Tim Penyusun:
ENCE DARMO JAYA
SUPENA
MUHAMMAD JUSUF
UTUT WIDYASTUTI
Penuntun Praktikum
Pedoman Praktikum
GENETIKA DASAR
(BIO 240)
Oleh:
ENCE DARMO JAYA SUPENA
MUHAMMAD JUSUF
UTUT WIDYASTUTI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
KATA PENGANTAR
Praktikum untuk matakuliah Genetika Dasar (BIO 205) merupakan kegiatan yang
terintegrasi dan tidak terpisahkan dengan pelaksanaan perkuliahan, sehingga
mahasiswa yang mengambil mata kuliah ini harus mengikuti atau melaksanakan kedua
kegiatan tersebut, termasuk bagi mahasiswa pengulang. Kegiatan praktikum dirancang
untuk membantu dan lebih memberikan pengertian dan pemahaman mengenai prinsip-
prinsip, konsep atau teori dasar dalam genetika. Pendekatan pelaksanaan praktikum
selain diupayakan melalui praktek dan pengamatan langsung, juga melalui pendekatan
model, analogi dan simulasi.
Materi praktikum yang disajikan dalam buku pedoman ini sudah mencakup
semua aspek genetika yang disampaikan dalam materi kuliah, yaitu genetika Mendel
dan pengembangannya, genetika kromosom, genetika molekular, analisis genetika, dan
genetika populasi. Urutan materi praktikum disesuaikan dengan urutan topik
perkuliahan. Idealnya materi yang akan dipraktikumkan harus sudah disampaikan
dalam kuliah, sehingga tujuan praktikum untuk memudahkan pemahaman benar-benar
dapat tercapai.
Sains, tidak terkecuali genetika, adalah bersifat dinamis, sehingga sangat
memungkinkan terus berkembang. Oleh karenanya penyusun mengharapkan kritik dan
saran dari sidang pembaca, khususnya praktikan, asisten, dan rekan-rekan yang
sedang atau pernah mengasuh mata kuliah genetika, untuk perbaikan dan
penyempurnaan pedoman praktikum ini. Akhirnya, semoga buku Pedoman Praktikum
Genetika Dasar beserta berkas untuk Laporan Praktikumnya dapat bermanfaat dan
memacu untuk terus menumbuh kembangkan kreatifitas dan inovasi khususnya di
bidang genetika untuk pengembangan sains dan teknologi dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan manusia.
I. GENETIKA MENDEL
1. Mengenal keragaman ciri suatu sifat …………………………………… 1
2. Teori peluang dan uji Chi-kuadrat ……………………….……………… 5
3. Analogi percobaan monohibrid Mendel ………………………………. 9
4. Segregasi F2 dihibrid tanpa pautan …………………………………….. 12
II. PENGEMBANGAN GENETIKA MENDEL DAN ANALISIS GENETIK
1. Gen berpautan dan pemetaan kromosom ……………………………. 25
2. Analisis genetik organisme haploid ……………………………………… 36
3. Siklus hidup dan rasio seks lalat buah (Drosophila
melanogaster) …………………………………..……………………………… 41
4. Gen terpaut kromosom seks, warna mata pada Drosophila
melanogaster ……………………………………………………………………. 47
III. GENETIKA KROMOSOM
1. Pengamatan kromosom periode mitosis pada akar tanaman …. 53
2. Pengamatan kromosom meiosis dan perkembangan mikrospora
pada kuncup bunga …………………………………………………………… 59
3. Pembuatan kariotipe kromosom eukariot …………………………….. 63
IV. GENETIKA MOLEKULAR
1. Isolasi DNA genom ……………………………..…………………….……… 71
2. Pemotongan DNA dengan enzim restriksi ……………..……….……. 78
3. Identifikasi DNA dengan elektroforesis ……………………………….. 80
4. Transformasi DNA dengan bakteri dan ekspresinya ……………… 84
V. GENETIKA POPULASI
1. Pengujian kesetimbangan Hardy-Weinberg …………………………. 89
2. Alel ganda dan penentuan frekuensi gen ……………………………. 100
Latar Belakang Kita patut bersyukur, karena Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang besar, bahkan kita
termasuk salah satu pusat raksasa (mega centre) di dunia dalam hal
keanekaragaman hayati yang mencakup flora, fauna dan mikroba.
Sebanyak 28 ribu jenis tumbuhan, 30 ribu jenis hewan dan 10 ribu jenis
mikroba diperkirakan hidup secara alami di Indonesia.
Keragaman atau perbedaan antar jenis (spesies) berbeda biasa-
nya dengan mudah dapat diamati oleh kita. Sedangkan bila kita melihat
tanaman atau hewan dari satu spesies yang sama, selain kita dapat
melihat beberapa persamaan yang menjadi ciri khas spesies tersebut,
ternyata kita juga masih dapat melihat adanya keragaman antar indi-
vidu dalam spesies tersebut. Misalnya anda memperhatikan teman-
teman sekelas anda, dapat dipastikan tidak ada seorangpun yang persis
sama dengan anda, baik penampilan wajah ataupun sifat lainnya.
Bahkan kalau anda bandingkan dengan kakak atau adik kandung
andapun tidak akan persis sama. Begitu juga pada hewan, kalau anda
perhatikan anak-anak kucing dari satu proses kehamilan dan kelahiran
pun berbeda-beda, misalnya pada warna bulu.
Hal yang sama dijumpai juga pada tumbuhan di alam sekitar
kita. Di dalam satu jenis tumbuhan yang sama, misalnya tanaman mang-
ga, kita akan menjumpai bentuk buah yang berbeda-beda, demikian juga
rasa dan aromanya. Anggrek adalah tanaman hias yang disukai karena
keindahan bunganya, dalam satu spesies anggrek yang sama pun kita
masih dapat menjumpai keragaman, misalnya kita masih dapat
membedakan berdasarkan warna atau pola warna bunganya.
Prosedur
Percobaan 1. Keragaman pada Tanaman
1. Cari dan dapatkan paling sedikit tiga ciri yang berbeda untuk suatu
sifat/karakter yang anda temui pada :
(cukup satu set contoh untuk masing-masing a, b, c, d, dan e)
a. Biji serealia (padi, jagung, sorgum, atau gandum)
Biji Kacang- warna kulit biji kuning Hijau Hitam Materi dari
kacangan kacang kedelai (var. Lokon) (var. Tidar) (lokal Yogya) koleksi Lab.
(Glycine max) Genetika
matang/panen
Gambar:
Ciri 1:
Ciri 2:
Ciri 3:
Dst............
