidak ada seorangpun yang persis
sama dengan anda, baik penampilan wajah ataupun sifat lainnya.
Bahkan kalau anda bandingkan dengan kakak atau adik kandung
andapun tidak akan persis sama. Begitu juga pada hewan, kalau anda
perhatikan anak-anak kucing dari satu proses kehamilan dan kelahiran
pun berbeda-beda, misalnya pada warna bulu.
Hal yang sama dijumpai juga pada tumbuhan di alam sekitar
kita. Di dalam satu jenis tumbuhan yang sama, misalnya tanaman mang-
ga, kita akan menjumpai bentuk buah yang berbeda-beda, demikian juga
rasa dan aromanya. Anggrek adalah tanaman hias yang disukai karena
keindahan bunganya, dalam satu spesies anggrek yang sama pun kita
masih dapat menjumpai keragaman, misalnya kita masih dapat
membedakan berdasarkan warna atau pola warna bunganya.

Modul I. Genetika Mendel 1


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Semua contoh di atas menunjukkan bahwa dalam organisme


yang tergolong satu spesies pun dijumpai keragaman. Apa, mengapa
dan bagaimana keragaman tersebut ada dan terjadi tentunya sangat
menarik untuk dipelajari. Genetika adalah suatu cabang ilmu dalam
biologi yang mempelajari apakah keragaman sifat suatu organisme itu
diwariskan atau tidak, atau mempelajari apa yang menyebabkan
timbulnya keragaman yang diwariskan tersebut, dan selanjutnya
bagaimana mekanisme pewarisan sifat tersebut.
Langkah awal yang dilakukan Mendel untuk melakukan rangkaian
percobaan-percobaannya hingga berhasil merumuskan suatu teori
pewarisan sifat adalah kemauan dan kemampuannya untuk mempersiap-
kan bahan tanaman atau tetua untuk bahan persilangan yang
dilakukannya. Dalam tahapan persiapan ini pekerjaan awalnya adalah
mengumpulkan berbagai tanaman yang diantaranya adalah kacang-
kacangan dari spesies Pisum sativum, untuk selanjutnya mengamati
serta memilih sifat-sifat yang memiliki ciri-ciri yang mudah dibedakan
dengan nyata dalam spesies tersebut, misalnya sifat warna bunga
mempunyai ciri merah-ungu atau putih, sifat bentuk biji matang ada
yang bundar (licin) atau keriput, dan lima sifat lainnya yang menjadi
perhatian utama Mendel dalam penelitiannya. Hal lain yang juga perlu
mendapat perhatian adalah bahwa Mendel membandingkan ciri-ciri yang
berbeda tersebut pada stadia atau umur fisiologis yang sama, sehingga
bila misalnya anda ingin membandingkan sifat warna buah, maka anda
dapat membandingkan ciri-ciri warna pada buah muda, atau ciri-ciri
warna pada buah matang, dan tidak membandingkan pada kedua umur
fisiologis yang berbeda tersebut.

Prosedur
Percobaan 1. Keragaman pada Tanaman
1. Cari dan dapatkan paling sedikit tiga ciri yang berbeda untuk suatu
sifat/karakter yang anda temui pada :
(cukup satu set contoh untuk masing-masing a, b, c, d, dan e)
a. Biji serealia (padi, jagung, sorgum, atau gandum)

Modul I. Genetika Mendel 2


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

b. Biji kacang-kacangan (kedelai, kacang tanah, kacang hijau,


kacang jogo atau lainnya)
c. Buah (dari spesies buah-buahan yang biasa ditemui di pasar)
d. Bunga (dari spesies tanaman bunga yang anda ketahui)
e. Umbi-umbian (ketela rambat, ketela pohon, kentang atau
lainnya).
2. Catat dalam bentuk tabel, keragaman yang anda temukan, dan
bila perlu digambar (lihat tabel 1. contoh tabel hasil pengamatan).
3. Bawa paling sedikit satu set contoh dari hasil pengamatan anda.

Percobaan 2. Keragaman pada Hewan


Lakukan hal yang sama seperti untuk tanaman, tetapi pada :
a. Hewan peliharaan (kucing, anjing atau lainnya)
b. Hewan ternak (ayam, kambing, sapi atau lainnya)
c. Keong-keongan
d. Serangga (kupu-kupu, capung atau lainnya)
e. Burung atau ikan

Tabel 1. Contoh tabel hasil pengamatan

Materi Sifat yang dia- Ciri 1 Ciri 2 Ciri 3 Keterangan/


tanaman mati Gambar

Biji Kacang- warna kulit biji kuning Hijau Hitam Materi dari
kacangan kacang kedelai (var. Lokon) (var. Tidar) (lokal Yogya) koleksi Lab.
(Glycine max) Genetika
matang/panen
Gambar:

Ciri 1:

Ciri 2:

Ciri 3:

Dst............

Modul I. Genetika Mendel 3


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Apa pentingnya keragaman ?

2. Apa kemungkinan penyebab terjadinya keragaman genetik ?


Berikan contoh yang spesifik.

3. Bagaimana anda bisa mengetahui bahwa penyebab keragaman fenotipe yang anda
amati adalah karena genetik atau lingkungan

4. Berikan masing-masing satu contoh keragaman suatu sifat yang dikendalikan genetik
dan lingkungan.

Modul I. Genetika Mendel 4


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul I: Genetika Mendel


Materi 2 : TEORI PELUANG DAN UJI KHI-KUADRAT
Dalam Percobaan Genetika

Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


 menghitung peluang dan menghitung uji khi-kuadrat

 menggunakan uji khi-kuadrat dalam analisis genetika Mendel

Latar Belakang Salah satu penunjang mengapa Mendel berhasil membuat suatu
model pewarisan yang kebenarannya diakui sampai saat ini adalah men-
catat dan mengumpulkan data dalam jumlah banyak dan memanfaatkan
metode-metode matematis untuk membantu menganalisis data yang
dihasilkan tersebut. Untuk lebih mudah dan cepat memahami nisbah ge-
netik (fenotipe, genotipe) generasi F2 dari percobaan Mendel, kita dapat
menggunakan kaedah-kaedah peluang dalam penghitungannya.
Dalam membuat kesimpulan tentang suatu populasi, umumnya
diperoleh dari data penelitian secara sampling (pengambilan contoh).
Untuk itu diperlukan suatu uji matematis/statistik agar dapat mengana-
lisis data dan membuat kesimpulan dengan baik pada tingkat/selang ke-
percayaan tertentu. Salah satu uji statistik yang sering digunakan dalam
menganalisis data percobaan genetika adalah Uji Khi-Kuadrat (χ2).

Peluang Peluang adalah ukuran dari kemungkinan, dan didefinisikan se-


bagai berikut:
Jumlah munculnya kejadian-A
Peluang kejadian-A = ────────────────────────
Jumlah total kejadian

Nilai peluang berkisar dari 0 (tidak mungkin terjadi) sampai


dengan 1 (pasti terjadi). Bila sebuah mata uang logam yang kedua
sisinya setimbang, salah satu sisi diberi tanda A dan sisi yang lain diberi
tanda a, maka peluang munculnya sisi A= 1/2. Peluang tersebut di
dapat dari banyaknya sisi A (=1) dibagi dengan banyaknya sisi yang
terdapat pada mata uang tersebut (=2). Peluang yang sama juga
berlaku untuk sisi a= 1/2.

Modul I. Genetika Mendel 5


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Peluang dua kejadian bebas

Kejadian-A bebas dari kejadian-B bila: P (AB) = P (A) x P (B)


Artinya: timbulnya kejadian-A tidak dipengaruhi munculnya kejadian-B,
dan sebaliknya timbulnya kejadian-B tidak dipengaruhi munculnya
kejadian-A . Bila dua buah koin mata uang yang masing-masing sisinya
diberi tanda A1 dan a1 untuk koin pertama, dan tanda A2 dan a2 untuk
koin kedua, selanjutnya kedua koin tersebut dilemparkan secara
bersamaan, maka hal ini akan merupakan dua kejadian yang bebas satu
sama lain. Munculnya sisi A1 pada mata uang pertama tidak akan
mempengaruhi munculnya salah satu sisi pada mata uang yang kedua
(A2 ataupun a2). Karena kedua koin tersebut merupakan kejadian
bebas, maka peluang munculnya secara serempak sisi A1 pada mata
uang pertama dan sisi a2 pada mata uang yang kedua akan mengikuti
kaidah peluang sebagai berikut:

P (A1 a2) = P (A1) x P (a2)

Hal yang sama akan berlaku juga pada proses perkawinan. Jenis alel
pada gamet betina (sel telur) dari tetua betina tidak mempengaruhi
ataupun dipengaruhi oleh jenis alel gamet tetua jantan (sperma/serbuk
sari) yang akan membuahi, dan sebaliknya.

Uji Khi-Kuadrat (χ2)


Dalam kajian genetik kita akan dihadapkan pada pendugaan
frekuensi teorik berdasarkan penyebaran data pengamatan, misalkan
untuk kasus-i (i = 1, 2, ...,k) diketahui frekuensi teorik sama dengan
n1,n2,.....nk. Dari hasil pengamatan untuk kasus-kasus tersebut
diperoleh banyaknya individu berturut-turut adalah N1, N2.......Nk
dengan jumlah total N; (N1 + N2 + ..... Nk = N). Bila data itu mengikuti
frekuensi teorik maka sebaran harapan data berturut-turut sama dengan
(n1 x N), (n2 x N) ....., (nk x N). Untuk memutuskan dapat diterima atau
tidaknya bahwa sebaran pengamatan sama (tidak berbeda nyata) atau
sebaliknya berbeda nyata dengan sebaran harapan, perlu dilakukan
pengujian statistik dengan menggunakan kriteria statistika χ2 (khi-
kuadrat) sebagai berikut:

Modul I. Genetika Mendel 6


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

k (Ni - ni.N)2 k (Oi - Ei)2


χ2 = Σ ────────── atau χ2 = Σ ────────
i=1 ni.N i=1 Ei

Keterangan:
O : hasil pengamatan (observed)
E : harapan (expected)

Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Tabel Uji Khi-kuadrat

Hipotesis
Kasus Pengamatan (Frek. teorik Harapan Khi-kuadrat (χ2)
atau Peluang)
(N1-n1.N)2
1 N1 n1 n1 x N ───────
n1.N
(N2-n2.N)2
2 N2 n2 n2 x N ───────
n2.N

... ... ... ... ...

(Nk-nk.N)2
k Nk nk nk x N ───────
nk.N
(Ni-ni.N)2
Total N 1 N ───────
ni.N

atau disebut
(χ2-hitung)

Keputusan diambil berdasarkan kriteria sebagai berikut :

Bila χ2-hitung ≤ χ2 db α , maka diterima bahwa sebaran pengamatan


tidak berbeda nyata dengan sebaran
harapan.
Sebaliknya,

Bila χ2-hitung > χ2 db α, maka sebaran pengamatan berbeda dari


sebaran harapan.

Nilai χ2 db α, dapat ditemukan pada tabel sebaran Khi-kuadrat dengan


db (derajat bebas) = k - 1; dan α ditentukan berdasarkan keperluan,
biasanya menggunakan α = 0.05 (atau selang kepercayaan 95%).

Modul I. Genetika Mendel 7


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Prosedur Percobaan
atau Pengujian
Berikut pada tabel 3 adalah data hasil percobaan monohibrid
yang dilakukan Mendel berdasarkan fenotipe F2 untuk sifat bentuk biji,
warna bunga, dan tinggi tanaman.

Tabel 3. Data fenotipe F2 hasil percobaan monohibrid Mendel untuk sifat


bentuk biji, warna bunga dan tinggi tanaman

No. Sifat Ciri Dominan Ciri Resesif Nisbah sebenarnya


Dominan : Resesif
1. Bentuk biji Bundar = 5474 Keriput = 1850 2.96 : 1
2. Warna bunga Merah-ungu = 705 Putih = 224 3.15 : 1
3. Tinggi Tanaman Tinggi = 787 Pendek = 277 2.84 : 1

Lakukan uji khi-kuadrat, apakah untuk masing-masing sifat tersebut di


atas dapat diterima bahwa nisbah ciri dominan : ciri resesif = 3 : 1 atau
(3/4 ciri dominan : 1/4 ciri resesif)?

Catatan:
χ2 db, α atau χ2-tabel untuk α = 0.05 (selang kepercayaan 95%) pada masing-masing
db (derajat bebas) yang berbeda (mulai db=1 dan seterusnya) adalah sebagai berikut:
1 = 3.841 2 = 5,991 3= 7.815 4= 9.488 5= 11.070
6 = 12.592 7 = 14.067 8 = 15.507 9 = 16.919 10= 18.307

Pertanyaan dan Tugas

1. Berapa peluang untuk masing-masing sisi sebuah dadu (bersisi enam)?

2. Bila tiga buah dadu dilempar secara bersama-sama, berapa peluang munculnya mata
dua secara bersamaan pada ketiga buah dadu tersebut?

3. Bila tiga buah dadu tersebut dilempar secara bersama-sama sebanyak 100 kali, berapa
kali peluang munculnya mata dadu sama pada ketiga buah dadu tersebut?

Modul I. Genetika Mendel 8


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul I: Genetika Mendel


Materi 3 : ANALOGI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL

Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan praktikan dapat:

 menjelaskan pengertian prinsip dan proses segregasi


 menjelaskan proses perpaduan gamet (pembuahan) adalah suatu ke-
jadian acak
 membuat diagram pola pewarisan monohibrid Mendel

Latar Belakang Hasil penelitian Mendel dengan melakukan persilangan berbagai


varietas kacang kapri (Pisum sativum) untuk monohibrid menyimpulkan
bahwa setiap sifat organisme ditentukan oleh faktor, yang kemudian
disebut gen. Faktor tersebut diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Dalam setiap individu tanaman terdapat dua faktor
(sepasang) untuk masing-masing sifat, yang kemudian dikenal dengan
istilah sepasang (dua) alel; satu faktor berasal dari tetua jantan dan satu
lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut, setiap
faktor tetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya. Pada saat
pembentukan gamet, setiap faktor dapat dipisah kembali secara bebas.
Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Hukum Mendel I, yaitu Hukum
Segregasi.
Perbandingan fenotipe F2 pada monohibrid untuk ciri dominan :
ciri resesif = 3:1 terjadi karena adanya proses penggabungan secara acak
gamet-gamet betina dan jantan dari tanaman F1 pada saat pembuahan
(fertilisasi) yang didahului proses penyerbukan.
Bila sebuah mata uang logam yang kedua sisinya setimbang,
salah satu sisi diberi tanda A dan sisi yang lain diberi tanda a, maka
proses pelemparan sebuah mata uang analog dengan proses
pembentukan gamet pada individu monohibrid heterozigot Aa. Peluang
munculnya gamet A (sisi A) akan sama dengan peluang munculnya gamet
a (sisi a), yaitu 1/2 (setengah) bila terjadi Segregasi (Hukum Mendel I).
Sedangkan bila yang dilemparkan dua buah mata uang secara bersamaan,
hal ini analog dengan proses pembuahan, yaitu proses bertemunya gamet
jantan dan gamet betina merupakan dua kejadian bebas, dan prosesnya
bersifat acak.

Modul I. Genetika Mendel 9


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Prosedur Percobaan

Percobaan 1. Peluang munculnya alel A atau a dalam pembentukan gamet


dari individu heterozigot Aa

Alat: Satu keping mata uang yang setimbang; masing-masing sisinya


diberi tanda A dan a.
Prosedur:
Lemparkan mata uang, dan sisi yang muncul dipermukaan dicatat. Sisi
ini dianggap sebagai alel yang dikandung oleh gamet yang dihasilkan.
Misalkan bila muncul sisi A maka dianggap bahwa gamet yang dihasilkan
mengandung alel A. Pelemparan mata uang diulang sampai 200 kali dan
setiap pelemparan sisi yang muncul dicatat dan dijumlahkan pada tabel
yang disediakan untuk laporan. Kemudian diuji; apakah penyebaran data
sesuai dengan hipotesis bahwa kedua alel setimbang, atau p (A) = p (a)
= 1/2.

Percobaan 2. Penggabungan gamet (alel) pada saat pembuahan (F1 x F1)


(Peluang dua kejadian bebas)

Alat: Dua keping mata uang yang sisi-sisinya diberi tanda:


(A1 dan a1) untuk mata uang ke-1, dan
(A2 dan a2) untuk mata uang ke-2.
Prosedur:
Lemparkan secara serempak kedua mata uang, dan catatlah kombinasi
sisi mata uang yang muncul (yaitu: A1A2; A1a2; a1A2 dan a1a2).
Lakukan pencatatan pada tabel yang disediakan untuk laporan untuk
masing-masing kombinasi dari 200 kali lemparan, kemudian ujilah
apakah kemunculannya sisi dari setiap mata uang itu bebas satu sama
lain atau tidak.

Percobaan 3. Segregasi Fenotipe F2 Monohibrid


Prosedur:
Bila ternyata pada percobaan 2 tersebut terdapat kasus dominan-resesif,
alel A bersifat dominan terhadap alel a, dan diketahui bahwa alel A
pembawa karakter warna bunga merah dan alel a bunga putih. Ujilah

Modul I. Genetika Mendel 10


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

fenotipe data percobaan 2 tersebut sesuai dengan hipotesis yang


diperlukan.

Pertanyaan dan Tugas

1. Jelaskan Hukum Mendel I.

2. Buatkan bagan model pewarisan sifat warna bunga yang anda uji.

3. Bila dalam pewarisan sifat warna bunga tersebut tidak terjadi dominan-resesif
antara alel A dan a, tetapi bersifat "Dominan tak penuh":
a. Bagaimana nisbah fenotipe F1 dan F2-nya.
b. Apakah Hukum Mendel I tetap berlaku/terjadi ? (mengapa ?)

Modul I. Genetika Mendel 11


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul I: Genetika Mendel


Materi 4 : SEGREGASI F2 DIHIBRID TANPA PAUTAN

Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


 menjelaskan prinsip dan proses perpaduan bebas
 menganalisis dua gen penyusun data genotipe F2 saling bebas atau
terpaut
 menganalisis dua gen pengendali satu sifat (fenotipe) saling bebas
atau terpaut
 menganalisis satu sifat fenotipe dikendalikan oleh satu gen atau dua
gen.

Latar Belakang Menurut Hukum Berpadu Bebas (Independent Assortment) atau


dikenal dengan Hukum Mendel II, gen-gen akan bergabung satu sama
lain secara bebas dalam proses pembentukan gamet. Berdasarkan teori
peluang, munculnya gen-gen pada suatu gamet merupakan munculnya
kejadian-kejadian secara serempak. Bila Hukum Mendel II tersebut
benar, maka peluang munculnya suatu kombinasi gen dalam satu gamet
sama dengan hasil penggandaan peluang-peluang gen tunggal; yaitu
mengikuti kaidah peluang munculnya dua kejadian bebas.
Sudah diketahui bahwa proses penggabungan dua gamet pada
saat pembuahan juga merupakan kejadian bebas; yang berarti untuk
peluangnya berlaku juga kaidah penggandaan. Karena itu untuk gen-
gen bebas, peluang munculnya suatu genotipe sama dengan hasil peng-
gandaan peluang muncul alel-alelnya. misal untuk persilangan dihibrid
berikut:

AABB X aabb ======> F1 : AaBb

Komposisi dan peluang gamet F1 adalah sebagai berikut:


a) Untuk gen tunggal: A = 1/2 B = 1/2
a = 1/2 b = 1/2

Modul I. Genetika Mendel 12


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

b) Dihibrid: AB = 1/4 Ab = 1/4


aB = 1/4 ab = 1/4

Pada generasi F2, yaitu hasil F1 X F1 akan diperoleh komposisi genotipe


seperti berikut :
a) Untuk gen tunggal : AA : 1/4 BB : 1/4
Aa : 2/4 Bb : 2/4
aa : 1/4 bb : 1/4
b) Dihibrid

1. AABB : 1/4 X 1/4 = 1/16 6. Aabb : 2/4 X 1/4 = 2/16


2. AaBB : 2/4 X 1/4 = 2/16 7. AAbb : 1/4 X 1/4 = 1/16
3. aaBB : 1/4 X 1/4 = 1/16 8 aaBb : 1/4 X 2/4 = 2/16
4. AABb : 1/4 X 2/4 = 2/16 9. aabb : 1/4 X 1/4 = 1/16
5. AaBb : 2/4 X 2/4 = 4/16

Dari kombinasi genotipe tersebut dapat dikembangkan kombinasi fenotipe


sesuai dengan determinisme genetik dari fenotipenya, seperti terlihat pada
Tabel 4.

Tabel 4. Kombinasi Fenotipe F2 Dihibrid yang Telah Ditemukan


dalam Populasi pada Berbagai Organisme Diploid

Genotipe F2
Perbandingan Fe-
AABB AABb AaBB AaBb AAbb Aabb aaBB aaBb aabb
notipe pada F2
(1) (2) (2) (4) (1) (2) (1) (2) (1)

Kasus 1. 9:3:3:1 <-------9---------> <---3---> <---3---> --1--

Kasus 2. 12:3:1 <-------------12------------> <---3---> --1--

Kasus 3. 9:3:4 <-------9---------> <---3---> <-----4------>

Kasus 4. 9:7 <-------9---------> <----------7----------->

Kasus 5. 9:6:1 <-------9---------> <-----------6----------> --1--


<---3--->
Kasus 6. 13:3 <-----------(12+1 = 13) ---------- ->

Kasus 7. 15:1 <------------------15-----------------> --1--

Modul I. Genetika Mendel 13


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Kasus 1: (9:3:3:1) Pada kasus-1 terdapat hubungan dominant-resesif antara alel da-
lam masing-masing gen atau lokus (A dominan terhadap a; dan B domi-
nan terhadap b). Hubungan antara kedua gen tersebut adalah bebas
sehingga dapat berpadu bebas pada saat pembentukan gamet, dan un-
tuk menampakkan fenotipenya masing-masing gen mengendalikan sifat
yang berbeda dan tidak terdapat hubungan fungsional antara kedua gen
tersebut.

Kasus 2: (12:3:1) Kasus-2 terjadi karena terdapat proses interaksi antara dua gen
yang bebas dalam penampakan fenotipenya, dan terdapat hubungan
dominan-resesif antar alel dalam masing-masing lokus. Hal ini berarti
bahwa Hukum Mendel II tetap berlaku. Salah satu gen dapat ber-
ekspresi apabila gen lain dalam keadaan resesif. Contoh yang terdapat
dalam tabel 4: gen kedua (B) berekspresi seandainya pada gen pertama
(A) terdapat genotipe homozigot resesif. Sebagai teladan ialah warna
sekam pada gandum: Nelson Ehle telah memperlihatkan hasil per-
bandingan 12 hitam : 3 kuning : 1 putih pada populasi F2. Pada kasus
ini terlihat bahwa alel A menghasilkan warna hitam; alel a warna terang
dan alel B menghasilkan kuning dan alel b warna putih. Warna kuning
atau putih dapat muncul seandainya warna sekam tersebut terang, atau
lokus-A bergenotipe aa. Oleh karena itu akan diperoleh perbandingan
sebagai berikut:

A-B- + A-bb : aaB- : aabb


(9/16 + 3/16) 3/16 1/16
────────── ───── ─────
hitam kuning putih

Kasus 3: (9:3:4) Kasus 3 sama dengan kasus 2 yaitu bahwa gen kedua akan
berekspresi hanya dalam genotipe tertentu dari gen pertama. Perbe-
daan dari kasus 2 ialah bahwa pada kasus 3, gen kedua hanya ber-
ekspresi seandainya gen pertama dalam keadaan dominan. Teladan
dari kasus semacam ini di peroleh Corren (1912) pada bunga Lini
marocana. Segregasi populasi F2 dari persilangan bunga merah
terhadap bunga putih, diperoleh 9/16 ungu: 3/16 merah dan 4/16 putih.

Modul I. Genetika Mendel 14


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Warna putih menunjukkan tidak adanya antosianin pada bunga,


dikendalikan oleh alel resesif (a), sedangkan alel dominan (A) akan
mengendalikan antosianin, yang akan berwarna ungu dalam keadaan
basa dan merah dalam keadaan asam. Suasana basa dikendalikan oleh
alel dominan (B) dan suasana asam oleh alel resesif (b). Alel-alel pada
lokus B ini akan berekspresi bila terdapat antosianin, artinya bila
terdapat alel dominan A. Perbandingan fenotipenya adalah sebagai
berikut :

A-B- : A-bb : aaB- : aabb


(9/16) (3/16) (3/16 + 1/16)
───── ───── ─────────
Ungu merah putih

Kasus 4: (9:7)
A-B Kerjasama Hal ini terjadi seandainya terdapat interaksi dalam proses
pembentukan suatu zat. Suatu zat akan terbentuk seandainya terdapat
dua enzim yang mengendalikan suatu rantai reaksi, sebagai teladan
adalah proses reaksi pembentukan asam hidrosianik berikut ini:

Senyawa X ----------------> Linemarin ---------------> Asam hidrosianik


enzim X enzim
↑ Linemarase
Alel A ↑
Alel B

Untuk dapat terbentuk asam hidrosianik diperlukan adanya alel


dominan baik lokus A maupun lokus B, maka akan diperoleh :

A-B- A-bb + aaB- + aabb


9/16 (3/16 + 3/16 + 1/16)
────────── ───────────────
(asam hidrosianik) (tanpa asam hidrosianik)

Kasus 5: (13:3)
A-B Antagonis Perbandingan ini dihasilkan oleh interaksi dua gen dalam
menampakkan satu sifat fenotipe. Alel dominan B akan mengendalikan
pembentukan suatu zat, sedangkan ketidak hadiran alel dominan B atau
pada individu bergenotipe bb tidak akan terbentuk zat tersebut. Alel

Modul I. Genetika Mendel 15


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

dominan A pada gen yang lain akan menguraikan hasil pekerjaan gen
B, sehingga zat yang sudah terbentuk karena adanya alel dominant B
pada individu tersebu menjadi tidak akan ada seandainya hadir alel
dominan A. Organisme ini hanya akan mengandung suatu zat tersebut
seandainya bergenotipe aa pada suatu gen dan B_ pada gen yang lain.
Perbandingan fenotipe pada F2 akan diperoleh sebagai berikut :

A-B- 9/16 aaB- 3/16


A-bb 3/16
aabb 1/16
────────────── ──────────────
Tanpa zat (13/16) mengandung zat (3/16)

Kasus 6: (15:1) Perbandingan ini muncul seandainya dua gen mengendalikan


suatu sifat yang sama. Misal warna merah dikendalikan baik oleh alel
dominan A maupun alel dominan B. Kehadiran salah satu atau keduan-
ya dari alel dominant ini akan menghasilkan warna merah. Warna putih
hanya akan muncul apabila jasad hidup itu mempunyai genotipe aabb
atau tidak ada satu pun alel dominan. Dalam kasus semacam ini, maka
perbandingan fenotipe F2-nya adalah sebagai berikut :
A-B- + A-bb + aaB- : aabb
(9/16 + 3/16 + 3/16) 1/16
────────────── ─────
merah putih

Modul I. Genetika Mendel 16


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Prosedur Percobaan

Percobaan 1. Segregasi F2: Persilangan dihibrid untuk dua gen bebas

Alat : Data hasil simulasi komputer untuk segregasi F2 dihibrid


(hasil persilangan F1 X F1) (Data A, Data B dan Data C).

Prosedur : a. Lakukan pengelompokan Data A hasil keluaran program simulasi


komputer berdasarkan genotipenya, kemudian lakukan pengujian
apakah dua gen yang menyusun genotipe-genotipe tersebut bebas
atau tidak.
b. Lakukan pengelompokan untuk Data B: Bila terdapat hubungan
dominan resesif antara alel-alel dalam setiap gen, lakukan pengujian
apakah segregasi fenotipe tersebut sesuai dengan perbandingan
Mendel untuk dihibrid (2 gen).

Percobaan 2. Segregasi F2 : Dua gen bebas dengan interaksi fungsional

Alat: Data Simulasi komputer untuk mono-karakter (satu sifat) fenotipe

Prosedur: Lakukan pengelompokan Data C ke dalam kelas-kelas fenotipenya,


kemudian lakukan pengujian apakah karakter tersebut dikendalikan
oleh gen tunggal atau dua gen.

Catatan: Dalam membuat pembahasan laporan supaya dilengkapi dengan bagan atau
model persilangan yang dilengkapi dengan genotipe dan fenotipenya.

Modul I. Genetika Mendel 17


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Data A: Segregasi Genotipe F2 dari persilangan tetua (AABB x aabb)


___________________________________________________________________

AAbb aabB aabB AABB aabB aABB aabb aaBB AABB AABb
AaBb AAbB Aabb AabB aaBb aAbB AaBB AaBB aABb aabb
aABB AAbb AAbb AaBb AAbb AabB aaBB aABb AaBB AAbb
AAbB AAbB AabB AaBb aAbb aabB aaBb aAbb aaBB aaBB
AabB aaBb AAbB AAbB AAbB AaBB AaBb AAbB aABB aabb
AABb aABb AaBB aabb AaBb AabB AAbB aabb AABb AAbB
AaBb aAbb AabB AAbb AaBB aABB AABB AABb aaBb aabB
AabB aabb AaBB AabB AabB aaBB aABB aAbb aABB AABB
aaBb AABb aaBb aabB AabB aabb AaBB AabB AabB aaBB
aABB aAbb AABB AaBB AaBb AaBb aABB aaBB aaBB AABB
aabb AaBb aABb aABB aaBB aAbB aabb aABb AAbB aaBB
aaBb aAbB aAbb AabB AABb aAbb aAbb AaBb AAbb AABB
aAbB AabB aaBB aabB aabB aabb AaBB aAbb AaBB AAbb
aaBB aabb AAbb AAbb AabB AABB aaBB AAbb aabb aabB
aaBB aaBb AaBB aaBb AabB AAbB AAbb aAbb aabB AABb
aabb aaBB aaBB aAbB AAbb aAbb aaBB Aabb Aabb aaBB
AAbb aAbB aaBB AaBB AaBb AAbb aaBB AabB AAbb AABB
aaBB AaBb AAbB AAbB AAbb AabB AaBB Aabb AABB aABb
AAbB AaBb AABb AABB AabB aAbb AABB aabB AABB AaBb
AaBB aaBb AAbB AaBB AaBB AABb AAbB aabb AAbb aABB
aabb AABb aaBB aabB aabB aabB Aabb aaBB AAbb aaBb
aabb aaBb aaBb AaBb aaBb AABb AAbB aAbb AaBb aABb
aabB aabb AaBb aAbB AAbB aABB aaBb AABB AAbb aAbB
aaBB AAbB aabB aABb Aabb Aabb AabB AAbb aABB Aabb
AaBb AABb aAbB aaBB AABb aAbB aabB aAbB aABB aabB
aABB AAbB aabb AAbB aaBb aAbB aaBB AaBB aabB Aabb
AaBb aABB Aabb aaBB AAbb aaBb aaBB AaBb Aabb AAbB
Aabb aaBb AABb aAbB aabB aaBb AaBB aABb aABb AABB

Modul I. Genetika Mendel 18


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Aabb AaBB Aabb AabB AABB aabB aaBB aaBb aABb AaBB
AaBB aAbb aaBB aAbb aAbb Aabb aABb aaBB aaBb aABB
aabB AaBb AabB AAbB AaBb aAbb aabb Aabb aaBB AAbb
aabb aaBb AabB aAbB aABB AAbb aAbb AabB AABb AabB
(Data A lanjutan ...)

Aabb aaBB AABb Aabb AabB AAbb aabB aaBb aabb aABB
AaBB aabB aABb aabb AAbb AABb aabB aABb AabB AaBB
AabB aABB aabb aaBb aABB aabb AaBb aABB AaBb aABB
AABb aAbB aABB aabB AaBB aAbb AAbB aaBb aABb AaBb
aaBb aABB aABB aAbB AaBB AABb AAbb AABB Aabb AABb
aAbB AAbB AaBB aabb aABb aabB AaBb aAbB AaBB AAbb
aabb aAbb aABb aaBb AABb aabb aabb AAbb AABb aABb
aabb aabB AABb aAbB AabB AabB Aabb AAbB AabB AABB
aABB aaBB AaBb aaBb AAbB aabb AAbb aaBB Aabb aAbb
AaBb aAbB AABB aaBb AaBb AAbb AABB AABB AAbb aABb
aaBb AABb aaBb Aabb AabB AAbB AAbb AAbB AaBB aAbB
aABB aABB aAbb AabB AABb aaBB AAbB aabB AaBb aABb
aABb aabB aABB AABB aaBB aaBB aabB AabB Aabb aAbb
aaBb aaBb aAbB aabb AaBB AAbb aabb aabB AaBB AaBB
aabb Aabb aaBB aabb aAbB aAbB AAbB AAbB AAbB aAbb
AABB Aabb aAbB aabb aABB AaBb AaBB aABb AABb Aabb
aABb aAbB AAbB AAbB AabB aabB Aabb aabb aabb aaBb
aABB Aabb aaBb AaBB aABB AABb aAbb aABb aaBb Aabb

__________________________________
Keterangan: Aa = aA ; Bb = bB

Modul I. Genetika Mendel 19


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Data B: Segregasi Fenotipe F2 Dihibrid

PuKe MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi
PuTi MeKe PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe
MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi
PuTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe
MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi PuKe MeTi
MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe PuTi MeKe MeKe MeTi
MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe
MeTi PuTi PuTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi PuKe MeTi
MeTi MeKe MeTi MeTi PuTi MeKe PuKe MeTi PuKe MeTi
MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeKe MeKe PuTi
MeKe PuTi MeKe MeTi MeTi MeKe MeTi PuTi MeTi MeTi
MeTi MeKe MeTi MeTi MeKe PuKe PuTi MeTi MeTi MeTi
MeTi MeTi PuTi MeKe PuKe MeKe MeKe MeTi MeTi PuTi
MeTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuTi PuKe MeKe MeTi MeTi
MeTi PuTi MeKe MeKe PuKe MeTi MeTi MeTi PuKe PuTi
PuTi MeTi PuKe MeTi MeKe MeTi PuKe MeTi MeTi PuTi
PuTi PuTi MeKe PuKe PuKe MeTi PuTi PuTi MeKe MeTi
PuTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuKe
PuTi MeTi MeTi MeTi PuTi PuKe PuTi MeTi MeTi MeTi
MeTi PuKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe MeTi MeKe
MeKe MeTi MeKe MeTi PuTi PuKe PuKe MeTi MeKe MeTi
PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe PuTi PuTi MeTi
MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi PuTi
MeTi PuTi MeTi MeKe MeKe MeTi PuKe PuTi PuKe MeTi
MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe PuTi MeTi PuKe PuTi
MeTi MeKe MeTi MeTi PuKe MeTi PuTi PuKe PuTi MeKe
MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi PuKe MeKe MeTi MeTi MeTi
MeKe PuTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi PuTi PuTi

Modul I. Genetika Mendel 20


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe
MeTi PuKe MeKe MeKe PuTi MeTi MeTi PuTi PuTi MeTi
MeTi MeTi PuKe MeTi MeKe MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi

(Data B lanjutan...)