3. Bagaimana anda bisa mengetahui bahwa penyebab keragaman fenotipe yang anda
amati adalah karena genetik atau lingkungan
4. Berikan masing-masing satu contoh keragaman suatu sifat yang dikendalikan genetik
dan lingkungan.
Latar Belakang Salah satu penunjang mengapa Mendel berhasil membuat suatu
model pewarisan yang kebenarannya diakui sampai saat ini adalah men-
catat dan mengumpulkan data dalam jumlah banyak dan memanfaatkan
metode-metode matematis untuk membantu menganalisis data yang
dihasilkan tersebut. Untuk lebih mudah dan cepat memahami nisbah ge-
netik (fenotipe, genotipe) generasi F2 dari percobaan Mendel, kita dapat
menggunakan kaedah-kaedah peluang dalam penghitungannya.
Dalam membuat kesimpulan tentang suatu populasi, umumnya
diperoleh dari data penelitian secara sampling (pengambilan contoh).
Untuk itu diperlukan suatu uji matematis/statistik agar dapat mengana-
lisis data dan membuat kesimpulan dengan baik pada tingkat/selang ke-
percayaan tertentu. Salah satu uji statistik yang sering digunakan dalam
menganalisis data percobaan genetika adalah Uji Khi-Kuadrat (χ2).
Hal yang sama akan berlaku juga pada proses perkawinan. Jenis alel
pada gamet betina (sel telur) dari tetua betina tidak mempengaruhi
ataupun dipengaruhi oleh jenis alel gamet tetua jantan (sperma/serbuk
sari) yang akan membuahi, dan sebaliknya.
Keterangan:
O : hasil pengamatan (observed)
E : harapan (expected)
Hipotesis
Kasus Pengamatan (Frek. teorik Harapan Khi-kuadrat (χ2)
atau Peluang)
(N1-n1.N)2
1 N1 n1 n1 x N ───────
n1.N
(N2-n2.N)2
2 N2 n2 n2 x N ───────
n2.N
(Nk-nk.N)2
k Nk nk nk x N ───────
nk.N
(Ni-ni.N)2
Total N 1 N ───────
ni.N
atau disebut
(χ2-hitung)
Prosedur Percobaan
atau Pengujian
Berikut pada tabel 3 adalah data hasil percobaan monohibrid
yang dilakukan Mendel berdasarkan fenotipe F2 untuk sifat bentuk biji,
warna bunga, dan tinggi tanaman.
Catatan:
χ2 db, α atau χ2-tabel untuk α = 0.05 (selang kepercayaan 95%) pada masing-masing
db (derajat bebas) yang berbeda (mulai db=1 dan seterusnya) adalah sebagai berikut:
1 = 3.841 2 = 5,991 3= 7.815 4= 9.488 5= 11.070
6 = 12.592 7 = 14.067 8 = 15.507 9 = 16.919 10= 18.307
2. Bila tiga buah dadu dilempar secara bersama-sama, berapa peluang munculnya mata
dua secara bersamaan pada ketiga buah dadu tersebut?
3. Bila tiga buah dadu tersebut dilempar secara bersama-sama sebanyak 100 kali, berapa
kali peluang munculnya mata dadu sama pada ketiga buah dadu tersebut?
Prosedur Percobaan
2. Buatkan bagan model pewarisan sifat warna bunga yang anda uji.
3. Bila dalam pewarisan sifat warna bunga tersebut tidak terjadi dominan-resesif
antara alel A dan a, tetapi bersifat "Dominan tak penuh":
a. Bagaimana nisbah fenotipe F1 dan F2-nya.
b. Apakah Hukum Mendel I tetap berlaku/terjadi ? (mengapa ?)
Genotipe F2
Perbandingan Fe-
AABB AABb AaBB AaBb AAbb Aabb aaBB aaBb aabb
notipe pada F2
(1) (2) (2) (4) (1) (2) (1) (2) (1)
Kasus 1: (9:3:3:1) Pada kasus-1 terdapat hubungan dominant-resesif antara alel da-
lam masing-masing gen atau lokus (A dominan terhadap a; dan B domi-
nan terhadap b). Hubungan antara kedua gen tersebut adalah bebas
sehingga dapat berpadu bebas pada saat pembentukan gamet, dan un-
tuk menampakkan fenotipenya masing-masing gen mengendalikan sifat
yang berbeda dan tidak terdapat hubungan fungsional antara kedua gen
tersebut.
Kasus 2: (12:3:1) Kasus-2 terjadi karena terdapat proses interaksi antara dua gen
yang bebas dalam penampakan fenotipenya, dan terdapat hubungan
dominan-resesif antar alel dalam masing-masing lokus. Hal ini berarti
bahwa Hukum Mendel II tetap berlaku. Salah satu gen dapat ber-
ekspresi apabila gen lain dalam keadaan resesif. Contoh yang terdapat
dalam tabel 4: gen kedua (B) berekspresi seandainya pada gen pertama
(A) terdapat genotipe homozigot resesif. Sebagai teladan ialah warna
sekam pada gandum: Nelson Ehle telah memperlihatkan hasil per-
bandingan 12 hitam : 3 kuning : 1 putih pada populasi F2. Pada kasus
ini terlihat bahwa alel A menghasilkan warna hitam; alel a warna terang
dan alel B menghasilkan kuning dan alel b warna putih. Warna kuning
atau putih dapat muncul seandainya warna sekam tersebut terang, atau
lokus-A bergenotipe aa. Oleh karena itu akan diperoleh perbandingan
sebagai berikut:
Kasus 3: (9:3:4) Kasus 3 sama dengan kasus 2 yaitu bahwa gen kedua akan
berekspresi hanya dalam genotipe tertentu dari gen pertama. Perbe-
daan dari kasus 2 ialah bahwa pada kasus 3, gen kedua hanya ber-
ekspresi seandainya gen pertama dalam keadaan dominan. Teladan
dari kasus semacam ini di peroleh Corren (1912) pada bunga Lini
marocana. Segregasi populasi F2 dari persilangan bunga merah
terhadap bunga putih, diperoleh 9/16 ungu: 3/16 merah dan 4/16 putih.
Kasus 4: (9:7)
A-B Kerjasama Hal ini terjadi seandainya terdapat interaksi dalam proses
pembentukan suatu zat. Suatu zat akan terbentuk seandainya terdapat
dua enzim yang mengendalikan suatu rantai reaksi, sebagai teladan
adalah proses reaksi pembentukan asam hidrosianik berikut ini:
Kasus 5: (13:3)
A-B Antagonis Perbandingan ini dihasilkan oleh interaksi dua gen dalam
menampakkan satu sifat fenotipe. Alel dominan B akan mengendalikan
pembentukan suatu zat, sedangkan ketidak hadiran alel dominan B atau
pada individu bergenotipe bb tidak akan terbentuk zat tersebut. Alel
dominan A pada gen yang lain akan menguraikan hasil pekerjaan gen
B, sehingga zat yang sudah terbentuk karena adanya alel dominant B
pada individu tersebu menjadi tidak akan ada seandainya hadir alel
dominan A. Organisme ini hanya akan mengandung suatu zat tersebut
seandainya bergenotipe aa pada suatu gen dan B_ pada gen yang lain.
Perbandingan fenotipe pada F2 akan diperoleh sebagai berikut :
Prosedur Percobaan
Catatan: Dalam membuat pembahasan laporan supaya dilengkapi dengan bagan atau
model persilangan yang dilengkapi dengan genotipe dan fenotipenya.
AAbb aabB aabB AABB aabB aABB aabb aaBB AABB AABb
AaBb AAbB Aabb AabB aaBb aAbB AaBB AaBB aABb aabb
aABB AAbb AAbb AaBb AAbb AabB aaBB aABb AaBB AAbb
AAbB AAbB AabB AaBb aAbb aabB aaBb aAbb aaBB aaBB
AabB aaBb AAbB AAbB AAbB AaBB AaBb AAbB aABB aabb
AABb aABb AaBB aabb AaBb AabB AAbB aabb AABb AAbB
AaBb aAbb AabB AAbb AaBB aABB AABB AABb aaBb aabB
AabB aabb AaBB AabB AabB aaBB aABB aAbb aABB AABB
aaBb AABb aaBb aabB AabB aabb AaBB AabB AabB aaBB
aABB aAbb AABB AaBB AaBb AaBb aABB aaBB aaBB AABB
aabb AaBb aABb aABB aaBB aAbB aabb aABb AAbB aaBB
aaBb aAbB aAbb AabB AABb aAbb aAbb AaBb AAbb AABB
aAbB AabB aaBB aabB aabB aabb AaBB aAbb AaBB AAbb
aaBB aabb AAbb AAbb AabB AABB aaBB AAbb aabb aabB
aaBB aaBb AaBB aaBb AabB AAbB AAbb aAbb aabB AABb
aabb aaBB aaBB aAbB AAbb aAbb aaBB Aabb Aabb aaBB
AAbb aAbB aaBB AaBB AaBb AAbb aaBB AabB AAbb AABB
aaBB AaBb AAbB AAbB AAbb AabB AaBB Aabb AABB aABb
AAbB AaBb AABb AABB AabB aAbb AABB aabB AABB AaBb
AaBB aaBb AAbB AaBB AaBB AABb AAbB aabb AAbb aABB
aabb AABb aaBB aabB aabB aabB Aabb aaBB AAbb aaBb
aabb aaBb aaBb AaBb aaBb AABb AAbB aAbb AaBb aABb
aabB aabb AaBb aAbB AAbB aABB aaBb AABB AAbb aAbB
aaBB AAbB aabB aABb Aabb Aabb AabB AAbb aABB Aabb
AaBb AABb aAbB aaBB AABb aAbB aabB aAbB aABB aabB
aABB AAbB aabb AAbB aaBb aAbB aaBB AaBB aabB Aabb
AaBb aABB Aabb aaBB AAbb aaBb aaBB AaBb Aabb AAbB
Aabb aaBb AABb aAbB aabB aaBb AaBB aABb aABb AABB
Aabb AaBB Aabb AabB AABB aabB aaBB aaBb aABb AaBB
AaBB aAbb aaBB aAbb aAbb Aabb aABb aaBB aaBb aABB
aabB AaBb AabB AAbB AaBb aAbb aabb Aabb aaBB AAbb
aabb aaBb AabB aAbB aABB AAbb aAbb AabB AABb AabB
(Data A lanjutan ...)
Aabb aaBB AABb Aabb AabB AAbb aabB aaBb aabb aABB
AaBB aabB aABb aabb AAbb AABb aabB aABb AabB AaBB
AabB aABB aabb aaBb aABB aabb AaBb aABB AaBb aABB
AABb aAbB aABB aabB AaBB aAbb AAbB aaBb aABb AaBb
aaBb aABB aABB aAbB AaBB AABb AAbb AABB Aabb AABb
aAbB AAbB AaBB aabb aABb aabB AaBb aAbB AaBB AAbb
aabb aAbb aABb aaBb AABb aabb aabb AAbb AABb aABb
aabb aabB AABb aAbB AabB AabB Aabb AAbB AabB AABB
aABB aaBB AaBb aaBb AAbB aabb AAbb aaBB Aabb aAbb
AaBb aAbB AABB aaBb AaBb AAbb AABB AABB AAbb aABb
aaBb AABb aaBb Aabb AabB AAbB AAbb AAbB AaBB aAbB
aABB aABB aAbb AabB AABb aaBB AAbB aabB AaBb aABb
aABb aabB aABB AABB aaBB aaBB aabB AabB Aabb aAbb
aaBb aaBb aAbB aabb AaBB AAbb aabb aabB AaBB AaBB
aabb Aabb aaBB aabb aAbB aAbB AAbB AAbB AAbB aAbb
AABB Aabb aAbB aabb aABB AaBb AaBB aABb AABb Aabb
aABb aAbB AAbB AAbB AabB aabB Aabb aabb aabb aaBb
aABB Aabb aaBb AaBB aABB AABb aAbb aABb aaBb Aabb
__________________________________
Keterangan: Aa = aA ; Bb = bB
PuKe MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi
PuTi MeKe PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe
MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi
PuTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe
MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi PuKe MeTi
MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe PuTi MeKe MeKe MeTi
MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe
MeTi PuTi PuTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi PuKe MeTi
MeTi MeKe MeTi MeTi PuTi MeKe PuKe MeTi PuKe MeTi
MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeKe MeKe PuTi
MeKe PuTi MeKe MeTi MeTi MeKe MeTi PuTi MeTi MeTi
MeTi MeKe MeTi MeTi MeKe PuKe PuTi MeTi MeTi MeTi
MeTi MeTi PuTi MeKe PuKe MeKe MeKe MeTi MeTi PuTi
MeTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuTi PuKe MeKe MeTi MeTi
MeTi PuTi MeKe MeKe PuKe MeTi MeTi MeTi PuKe PuTi
PuTi MeTi PuKe MeTi MeKe MeTi PuKe MeTi MeTi PuTi
PuTi PuTi MeKe PuKe PuKe MeTi PuTi PuTi MeKe MeTi
PuTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuTi MeTi PuKe
PuTi MeTi MeTi MeTi PuTi PuKe PuTi MeTi MeTi MeTi
MeTi PuKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe MeTi MeKe
MeKe MeTi MeKe MeTi PuTi PuKe PuKe MeTi MeKe MeTi
PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe PuTi PuTi MeTi
MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi PuTi
MeTi PuTi MeTi MeKe MeKe MeTi PuKe PuTi PuKe MeTi
MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe PuTi MeTi PuKe PuTi
MeTi MeKe MeTi MeTi PuKe MeTi PuTi PuKe PuTi MeKe
MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi PuKe MeKe MeTi MeTi MeTi
MeKe PuTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi PuTi PuTi
MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe
MeTi PuKe MeKe MeKe PuTi MeTi MeTi PuTi PuTi MeTi
MeTi MeTi PuKe MeTi MeKe MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi
(Data B lanjutan...)