PuTi PuKe MeKe MeTi PuTi MeTi MeTi PuTi PuTi PuKe
MeKe PuTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
MeTi MeTi MeKe PuTi MeKe PuKe PuKe PuKe MeKe PuTi
MeTi MeTi PuKe MeTi PuTi PuKe MeKe MeTi MeTi PuTi
MeTi PuKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi
PuTi MeTi MeKe PuKe MeTi MeKe PuTi MeTi PuTi MeTi
MeKe PuTi MeTi PuKe PuTi PuTi MeTi MeKe PuTi MeTi
MeTi MeTi MeTi PuKe MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
MeKe MeTi PuTi PuTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi
MeTi MeTi PuTi MeTi MeKe MeTi PuTi MeKe MeKe MeTi
PuTi MeTi MeKe MeKe MeKe PuTi MeTi MeKe MeTi MeTi
MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe MeTi MeKe MeKe
MeKe PuTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi PuTi MeTi PuTi
MeTi PuKe MeTi MeKe MeKe PuKe MeTi MeTi MeTi MeTi
PuTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
PuTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeKe MeKe MeTi MeTi
MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi
PuTi MeTi MeKe PuTi MeTi PuTi MeKe MeTi PuTi MeTi

_________________________________
Keterangan: Me : fenotipe warna Merah Ti : Fenotipe postur tanaman Tinggi
Pu : fenotipe warna Putih Ke : Fenotipe postur tanaman Kecil

Modul I. Genetika Mendel 21


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Data C. Data Fenotipe F2 (monokarakter) hasil persilangan (LI x MU)


(Keterangan: LI = Fenotipe Liar; MU = Fenotipe Mutan)

LI MU MU LI MU LI LI LI MU LI MU LI LI
MU MU MU LI MU LI LI LI LI MU MU MU MU
MU LI MU LI MU LI MU LI LI LI MU LI MU
MU LI LI LI LI MU MU MU MU LI LI LI LI
LI LI LI LI LI MU LI MU MU LI LI MU MU
MU LI LI LI LI LI LI MU LI LI MU MU MU
LI LI LI MU LI LI LI LI LI LI LI LI MU
LI LI LI LI LI LI MU MU LI MU LI MU LI
MU LI MU LI LI LI MU LI MU LI MU MU LI
LI MU MU LI LI LI MU LI LI LI LI MU MU
LI MU LI MU MU LI LI LI LI MU MU LI LI
LI LI MU LI LI MU MU MU LI LI LI LI MU
MU LI MU LI MU MU LI MU MU MU MU LI MU
LI MU MU LI MU MU LI LI MU MU MU MU MU
MU LI LI LI MU MU MU MU LI MU MU LI MU
MU LI MU MU MU MU MU LI MU LI LI LI LI
LI LI MU LI LI LI MU MU MU MU LI LI LI
LI LI LI MU LI LI MU LI MU MU LI MU LI
LI MU LI MU MU MU LI LI MU MU MU LI LI
LI LI LI LI LI MU LI MU MU MU MU LI MU
LI MU MU MU LI MU LI LI LI MU MU LI MU
MU MU LI MU LI LI LI LI LI MU MU LI LI
MU MU LI LI LI LI MU LI MU LI LI LI LI
LI LI LI LI MU MU LI LI MU MU MU LI MU
LI MU LI LI LI MU MU MU LI LI LI MU MU
LI LI LI LI MU MU LI LI MU LI LI LI LI
MU LI LI LI LI LI MU MU MU LI MU MU LI
LI MU MU LI LI MU LI LI MU LI MU LI LI

Modul I. Genetika Mendel 22


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

MU MU LI LI MU MU MU LI LI MU MU MU LI
LI LI MU LI MU MU LI MU LI MU MU LI MU

(Data C lanjutan...)

LI LI MU LI MU LI MU MU LI MU LI LI MU
MU LI LI MU MU MU MU MU LI MU LI LI LI
LI LI MU MU MU LI MU LI MU MU MU MU LI
LI LI LI MU MU LI LI LI LI MU MU MU LI
LI MU MU MU LI MU LI LI MU MU LI MU MU
LI LI LI LI LI LI MU MU LI MU LI LI MU
MU LI MU LI MU MU LI LI LI LI LI MU MU
MU LI LI LI LI MU MU LI MU LI MU LI MU
MU LI LI MU LI MU LI MU LI MU MU LI LI
MU MU LI LI LI LI LI MU MU LI MU LI MU
MU MU MU LI MU LI LI MU MU LI LI LI LI
MU LI MU LI MU LI MU MU LI MU LI MU LI
MU LI LI MU MU MU LI MU LI LI MU LI LI
LI MU MU LI LI MU LI LI MU MU MU MU LI
LI MU LI LI MU LI MU LI LI LI LI LI LI
LI MU MU LI LI LI MU LI LI LI LI MU LI
LI MU LI LI LI MU LI MU LI MU LI MU LI
MU LI LI LI MU LI MU MU LI MU LI LI MU
LI LI MU LI MU MU MU MU LI LI MU MU LI
LI LI MU MU MU MU LI LI MU LI MU LI LI
MU MU MU MU LI MU LI LI MU LI LI MU MU
MU MU MU MU LI MU LI MU MU MU MU LI MU
MU LI MU MU LI MU LI MU MU LI LI MU LI
LI MU MU MU LI MU LI LI LI MU LI MU LI
MU LI MU LI LI MU LI MU LI MU MU MU LI
LI LI LI LI MU LI LI LI LI LI MU MU MU
MU MU LI LI MU LI MU MU LI LI LI MU MU
LI MU MU MU MU MU MU MU MU LI LI LI LI

Modul I. Genetika Mendel 23


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

MU LI MU MU LI LI LI MU LI LI LI LI MU
MU LI LI LI LI MU MU MU MU LI MU MU MU
LI LI MU LI MU MU MU MU LI MU MU MU MU
LI MU MU MU MU LI MU ____________________________________

Modul I. Genetika Mendel 24


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 1 : GEN BERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM

Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


1. menganalisis data hasil silang uji untuk setiap dua lokus saling
bebas atau terpaut
2. menghitung koefisien rekombinasi dan jarak antar lokus
3. membuat peta genetik atau peta kromosom
4. menganalisis hubungan pindah silang antar segmen kromosom
yang berdampingan saling bebas atau tidak
(merangsang/menelan)

Latar Belakang

Pautan Hukum Mendel II mengenai Hukum Berpadu Bebas ("Inde-


pendent Assortment") berlaku hanya bila gen-gen yang dilibatkan
bebas satu sama lain atau terletak pada kromosom yang berbeda.
Pada kenyataannya, hal ini tidak selalu berlaku karena dalam satu
kromosom dapat terdiri dari puluhan, ratusan atau bahkan ribuan
gen (banyak gen) yang terikat atau terpaut satu sama lain. Keadaan
seperti ini akan mempengaruhi pola segregasi dan perpaduan antar
gen saat pembentukan gamet. Akibat keterikatan secara fisik ini,
maka dua gen yang terletak berdekatan pada kromosom yang sama
akan cenderung bersegregasi dan berpadu bersama-sama.
Peristiwa keterikatan suatu gen dengan gen yang lain dalam
satu kromosom disebut pautan (lingkage). Pada gambar 1 diper-
lihatkan bahwa gen A dan gen B terletak pada kromosom yang sama,
sedangkan gen C terletak pada kromosom yang berbeda daripada
gen A dan gen B. Gen A mempunyai dua alel (A dan a), juga B (B
dan b) dan gen C (C dan c). Pada proses pembentukan gamet ter-
lihat bahwa alel-alel yang terletak pada kromosom yang sama
cenderung bersegregasi dan berpadu menuju sel gamet yang sama
(alel dari gen A dan alel dari gen B), sedangkan alel yang terletak
pada kromosom yang berbeda bersegregasi dan berpadu dengan

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 25


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

bebas (antara alel dari gen C dengan alel dari gen A atau antara alel
dari gen C dengan alel dari gen B).

Gambar 1. Segregasi dan berpadu bebas pada Gen Berpautan dan


Gen Bebas saat pembentukan gamet

Pautan antar gen dapat diamati dari data segregasi fenotipe


F2 atau data segregasi fenotipe hasil silang uji (test cross). Silang
uji adalah persilangan antara F1 (atau individu yang ingin diketahui
genotipe-nya) dengan individu homozigot resesif. Pengujian
dengan uji khi-kuadrat terhadap hipotesis kebebasan menurut
segregasi fenotipe akibat berlakunya Hukum Mendel akan
menghasilkan tidak terpenuhinya hipotesis tersebut.

Pindah Silang Pindah silang (Crossing over) adalah proses pertukaran


potongan atau segmen kromosom antara dua kromosom homolog.
Proses ini terjadi pada waktu meiosis I karena adanya proses
perpasangan kromosom homolog (sinapsis/bivalen). Pada fase-S
(sintesis) dalam daur sel, DNA bereplikasi kecuali pada bagian yang
akan menjadi sentromer kromosom. Hasil replikasi ini mulai nampak
pada fase profase dalam Miosis I, yaitu setiap kromosom telah
membelah diri membentuk kromatid bersaudara kecuali pada

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 26


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

sentromernya. Pertukaran segmen kromosom itu berlangsung


antara kromatid- kromatid antar kromosom homolog (gambar 2).

Gambar 2. Pindah silang dua gen terpaut antara dua kromosom homolog

Berkat pindah silang diperoleh kombinasi baru, yang tidak


terdapat pada tetuanya, yaitu kombinasi Ab dan aB. Proses peng-
aturan kembali susunan gen pada kromosom disebut rekombinasi.
Proses rekombinasi akibat adanya pindah silang ini, berarti
memperkaya keragaman genetik. Hal ini penting sekali bagi
organisme.
Pada kenyataannya pindah silang antara dua kromosom
homolog dapat terjadi pada berbagai tempat sepanjang kromosom.
Pada satu kromosom dapat terjadi lebih dari satu pindah silang.
Pada gambar 3 diperlihatkan adanya pindah silang tunggal dan
pindah silang ganda, dan kombinasi yang dihasilkan dari pindah
silang tersebut.
Frekuensi
Rekombinasi Pada gambar 3 dapat dilihat pindah silang yang terjadi pada
bagian antara dua gen yang terletak berjauhan akan berlangsung
lebih sering ketimbang antara gen-gen yang berdekatan. Rekombi-
nasi terbesar tentunya terjadi pada gen-gen yang terletak pada
kromosom yang sama tetapi mempunyai jarak yang terjauh. Jarak
antar gen pada kromosom dihitung berdasarkan frekuensi
rekombinasi, atau pindah silang.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 27


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Gambar 3. Berbagai Pindah Silang pada Dua Segmen Kromosom

Pada gen-gen yang sangat berdekatan, proses pindah silang


mungkin tidak terjadi atau tidak teramati karena frekuensi ke-
jadiannya sangat kecil. Maka hasil segregasi untuk keadaan sema-
cam ini akan menghasilkan kejadian seperti pada gambar 4.

Gambar 4. Segregasi dua gen terpaut dengan jarak berdekatan dan tidak ter-
jadi pindah silang

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 28


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Bila jarak antar gen terpaut tidak sangat berdekatan, maka


berpeluang terjadi pindah silang (misal dengan frekuensi r), maka
akan diperoleh hasil seperti pada gambar 5 berikut.

Gambar 5. Segregasi dua gen terpaut dengan jarak tidak terlalu


berdekatan dan terjadi pindah silang

Berdasarkan koefisien rekombinasi dapat diduga segre-


gasi individu tersebut. Prosedur yang paling memudahkan
pendugaan adalah dengan melakukan silang uji atau silangan balik
terhadap individu homozigot ganda resesif (aabb). Misal kita dapat-
kan pengamatan berikut:
Tabel 1. Segregasi gamet, fenotipe dan genotipe hasil silang uji
───────────────────────────────────────────
Gamet F1
(fenotipe hasil Genotipe silang uji Frekuensi pengamatan
silang uji)
───────────────────────────────────────────
AB AaBb 1/2 (1-r).n(AB)
Ab Aabb 1/2 r .n(Ab)
aB aaBb 1/2 r .n(aB)
ab aabb 1/2 (1-r).n(ab)
───────────────────────────────────────────
1/2 r + 1/2 r
r = ─────────────────────────
1/2(1-r) + 1/2 r + 1/2 r + 1/2(1-r)

n(Ab) + n(aB)
= ─────────────────────────
n(AB) + n(Ab) + n(aB) + n(ab )

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 29


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Untuk pindah silang ganda atau untuk kasus lebih dari dua
gen, perhitungan koefisien rekombinasi dilakukan berdasarkan
pindah silang antara dua lokus. Jadi harus dilakukan perhitungan
untuk setiap pasang lokus.

Sebagai teladan adalah persilangan berikut :

ABC abc ABC


P: ------- X ------ ────────► F1: -------
ABC abc abc

ABC abc
Silang uji : ------- X ------
abc abc
(F1) (homozigot resesif)

menghasilkan kemungkinan kombinasi gamet F1 atau fenotipe hasil


silang uji pada tabel berikut.

Tabel 2. Kombinasi gamet F1 atau fenotipe hasil silang uji

Fenotipe Pengamatan Hipotesis


(gamet F1)
ABC Tetua T1
abc T2
ABc Pindah silang antara B-C R1
abC R2
Abc Pindah silang antara A-B R3
aBC R4
AbC Pindah silang ganda antara A-B R5
aBc dan B-C R6

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 30


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Perhitungan
Koefisien Rekombinasi

a. Koefisien rekombinasi antara A dan B (r AB)

Fenotipe Pengamatan Hipotesis


(gamet F1)
AB T1 + R1 1/2 (1 - r AB)
Ab R3 + R5 1/2 r AB
aB R4 + R6 1/2 r AB
ab T2 + R2 1/2 (1 - r AB)

(R3 + R5) + (R4 + R6)


r AB = ────────────────
Total

b. Koefisien rekombinasi antara B dan C

Fenotipe Pengamatan Hipotesis


(gamet F1)
BC T1 + R4 1/2 (1 - r BC)
Bc R1 + R6 1/2 r BC
bC R2 + R5 1/2 r BC
bc T2 + R3 1/2 (1 - r BC)

(R1 + R6) + (R2 + R5)


r BC = ────────────────
Total

c. Koefisien rekombinasi antara A dan C


Pengamatan Hipotesis
(gamet F1)
AC T1 + R51 1/2 (1 - r AC)
Ac R1 + R6 1/2 r AC
aC R2 + R4 1/2 r AC
ac T2 + R6 1/2 (1 - r AC)

(R1 + R3) + (R2 + R4)


r AC = ────────────────
Total

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 31


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Pemetaan
Petaa Kromosom Koefisien rekombinasi merupakan petunjuk jarak antar dua
gen. Persentase rekombinasi: (r x 100%), digunakan sebagai satuan
jarak antara dua gen. Jadi jarak antar dua gen (misal antara A dan
B) biasa disebut sebagai: (r AB x 100 %) rekombinasi atau (r AB x
100) centi Morgan (cM) atau unit map (um).
Urutan posisi gen pada kromosom ditentukan berdasarkan
besarnya koefisien rekombinasi. Koefisien terbesar menunjukkan ja-
rak terbesar. Misal r AC lebih besar dari r AB dan r BC, maka dapat
kita gambarkan posisi gen pada kromosom seperti pada gambar 10
di bawah ini.

r AB r BC
<-----------------------------> <------------------->
A B C
<-------------------------------------------------------->
r AC

Gambar 6. Peta posisi gen A, B dan C pada kromosom

Rekombinasi hasil pindah silang ganda dapat juga digunakan


sebagai petunjuk urutan gen pada kromosom. Rekombinan yang
mempunyai banyak individu paling sedikit, misal R5 dan R6,
merupakan hasil pindah silang ganda.

Interference
dan Coincidence Dua kejadian pindah silang pada ruas-ruas yang berdampingan
dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Kejadian pindah silang
pada satu ruas akan merangsang atau sebaliknya menekan
terjadinya pindah silang pada ruas yang disebelahnya. Untuk
mengetahui apakah dua kejadian bebas atau tidak dilakukan
perhitungan berikut (contoh untuk peta kromosom seperti gambar di
atas):

Frekuensi pindah silang ganda


Coincidence (C) = ──────────────────────
r AB x r BC

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 32


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Frekuensi pindah silang ganda pada contoh diatas adalah :

(R5 + R6)
Frekuensi pindah silang ganda = ─────────
Total

(1) Bila kejadian pindah silang antara A - B bebas dari pindah silang
antara B - C, maka r AB x r BC = frekuensi pindah silang
ganda; atau C = 1.
(2) Bila r AB x r BC < frekuensi pindah silang ganda; atau C > 1
berarti bahwa pindah silang ganda jauh lebih sering dari pada
semestinya; yang berarti pula pindah silang pada satu ruas
merangsang terjadinya pindah silang pada ruas yang lain.
(3) Bila r AB x r BC > frekuensi pindah silang ganda; atau C < 1
maka berarti frekuensi pindah silang ganda lebih kecil dari pada
semestinya; yang berarti pindah silang pada satu ruas menekan
terjadinya pindah silang pada ruas lain.

Interference (I) = 1 - C

Bila I bernilai positif; I = 1 - C > 0, maka terjadi penekanan


pindah silang pada satu ruas akibat adanya pindah silang pada
ruas lain.
Bila I negatif; I = 1 - C < 0, maka berarti terjadi rangsangan
pindah silang pada satu ruas oleh pindah silang pada ruas yang
lain.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 33


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Percobaan

Bahan Data simulasi komputer dari persilangan-persilangan berikut:

ABCDE +++++ ABCDE


P: ───── X ───── ─────► F1 : ─────
ABCDE +++++ +++++

ABCDE ABCDE
Silang uji untuk F1 : ───── X ─────
+++++ ABCDE
(homosigot resesif)

Dengan hipotesis liar (+) dominan terhadap mutan (huruf),


maka diperoleh segregasi untuk silang uji seperti pada data
percobaan pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Data segeregasi fenotipe hasil silang uji

No. Fenotipe Jumlah No. Fenotipe Jumlah


(Gamet F1) (Gamet F1)

1. +++++ 116 17. +B+DE 42


2. +B+++ 35 18. +BC+E 1
3. ++C++ 11 19. A+C+E 9
4. +++D+ 26 20. +BCD+ 3
5. ++++E 24 21. A+CD+ 9
6. A++++ 4 22. AB+D+ 1
7. +B++E 8 23. ++CDE 10
8. +BC++ 4 24. A++DE 3
9. A+C++ 34 25. AB++E 2
10. ++C+E 1 26. ABC++ 98
11. +B+D+ 9 27. +BCDE 10
12. ++CD+ 1 28. A+CDE 36
13. A++D+ 2 29. AB+DE 15
14. +++DE 108 30. ABC+E 24
15. A+++E 1 31. ABCD+ 34
16. AB+++ 15 32. ABCDE 104

Total = 800

Catatan:
χ2 db, α atau χ2-tabel untuk α = 0.05 (selang kepercayaan 95%) pada masing-
masing db (derajat bebas) yang berbeda (mulai db=1 dan seterusnya) adalah:
1 = 3.841 2 = 5,991 3= 7.815 4= 9.488 5= 11.070
6 = 12.592 7 = 14.067 8 = 15.507 9 = 16.919 10= 18.307

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 34


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Prosedur 1. Lakukan pengelompokkan dari data tabel 9 ke dalam dua lokus-


dua lokus untuk masing-masing pasangan sebagai berikut: A-B;
A-C; A-D; A-E; B-C; B-D; B-E; C-D; C-E; dan D-E (10
kemungkinan pasangan untuk 5 gen yang akan dianalisis.
2. Uji apakah setiap pasang lokus (dua gen) tersebut saling bebas
satu sama lain atau tidak-bebas (terpaut) dengan cara mengisi
tabel untuk pengujian yang telah disediakan.
3. Seandainya terpaut, hitunglah koefisien rekombinasi (r) dan jarak
(r x 100% atau r x 100 cM) antara gen-gen tersebut.
3. Kemudian gambar peta kromosomnya.
4. Bila terjadi pindah silang untuk dua ruas kromosom yang
berdampingan (tiga gen saling terpaut), hitunglah Coincidence
dan Interference untuk mengetahui apakah kedua pindah silang
tersebut bebas atau tidak (saling mempengaruhi: menekan/
merangsang)

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 35


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 2 : ANALISIS GENETIK ORGANISME HAPLOID

Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


1. menghitung koefisien rekombinasi dan jarak antar lokus dengan
sentromer
2. menganalisis data hasil persilangan untuk dua lokus saling
bebas atau terpaut, bila terpaut dapat menghitung koefisien
rekombinasi dan jarak antar lokus
3. membuat peta genetik atau peta kromosom

Latar Belakang Beberapa organisme eukariot selama tahapan vegetatif dalam


siklus hidupnya adalah dalam fase haploid (n) atau dikenal sebagai
organisme dengan daur hidup haplobion. Contoh organisme ini
adalah Chlamydomonas dari kelompok alga dan Neurospora dari
kelompok cendawan. Fase diplod (2n) berlangsung sangat singkat
dibandingkan dengan keseluruhan waktu daur hidup organisme.
Neurospora crassa yang merupakan organisme eukariot haploid
(n=7) ini telah menjadi salah satu organisme yang banyak dijadikan
sebagai subjek penelitian genetika, diantaranya untuk mempelajari
pautan antar gen dan peta genetik, maupun penelitian biokimia.
Neurospora crassa atau dikenal sebagai jamur Oncom Merah
termasuk askomicetes bersel ganda dan berbentuk filamen (hifa).
Hifa bentuk tabung panjang disekat oleh septa, dan tiap ruang
terdapat banyak inti haploid. Biakan N. crassa biasanya berupa
massa hifa yang disebut miselium.
Pada hifa dewasa dibagian ujungnya dibentuk konidium
berupa spora berinti tunggal. Konidium ini berfungsi sebagai alat
perkembang biakan melalui reproduksi aseksual, yaitu terjadi bila
konidium terlepas dari hifa dan berada pada kondisi yang
memungkinkan, konidium ini akan berkecambah membentuk hifa
baru dan miselium. Perkembangan dan pertumbuhan dari konidia
menjadi hifa baru dan miselium hanya melibatkan pembelahan
mitosis. Pada kondisi tertentu (khususnya kekurangan sumber

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 36


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Nitrogen), Neurospora crassa dapat juga bereproduksi secara


”seksual”. Konidium dapat berfungsi seperti gamet jantan, dan bila
bertemu dengan bagian lain pada miselium yang disebut arkegonium
(berfungsi seperti gamet betina) akan terjadi fusi menghasilkan zigot
diploid. Proses ini hanya akan terjadi atau dua N. crassa dengan tipe
kawin yang berbeda, yaitu tipe-A dan tipe-a. Fusi tidak akan terjadi
antara tipe-A dengan tipe-A, atau antara tipe-a dengan tipe-a. Segera
setelah fusi akan terjadi proses meiosis yang dilanjutkan dengan satu
kali proses mitosis sehingga terbentuklah askus yang tersusun dari
delapan spora linear. Askus-askus tersusun dalam peritesium. Spora
yang lepas dari askus akan berkecambah membentuk hifa baru.
Siklus hidup N. crassa dapat dilihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 7. Siklus hidup Neurospora crassa melalui reproduksi


aseksual dan seksual

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 37


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Organisme haploid mempunyai beberapa keutamaan yang


penting dalam studi genetik dibandingkan organisme diploid, yaitu:
(1) dapat ditumbuhkan/dikulturkan dengan mudah.
(2) siklus hidup cepat dan jumlah populasi besar dalam tempat
terbatas.
(3) dalam organisme setiap gen mempunyai alel tunggal sehingga
secara langsung terekspresi dalam fenotipe, hal ini akan
mempermudah analisis genetiknya.
(4) dapat dilakukan analisis jarak gen dengan sentromer.
(5) dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan tingkah laku kromosom
saat meiosis organisme diploid.

Contoh analisis genetik organisme haploid:

Data pada tabel 6 berikut adalah tetrad hasil persilangan antara Neurospora crassa
dari biakan yang mempunyai ciri-ciri membutuhkan adenin (ad) dan membutuhkan
triptopan (tryp) untuk hidupnya dengan biakan tipe liarnya (+ +).

Tabel 6. Tetrad hasil persilangan antara Neurospora crassa (ad tryp) x (+ +)

Tipe askus I II III IV V VI VII


ad tryp ad + ad tryp ad tryp ad tryp ad + ad tryp
ad tryp ad + ad + + tryp + + + tryp + +
+ + + tryp + tryp ad + ad tryp ad + + tryp
+ + + tryp + + + + + + + tryp ad +
Jumlah 49 8 31 3 6 1 2
Total = 100

1) Analisis lokus ad dengan sentromer:

DP sent.-ad = Tipe-I + Tipe-II + Tipe III = 49 + 8 + 31= 88


Tsent. - ad = Tipe-IV + Tipe-V + Tipe VI + Tipe VII = 3 + 6 + 1 + 2 = 12
1/2 (12)
sehingga Koef. rekombinan sent.-ad = ──────── = 0.06
100

Jadi jarak antara sent.-ad = 6 cM

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 38


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

2) Analisis lokus tryp dengan sentromer:

DP sent.-tryp = 49 + 8 + 3= 60
Tsent. - tryp = 31 + 6 + 1 + 2 = 40
1/2 (40)
sehingga Koef. rekombinan sent.-tryp = ──────── = 0.20
100

Jadi jarak antara sent.-tryp = 20 cM

3) Analisis lokus ad dengan lokus tryp:

DP ad-tryp = 49 + 6= 55
DR ad-tryp = 8 + 1= 9
T ad-tryp = 3 + 31 + 2 = 36
Dengan uji khi-kuadrat dapat dibuktikan bahwa (DP=55) berbeda nyata dengan
(DR=9), ini berarti bahwa antara lokus-ad dengan lokus-tryp saling terpaut.
9 + 1/2 (36)
Koef. rekombinan ad-tryp = ────────── = 0.27
100

Jadi jarak antara ad-tryp = 27 cM

4) Maka peta genetik/kromosomnya:

sentromer
6 cM 20 cM
ad tryp

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 39


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Percobaan

Bahan Data Hasil persilangan Neurospora crassa antara genotipe (al + A)


dengan (+ leu a) untuk 50 tetrad yang diamati disajikan pada tabel
7 berikut:

Tabel 7. Hasil persilangan Neurospora (al + A) dengan (+ leu a) menghasilkan 50


tetrad yang terbagi ke dalam 12 tipe susunan spora dalan askus*)

Tipe-I Tipe-II Tipe-III Tipe-IV Tipe-V Tipe-VI


al + A al + A al + A al + A al + A al leu a
+ + A al + A al leu A + leu a + leu a + + A
al leu a + leu a + + a al + A al leu a al leu a
+ leu a + leu a + leu a + leu a + + A + + A
─────── ─────── ─────── ─────── ─────── ───────
23 10 4 2 2 2

Tipe-VII Tipe-VIII Tipe-IX Tipe-X Tipe-XI Tipe-XII


al + A al leu a al + A al + a al leu a al leu A
+ leu A al leu a + leu A al leu a + leu A + leu a
al + a + + A al leu a + + A al + a al + a
+ leu a + + A + + a + leu A + + A + + A
─────── ─────── ─────── ─────── ─────── ───────
2 1 1 1 1 1

*): al = albino strain ; (+ = wild type)


leu = leucine-requiring strain ; (+ = wild type)
a = mating type (mutan type) ; A = mating type (wild type)

Prosedur 1. Analisis masing-masing gen terhadap sentromernya dengan


menentukas tetrad tipe DP dan T untuk masing-masing, menghi-
tung koefisien rekombinasi dan jarak gen terhadap sentromern-
ya.
2. Menguji apakah setiap pasang gen (dua-dua) bebas satu sama
lain atau tidak (terpaut) dengan menguji menggunakan khi-
kuadrat untuk DP dan DR untuk masing-masing pasangan gen.
Bila DP = DR berarti kedua gen yang dianalisis saling bebas, se-
baliknya bila DP ≠ DR (tepatnya DP > DR) berarti kedua gen
saling terpaut sehingga dilanjutkan dengan menghitung koefisien
rekombinasi dan jarak antar gen.
3. Membuat gambar peta kromosomnya.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 40


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 3 : SIKLUS HIDUP DAN RASIO SEKS LALAT BUAH
(Drosophila melanogaster)

Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


1. mempelajari dan mengetahui siklus hidup Drosophila
melanogaster
2. menyediakan tetua betina yang belum dibuahi (berumur kurang
dari 10 jam) untuk percobaan persilangan.
3. membuktikan apakah perbandingan jantan dan betina = 1 : 1.

Latar Belakang Lalat buah (Drosophila melanogaster) merupakan hewan


yang dalam siklus hidupnya bermetamorfosis lengkap, yaitu
melewati fase: telur - larva - pupa - imago (dewasa) (gambar 8).
Lamanya waktu dalam satu kali siklus bervariasi dan dipengaruhi
oleh suhu lingkungan. Kenaikan suhu sampai mencapai 25 oC
umumnya mempersingkat waktu siklus, misalnya pada suhu 20 oC
siklus hidup membutuhkan 15 hari dan pada suhu 25 oC hanya 10
hari.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 41


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Gambar 8. Siklus hidup Drosophila melanogaster


Drosophila adalah organisme diploid dengan jumlah kromo-
som 2n=2x=8 kromosom atau 4 pasang kromosom. Satu pasang
atau dua kromosom diantaranya mengendalikan seks (jenis ke-
lamin), dan disebut sebagai kromosom seks, sedangkan enam kro-
mosom yang lainnya disebut autosom. Kromosom seks pada Dro-
sophila terdiri atas kromosom-X dan kromosom-Y. Penentuan
jantan dan betina mengikuti sistem heterogametik jantan seperti
pada manusia, sehingga individu jantan berkromosom seks XY dan
betina XX. Secara morfologi, Drosophila jantan dan betina dapat
dibedakan secara mudah seperti disajikan pada gambar 9 dan tabel
8.

Gambar 9. Perbedaan morfologi jantan dan betina D. melanogaster

Tabel 8. Perbedaan Morfologi D. melanogaster Jantan dan Betina

Perbedaan morfologi Jantan Betina

Ukuran lebih kecil lebih besar

Ujung Abdomen tumpul agak runcing

Abdomen 5 segmen (2 segmen di 7 segmen yang jelas


bagian ujung bersatu
dan berwarna hitam)

Tangkai depan terdapat bentuk sisir tidak ada bentuk sisir

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 42


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

(Sex comb)
Drosophila merupakan hewan yang telah lama digunakan se-
bagai objek percobaan genetika. Selain karena siklus hidupnya
yang relatif singkat, juga jumlah keturunannya cukup banyak
dan ukuran tubuh relatif kecil, serta membutuhkan persyaratan
hidup atau kultur yang relatif sederhana. Oleh karena itu Dro-
sophila cukup ideal untuk digunakan sebagai objek dalam praktikum
genetika.
Dewasa ini telah banyak sifat-sifat pada Drosophila yang
telah diketahui pengendalian genetik atau pola pewarisannya, salah
satu sifat yang akan dijadikan materi percobaan dalam kegiatan
praktikum adalah pewarisan sifat warna mata. Bila kita mencoba
menangkap dan mengamati warna mata Drosophila dari alam (liar)
hampir dapat dipastikan warna matanya adalah merah. Namun pa-
da tahun 1910 Morgan menemukan mutan Drosophila warna mata
putih dari kultur Drosophila liar warna mata merah.

Percobaan
Alat Alat-alat yang digunakan diantaranya:
1. botol biakan dan botol pembantu
2. cawan petri
3. kowas kecil
4. kaca pembesar atau loup

Bahan Bahan yang dibutuhkan adalah:


1. stok biakan Drosophila warna mata merah dan putih
2. ubi rebus untuk media kultur
3. kapas dan kain bahan penutup botol biakan
4. bahan kimia ether teknis

Prosedur 1. Botol biakan diisi dengan media (ubi jalar rebus yang dihaluskan)
kira-kira setebal 0.5-1 cm, usahakan media benar-benar lengket
pada dasar botol biakan (bila botol dibalikkan media tidak lepas).
Di atas media diletakkan kertas stensil yang ditekuk dan
diusahakan tidak menutup sebagian besar permukaan media.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 43


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

2. Pindahkan Drosophila dari botol stok ke botol pembantu dengan


cara menghubungkan kedua permukaannya. Balikkan botol
(sehingga media di bagian atas) dan biarkan Drosophila bergerak
ke arah media. Dengan hati-hati buka tutup botol biakan dan
sambungkan dengan botol pembantu. Selanjutnya dibalikkan
sehingga botol pembantu berada di sebelah atas. Biarkan
Drosophila bergerak ke atas (botol pembantu). Kalau di dalam
botol pembantu sudah terdapat sejumlah Drosophila yang
dibutuhkan, maka botol pembantu digeserkan dalam posisi
terbalik dari hubungannya dengan botol stok, kemudian
diletakkan di atas cawan. Botol stok segera ditutup kembali
(bersamaan dengan digeserkannya botol pembantu).
3. Memasukan kapas yang telah dibasahi dengan ether ke dalam
cawan petri yang ditutup oleh botol pembantu. Karena uap
ether, maka Drosophila di dalam botol pembantu menjadi
pingsan (tidak dapat terbang).
4. Periksalah Drosophila yang dalam keadaan pingsan untuk
mengetahui jenis seksnya (jantan dan betina). Gunakan alat
pembantu koas kecil dan loup.
5. Masukkan ke dalam botol biakan 3-5 pasang Drosophila dengan
menggunakan koas lecil. Usahakan lalat berada di atas kertas
dan tidak menempel pada media (lengket).
6. Pada botol biakan ditempeli etiket/label sebagai berikut untuk
dilengkapi.
Biakan : ...................
(Stok Merah/ Stok Putih/ Persilangan............)
Kultur : ........... (hari dan tanggal)
Larva pertama : ...................
pupa pertama : ...................
imago pertama: ...................

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 44


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Pengamatan 1. Amati apakah Drosophila yang anda kulturkan mati atau tidak
(kira-kira sampai 15 menit kemudian setelah pemindahan), kalau
mati segera ganti lagi.
2. Botol kultur yang telah berisi imago Drosophila diinkubasi dalam
suhu ruangan. Usahakan biakan terhindar dari semut.
3. Selanjutnya biakan diamati setiap hari (pagi dan atau sore hari)
untuk mengetahui waktu terjadinya larva pertama dan pupa
pertama dengan mencatat pada label.
4. Setelah terbentuk pupa pertama, imago yang ada dalam botol
biakan (Drosophila yang dibiakkan) dikeluarkan. Botol biakan
yang telah tidak ada imago ditutup kembali dan diinkubasi
kembali.
5. Pengamatan tiap hari dilanjutkan sampai diketahui waktu
terbentuk imago pertama dan di catat pada label.
6. Setelah terbentuk imago pertama, diamati tiap hari sampai 10
hari untuk mengetahui jumlah imago yang terbentuk dan rasio
seksnya (mengisi tabel yang disediakan). Setelah setiap kali
pengamatan, botol biakan dikosongkan dari imago. Cara
pengamatan: bila jumlah imago masih sedikit (misal tidak lebih
dari lima) dapat diamati langsung di dalam botol biakan dan
selanjutnya imago dikeluarkan, tetapi bila jumlahnya banyak
seluruh imago harus dipindahkan dulu ke botol pembantu untuk
dibius dan baru dapat diamati.
7. Bahan untuk percobaan persilangan, perlu diamati dan disiapkan
dari imago yang anda amati selama 10 hari tersebut. Khusus
untuk imago betina yang akan digunakan untuk induk
persilangan harus yakin belum dibuahi (virgin), yaitu harus
berumur kurang dari 10 jam. Sedangkan untuk induk jantan
dapat menggunakan imago umur berapa saja.
8. Cara menyiapkan imago berumur kurang dari 10 jam adalah
sebagai berikut: Tentukan dahulu kapan waktu akan
menyilangkan (misal: akan menyilangkan pada hari keempat
setelah terbentuk imago dan akan dilaksanakan pada pukul
14.00); Hitung waktu mundur 10 jam dari pukul 14.00 pada hari

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 45


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

keempat tersebut yaitu pukul 04.00; Pada pukul 04.00 (pagi


hari) tersebut imago yang ada pada botol biakan harus
dikeluarkan (dalam botol biakan menjadi tidak ada imago, yang
ada hanya pupa, larva dan mungkin telur, dan jangan lupa untuk
menghitung jumlah dan rasio seksnya imago yang dikeluarkan
sebagai data tabel 3); Setelah imago dikeluarkan dan di hitung
botol biakan diinkubasi kembali; Bila anda melihat imago dalam
botol biakan pada pukul 14.00 (saat akan melakukan
persilangan), maka dapat dipastikan bahwa imago yang ada
umurnya maksimum 10 jam.

Pertanyaan dan Tugas

1. Buatkan bagan siklus hidup Drosophila dan lengkapi dengan waktu yang dibutuh-
kan untuk masing-masing tahapan siklus.

2. Uji secara statistik (Khi-kuadrat) apakah nisbah antara jantan dan betina pada ke-
turu-nannya 1:1 atau tidak. Bagaimana anda dapat menjelaskan diperolehnya hasil
tersebut.