PuTi PuKe MeKe MeTi PuTi MeTi MeTi PuTi PuTi PuKe
MeKe PuTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
MeTi MeTi MeKe PuTi MeKe PuKe PuKe PuKe MeKe PuTi
MeTi MeTi PuKe MeTi PuTi PuKe MeKe MeTi MeTi PuTi
MeTi PuKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi
PuTi MeTi MeKe PuKe MeTi MeKe PuTi MeTi PuTi MeTi
MeKe PuTi MeTi PuKe PuTi PuTi MeTi MeKe PuTi MeTi
MeTi MeTi MeTi PuKe MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
MeKe MeTi PuTi PuTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi
MeTi MeTi PuTi MeTi MeKe MeTi PuTi MeKe MeKe MeTi
PuTi MeTi MeKe MeKe MeKe PuTi MeTi MeKe MeTi MeTi
MeTi MeKe MeTi MeTi MeTi MeKe MeKe MeTi MeKe MeKe
MeKe PuTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi PuTi MeTi PuTi
MeTi PuKe MeTi MeKe MeKe PuKe MeTi MeTi MeTi MeTi
PuTi MeTi MeTi MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi
PuTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi MeKe MeKe MeTi MeTi
MeTi PuTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeTi MeKe MeTi
PuTi MeTi MeKe PuTi MeTi PuTi MeKe MeTi PuTi MeTi
_________________________________
Keterangan: Me : fenotipe warna Merah Ti : Fenotipe postur tanaman Tinggi
Pu : fenotipe warna Putih Ke : Fenotipe postur tanaman Kecil
LI MU MU LI MU LI LI LI MU LI MU LI LI
MU MU MU LI MU LI LI LI LI MU MU MU MU
MU LI MU LI MU LI MU LI LI LI MU LI MU
MU LI LI LI LI MU MU MU MU LI LI LI LI
LI LI LI LI LI MU LI MU MU LI LI MU MU
MU LI LI LI LI LI LI MU LI LI MU MU MU
LI LI LI MU LI LI LI LI LI LI LI LI MU
LI LI LI LI LI LI MU MU LI MU LI MU LI
MU LI MU LI LI LI MU LI MU LI MU MU LI
LI MU MU LI LI LI MU LI LI LI LI MU MU
LI MU LI MU MU LI LI LI LI MU MU LI LI
LI LI MU LI LI MU MU MU LI LI LI LI MU
MU LI MU LI MU MU LI MU MU MU MU LI MU
LI MU MU LI MU MU LI LI MU MU MU MU MU
MU LI LI LI MU MU MU MU LI MU MU LI MU
MU LI MU MU MU MU MU LI MU LI LI LI LI
LI LI MU LI LI LI MU MU MU MU LI LI LI
LI LI LI MU LI LI MU LI MU MU LI MU LI
LI MU LI MU MU MU LI LI MU MU MU LI LI
LI LI LI LI LI MU LI MU MU MU MU LI MU
LI MU MU MU LI MU LI LI LI MU MU LI MU
MU MU LI MU LI LI LI LI LI MU MU LI LI
MU MU LI LI LI LI MU LI MU LI LI LI LI
LI LI LI LI MU MU LI LI MU MU MU LI MU
LI MU LI LI LI MU MU MU LI LI LI MU MU
LI LI LI LI MU MU LI LI MU LI LI LI LI
MU LI LI LI LI LI MU MU MU LI MU MU LI
LI MU MU LI LI MU LI LI MU LI MU LI LI
MU MU LI LI MU MU MU LI LI MU MU MU LI
LI LI MU LI MU MU LI MU LI MU MU LI MU
(Data C lanjutan...)
LI LI MU LI MU LI MU MU LI MU LI LI MU
MU LI LI MU MU MU MU MU LI MU LI LI LI
LI LI MU MU MU LI MU LI MU MU MU MU LI
LI LI LI MU MU LI LI LI LI MU MU MU LI
LI MU MU MU LI MU LI LI MU MU LI MU MU
LI LI LI LI LI LI MU MU LI MU LI LI MU
MU LI MU LI MU MU LI LI LI LI LI MU MU
MU LI LI LI LI MU MU LI MU LI MU LI MU
MU LI LI MU LI MU LI MU LI MU MU LI LI
MU MU LI LI LI LI LI MU MU LI MU LI MU
MU MU MU LI MU LI LI MU MU LI LI LI LI
MU LI MU LI MU LI MU MU LI MU LI MU LI
MU LI LI MU MU MU LI MU LI LI MU LI LI
LI MU MU LI LI MU LI LI MU MU MU MU LI
LI MU LI LI MU LI MU LI LI LI LI LI LI
LI MU MU LI LI LI MU LI LI LI LI MU LI
LI MU LI LI LI MU LI MU LI MU LI MU LI
MU LI LI LI MU LI MU MU LI MU LI LI MU
LI LI MU LI MU MU MU MU LI LI MU MU LI
LI LI MU MU MU MU LI LI MU LI MU LI LI
MU MU MU MU LI MU LI LI MU LI LI MU MU
MU MU MU MU LI MU LI MU MU MU MU LI MU
MU LI MU MU LI MU LI MU MU LI LI MU LI
LI MU MU MU LI MU LI LI LI MU LI MU LI
MU LI MU LI LI MU LI MU LI MU MU MU LI
LI LI LI LI MU LI LI LI LI LI MU MU MU
MU MU LI LI MU LI MU MU LI LI LI MU MU
LI MU MU MU MU MU MU MU MU LI LI LI LI
MU LI MU MU LI LI LI MU LI LI LI LI MU
MU LI LI LI LI MU MU MU MU LI MU MU MU
LI LI MU LI MU MU MU MU LI MU MU MU MU
LI MU MU MU MU LI MU ____________________________________
Latar Belakang
bebas (antara alel dari gen C dengan alel dari gen A atau antara alel
dari gen C dengan alel dari gen B).