3. Mengapa Drosophila sering digunakan sebagai objek penelitian genetika?

4. Sebutkan beberapa sifat pada Drosophila yang telah diketahui pola pewarisannya,
dan bagaimana?

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 46


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 4 : GEN TERPAUT KROMOSOM SEKS
(Warna Mata pada Drosophila melanogaster)

Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini praktikan dapat;


1. melakukan persilangan Drosophila melanogaster
2. mempelajari dan memahami pengendalian dan pola pewarisan
sifat warna mata pada Drosophila melanogaster

Latar Belakang Faktor keturunan (gen) yang terpaut pada kromosom seks
umumnya hanya terpaut dan terdapat pada kromosom-X atau tidak
dijumpai pasangannya pada kromosom-Y. Umumnya morfologi
kromosom-X lebih besar atau lebih panjang dari kromosom-Y,
sehingga besar kemungkinan segmen DNA atau gen yang ada pada
kromoosom-X tidak dijumpai homolognya pada kromosom-Y. Oleh
karena itu pewarisan sifat yang disebabkan gen terpaut kromosom
seks agak berbeda dengan apabila gen-nya terletak pada autosom.
Salah satu contoh yang akan dijadikan materi percobaan adalah gen
pengendali sifat warna mata Drosophila melanogaster.
Bila ada mengamati warna mata lalat buah atau Drosophila
yang anda peroleh dari alam/liar (misalnya yang hinggap pada buah
atau tape), maka dapat dipastikan warna matanya adalah merah.
Namun secara alami juga telah ditemukan lalat mutan untuk sifat
warna mata yaitu berwarna putih. Frekuensi terjadinya mutasi untuk
gen pengendali warna mata dari merah menjadi putih pada
Drosophila melanogaster adalah 3 x 10-5 gamet per generasi. Sifat
warna mata pada Drosophila dikendalikan oleh satu gen dengan dua
alel yang berlaku kaidah dominan-resesif dan terpaut pada
kromosom-X. Gen atau alel pengendali warna mata merah bersifat
dominan terhadap alel pengendali warna mata putih.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 47


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Pewarisan Sifat Persilangan antara betina dominan dengan jantan


resesif untuk gen yang terpaut pada kromosom-X disajikan pada
bagan gambar 10. Pada F1 terlihat fenotipenya tidak seragam. Jika
dibandingkan F1 dari persilangan kebalikannya (resiprok), ternyata
tidak sama. Begitu juga dengan nisbah fenotipe F2 nya berbeda.
Hal ini tidak sesuai dengan nisbah fenotipe F1 dan F2 percobaan
monohibrid Mendel. Dengan demikian berarti bahwa pada
pewarisan sifat yang gennya terpaut kromosom seks-X hasil resiprok
akan berbeda.
Pewarisan Sifat Persilangan antara betina dominan dengan jantan resesif
untuk gen yang terpaut pada kromosom-X disajikan pada bagan
gambar 10. Pada F1 terlihat fenotipenya tidak seragam. Jika
dibandingkan F1 dari persilangan kebalikannya (resiprok), ternyata
tidak sama. Begitu juga dengan nisbah fenotipe F2 nya berbeda.
Hal ini tidak sesuai dengan nisbah fenotipe F1 dan F2 percobaan
monohibrid Mendel. Dengan demikian berarti bahwa pada
pewarisan sifat yang gennya terpaut kromosom seks-X hasil resiprok
akan berbeda.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 48


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Gambar 2. Bagan persilangan betina dominan dengan jantan


resesif
Bagan persilangan antara betina resesif dengan jantan
dominan disajikan pada gambar 11. Perlu diperhatikan bahwa pada
setiap generasi jumlah individu jantan: betina = 1 : 1. Pada diagram
persilangan tersebut di atas terlihat bahwa semua individu F1
berfenotipe seperti induknya yang dominan, dan secara keseluruhan
seragam. Nisbah fenotipe F2 adalah 3 dominan : 1 resesif. Dilihat
dari fenotipe F1 dan F2 tersebut sesuai dengan hasil percobaan
Monohibrid Mendel.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 49


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Gambar 11. Bagan persilangan betina resesif dengan jantan dominan


Prosedur

Alat Alat-alat yang digunakan diantaranya:


1. botol biakan dan botol pembantu
2. cawan petri
3. kowas kecil
4. kaca pembesar atau loup

Bahan Bahan yang dibutuhkan adalah:

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 50


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

1. Imago Drosophila warna mata merah dan putih, khusus untuk


betina harus berumur maksimal 10 jam atau belum dibuahi, hasil
pembiakan dari percobaan siklus hidup.
2. ubi rebus untuk media kultur
3. kapas dan kain bahan penutup botol biakan
4. bahan kimia ether teknis
5. untuk menghasilkan F2 digunakan 3-5 pasang Drosophila F1

Prosedur 1. Sediakan dua buah botol yang telah diisi dengan media.
2. Masukkan 3-5 pasang Drosophila betina bermata merah dan
jantan bermata putih kedalam botol I, dan masukkan pula 3-5
pasang Drosophila betina bermata putih dan jantan bermata
merah kedalam botol II.
3. Apabila sudah terlihat banyak pupa didalam botol I maupun botol
II, maka segera Drosophila tetua dikeluarkan.
4. Jika sudah terjadi imago pertama, sediakan lagi dua botol berisi
media (botol III dan IV).
5. Masukkan 3-5 pasang Drosophila F1 dari botol I ke botol III dan
dari botol II ke botol IV.
6. Apabila sudah terlihat banyak pupa didalam botol III maupun
botol IV, maka segera Drosophila F1 (sebagai tetua bagi F2)
dikeluarkan.

Pengamatan 1. Amati apakah Drosophila yang sudah dimasukkan dalam botol I,


II, III dan IV mati atau tidak. Kalau mati segera diganti lagi
sesuai dengan kebutuhan.
2. Amati dan hitung jumlah Drosophila F1 pada botol I dan II, dan
Drosophila F2 pada botol III dan IV, baik jenis kelamin maupun
warna matanya.
3. Pengamatan dan perhitungan dilakukan setiap hari mulai hari
pertama terbentuknya imago sampai dengan hari ke 10 sejak

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 51


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

imago pertama (mengisi tabel untuk F1 dan tabel untuk F2 yang


disediakan).

Pertanyaan dan Tugas

1. Mengapa untuk percobaan persilangan pada percobaan ini diharuskan


menggunakan calon tetua betina yang belum dibuahi sedangkan calon tetua jantan
bisa sembarang umur.

2. Jelaskan nisbah fenotipe pada F1 dan F2 (resiprok) dengan menggunakan uji khi-
kuadrat.

3. Buatkan bagan model pola pewarisan untuk sifat warna mata pada Drosophila mel-
anogaster.

4. Bagaimana hasil persilangan resiprok apabila dibandingkan antara sifat yang ter-
letak/ terpaut pada kromosom-X dengan sifat yang terletak pada autosom.

5. Berikan contoh lain sifat-sifat yang terpaut pada kromosom seks.

Modul II. Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik 52


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul III: Genetika Kromosom


Materi 1 : PENGAMATAN KROMOSOM PERIODE MITOSIS
PADA AKAR TANAMAN

Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


1. mengetahui bagian tanaman dengan sel-sel aktif melakukan pembe-
lahan mitosis
2. menyebutkan dan melakukan tahapan sederhana pembuatan pre-
parat pengamatan kromosom dari ujung akar tanaman
3. mengetahui dan mengamati fase-fase dalam mitosis.

Latar Belakang Mitosis merupakan bagian dari siklus sel eukariota yang hanya
mencakup hanya sekitar 10% saja dari total periode siklus sel. Bagian
terlama dalam siklus sel adalah interfase yang terdiri dari tiga fase yang
berkesinambungan yaitu G1, S, dan G2 (gambar 1). Pada periode G1
atau periode gap antara fase mitotik (pembelahan sel) dan fase-S,
akan terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk keperluan replikasi
DNA dan juga terjadi penggandaan organel dan komponen sitoplasma
lainnya sehingga sel tumbuh membesar. Selanjutnya sel memasuki
fase-S yaitu periode terjadinya proses replikasi DNA. Pada fase beri-
kutnya, G2, sel aktif melakukan proses metabolisme, khususnya dalam
mensintesis protein utama untuk fase Mitotik (fase M). Pada fase Mi-
totik inilah proses mitosis terjadi yang dilanjutkan dengan proses sito-
kinesis. Dengan dua tahapan utama pembelahan sel ini, mitosis dan
sitokinesis, akhirnya akan dihasilkan dua sel bersaudara yang secara
genetik identik.
Keterangan:

G1 = Fase Gap-1
S = Fase Sintesis Interfase
G2 = Fase Gap-1

Mitosis
M = Fase Mitotik
Sitokinesis

Gambar 1. Siklus sel eukariotik

Modul III. Genetika Kromosom 53


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Mitosis merupakan proses perubahan yang dinamis dan berke-


lanjutan, tetapi secara umum dapat dikatagorikan ke dalam empat fase
yaitu profase, metafase, anafase dan telofase (Gambar 2). Beberapa
ciri utama dari masing-masing fase adalah sebagai berikut:

Profase : terjadi kondensasi molekul DNA (serat-serat kromatin) yang


berasosiasi dengan protein sehingga terbentuk kromosom yang me-
mendek dan menebal. Pada tahapan ini, khususnya tahapan akhir pro-
fase, kromosom dapat diamati di bawah mikroskop cahaya dengan
teknik pewarnaan DNA dalam bentuk kromatid bersaudara yang masih
disatukan oleh sentromer.

Metafase : membran inti terdegradasi sehingga tidak terlihat, tetapi


muncul benang-benang halus dari dua kutub yang berbeda. Bagian be-
nang halus ini akan menempel pada sentromer dan menarik kromosom
sehingga berada pada bidang metafase (ekuator). Pada tahapan ini,
karena kromosom dalam kondisi penebalan yang maksimum dan posisi
yang tersebar sehingga terpisah satu dengan lainnya, merupakan fase
yang tepat untuk menghitung jumlah kromosom dan mempelajari mor-
fologinya.

A B C

D E F
Gambar 2. Molekul DNA dan atau kromosom pada interfase dan
proses mitosis: A. Interfase; B. Profase awal; C. Profase akhir; D.
Metafase; E. Anafase; F. Telofase.

Modul III. Genetika Kromosom 54


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Anafase : daya tarik benang kinetokor yang menempel ke sentromer


ke arah dua kutub yang berlawanan, menyebabkan kedua kromatid
bersaudara akan terlepas (bagian sentromer membelah) menjadi dua
kromosom baru. Kromosom ini akan tertarik dan bermigrasi ke dua
kutub berlawanan.

Telofase : tahapan ini diawali ketika kromosom-kromosom baru sudah


terpisah dan terkumpul pada dua kutub yang berbeda dalam sel.
Tahapan terakhir, membran inti akan terbentuk untuk membungkus
dua kelompok kromosom tersebut sehingga terbentuk dua inti dalam
satu sel.

Tempat Untuk memperoleh sel-sel dalam keadaan yang membelah, perlu


diketahui tempat dan waktu sel melakukan pembelahan, serta bagai-
mana cara pengambilan contohnya. Proses mitosis berlangsung pada
setiap sel eukariota yang aktif membelah, misalnya pada tumbuhan
terjadi pada sel-sel meristem di ujung akar atau pucuk tumbuhan.
Mitosis terjadi juga pada sel-sel hewan dalam fase perkembangan dan
pertumbuhannya dengan mekanisme yang sama seperti pada
tumbuhan. Perbedaan antara keduanya nampak pada proses
sitokinesis. Pada sel hewan pembentukan membran sel dengan cara
membuat lekukan ke dalam (acleavage furrow), sedang pada sel
tumbuhan pembentukan membran dimulai dari tengah sel asal yang
diikuti pembentukan diding sel.

Pewarnaan Pada periode mitosis, material genetik yang berupa molekul DNA
atau kromatin akan berasosiasi dengan protein histon akan
menggulung, menebal dan memendek membentuk kromosom. Proses
penebalan ini dilakukan melalui penggulungan dalam beberapa tahap,
serat DNA berasosiasi dengan protein histon membentuk nukleosom,
serat DNA dengan nukleosom menggulung membentuk selenoid,
selanjutnya terjadi lagi proses penggulungan hingga dihasilkan bentuk
kromosom. Penggulungan maksimum akan terjadi pada metafase yang
menghasilkan gulungan dengan garis tengah 6000 Å.

Modul III. Genetika Kromosom 55


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Kromosom relatif mudah dapat dilihat di bawah mikroskop


cahaya dengan teknik pewarnaan selektif, misalnya dengan larutan
aceto-orcein, yaitu dengan cara hanya mewarnai bahan yang terdapat
dalam kromosom, yaitu DNA. Pada sel eukariot bagian terbesar DNA
terdapat pada inti, lebih tepatnya pada kromosom. Meskipun DNA
terdapat juga pada sitoplasma, yaitu pada mitokondria dan kloroplas,
tetapi jumlahnya hanya sedikit sehingga tidak menghasilkan warna oleh
pewarna seperti asam fuchsin, aceto carmin, atau aceto-orcein. Di luar
proses pembelahan, DNA sulit diamati karena dalam bentuk serabut
yang sangat halus dan panjang yang dinamakan kromatin.

Waktu Dalam mempelajari morfologi kromosom dengan menggunakan


mikroskop, perlu dilakukan pengamatan pada saat kromosom mempu-
nyai ukuran diameter maksimum. Untuk tujuan tersebut perlu dilaku-
kan pengambilan contoh yang baik, yaitu selain harus diambil dari
bagian jaringan yang sedang membelah juga harus dilakukan pada
waktu yang tepat sehingga bisa didapatkan fase-fase mitosis.

Pengambilan Untuk memperoleh contoh sel-sel yang berada pada tahap-tahap


Contoh pembelahan (mitosis atau meiosis), pengambilan contoh jaringan atau
sel yang sedang membelah harus diberhentikan prosesnya. Peng-
hentian dilakukan dengan cara memotong ujung akar atau pucuk
tanaman untuk mitosis dan merendamnya dalam larutan fiksatif,
misalnya HCl 1N.

Modul III. Genetika Kromosom 56


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Percobaan
Alat Alat yang digunakan diantaranya:
1. pinset, 2. gelas objek,
3. gelas penutup (cover glass), 4. jarum bertangkai,
5. alat pengetuk (pensil kayu), 6. gelas arloji,
7. cawan petri, 7. kertas penghisap/tissue,
9. lampu spirtus, 8. mikroskop.

Bahan Bahan tanaman yang digunakan untuk dipelajari adalah ujung


akar bawang (Allium sp.). Persiapan untuk mendapatkan akar bawang
dapat dilakukan dengan cara mengecambahkan bawang dalam tempat
(cawan) yang diberi kertas merang dan dibasahi dengan air. Bahan
kimia yang digunakan diantaranya aceto-orcein 2%, HCl 1N dan
alkohol teknis.

Prosedur Metode Sederhana (Rajang/cacah dengan Squash)

1. Pemilihan akar: pilih akar yang panjangnya antara 1 - 3 cm, dan


terlihat segar dengan ujung akar utuh/tidak patah
2. Siapkan gelas arloji berisi HCL 1N
3. Akar terpilih dipotong sekitar 0.5 - 1.0 cm dari ujung akar dan ambil
bagian ujungnya
4. Fiksasi dan Pelunakan: masukkan dan rendam ujung akar pada HCl
1N dalam gelas arloji selama 15 menit, agar spesimen terfiksasi dan
menjadi lunak
5. Pewarnaan: pindahkan spesimen pada gelas objek bersih yang
sudah ditetesi aceto-orcein 2%
6. Perajangan: potong spesimen sekitar 1 mm dari ujung dan sisanya
dibuang, kemudian dirajang menggunakan silet atau skalpel
7. Tutup spesimen dengan gelas penutup dan dipanaskan di atas lampu
spirtus; harus dijaga jangan sampai mendidih |
8. Lakukan squash/penyebaran: Letakan gelas objek di atas kertas
penghisap/kertas tissue, tutup dengan kertas yagng sama dan
lakukan sedikit penekanan. Selanjutnya tekan pada bagian salah

Modul III. Genetika Kromosom 57


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

satu sudut gelas penutup dengan ibu jari, bersamaan itu gelas
penutup diketuk-ketuk dengan bagian ujung kayu kecil (pencil kayu)
dengan arah dari tengah ke pinggir.
9. Pengamatan: Amati dengan menggunakan mikroskop, pertama
dengan menggunakan perbesaran 10x10 (lensa okuler 10 x dan
lensa objektif 10x), kemudian dilanjutkan dengan lensa objektif 40x.
Usahakan untuk menemukan tahapan-tahapan proses mitosis
(profase, metafase, anafase, dan telofase) dan saat terjadinya
sitokinesis atau pembelahan sel.
Peringatan!!!
Lensa obyektif 100x hanya digunakan untuk pengamatan detil dan hanya berfungsi bila anda
menggunakan minyak imersi secara benar. Sebelumnya anda harus telah mengamati dan
mendapatkan fokus yang baik dengan lensa obyektif 40x. Putar lensa objektif pada posisi tidak di
atas objek, kemudian teteskan minyak imersi tepat di atas kaca penutup pada bagian benda yang
akan diamati. Putar lensa objektif 100x ke posisi pengamatan sehingga lensa objektif menyentuh
minyak imersi dan fokuskan dengan pengatur fokus halus. Selesai pengamatan segera bersihkan
lensa obyektif dari minyak imersi dengan kertas lensa khusus dan jangan menggunakan
sembarang kertas tisu karena seratnya dapat merusak lensa objektif.

Pertanyaan dan Tugas

1. Dapatkah anda menemukan semua fase mitosis pada preparat anda ?

2. Fase mitosis mana dari mitosis yang tampak paling banyak dijumpai. Bagaimana
menurut anda ?

3. Pada fase mana paling mudah untuk menentukan macam dan jumlah kromosom ?

4. Dapatkah anda menghitung jumlah kromosom pada sel bawang dengan metode yang
anda gunakan.

Modul III. Genetika Kromosom 58


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul III: Genetika Kromosom


PENGAMATAN KROMOSOM MEIOSIS DAN
Materi 2 :
PEMBENTUKAN MIKROSPORA PADA KUNCUP BUNGA

Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


1. mengetahui bagian organ dan sel-sel tanaman yang mengalami
proses mitosis melakukan pembelahan mitosis
2. mengetahui dan mengamati fase-fase dalam meiosis
3. mengetahui hasil akhir dari proses meiosis adalah empat mikrospora
yang akan menjadi polen (sel gamet jantan).

Latar Belakang Organisme baru berasal dari organisme yang ada sebelumnya,
baik melalui reproduksi seksual yang didahului proses perkawinan
ataupun melalui reproduksi aseksual atau bahkan cukup melalui
pembelahan biner seperti pada bakteri. Tahapan utama dalam proses
reproduksi seksual adalah proses pembentukan gamet melalui meiosis
dan fertilisasi atau pembuahan yang didahului proses perkawinan.
Proses meiosis berlangsung hanya pada jaringan dalam organ
seks saat pembentukan gamet dan berfungsi mereduksi jumlah
kromosom sehingga sel gamet yang dihasilkan hanya mengandung
jumlah kromosom setengahnya. Hal yang sama seperti sebelum
mitosis, sebelum memasuki proses meiosis sel akan menggandakan
komponennya, khususnya DNA (kromosom) telah bereplikasi. Proses
meiosis terdiri dari dua tahapan pemisahan atau pembelahan
kromosom yang berkesinambungan yaitu meiosis I dan meosis II. Pada
meiosis I terjadi pemisahan kromosom homolog, dan pada meiosis II
terjadi pembelahan kromatid menjadi dua kromosom bersaudara yang
terpisah. Dilihat dari material genetiknya, sebelum meiosis terjadi
hanya satu kali penggandaan dan dalam proses meiosisnya terjadi dua
kali pembelahan atau pemisahan, sehingga hasil akhirnya adalah empat
sel yang masing-masing dengan jumlah material genetik sel hanya
setengah dari sel somatik atau sel sebelum fase-S dalam siklus sel.
Contoh hasil proses meiosis ini misal adalah terbentuknya tetrad pada
antera dalam kuncup bunga (Gambar 3).