Gambar 2. Pindah silang dua gen terpaut antara dua kromosom homolog
Gambar 4. Segregasi dua gen terpaut dengan jarak berdekatan dan tidak ter-
jadi pindah silang
n(Ab) + n(aB)
= ─────────────────────────
n(AB) + n(Ab) + n(aB) + n(ab )
Untuk pindah silang ganda atau untuk kasus lebih dari dua
gen, perhitungan koefisien rekombinasi dilakukan berdasarkan
pindah silang antara dua lokus. Jadi harus dilakukan perhitungan
untuk setiap pasang lokus.
ABC abc
Silang uji : ------- X ------
abc abc
(F1) (homozigot resesif)
Perhitungan
Koefisien Rekombinasi
Pemetaan
Petaa Kromosom Koefisien rekombinasi merupakan petunjuk jarak antar dua
gen. Persentase rekombinasi: (r x 100%), digunakan sebagai satuan
jarak antara dua gen. Jadi jarak antar dua gen (misal antara A dan
B) biasa disebut sebagai: (r AB x 100 %) rekombinasi atau (r AB x
100) centi Morgan (cM) atau unit map (um).
Urutan posisi gen pada kromosom ditentukan berdasarkan
besarnya koefisien rekombinasi. Koefisien terbesar menunjukkan ja-
rak terbesar. Misal r AC lebih besar dari r AB dan r BC, maka dapat
kita gambarkan posisi gen pada kromosom seperti pada gambar 10
di bawah ini.
r AB r BC
<-----------------------------> <------------------->
A B C
<-------------------------------------------------------->
r AC
Interference
dan Coincidence Dua kejadian pindah silang pada ruas-ruas yang berdampingan
dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Kejadian pindah silang
pada satu ruas akan merangsang atau sebaliknya menekan
terjadinya pindah silang pada ruas yang disebelahnya. Untuk
mengetahui apakah dua kejadian bebas atau tidak dilakukan
perhitungan berikut (contoh untuk peta kromosom seperti gambar di
atas):
(R5 + R6)
Frekuensi pindah silang ganda = ─────────
Total
(1) Bila kejadian pindah silang antara A - B bebas dari pindah silang
antara B - C, maka r AB x r BC = frekuensi pindah silang
ganda; atau C = 1.
(2) Bila r AB x r BC < frekuensi pindah silang ganda; atau C > 1
berarti bahwa pindah silang ganda jauh lebih sering dari pada
semestinya; yang berarti pula pindah silang pada satu ruas
merangsang terjadinya pindah silang pada ruas yang lain.
(3) Bila r AB x r BC > frekuensi pindah silang ganda; atau C < 1
maka berarti frekuensi pindah silang ganda lebih kecil dari pada
semestinya; yang berarti pindah silang pada satu ruas menekan
terjadinya pindah silang pada ruas lain.
Interference (I) = 1 - C
Percobaan
ABCDE ABCDE
Silang uji untuk F1 : ───── X ─────
+++++ ABCDE
(homosigot resesif)
Total = 800
Catatan:
χ2 db, α atau χ2-tabel untuk α = 0.05 (selang kepercayaan 95%) pada masing-
masing db (derajat bebas) yang berbeda (mulai db=1 dan seterusnya) adalah:
1 = 3.841 2 = 5,991 3= 7.815 4= 9.488 5= 11.070
6 = 12.592 7 = 14.067 8 = 15.507 9 = 16.919 10= 18.307
Data pada tabel 6 berikut adalah tetrad hasil persilangan antara Neurospora crassa
dari biakan yang mempunyai ciri-ciri membutuhkan adenin (ad) dan membutuhkan
triptopan (tryp) untuk hidupnya dengan biakan tipe liarnya (+ +).
DP sent.-tryp = 49 + 8 + 3= 60
Tsent. - tryp = 31 + 6 + 1 + 2 = 40
1/2 (40)
sehingga Koef. rekombinan sent.-tryp = ──────── = 0.20
100
DP ad-tryp = 49 + 6= 55
DR ad-tryp = 8 + 1= 9
T ad-tryp = 3 + 31 + 2 = 36
Dengan uji khi-kuadrat dapat dibuktikan bahwa (DP=55) berbeda nyata dengan
(DR=9), ini berarti bahwa antara lokus-ad dengan lokus-tryp saling terpaut.
9 + 1/2 (36)
Koef. rekombinan ad-tryp = ────────── = 0.27
100
sentromer
6 cM 20 cM
ad tryp
Percobaan
(Sex comb)
Drosophila merupakan hewan yang telah lama digunakan se-
bagai objek percobaan genetika. Selain karena siklus hidupnya
yang relatif singkat, juga jumlah keturunannya cukup banyak
dan ukuran tubuh relatif kecil, serta membutuhkan persyaratan
hidup atau kultur yang relatif sederhana. Oleh karena itu Dro-
sophila cukup ideal untuk digunakan sebagai objek dalam praktikum
genetika.
Dewasa ini telah banyak sifat-sifat pada Drosophila yang
telah diketahui pengendalian genetik atau pola pewarisannya, salah
satu sifat yang akan dijadikan materi percobaan dalam kegiatan
praktikum adalah pewarisan sifat warna mata. Bila kita mencoba
menangkap dan mengamati warna mata Drosophila dari alam (liar)
hampir dapat dipastikan warna matanya adalah merah. Namun pa-
da tahun 1910 Morgan menemukan mutan Drosophila warna mata
putih dari kultur Drosophila liar warna mata merah.
Percobaan
Alat Alat-alat yang digunakan diantaranya:
1. botol biakan dan botol pembantu
2. cawan petri
3. kowas kecil
4. kaca pembesar atau loup
Prosedur 1. Botol biakan diisi dengan media (ubi jalar rebus yang dihaluskan)
kira-kira setebal 0.5-1 cm, usahakan media benar-benar lengket
pada dasar botol biakan (bila botol dibalikkan media tidak lepas).
Di atas media diletakkan kertas stensil yang ditekuk dan
diusahakan tidak menutup sebagian besar permukaan media.
Pengamatan 1. Amati apakah Drosophila yang anda kulturkan mati atau tidak
(kira-kira sampai 15 menit kemudian setelah pemindahan), kalau
mati segera ganti lagi.
2. Botol kultur yang telah berisi imago Drosophila diinkubasi dalam
suhu ruangan. Usahakan biakan terhindar dari semut.
3. Selanjutnya biakan diamati setiap hari (pagi dan atau sore hari)
untuk mengetahui waktu terjadinya larva pertama dan pupa
pertama dengan mencatat pada label.
4. Setelah terbentuk pupa pertama, imago yang ada dalam botol
biakan (Drosophila yang dibiakkan) dikeluarkan. Botol biakan
yang telah tidak ada imago ditutup kembali dan diinkubasi
kembali.