Modul III. Genetika Kromosom 59


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Gambar 3. Fase tetrad hasil


proses meiosis pada pemben-
tukkan mikrospora dalam
antera pada kuncup bunga
Amarillidaceae yang mengan-
dung empat mikrospora yang
selanjutnya akan menjadi
polen (sel gamet jantan).

Fase-fase dalam proses meiosis I maupun meiosis II pada


dasarnya akan meliputi fase-fase seperti pada mitosis, yaitu profase,
metafase, anafase dan telofase. Antara meiosis I dan meiosis II bisa
melalui tahapan sitokinesis ataupun tidak, sedangkan setelah meiosis II
selalu dilanjutkan dengan tahapan sitokinesis. Reduksi jumlah material
genetik dalam sel gamet yang menjadi hanya setengahnya akan
dipulihkan kembali dengan proses fertilisasi atau pembuahan yang
didahului dengan proses perkawinan (misal pada umumnya hewan)
dan penyerbukan pada tumbuhan berbunga. Oleh karenanya proses
pembentukan gamet atau meiosis dan fertilisasi merupakan dasar
reproduksi seksual.

Percobaan
Alat Alat yang digunakan diantaranya:
1. pinset, 2. gelas objek,
3. gelas penutup (cover glass), 4. jarum bertangkai,
5. alat pengetuk (pensil kayu), 6. gelas arloji,
7. cawan petri, 7. kertas penghisap/tissue,
9. lampu spirtus, 8. mikroskop.

Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah kuncup bunga Rhoeo


discolor pada beberapa tahapan perkembangan, khususnya pada fase
perkembangan dini kunsup bunga. Bahan kimia yang digunakan
diantaranya aceto-orcein 2%, HCl 1N dan alkohol teknis.

Modul III. Genetika Kromosom 60


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Prosedur Metode Sederhana (Rajang/cacah dengan Squash)

1. Sediakan kuncup bunga Rhoeo discolor pada beberapa tahapan


perkembangan, khususnya pada fase perkembangan dini kuncup
bunga (kuncup muda).
2. Buka secara hati-hati bagian sepal dan petal kuncup bunga dengan
menggunakan pinset sehingga terlihat antera.
3. Isolasi atau ambil antera dengan pinset dan segera direndam dalam
larutan HCL 1N dalam gelas arloji yang sudah disiapkan sebelumnya,
dan biarkan antera terendam selama 15 menit, agar spesimen
terfiksasi dan menjadi lunak .
4. Pewarnaan: pindahkan spesimen pada gelas objek bersih yang
sudah ditetesi aceto-orcein 2%
5. Perajangan: potong-potong atau rajang antera menggunakan silet
atau skalpel.
6. Tutup spesimen dengan gelas penutup dan dipanaskan atau
dihangatkan di atas lampu spirtus; harus dijaga jangan sampai
mendidih. |
7. Lakukan squash/penyebaran: Letakan gelas objek di atas kertas
penghisap/kertas tissue, tutup dengan kertas yagng sama dan
lakukan sedikit penekanan. Selanjutnya tekan pada bagian salah
satu sudut gelas penutup dengan ibu jari, bersamaan itu gelas
penutup diketuk-ketuk dengan bagian ujung kayu kecil (pencil kayu)
dengan arah dari tengah ke pinggir.
8. Pengamatan: amati di bawah mikroskop dari pembesaran lensa
objektif 10x dan 40x (untuk 100x hanya dilakukan bila diperlukan
dan sesuai prosedur) . Buat gambar hasil pengamatan pada lembar
yang disedikan.

Modul III. Genetika Kromosom 61


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Pertanyaan dan Tugas

1. Adakah persamaan dan perbedaan penampakan kromosom pada fase-fase mitosis dan
meiosis ? (jelaskan)

2. Mengapa hasil akhir proses meiosis pada antera berupa tetrad, dan bagaimana dengan
jumlah kromosomnya?

3. Pada fase manakah dalam proses meiosis yang memungkinkan terjadinya pindah
silang dan mengapa?

4. Jelaskan kesetaraan genetika kromosom pada saat meiosis dan genetika Mendel
(Hukum Segregasi dan Berpadu Bebas).

Modul III. Genetika Kromosom 62


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul III: Genetika Kromosom


Materi 3 : PEMBUATAN KARIOTIPE KROMOSOM EUKARIOT

Tujuan Setelah melakukan praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


1. membuat kariotipe (kariogram dan idiogram) kromosom
2. mengetahui jumlah kromosom, pasangan kromosom homolog dan
tipe kromosom suatu organisme.

Latar Belakang Salah satu ciri khusus kehidupan yang membedakan mahluk
hidup dari benda non-hayati adalah bahwa mahluk hidup dibentuk atau
tersusun oleh sel. Sel merupakan satuan dasar kehidupan atau sel
merupakan sistem hayati yang paling dasar.
Ada dua jenis sel, yaitu sel prokariot dan sel eukariot. Pembeda
utama antara sel prokariot dan sel eukariot adalah ada tidaknya
kompartementasi di dalam sel yang didukung oleh adanya system
membran hayati. Kompartementasi yang paling utama adalah ada tid-
aknya membran hayati yang memisahkan bagian inti (nuleus) dan ba-
gian sitoplasma.
Perbedaan antara sel prokariot dan eukariot dapat juga dilihat
dari organisasi material genetiknya (DNA). DNA pada sel prokariot ber-
bentuk cincin (lingkar) dan terdapat dalam sitoplasma, karena tidak
mempunyai membran inti. Kondensasi dapat terjadi tetapi relatif seder-
hana dengan bantuan kompleks protein. Sedang DNA pada sel eukariot
bersifat linear dan umumnya lebih panjang dari DNA prokariot, serta
diselubungi oleh membran inti. Pada saat proses pembelahan sel (mio-
sis/mitosis) DNA dengan protein histon membentuk nukleosom dan ber-
kondensasi sehingga membentuk kromosom. Kromosom mencapai di-
ammeter maksimum pada fase metafase, dan foto kromosom pada fase
ini biasanya yang digunakan untuk analisis kariotipe.
Pada eukariot, secara umum bentuk morfologi kromosom diten-
tukan oleh letak sentromer, panjang lengan kromosom, dan ada tid-
aknya satelit yang merupakan penyempitan sekunder. Sentromer
merupakan bagian terakhir yang mengikat kromatid sebelum memisah,
dan merupakan penyempitan primer.

Modul III. Genetika Kromosom 63


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Letak sentromer sering merupakan ciri khas dari setiap pasangan


kromosom. Berdasarkan posisi sentromernya, kromosom dikelom-
pokkan menjadi:
(1) Metasentrik: sentromer terletak di tengah-tengah kromosom,
(2) Alosentrik: sentromer terletak di ujung kromosom,
(3) Sub-metasentrik: sentromer dekat pada salah satu ujung
sentromer,
(4) Telosentrik: sentromer terletak sepertiga dari ujung kromosom.

Berdasarkan ukurannya kromosom dibagi atas kromosom berukuran:


■ panjang ( >10 um),
■ sedang (2-10 um), dan
■ pendek (< 2 um).

Percobaan 1. Pembuatan Kariogram

Bahan Bahan yang digunakan adalah gambar kromosom manusia hasil


penjiplakan menggunakan kertas transparan dari foto kromosom
manusia fase metafase yang baik dan tersebar (gambar 3, terdiri dari
dua lembar yang sama, salah satunya untuk digunting).

Prosedur 1. Setiap kromosom pada lembar pertama diberi nomor secara acak
mulai nomor 1 sampai semua individu kromosom diberi nomor, dan
lakukan hal yang persis sama untuk lembar kedua, sehingga untuk
individu yang sama pada lembar pertama dan lembar kedua mempu-
nyai nomor yang sama (catatan: khusus untuk gambar lembar
kedua, penomoran sebaiknya persis dibagian/halaman belakang dari
setiap individu kromosom karena akan digunting).
2. Lakukan penggutingan untuk masing-masing individu gambar kromo-
som pada lembaran kedua.
3. Lakukan pengukuran untuk lengan-lengan kromosom dengan meng-
gunakan milimeter blok dengan bantuan benang.
4. Menentukan rasio lengan kromosom dengan cara membagi panjang
lengan yang panjang dengan panjang lengan yang pendek.

Modul III. Genetika Kromosom 64


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

5. Lakukan pengukuran panjang total kromosom dengan cara menjum-


lah panjang lengan yang panjang dan pendek,
6. Menentukan pasangan kromosom dengan menggunakan metode
pencar (Scatter plot), yaitu dengan memplotkan panjang total pada
sumbu-Y dan rasio panjang lengan pada sumbu-X pada form untuk
gambar yang disediakan (gambar 4). Pasangan kromosom ditentu-
kan berdasarkan dua titik yang berdekatan, dan bila terdapat lebih
dari dua titik yang berdekatan maka pasangan kromosom ditentukan
dari bentuk yang lebih berdekatan.
7. Membuat kariogram dengan cara mengatur pasangan-pasangan
kromosom berdasarkan urutan dari rasio terkecil sampai terbesar.

Percobaan 2. Pembuatan Idiogram

1. Panjang total setiap pasangan kromosom dirata-ratakan,


2. Dilakukan penyusunan kromosom berdasarkan urutan panjang total
kromosom dari yang terkecil sampai yang terpanjang.
3. Pasangan kromosom selanjutnya dikelompokkan dengan mengisi
tabel yang disediakan, menurut rasionya sebagai berikut:
a. Pasangan kromosom dengan rasio 1.0 s.d. 1.7 termasuk
kelompok metasentrik.
b. Pasangan kromosom dengan rasio 1.7 s.d. 3.0 termasuk
kelompok submetasentrik.
c. Pasangan kromosom dengan rasio 3.0 s.d. 7.0 termasuk
kelompok subtelosentrik.
d. Pasangan kromosom dengan rasio lebih dari 7.0 termasuk
kelompok telosentrik.

Modul III. Genetika Kromosom 65


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Gambar 3. Kromosom manusia pada metafase mitosis (lembar pertama)

Modul III. Genetika Kromosom 66


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Gambar 3. Kromosom manusia pada metafase mitosis (lembar kedua)

(Catatan: halaman ini tidak dicetak/dikopi bolak-balik karena untuk digunting !!!)

Modul III. Genetika Kromosom 67


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Modul III. Genetika Kromosom 68


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Panjang total
kromosom (mm)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 … ~
──────────────►
Rasio lengan kromosom (lengan panjang terhadap lengan pendek)

Gambar 4. Diagram pencar pasangan kromosom manusia

Modul III. Genetika Kromosom 69


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Pertanyaan dan Tugas:

1. Berapa jumlah kromosom dan berapa pasang kromosom pada manusia?

2. Berdasarkan kaidah Homogametik betina atau Heterogametik jantan pada kromosom


seks manusia, apa jenis kelamin untuk kromosom manusia yang sedang anda analisis?

3. Jelaskan kegunaan pembuatan kariotipe kromosom.

Modul III. Genetika Kromosom 70


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul IV: Genetika Molekular


Materi 1 : ISOLASI DNA GENOM

Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan praktikan dapat

memahami dan dapat melakukan proses isolasi DNA genom.

Latar Belakang Molekul DNA (Deoxyribose nucleid acid) adalah salah satu dari
asam nukleat dan merupakan material genetik untuk semua organisme,
kecuali beberapa virus tertentu yang material genetiknya adalah RNA
(Ribose nucleid acid). Setiap organisme memiliki ukuran molekul DNA
yang berbeda-beda. Oleh karenanya, penguasaan dan pemanfaatan
teknologi DNA rekombinan akan sangat membantu dalam memahami
konsep dasar dalam biologi, khususnya yang berkaitan dengan material
genetik. Teknologi DNA rekombinan ini diantaranya mencakup tahapan
proses isolasi gen tertentu dari suatu organisme untuk selanjutnya
disisipkan ke organisme yang lain, baik berasal dari spesies yang sama
atau juga spesies, famili atau bahkan kingdom yang berbeda. Oleh kare-
na itu, pemahaman dan penguasaan teknik isolasi DNA merupakan
langkah awal yang sangat diperlukan untuk melakukan proses rekayasa
genetika.
Molekul DNA merupakan suatu polinukleotida yang nukleotidanya
tersusun dari gula pentosa (deoxyribose), basa nitrogen berupa adenine
(A), timin (T), guanine (G) atau sitosin (C) yang dihubungkan oleh gugus
fosfat menjadi rantai polinukleotida. Molekul DNA berbentuk utas ganda
atau terdiri dari dua rantai polipeptida yang dihubungkan secara anti-
paralel pada basa nitrogennya dengan ikatan hidrogen, yaitu tiga ikatan
hydrogen antara G=C dan dua ikatan antara A=T. Dengan struktur DNA
yang merupakan rangkaian nukleotida memberikan implikasi pada sifat
kimia DNA yang akan bermuatan negatif pada pH netral, seperti
umumnya kondisi di dalam sel. Adanya sifat spesifik dari DNA ini,
memungkinkan kita dapat memisahkan dan mengisolasi DNA dari kom-
ponen sel yang lainnya dengan relatif mudah.

Modul IV. Genetika Molekular 71


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Dalam percobaan ini, DNA genom yang akan diisolasi berasal dari
bawang dengan metode cepat, yaitu dengan menghancurkan bawang,
melepaskan isi sel berupa protein, DNA, RNA, lemak, ribosom dan mole-
kul-molekul kecil lainnya. Selanjutnya DNA akan diendapkan dari larutan
suspensi sel menggunakan etil alkohol.

Prosedur Percobaan

Alat dan Bahan:


1. Pemanas (water bath) 600C
2. Blender atau mortal
3. Tabung 1.5 ml, 15 ml
4. Batang gelas pengaduk
5. Kain kasa
6. Corong
7. Perangkat elektroforesis
8. Pipet mikro 20 ul; 200 ul dan 1000 ul
(Catatan: Cara penggunaan pipet mikro disajikan pada halaman 75)
9. Tip pipet
10. Lampu UV
11. Bawang bombai
12. Larutan Lisis ( 1 M Tris-HCl pH 7.5 sebanyak 100 ml; 5 M NaCl
sebanyak 140 ml; 0.5 M EDTA pH 8.0 sebanyak 20 ml ,akuades
sebanyak 740 ml dan tambahkan 2%(b/v) CTAB(cethyl methyl
amonium bromide)
13. Alkohol absolut 95%
14. Larutan penyangga 1 x TAE (Larutan penyangga TAE 50x: 2
MTris-HCl, pH 8,3 ; 0.99 M Asam asetat pekat; 50 mM EDTA)
15. Larutan pemberat sampel (loading dye)
16. Ethidium bromida (0.5 ug/ml)

Modul IV. Genetika Molekular 72


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Prosedur: 1. Potong-potong atau cacah bawang bombai sehingga berukuran kecil,


atau menjadi sekitar20 potongan.
2. Letakan potongan bawang pada mortal dan dihaluskan, selanjutnya
ditambahkan 5 ml larutan lisis pada potongan bawang yang telah
dihancurkan, kemudian dihomogenisasi.
3. Tuangkan larutan yang telah dihomogenisasi ke dalam tabung 15 ml
dan simpan pada water bath 600C selama 15 menit. Lamanya waktu
inkubasi dan suhu sangat berpengaruh pada keberhasilan isolasi.
4. Selanjutnya dinginkan dengan menyimpan tabung pada bak es selama
5 menit dan kemudian larutan disaring dengan menggunakan kain kasa
untuk menghilangan potongan bawang yang masih tersisa.
5. Masing-masing grup selanjutnya mengambil 5 ml larutan hasil penya-
ringan dan diletakan pada tabung reaksi.
6. Tambahkan alkohol absolut dingin sebanyak 10 ml (2x volume larutan
yang berisi suspensi DNA) secara perlahan-lahan dengan cara memi-
ringkan tabung yang berisi suspensi DNA dengan cara menambahkan
alkohol sedikit demi sedikit melalui bagian dinding tabung (gambar 1A).
7. Tabung yang berisi suspensi DNA yang telah ditambahkan alkohol,
selanjutnya didiamkan 2- 3 menit dalam posisi miring (catatan: jangan
sampai ter-/bergoyang) (gambar 1B). Secara perlahan, benang-benang
yang berwarna putih yang merupakan DNA akan mulai terlihat (C).
8. Selanjutnya DNA yang berupa benang-benang putih dapat diambil
dengan cara menggoyang-goyangkan batang pengaduk (gambar 1D),
untuk selanjutnya DNA dapat dikering anginkan (gambar 1E). DNA
selanjutnya dapat dilarutkan dalam air steril atau larutan 1 x TE (10
mM Tris-HCl pH 7.5, 1 mM EDTA pH 8).

Modul IV. Genetika Molekular 73


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

(A) (B) (D)

DNA

DNA
DNA

(C) (D) (E)


Gambar 1. Proses pengendapan DNA dengan etanol, penggulungan
DNA dan pengeringan DNA: A. Cara penambahan alkohol
dingin; B. Didiamkan pada posisi miring; C. Benang-
benang putih DNA berada di interfase; D. Cara
menggulung benang-benang DNA; E. Cara mengeringkan
DNA.

PERTANYAAN
1. Mengapa pemanasan yang tinggi dapat menyebabkan DNA utas ganda
dapat rusak?

2. Mengapa pengendapan DNA dengan alkohol absolut terjadi dimulai dari


batas lapisan antara larutan penyangga dan alkohol

Modul IV. Genetika Molekular 74


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

_________________________________________________________________________
CARA MENGGUNAKAN PIPET MIKRO

Tujuan: Mengetahui cara menggunakan pipet mikro secara baik dan benar.

Latar Belakang:
Keberhasilan dalam melakukan teknologi DNA rekombinan tidak terlepas dari kemampuan
menggunakan alat-alat yang umumnya banyak menggunakan alat-alat yang memiliki
tinggat ketelitian yang sangat tinggi karena bekerja pada ukuran atau volume mikro.
Salah satu alat yang sering digunakan aadalah pipet mikro. Secara umum pipet mikro
yang biasa digunakan berukuran dari 1 μl sampai 1000 μl. Oleh karena itu, pengetahuan
dan keterampilan untuk menggunakan pipet mikro dengan baik dan benar serta terbiasa
merupakan langkah awal yang perlu dikuasai sebelum melakukan pekerjaan biologi
molekular.