5. Pengamatan tiap hari dilanjutkan sampai diketahui waktu
terbentuk imago pertama dan di catat pada label.
6. Setelah terbentuk imago pertama, diamati tiap hari sampai 10
hari untuk mengetahui jumlah imago yang terbentuk dan rasio
seksnya (mengisi tabel yang disediakan). Setelah setiap kali
pengamatan, botol biakan dikosongkan dari imago. Cara
pengamatan: bila jumlah imago masih sedikit (misal tidak lebih
dari lima) dapat diamati langsung di dalam botol biakan dan
selanjutnya imago dikeluarkan, tetapi bila jumlahnya banyak
seluruh imago harus dipindahkan dulu ke botol pembantu untuk
dibius dan baru dapat diamati.
7. Bahan untuk percobaan persilangan, perlu diamati dan disiapkan
dari imago yang anda amati selama 10 hari tersebut. Khusus
untuk imago betina yang akan digunakan untuk induk
persilangan harus yakin belum dibuahi (virgin), yaitu harus
berumur kurang dari 10 jam. Sedangkan untuk induk jantan
dapat menggunakan imago umur berapa saja.
8. Cara menyiapkan imago berumur kurang dari 10 jam adalah
sebagai berikut: Tentukan dahulu kapan waktu akan
menyilangkan (misal: akan menyilangkan pada hari keempat
setelah terbentuk imago dan akan dilaksanakan pada pukul
14.00); Hitung waktu mundur 10 jam dari pukul 14.00 pada hari
1. Buatkan bagan siklus hidup Drosophila dan lengkapi dengan waktu yang dibutuh-
kan untuk masing-masing tahapan siklus.
2. Uji secara statistik (Khi-kuadrat) apakah nisbah antara jantan dan betina pada ke-
turu-nannya 1:1 atau tidak. Bagaimana anda dapat menjelaskan diperolehnya hasil
tersebut.
4. Sebutkan beberapa sifat pada Drosophila yang telah diketahui pola pewarisannya,
dan bagaimana?
Latar Belakang Faktor keturunan (gen) yang terpaut pada kromosom seks
umumnya hanya terpaut dan terdapat pada kromosom-X atau tidak
dijumpai pasangannya pada kromosom-Y. Umumnya morfologi
kromosom-X lebih besar atau lebih panjang dari kromosom-Y,
sehingga besar kemungkinan segmen DNA atau gen yang ada pada
kromoosom-X tidak dijumpai homolognya pada kromosom-Y. Oleh
karena itu pewarisan sifat yang disebabkan gen terpaut kromosom
seks agak berbeda dengan apabila gen-nya terletak pada autosom.
Salah satu contoh yang akan dijadikan materi percobaan adalah gen
pengendali sifat warna mata Drosophila melanogaster.
Bila ada mengamati warna mata lalat buah atau Drosophila
yang anda peroleh dari alam/liar (misalnya yang hinggap pada buah
atau tape), maka dapat dipastikan warna matanya adalah merah.
Namun secara alami juga telah ditemukan lalat mutan untuk sifat
warna mata yaitu berwarna putih. Frekuensi terjadinya mutasi untuk
gen pengendali warna mata dari merah menjadi putih pada
Drosophila melanogaster adalah 3 x 10-5 gamet per generasi. Sifat
warna mata pada Drosophila dikendalikan oleh satu gen dengan dua
alel yang berlaku kaidah dominan-resesif dan terpaut pada
kromosom-X. Gen atau alel pengendali warna mata merah bersifat
dominan terhadap alel pengendali warna mata putih.
Prosedur 1. Sediakan dua buah botol yang telah diisi dengan media.
2. Masukkan 3-5 pasang Drosophila betina bermata merah dan
jantan bermata putih kedalam botol I, dan masukkan pula 3-5
pasang Drosophila betina bermata putih dan jantan bermata
merah kedalam botol II.
3. Apabila sudah terlihat banyak pupa didalam botol I maupun botol
II, maka segera Drosophila tetua dikeluarkan.
4. Jika sudah terjadi imago pertama, sediakan lagi dua botol berisi
media (botol III dan IV).
5. Masukkan 3-5 pasang Drosophila F1 dari botol I ke botol III dan
dari botol II ke botol IV.
6. Apabila sudah terlihat banyak pupa didalam botol III maupun
botol IV, maka segera Drosophila F1 (sebagai tetua bagi F2)
dikeluarkan.
2. Jelaskan nisbah fenotipe pada F1 dan F2 (resiprok) dengan menggunakan uji khi-
kuadrat.
3. Buatkan bagan model pola pewarisan untuk sifat warna mata pada Drosophila mel-
anogaster.
4. Bagaimana hasil persilangan resiprok apabila dibandingkan antara sifat yang ter-
letak/ terpaut pada kromosom-X dengan sifat yang terletak pada autosom.
Latar Belakang Mitosis merupakan bagian dari siklus sel eukariota yang hanya
mencakup hanya sekitar 10% saja dari total periode siklus sel. Bagian
terlama dalam siklus sel adalah interfase yang terdiri dari tiga fase yang
berkesinambungan yaitu G1, S, dan G2 (gambar 1). Pada periode G1
atau periode gap antara fase mitotik (pembelahan sel) dan fase-S,
akan terjadi pembentukan senyawa-senyawa untuk keperluan replikasi
DNA dan juga terjadi penggandaan organel dan komponen sitoplasma
lainnya sehingga sel tumbuh membesar. Selanjutnya sel memasuki
fase-S yaitu periode terjadinya proses replikasi DNA. Pada fase beri-
kutnya, G2, sel aktif melakukan proses metabolisme, khususnya dalam
mensintesis protein utama untuk fase Mitotik (fase M). Pada fase Mi-
totik inilah proses mitosis terjadi yang dilanjutkan dengan proses sito-
kinesis. Dengan dua tahapan utama pembelahan sel ini, mitosis dan
sitokinesis, akhirnya akan dihasilkan dua sel bersaudara yang secara
genetik identik.
Keterangan:
G1 = Fase Gap-1
S = Fase Sintesis Interfase
G2 = Fase Gap-1
Mitosis
M = Fase Mitotik
Sitokinesis
A B C
D E F
Gambar 2. Molekul DNA dan atau kromosom pada interfase dan
proses mitosis: A. Interfase; B. Profase awal; C. Profase akhir; D.
Metafase; E. Anafase; F. Telofase.
Pewarnaan Pada periode mitosis, material genetik yang berupa molekul DNA
atau kromatin akan berasosiasi dengan protein histon akan
menggulung, menebal dan memendek membentuk kromosom. Proses
penebalan ini dilakukan melalui penggulungan dalam beberapa tahap,
serat DNA berasosiasi dengan protein histon membentuk nukleosom,
serat DNA dengan nukleosom menggulung membentuk selenoid,
selanjutnya terjadi lagi proses penggulungan hingga dihasilkan bentuk
kromosom. Penggulungan maksimum akan terjadi pada metafase yang
menghasilkan gulungan dengan garis tengah 6000 Å.
Percobaan
Alat Alat yang digunakan diantaranya:
1. pinset, 2. gelas objek,
3. gelas penutup (cover glass), 4. jarum bertangkai,
5. alat pengetuk (pensil kayu), 6. gelas arloji,
7. cawan petri, 7. kertas penghisap/tissue,
9. lampu spirtus, 8. mikroskop.
satu sudut gelas penutup dengan ibu jari, bersamaan itu gelas
penutup diketuk-ketuk dengan bagian ujung kayu kecil (pencil kayu)
dengan arah dari tengah ke pinggir.
9. Pengamatan: Amati dengan menggunakan mikroskop, pertama
dengan menggunakan perbesaran 10x10 (lensa okuler 10 x dan
lensa objektif 10x), kemudian dilanjutkan dengan lensa objektif 40x.
Usahakan untuk menemukan tahapan-tahapan proses mitosis
(profase, metafase, anafase, dan telofase) dan saat terjadinya
sitokinesis atau pembelahan sel.
Peringatan!!!
Lensa obyektif 100x hanya digunakan untuk pengamatan detil dan hanya berfungsi bila anda
menggunakan minyak imersi secara benar. Sebelumnya anda harus telah mengamati dan
mendapatkan fokus yang baik dengan lensa obyektif 40x. Putar lensa objektif pada posisi tidak di
atas objek, kemudian teteskan minyak imersi tepat di atas kaca penutup pada bagian benda yang
akan diamati. Putar lensa objektif 100x ke posisi pengamatan sehingga lensa objektif menyentuh
minyak imersi dan fokuskan dengan pengatur fokus halus. Selesai pengamatan segera bersihkan
lensa obyektif dari minyak imersi dengan kertas lensa khusus dan jangan menggunakan
sembarang kertas tisu karena seratnya dapat merusak lensa objektif.
2. Fase mitosis mana dari mitosis yang tampak paling banyak dijumpai. Bagaimana
menurut anda ?
3. Pada fase mana paling mudah untuk menentukan macam dan jumlah kromosom ?
4. Dapatkah anda menghitung jumlah kromosom pada sel bawang dengan metode yang
anda gunakan.
Latar Belakang Organisme baru berasal dari organisme yang ada sebelumnya,
baik melalui reproduksi seksual yang didahului proses perkawinan
ataupun melalui reproduksi aseksual atau bahkan cukup melalui
pembelahan biner seperti pada bakteri. Tahapan utama dalam proses
reproduksi seksual adalah proses pembentukan gamet melalui meiosis
dan fertilisasi atau pembuahan yang didahului proses perkawinan.
Proses meiosis berlangsung hanya pada jaringan dalam organ
seks saat pembentukan gamet dan berfungsi mereduksi jumlah
kromosom sehingga sel gamet yang dihasilkan hanya mengandung
jumlah kromosom setengahnya. Hal yang sama seperti sebelum
mitosis, sebelum memasuki proses meiosis sel akan menggandakan
komponennya, khususnya DNA (kromosom) telah bereplikasi. Proses
meiosis terdiri dari dua tahapan pemisahan atau pembelahan
kromosom yang berkesinambungan yaitu meiosis I dan meosis II. Pada
meiosis I terjadi pemisahan kromosom homolog, dan pada meiosis II
terjadi pembelahan kromatid menjadi dua kromosom bersaudara yang
terpisah. Dilihat dari material genetiknya, sebelum meiosis terjadi
hanya satu kali penggandaan dan dalam proses meiosisnya terjadi dua
kali pembelahan atau pemisahan, sehingga hasil akhirnya adalah empat
sel yang masing-masing dengan jumlah material genetik sel hanya
setengah dari sel somatik atau sel sebelum fase-S dalam siklus sel.
Contoh hasil proses meiosis ini misal adalah terbentuknya tetrad pada
antera dalam kuncup bunga (Gambar 3).
Percobaan
Alat Alat yang digunakan diantaranya:
1. pinset, 2. gelas objek,
3. gelas penutup (cover glass), 4. jarum bertangkai,
5. alat pengetuk (pensil kayu), 6. gelas arloji,
7. cawan petri, 7. kertas penghisap/tissue,
9. lampu spirtus, 8. mikroskop.
1. Adakah persamaan dan perbedaan penampakan kromosom pada fase-fase mitosis dan
meiosis ? (jelaskan)
2. Mengapa hasil akhir proses meiosis pada antera berupa tetrad, dan bagaimana dengan
jumlah kromosomnya?
3. Pada fase manakah dalam proses meiosis yang memungkinkan terjadinya pindah
silang dan mengapa?
4. Jelaskan kesetaraan genetika kromosom pada saat meiosis dan genetika Mendel
(Hukum Segregasi dan Berpadu Bebas).
Latar Belakang Salah satu ciri khusus kehidupan yang membedakan mahluk
hidup dari benda non-hayati adalah bahwa mahluk hidup dibentuk atau
tersusun oleh sel. Sel merupakan satuan dasar kehidupan atau sel
merupakan sistem hayati yang paling dasar.
Ada dua jenis sel, yaitu sel prokariot dan sel eukariot. Pembeda
utama antara sel prokariot dan sel eukariot adalah ada tidaknya
kompartementasi di dalam sel yang didukung oleh adanya system
membran hayati. Kompartementasi yang paling utama adalah ada tid-
aknya membran hayati yang memisahkan bagian inti (nuleus) dan ba-
gian sitoplasma.
Perbedaan antara sel prokariot dan eukariot dapat juga dilihat
dari organisasi material genetiknya (DNA). DNA pada sel prokariot ber-
bentuk cincin (lingkar) dan terdapat dalam sitoplasma, karena tidak
mempunyai membran inti. Kondensasi dapat terjadi tetapi relatif seder-
hana dengan bantuan kompleks protein. Sedang DNA pada sel eukariot
bersifat linear dan umumnya lebih panjang dari DNA prokariot, serta
diselubungi oleh membran inti. Pada saat proses pembelahan sel (mio-
sis/mitosis) DNA dengan protein histon membentuk nukleosom dan ber-
kondensasi sehingga membentuk kromosom. Kromosom mencapai di-
ammeter maksimum pada fase metafase, dan foto kromosom pada fase
ini biasanya yang digunakan untuk analisis kariotipe.