Alat dan Bahan:


1. Pipet mikro ukuran 20 μl
2. Beaker glas yang berisi air
3. Tabung 15 ml yang kosong

Prosedur:
1. Pipet mikro umumnya mempunyai skala (ukuran) yang bisa dirubah dengan cara
memutar. Ukuran yang tertera biasanya dibuat dalam 3 digit, contoh: untuk pipet
mikro ukuran 20 μl maka digit 1 artinya puluhan; digit ke-2 untuk satuan dan digit ke-
tiga untuk desimal.

Alat pemutar ukuran

Untuk ukuran pipet 20 μl:


Digit ke-1 untuk puluhan
Digit ke-2 untuk satuan
Digit ke-3 untuk desimal

Modul IV. Genetika Molekular 75


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

2. Tahapan selanjutnya adalah memasukan tip ke ujung pipet.

Pipet 20 μl

tip pipet misal ukuran 20 μl

rak pipet 20 μl

3. Untuk mengambil cairan dengan pipet dilakukan menekan bagian atas pipet dengan
ibu jari setelah sebelumnya ukuran cairan yang akan diambil ditentukan dengan jalan
memutar pipet, selanjutnya setelah ujung tip menyentuh cairan proses penekanan
dilepaskan secara perlahan sehingga cairan tersedot.

menekan bagian atas pipet dengan ibu jari

ujung pipet tercelup ke cairan

melepas tekanan ibu jari pada


bagian atas pipet secara perlahan

cairan masuk ke tip pipet

4. Untuk melepaskan cairan dari ujung tip dilakukan dengan menempelkan ujung tip pa-
da permukaan tabung dan selanjutnya dilakukan penekanan pada bagian atas pipet
secara perlahan.

Modul IV. Genetika Molekular 76


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

menekan bagian atas pipet dengan


ibu jari untuk mengeluarkan cairan

cairan ke luar

5. Setelah semua cairan keluar maka tahapan selanjutnya adalah melepaskan ujung tip
pipet dari pipet, yaitu dengan cara menekan bagian pipet seperti gambar berikut:

Bagian pipet yang harus


ditekan untuk melepas tip pi-
pet

Modul IV. Genetika Molekular 77


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul IV: Genetika Molekular


Materi 2 : PEMOTONGAN DNA DENGAN ENZIM RESTRIKSI

Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan praktikan dapat


memahami dan dapat melakukan pemotongan molekul DNA dengan
enzim restriksi.

Latar Belakang Penemuan enzim restriksi pada Escherechia coli oleh Stewart
Linn dan Werner Arber pada sekitar tahun 1960 memberikan sumbangan
yang sangat berharga bagi pengembangan biologi molekular. Enzim res-
triksi akan memotong DNA pada daerah-daerah yang sangat spesifik
(recognition sequence) berdasarkan urutan (sekuen) DNA. Enzim re-
striksi yang digunakan pada teknologi DNA rekombinan akan memotong
DNA pada situs pengenalan sekuen yang bersifat palindrom (Gambar 1).
Hasil potongan DNA oleh enzim restriksi dapat menghasilkan DNA yang
mempunyai ujung tumpul (blunt end) , misalnya yang dipotong dengan
enzim restriksi Sma I, atau ujung lancip (sticky end), misalnya yang
dipotong dengan enzim restriksi Eco RI (gambar 2).

5’....GAATTC....3’ 5’....G3’ 5’....AATTC....3’


Eco RI
3’....CTTAAG....5’ 3’....CTTAA....5’ 3’ G....5’

5’....CCCGGG...3’ 5’....CCC3’ 5’GGG...3’


Sma I
3’....GGGCCC...5’ 3’....GGG5’ 3’CCC...5’

Gambar 2. Situs pengenalan enzim restriksi dan tempat pemotongan


(tanda panah) sehingga menghasilkan ujung lancip (Eco RI)
dan ujung tumpul (Sma I)

Dalam percobaan ini, DNA genom yang akan diisolasi berasal dari
bawang dengan metode cepat, yaitu dengan menghancurkan bawang,
melepaskan isi sel berupa protein, DNA, RNA, lemak, ribosom dan mole-

Modul IV. Genetika Molekular 78


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

kul-molekul kecil lainnya. Selanjutnya DNA akan diendapkan dari larutan


suspensi sel menggunakan etil alkohol.

Prosedur Percobaan

Alat dan Bahan:


1. Tabung Efendorf 1.5 ml
2. Pipet mikro + tip
3. Inkubator suhu
4. DNA plasmid atau DNA genom
5. Larutan penyangga untuk enzim restriksi Eco RI
6. Enzim restriksi Eco RI
7. Akuades steril
8. Bak berisi es
9. Perangkat elektroforesis

Prosedur: 1. Siapkan 2 buah tabung efendorf 1.5 ml dan masing-masing diberi label
kontrol (-) dan sampel.
2. DNA plasmid atau DNA genom sebanyak 5-10 μg (2 μl) dimasukan ke
dalam tabung sampel dan untuk tabung kontrol (-) diberi akuades
sebanyak jumlah DNA yang ditambahkan.
3. Tabung yang telah berisi DNA selanjutnya disimpan ke dalam bak ber-
isi es. Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkan larutan
penyangga sebanyak 2 μl (konsentrasi final 1x) dan enzim restriksi
sebanyak 0.5 μl (5-10 Unit).
4. Kemudian tambahkan akuades steril (15.5 μl) sehingga volume akhir
menjadi 20 ul dan dicampur. Selanjutnya tabung efendorf diinkubasi
pada suhu 37oC selama 1-2 jam.
5. Hasil pemotongan selanjutnya dideteksi dengan menggunakan gel
elektroforesis agarosa

Modul IV. Genetika Molekular 79


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Modul IV: Genetika Molekular


Materi 3 : IDENTIFIKASI DNA DENGAN ELEKTROFORESIS

Tujuan Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan praktikan dapat:


1. Membuat gel agarose untuk elektroforesis
2. Mengetahui prinsip-prinsip elektroforesis
3. Dapat mendeteksi DNA dengan elektroforesis.

Latar Belakang Setiap organisme memiliki molekul DNA (Deoxyribose nucleid


acid) sebagai material genetiknya dengan ukuran yang berbeda-beda.
Ukuran DNA ini diantaranya dapat diketahui dengan cara melakukan
migrasi (gerak) DNA pada gel agarose atau gel poliakrilamid dengan
bantuan arus listrik. Migrasi DNA di dalam gel ini disebut dengan proses
elektroforesis. Selanjutnya molekul DNA yang berada di dalam gel dapat
divisualisasikan dengan menggunakan pewarna ethidium bromida atau
silver nitrat. Pada praktikum ini, pewarna yang akan digunakan hanya
ethidium bromida dan selanjutkan akan dilihat di atas sinar ultra violet.
Sedangkan bahan yang dimigrasikan berasal dari DNA yang telah diisolasi
dari praktikum sebelumnya.
Molekul DNA merupakan molekul bermuatan negatif, jika
diletakkan di medan listrik, DNA akan bergerak (bermigrasi) dari kutub
negatif ke kutub positif. Kecepatan pergerakan tergantung dari: (1)
ukuran molekul DNA, (2) kerapatan media (gel) yang dilalui oleh DNA,
dan (3) arus listrik yang diberikan untuk memigasikan molekul DNA.
Sebelum dilakukan elektroforesis, suspensi DNA harus dicampur
dengan penyangga muatan pewarna (loading buffer/dye), yang berfungsi
untuk: (1) menambah densitas, sehingga DNA berada di bagian bawah
dari sumur (well), (2) pewarna untuk memudahkan meletakan contoh
DNA ke dalam sumur, dan (3) bergerak ke arah anoda dengan laju yang
dapat diperkirakan sehingga dapat digunakan sebagai tanda migrasi
DNA.

Modul IV. Genetika Molekular 80


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Prosedur Percobaan

Alat dan Bahan:


1. Perangkat elektroforesis
2. Pipet mikro 20 ul; 200 ul dan 1000 μl
3. Tip pipet
4. Lampu UV
5. Larutan penyangga 1 x TAE
(Larutan penyangga 50x TAE= 2 M Tris-HCl, pH 8,3 ; 0.99 M Asam
asetat pekat; 50 mM EDTA)
6. Larutan pemberat sampel (loading dye)
7. Ethidium bromida (0.5 μg/ml)

Prosedur: 1. Larutkan agarose (0.8 gr) dalam 100 ml larutan penyangga 1 x TAE di
dalam erlenmeyer. Gel yang digunakan ini memiliki konsentrasi 0.8%
(b/v)
2. Panaskan dengan hot-plate atau microwave sehingga mendidih dan
larutan menjadi bening transparan. Biarkan suhunya turun sekitar 60-
70oC
3. Sambil menunggu turunnya suhu larutan agarose, siapkan tempat
untuk menuang gel (tray). Letakkan tempat ini pada daerah yang rata
atau datar.
4. Setelah suhu tidak terlalu panas (60-70oC) tuangkan agarose secara
perlahan ke dalam tempat yang telah disiapkan sehingga tidak
terdapat gelembung udara yang terperangkap di dalam gel (gambar
3A).
5. Setelah membeku, tempatkan gel pada alat (tangki/kotak) untuk
elektroforesis. Lepaskan alat pencetak sumur gel. Tuangkan larutan
penyangga (TAE 1x) sampai gel terendam (gambar 3B).

Modul IV. Genetika Molekular 81


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Sumur gel Bak elektroforeis

A B

Gambar 3. Menyiapkan gel agarose untuk elektroforesis: A. Cara men-


uang gel ke cetakan gel; B. Gel ditaruh dalam bak el-
ektroforesis

6. DNA yang akan dimigrasikan dicampur dengan larutan pewarna (load-


ing dye) bromofenol biru (Blue bromophenol) untuk menandai (warna
biru) laju migrasi. Masukan larutan DNA ke dalam sumur pada gel
dengan menggunakan pipet mikro (gambar 4). Tutuplah alat elektro-
foresis pada bagian atasnya.

Larutan DNA

Gambar 4. Cara memasukkan larutan DNA ke sumur pada gel

7. Hubungkan alat elektroforesis dengan catu listrik (power suplly). DNA


akan bermigrasi ke arah kutub positif.
8. Hidupkan alat catu listrik pada 100 volt.
9. Setelah cukup jauh bromofenol biru bermigrasi (30 menit), matikan
alat catu listrik. Buka penutup kotak elektroforesis (gambar 5).
10. Gel selanjutnya direndam dalam larutan ethidium bromida selama 15
menit dan dilihat dibawah lampu UV (gambar 6).

Modul IV. Genetika Molekular 82


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

Bahan gelas

Penutup kotak elektroforesis

Pewarna tanda
bromophenol blue

Gambar 5. Cara menjalankan DNA pada gel

DNA DNA genom


marker

Gambar 6. DNA hasil elektroforesis yang terlihat di atas lampu UV

Pertanyaan dan Tugas


1. Mengapa pemanasan yang tinggi dapat menyebabkan DNA utas ganda
dapat rusak?

2. Mengapa pengendapan DNA dengan alkohol absolut terjadi dimulai dari


batas lapisan antara larutan penyangga dan alkohol?

Modul IV. Genetika Molekular 83


Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

DAFTAR PUSTAKA

Anders JB, Crowder CS, Durant MA & Penrod SW (1998) A Look at Life: Exploring the
unity of organisms, third edition. Kendall/Hunt, Dubuque-Iowa.

Ayala FJ & Kiger Jr JA (1980) Modern Genetics. Benjamin/Cummings, Meulo Park-


California.

Campbell NA, Reece JB, Taylor MR & Simon EJ (2006) Biology Concepts & Connec-
tions, fifth edition. Benjamin/Cummings, San Francisco.

Demerec M & Kaufmann BP (1961) Drosophila Guide: Introduction to the genetics


and cytology of Dasrosophila melanogaster. Carnegie Institution of Washington,
Washington, D.C.

Klug WS & Cummings MR (1991) Concepts of Genetics, 3rd edition. Macmillan, New
York.

Morgan JG & Carter MEB (1996) Investigating Biology, second edition. Benja-
min/Cummings, Menlo Park-USA.

Roderos RR & Umaly RC (1987) Laboratory Exercises for Elementary Genetics.


Vibal, Quezon City.

Russell PJ (1996) Genetics 4th edition. Harper Collins, New York.

Snustad DP, Simmons MJ & Jenkins JB (1997) Principles of Genetics. John Willey &
Sons, New York.

Weaver RF & Hedrick PW (1997) Genetics 3rd edition. Wm.C. Brown, Dubuque-Iowa.

Winchester AM (1991) Laboratory Manual of Genetics. Wm.C. Brown, Dubuque-


Iowa.

Zubay G (1987) Genetics. Benjamin/Cummings, Meulo Park-California.

101
Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205

LAMPIRAN

Berkas Form Laporan Praktikum Genetika Dasar

102
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul I: Genetika Mendel


Materi 1: MENGENAL KERAGAMAN CIRI SUATU SIFAT
HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Keragaman Ciri Suatu Sifat Morfologi Pada Tanaman

Materi Sifat yang di- Ciri 1 Ciri 2 Ciri 3 Keterangan/


Tanaman amati Gambar

Biji Serealia

Biji Kacang-
kacangan

Buah

Bunga

Umbi-umbian

I-1
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Tabel 2. Keragaman Ciri Suatu Sifat Morfologi Pada Hewan

Materi Sifat yang di- Ciri 1 Ciri 2 Ciri 3 Keterangan/


Tanaman amati Gambar

Hewan
peliharaan

Hewan ternak

Keong-
keongan

Serangga

Burung atau
Ikan

I-2
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I-3
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Apa pentingnya keragaman ?

2. Apa kemungkinan penyebab terjadinya keragaman genetik ?


Berikan contoh yang spesifik.
3. Bagaimana anda bisa mengetahui bahwa penyebab keragaman fenotipe yang anda
amati adalah karena genetik atau lingkungan
4. Berikan masing-masing satu contoh keragaman suatu sifat yang dikendalikan genetik
dan lingkungan.

I-4
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul I: Genetka Mendel


Materi 2: TEORI PELUANG DAN UJI KHI-KUADRAT

HASIL PENGUJIAN

Tabel 4. Data F2 untuk sifat ........................... dari persilangan ............... x .............

No. Fenotipe F2 Pengamatan Frek. teoritik Harapan Khi-kuadrat


(hipotesis)
1. ..................... ..................... ........................ ................... ..................
2. .................... ..................... ........................ ................... ..................

Total:

Keterangan:

Tabel 5. Data F2 untuk sifat........................ dari persilangan ................ x ..............

No. Fenotipe F2 Pengamatan Frek. teoritik Harapan Khi-kuadrat


(hipotesis)
1. ..................... ..................... ........................ ................... ..................
2. .................... ..................... ........................ ................... ..................

Total:

Keterangan:

Tabel 6. Data F2 untuk sifat......................... dari persilangan................ x ................

No. Fenotipe F2 Pengamatan Frek. teoritik Harapan Khi-kuadrat


(hipotesis)
1. ..................... ..................... ........................ ................... ..................
2. .................... ..................... ........................ ................... ..................

Total:

Keterangan:

I-5
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I-6
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas

1. Berapa peluang untuk masing-masing sisi sebuah dadu (bersisi enam)?


2. Bila tiga buah dadu dilempar secara bersama-sama, berapa peluang munculnya mata
dua secara bersamaan pada ketiga buah dadu tersebut?
3. Bila tiga buah dadu tersebut dilempar secara bersama-sama sebanyak 100 kali, berapa
kali peluang munculnya mata dadu sama pada ketiga buah dadu tersebut?

I-7
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul I: Genetka Mendel


Materi 3: ANALOGI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL
HASIL PERCOBAAN

Tabel 7. Hasil Pembentukan Gamet dari Individu Heterozigot Aa (Monohibrid)


(analogi dengan pelemparan sebuah koin berukang-ulang)

No. Gamet /Alel Hasil percobaan (turus) Jumlah


(sisi koin)

1. A ................................................................ ..................
................................................................

2. a ................................................................ .................
................................................................

Total:

Tabel 8. Penggabungan gamet hasil perkawinan (A1a1 x A2a2)

No. Genotipe/Pasangan Alel Hasil percobaan (turus) Jumlah


(pasangan sisi koin)

1. A1A2 ................................................................ ...........


................................................................
2. A1a2 ................................................................ ...........
................................................................
3. a1A2 ................................................................ ...........
................................................................
4. a1a2 ................................................................ ...........
................................................................

Total:

I-8
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

HASIL PENGUJIAN

Tabel 9. Uji .............................................................................................................

No. Gamet Pengamatan Frek. teoritik Harapan Khi-kuadrat


(hipotesis)

1. ................... ..................... ........................ ................... ..................


2. ................... ..................... ........................ ................... ..................

Total:

Keterangan:

Tabel 10. Uji .............................................................................................................

No. Genotipe Pengamatan Frek. teoritik Harapan Khi-kuadrat


(hipotesis)

1. ................. .................. .................... ................... ..................


2. ................ ................. .................... ................... ..................
3. ................. .................. .................... ................... ..................
4. ............... ................. .................... .................. ..................
Total:

Keterangan:

Tabel 11. Uji .............................................................................................................

No. Fenotipe F2 Penga- Frek. teoritik Harapan Khi-kuadrat Genotipe


matan (hipotesis)

1. .................. .............. ................... ................. ................. .............


2. .................. .............. ................... ................. ................. .............
Total:

Keterangan:

I-9
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 10
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas

1. Jelaskan Hukum Mendel I.


2. Buatkan bagan model pewarisan sifat warna bunga yang anda uji.
3. Bila dalam pewarisan sifat warna bunga tersebut tidak terjadi dominan-resesif
antara alel A dan a, tetapi bersifat "Dominan tak penuh":
a. Bagaimana nisbah fenotipe F1 dan F2-nya.
b. Apakah Hukum Mendel I tetap berlaku/terjadi ? (mengapa ?)

I - 11
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul I: Genetika Mendel


Materi 4 : SEGREGASI F2 DIHIBRID TANPA PAUTAN
HASIL PERHITUNGAN DAN PENGUJIAN

Tabel 1. Pengujian dua gen penyusun Genotipe-genotipe F2 (Data A)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. AABB ........ ....... ..... .......
2.. AaBB ........ ....... ..... .......
3. aaBB ........ ....... ..... .......
4. AABb ........ ....... ..... .......
5. AaBb ........ ....... ..... .......
6. aaBb ........ ....... ..... .......
7. AAbb ........ ....... ..... .......
8. Aabb ........ ....... ..... .......
9. aabb ........ ....... ..... .......
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Total ........ ....... ..... .......
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :

I - 12
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Tabel 2. Uji Segregasi Fenotipe F2 Dihibrid Terhadap Perbandingan Mendel


(Data B)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Fenotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat Genotipe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. MeTi .......... ....... ........ ...... ..........
2. MeKe .......... ....... ........ ...... ..........
3. PuTi .......... ....... ........ ...... ..........
4. PuKe .......... ....... ........ ...... ..........
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Total ....... ........ ....... .....
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :

Tabel 3. Uji Jumlah Gen Pengendali Karakter (Data C)

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Fenotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat Genotipe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Liar ......... ........ .......... ....... ..........

2. Mutan ......... ........ .......... ....... ..........


-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Total ......... ......... .......... ....... ..........
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :

I - 13
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

(Catatan: Lengkapi dengan model/bagan persilangan dengan genotipenya)

I - 14
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PERTANYAAN DAN TUGAS

1. Jelaskan yang dimaksud dengan Hukum Mendel II.

2. Buatkan bagan model pewarisan sifat untuk sifat pada Data B dan Data C.

3. Jelaskan hubungan antara Hukum Mendel II dengan meiosis.

4. Jika pada proses pembentukan gamet organisme diploid tidak terjadi Hukum Mendel
atau meiosis, bagaimana konsekuensi genetik bagi generasi berikutnya ?

I - 15
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 1 : GEN BERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM

Bahan Data simulasi komputer dari persilangan-persilangan berikut:

ABCDE +++++ ABCDE


P: ───── X ───── ─────► F1 : ─────
ABCDE +++++ +++++

ABCDE ABCDE
Silang uji untuk F1 : ───── X ─────
+++++ ABCDE
(homosigot resesif)

Dengan hipotesis liar (+) dominan terhadap mutan (huruf),


maka diperoleh segregasi untuk silang uji seperti pada data
percobaan pada tabel berikut.

Tabel. Data segeregasi fenotipe hasil silang uji

No. Fenotipe Jumlah No. Fenotipe Jumlah


(Gamet F1) (Gamet F1)

1. +++++ 116 17. +B+DE 42


2. +B+++ 35 18. +BC+E 1
3. ++C++ 11 19. A+C+E 9
4. +++D+ 26 20. +BCD+ 3
5. ++++E 24 21. A+CD+ 9
6. A++++ 4 22. AB+D+ 1
7. +B++E 8 23. ++CDE 10
8. +BC++ 4 24. A++DE 3
9. A+C++ 34 25. AB++E 2
10. ++C+E 1 26. ABC++ 98
11. +B+D+ 9 27. +BCDE 10
12. ++CD+ 1 28. A+CDE 36
13. A++D+ 2 29. AB+DE 15
14. +++DE 108 30. ABC+E 24
15. A+++E 1 31. ABCD+ 34
16. AB+++ 15 32. ABCDE 104

Total = 800
Catatan:
χ2 db, α atau χ2-tabel untuk α = 0.05 (selang kepercayaan 95%) pada masing-masing
db (derajat bebas) yang berbeda (mulai db=1 dan seterusnya) adalah:
1 = 3.841 2 = 5,991 3= 7.815 4= 9.488 5= 11.070
6 = 12.592 7 = 14.067 8 = 15.507 9 = 16.919 10= 18.307

I - 16
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

HASIL PENGUJIAN

Pengujian Kebebasan

1. Uji Untuk Pasangan A B

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 AB 1/4
2 A+ 1/4
3 +B 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

2. Uji Untuk Pasangan A C

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 AC 1/4
2 A+ 1/4
3 +C 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

3. Uji Untuk Pasangan A D

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 AD 1/4
2 A+ 1/4
3 +D 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

I - 17
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

4. Uji Untuk Pasangan A E

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 AE 1/4
2 A+ 1/4
3 +E 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

5. Uji Untuk Pasangan B C

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 BC 1/4
2 B+ 1/4
3 +C 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

6. Uji Untuk Pasangan B D

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 BD 1/4
2 B+ 1/4
3 +D 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

I - 18
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

7. Uji Untuk Pasangan B E

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 BE 1/4
2 B+ 1/4
3 +E 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

8. Uji Untuk Pasangan C D

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 CD 1/4
2 C+ 1/4
3 +D 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

9. Uji Untuk Pasangan C E

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 CE 1/4
2 C+ 1/4
3 +E 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan :

I - 19
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

10. Uji Untuk Pasangan D E

No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 DE 1/4
2 D+ 1/4
3 +E 1/4
4 ++ 1/4
Total : 1 800 800
Keterangan:

Koefisien Rekombinan

Isi tabel di bawah ini dengan koefisien rekombinan (r X 100) seandainya


gen-gen terpaut, atau dengan perkataan bebas seandainya gen-gen itu
bebas.

B C D E
A
B
C
D -

I - 20
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

(Catatan: harus dicantumkan peta kromosom)

I - 21
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 2 : ANALISIS GENETIK ORGANISME HAPLOID

Bahan Data Hasil persilangan Neurospora crassa antara genotipe (al + A)


dengan (+ leu a) untuk 50 tetrad yang diamati disajikan pada tabel
berikut:
Tabel. Hasil persilangan Neurospora (al + A) dengan (+ leu a) menghasilkan 50 tetrad
yang terbagi ke dalam 12 tipe susunan spora dalan askus*)

Tipe-I Tipe-II Tipe-III Tipe-IV Tipe-V Tipe-VI


al + A al + A al + A al + A al + A al leu a
+ + A al + A al leu A + leu a + leu a + + A
al leu a + leu a + + a al + A al leu a al leu a
+ leu a + leu a + leu a + leu a + + A + + A
─────── ─────── ─────── ─────── ─────── ───────
23 10 4 2 2 2

Tipe-VII Tipe-VIII Tipe-IX Tipe-X Tipe-XI Tipe-XII


al + A al leu a al + A al + a al leu a al leu A
+ leu A al leu a + leu A al leu a + leu A + leu a
al + a + + A al leu a + + A al + a al + a
+ leu a + + A + + a + leu A + + A + + A
─────── ─────── ─────── ─────── ─────── ───────
2 1 1 1 1 1

*): al = albino strain ; (+ = wild type)


leu = leucine-requiring strain ; (+ = wild type)
a = mating type (mutan type) ; A = mating type (wild type)

Hasil Perhitungan dan Analisis

1) Analisis lokus al dengan sentromer:

2) Analisis lokus leu dengan sentromer:

I - 22
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

3) Analisis lokus-A/a dengan sentromer:

4) Analisis lokus al dengan lokus leu:

5) Analisis lokus al dengan lokus-A/a:

I - 23
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

6) Analisis lokus leu dengan lokus-A/a:

7) Peta genetik/kromosom:

I - 24
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 3 : SIKLUS HIDUP DAN RASIO SEKS
LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

DATA HASIL PENGAMATAN

1. Siklus Hidup

Tabel 2. Lama waktu fase-fase siklus hidup Drosophila melanogaster

Fase siklus hidup Stok Merah Stok Putih


tanggal # hari tanggal # hari
Kultur : - -
Terbentuk Larva :
Terbentuk Pupa :
Terbentuk Imago :
Total : - -

Keterangan :

2. Jumlah Imago dan Rasio Seks

Tabel 3. Jumlah imago terbentuk berdasarkan rasio seks

Stok dan Hari setelah terbentuk imago (hari ke-) Jumlah


Seks
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Stok Merah:
Jantan
Betina
Total :
Stok Putih:
Jantan
Betina
Total :
Keterangan:

I - 25
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

3. Pengujian Perbandingan Jantan dan Betina

Tabel 4. Perbandingan Jantan dan Betina pada Stok Merah

No. Seks Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 Jantan 1/2
2 Betina 1/2
Total : 1

Keterangan :

Tabel 5. Perbandingan Jantan dan Betina pada Stok Putih

No. Seks Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat


1 Jantan 1/2
2 Betina 1/2
Total : 1

Keterangan :

I - 26
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 27
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas

1. Buatkan bagan siklus hidup Drosophila dan lengkapi dengan waktu yang dibutuhkan
untuk masing-masing tahapan siklus.
2. Uji secara statistik (Khi-kuadrat) apakah nisbah antara jantan dan betina pada keturu-
nannya 1:1 atau tidak. Bagaimana anda dapat menjelaskan diperolehnya hasil terse-
but.
3. Mengapa Drosophila sering digunakan sebagai objek penelitian genetika?
4. Sebutkan beberapa sifat pada Drosophila yang telah diketahui pola pewarisannya, dan
bagaimana?

I - 28
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul II: Pengembangan Genetika Mendel dan Analisis Genetik


Materi 4 : GEN TERPAUT KROMOSOM SEKS
(Warna Mata pada Drosophila melanogaster)

DATA HASIL PENGAMATAN

Tabel. Jumlah imago F1 terbentuk berdasarkan seks dan warna mata

Seks Warna Hari setelah terbentuk imago (hari ke-) Jumlah


mata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Betina Merah x Jantan
Putih:
Jantan Merah
Putih
Betina Merah
Putih
Total :
Betina Putih x Jantan
Merah:
Jantan Merah
Putih
Betina Merah
Putih
Total :

Keterangan:

I - 29
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Tabel. Jumlah imago F2 terbentuk berdasarkan seks dan warna mata

Seks Warna Hari setelah terbentuk imago (hari ke-) Jumlah


mata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Dari Persilangan Tetua Betina Merah x Jantan Putih
atau Persingan F1 Betina ............... x Jantan ......................:

Jantan Merah
Putih
Betina Merah
Putih
Total :
Dari Persilangan Betina Putih x Jantan Merah
atau Persingan F1 Betina ................. x Jantan ...................... :

Jantan Merah
Putih
Betina Merah
Putih
Total :

Keterangan:

I - 30
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 31
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas

1. Mengapa untuk percobaan persilangan pada percobaan ini diharuskan menggunakan


calon tetua betina yang belum dibuahi sedangkan calon tetua jantan bisa sembarang
umur.
2. Jelaskan nisbah fenotipe pada F1 dan F2 (resiprok) dengan menggunakan uji khi-
kuadrat.
3. Buatkan bagan model pola pewarisan untuk sifat warna mata pada Drosophila melano-
gaster.
4. Bagaimana hasil persilangan resiprok apabila dibandingkan antara sifat yang terletak/
terpaut pada kromosom-X dengan sifat yang terletak pada autosom.
5. Berikan contoh lain sifat-sifat yang terpaut pada kromosom seks.

I - 32
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul III: Genetika Kromosom


Materi 1 : PENGAMATAN KROMOSOM PERIODE MITOSIS
PADA AKAR TANAMAN
HASIL PENGAMATAN
(Lengkapi gambar hasil pengamatan dengan keterangannya)

Profase Awal Profase Tengah

Profase Akhir Metafase

Anafase Awal Anafase Tengah

Anafase Akhir Telofase

I - 33
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 34
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas

1. Dapatkah anda menemukan semua fase mitosis pada preparat anda ?


2. Fase mitosis mana dari mitosis yang tampak paling banyak dijumpai.
Bagaimana menurut anda ?
3. Pada fase mana paling mudah untuk menentukan macam dan jumlah kromosom ?
4. Dapatkah anda menghitung jumlah kromosom pada sel bawang dengan metode yang
anda gunakan, dan beri penjelasan mengapa dapat/tidak dapat?.

I - 35
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul III: Genetika Kromosom


PENGAMATAN KROMOSOM MEIOSIS DAN
Materi 2 :
PEMBENTUKAN MIKROSPORA PADA KUNCUP BUNGA
HASIL PENGAMATAN
(Lengkapi gambar hasil pengamatan dengan keterangannya)

Profase I Metafase I

Anafase I Telofase I

Profase II Metafase II

Anafase II Tetrad

I - 36
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 37
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas

1. Adakah persamaan dan perbedaan penampakan kromosom pada fase-fase mitosis dan
meiosis ? (jelaskan)

2. Mengapa hasil akhir proses meiosis pada antera berupa tetrad, dan bagaimana dengan
jumlah kromosomnya?

3. Pada fase manakah dalam proses meiosis yang memungkinkan terjadinya pindah si-
lang dan mengapa?

4. Jelaskan kesetaraan genetika kromosom pada saat meiosis dan genetika Mendel
(Hukum Segregasi dan Berpadu Bebas).

I - 38
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul III: Genetika Kromosom


Materi 3 : PEMBUATAN KARIOTIPE KROMOSOM EUKARIOT

Gambar 1. Kromosom manusia pada metafase mitosis (lembar pertama)

I - 39
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Panjang total
kromosom (mm)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 … ~
──────────────►
Rasio lengan kromosom (lengan panjang terhadap lengan pendek)

Gambar 2. Diagram pencar pasangan kromosom manusia

I - 40
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

(!) (2) (3) (4) (5)

(6) (7) (8) (9) (10)

(11) (12) (13) (14) (15)

(16) (17) (18) (19) (20)

(21) (22) (23)

Gambar 3. Kariogram kromosom manusia

I - 41
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Tabel 1. Data untuk idiogram kromosom manusia

No. Kelompok Rasio lengan kromosom Nomor pasangan kromosom

1. Metasentrik 1.0 - 1.7

2. Submetasentrik 1.7 - 3.0

3. Subtelosentrik 3.0 - 7.0

4. Telosentrik > 7.0

5. Alosentrik Sentromer di ujung

Gambar 4. Idiogram kromosom manusia

I - 42
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 43
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas:

1. Berapa jumlah kromosom dan berapa pasang kromosom pada manusia?


2. Berdasarkan kaidah Homogametik betina atau Heterogametik jantan pada kromosom
seks manusia, apa jenis kelamin untuk kromosom manusia yang sedang anda analisis?
3. Jelaskan kegunaan pembuatan kariotipe kromosom.

I - 44
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul IV: Genetika Molekular


Materi 1 : ISOLASI DNA GENOM

HASIL PERCOBAAN

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 45
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas


1. Mengapa pemanasan yang tinggi dapat menyebabkan DNA utas ganda
dapat rusak?
2. Mengapa pengendapan DNA dengan alkohol absolut terjadi dimulai dari
batas lapisan antara larutan penyangga dan alkohol

I - 46
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul IV: Genetika Molekular


Materi 2 : PEMOTONGAN DNA DENGAN ENZIM RESTRIKSI

HASIL PERCOBAAN

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 47
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

I - 48
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul IV: Genetika Molekular


Materi 2 : IDENTIFIKASI DNA DENGAN ELEKTROFORESIS

HASIL PERCOBAAN

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 49
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

I - 50
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul IV: Genetika Molekular


Materi 4 : TRANSFORMASI BAKTERI DENGAN DNA
DAN EKSPRESINYA
HASIL PERCOBAAN

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 51
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

I - 52
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul V: Genetika Populasi


Materi 4 : PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG

HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Jumlah dan frekuensi Genotipe G-1 hasil perpaduan bebas (perpasangan) gamet
dari individu G-0

Pasangan gamet Hasil pengacakan dalam turus Jumlah Frekuensi


(genotipe individu) (%)
WW
Ww
ww
Total: 200 100

Tabel 2. Frekuensi alel dan genotipe untuk populasi awal (G-0) dan populasi baru (G-1)

Populasi awal (G-0) Populasi baru (G-1)


Frekuensi alel Frekuensi genotipe Frekuensi alel Frekuensi genotipe
W= WW = W= WW =
w= Ww = w= Ww =
ww = ww =

HASIL PENGUJIAN
Tabel 3. Pengujian kesetimbangan frekuensi genotipe populasi awal (G-0) dengan popu-
lasi baru (G-1)

No. Genotipe Frekuensi geno- Jumlah populasi Jumlah populasi Nilai


tipe populasi G-0 G-1 (hasil acak) harapan Khi-kuadrat
1 WW
2 Ww
3 ww
Jumlah: 1 200 200

Keterangan:

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

I - 53
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

I - 54
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas


1. Apakah hasil pengujian frekuensi genotipe populasi G-0 terhadap populasi G-1 ber-
beda nyata atau tidak berbeda nyata?
2. Bagaimana pengertian dari kesimpulan pengujian tersebut dihubungkan dengan
hukum Kesetimbangan Hardy-Weinberg?
3. Jika anda melanjutkan praktikum sampai generasi kedua (G-2), G-3 dan seterusnya,
jelaskan bagaimana kemungkinan frekuensi genotipe untuk masing-masing populasi
pada generasi selanjutnya tersebut?
4. Bila terjadi perubahan frekuensi genotipe dari satu generasi ke generasi berikutnya,
bagaimana anda dapat menjelaskan proses kejadian ini?

I - 55
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Modul V: Genetika Populasi


Materi 5 : ALEL GANDA DAN PENENTUAN FREKUENSI GEN
(Sistem Golongan Darah ABO pada Manusia)

Tabel 4. Data golongan darah mahasiswa Genetika Dasar tahun …….. dan mahasiswa
TPB-IPB 1991/1992
Golongan darah Jumlah mahasiswa Frekuensi (%) Frekuensi Mahasiswa
TPB-IPB 1991/1992
A 24.1 %
B 28.5 %
AB 7.9 %
O 39.5 %
Total : 100 %

Hasil perhitungan dengan menggunakan kaedah matematis Kesetimbangan Hardy-


Weinberg,maka frekuensi alel dan genotipe didasarkan dari frekuensi fenotipenya adalah
sebagai berikut:
frekuensi alel IA = .................
frekuensi alel IB = .................
frekuensi alel i = ..................
frekuensi genotipe IAIA = .................
frekuensi genotipe IAi = .................
frekuensi genotipe IBIB = .................
frekuensi genotipe IBi = .................
frekuensi genotipe IAIB = .................
frekuensi genotipe ii = .................

HASIL DAN PEMBAHASAN

I - 56
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

I - 57
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................

Pertanyaan dan Tugas


1. Apa antigen dan antibodi dalam darah anda ?
2. Bagaimana kemungkinan genotipenya ?
3. Bagaimana kemungkinan genotipe orangtua anda ? (tunjukan dalam bentuk bagan)
4. Bila anda menikah dengan calon suami/istri golongan darah A, bagaimana
kemungkinan golongan darah anak-anak anda ?
5. Bandingkan frekuensi alel golongan darah di kelas anda dengan frekuensi alel
golongan darah mahasiswa TPB-IPB angkatan 1991/1992. Gunakan uji khi-kuadrat
dan kemukakan beberapa kemungkinan penyebab hasil uji tersebut.
6. Berikan masing-masing satu contoh sifat yang dikendalikan oleh alel ganda pada
tanaman dan hewan.

I - 58

Anda mungkin juga menyukai