Pada eukariot, secara umum bentuk morfologi kromosom diten-
tukan oleh letak sentromer, panjang lengan kromosom, dan ada tid-
aknya satelit yang merupakan penyempitan sekunder. Sentromer
merupakan bagian terakhir yang mengikat kromatid sebelum memisah,
dan merupakan penyempitan primer.
Prosedur 1. Setiap kromosom pada lembar pertama diberi nomor secara acak
mulai nomor 1 sampai semua individu kromosom diberi nomor, dan
lakukan hal yang persis sama untuk lembar kedua, sehingga untuk
individu yang sama pada lembar pertama dan lembar kedua mempu-
nyai nomor yang sama (catatan: khusus untuk gambar lembar
kedua, penomoran sebaiknya persis dibagian/halaman belakang dari
setiap individu kromosom karena akan digunting).
2. Lakukan penggutingan untuk masing-masing individu gambar kromo-
som pada lembaran kedua.
3. Lakukan pengukuran untuk lengan-lengan kromosom dengan meng-
gunakan milimeter blok dengan bantuan benang.
4. Menentukan rasio lengan kromosom dengan cara membagi panjang
lengan yang panjang dengan panjang lengan yang pendek.
(Catatan: halaman ini tidak dicetak/dikopi bolak-balik karena untuk digunting !!!)
Panjang total
kromosom (mm)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 … ~
──────────────►
Rasio lengan kromosom (lengan panjang terhadap lengan pendek)
Latar Belakang Molekul DNA (Deoxyribose nucleid acid) adalah salah satu dari
asam nukleat dan merupakan material genetik untuk semua organisme,
kecuali beberapa virus tertentu yang material genetiknya adalah RNA
(Ribose nucleid acid). Setiap organisme memiliki ukuran molekul DNA
yang berbeda-beda. Oleh karenanya, penguasaan dan pemanfaatan
teknologi DNA rekombinan akan sangat membantu dalam memahami
konsep dasar dalam biologi, khususnya yang berkaitan dengan material
genetik. Teknologi DNA rekombinan ini diantaranya mencakup tahapan
proses isolasi gen tertentu dari suatu organisme untuk selanjutnya
disisipkan ke organisme yang lain, baik berasal dari spesies yang sama
atau juga spesies, famili atau bahkan kingdom yang berbeda. Oleh kare-
na itu, pemahaman dan penguasaan teknik isolasi DNA merupakan
langkah awal yang sangat diperlukan untuk melakukan proses rekayasa
genetika.
Molekul DNA merupakan suatu polinukleotida yang nukleotidanya
tersusun dari gula pentosa (deoxyribose), basa nitrogen berupa adenine
(A), timin (T), guanine (G) atau sitosin (C) yang dihubungkan oleh gugus
fosfat menjadi rantai polinukleotida. Molekul DNA berbentuk utas ganda
atau terdiri dari dua rantai polipeptida yang dihubungkan secara anti-
paralel pada basa nitrogennya dengan ikatan hidrogen, yaitu tiga ikatan
hydrogen antara G=C dan dua ikatan antara A=T. Dengan struktur DNA
yang merupakan rangkaian nukleotida memberikan implikasi pada sifat
kimia DNA yang akan bermuatan negatif pada pH netral, seperti
umumnya kondisi di dalam sel. Adanya sifat spesifik dari DNA ini,
memungkinkan kita dapat memisahkan dan mengisolasi DNA dari kom-
ponen sel yang lainnya dengan relatif mudah.
Dalam percobaan ini, DNA genom yang akan diisolasi berasal dari
bawang dengan metode cepat, yaitu dengan menghancurkan bawang,
melepaskan isi sel berupa protein, DNA, RNA, lemak, ribosom dan mole-
kul-molekul kecil lainnya. Selanjutnya DNA akan diendapkan dari larutan
suspensi sel menggunakan etil alkohol.
Prosedur Percobaan
DNA
DNA
DNA
PERTANYAAN
1. Mengapa pemanasan yang tinggi dapat menyebabkan DNA utas ganda
dapat rusak?
_________________________________________________________________________
CARA MENGGUNAKAN PIPET MIKRO
Tujuan: Mengetahui cara menggunakan pipet mikro secara baik dan benar.
Latar Belakang:
Keberhasilan dalam melakukan teknologi DNA rekombinan tidak terlepas dari kemampuan
menggunakan alat-alat yang umumnya banyak menggunakan alat-alat yang memiliki
tinggat ketelitian yang sangat tinggi karena bekerja pada ukuran atau volume mikro.
Salah satu alat yang sering digunakan aadalah pipet mikro. Secara umum pipet mikro
yang biasa digunakan berukuran dari 1 μl sampai 1000 μl. Oleh karena itu, pengetahuan
dan keterampilan untuk menggunakan pipet mikro dengan baik dan benar serta terbiasa
merupakan langkah awal yang perlu dikuasai sebelum melakukan pekerjaan biologi
molekular.
Prosedur:
1. Pipet mikro umumnya mempunyai skala (ukuran) yang bisa dirubah dengan cara
memutar. Ukuran yang tertera biasanya dibuat dalam 3 digit, contoh: untuk pipet
mikro ukuran 20 μl maka digit 1 artinya puluhan; digit ke-2 untuk satuan dan digit ke-
tiga untuk desimal.
Pipet 20 μl
rak pipet 20 μl
3. Untuk mengambil cairan dengan pipet dilakukan menekan bagian atas pipet dengan
ibu jari setelah sebelumnya ukuran cairan yang akan diambil ditentukan dengan jalan
memutar pipet, selanjutnya setelah ujung tip menyentuh cairan proses penekanan
dilepaskan secara perlahan sehingga cairan tersedot.
4. Untuk melepaskan cairan dari ujung tip dilakukan dengan menempelkan ujung tip pa-
da permukaan tabung dan selanjutnya dilakukan penekanan pada bagian atas pipet
secara perlahan.
cairan ke luar
5. Setelah semua cairan keluar maka tahapan selanjutnya adalah melepaskan ujung tip
pipet dari pipet, yaitu dengan cara menekan bagian pipet seperti gambar berikut:
Latar Belakang Penemuan enzim restriksi pada Escherechia coli oleh Stewart
Linn dan Werner Arber pada sekitar tahun 1960 memberikan sumbangan
yang sangat berharga bagi pengembangan biologi molekular. Enzim res-
triksi akan memotong DNA pada daerah-daerah yang sangat spesifik
(recognition sequence) berdasarkan urutan (sekuen) DNA. Enzim re-
striksi yang digunakan pada teknologi DNA rekombinan akan memotong
DNA pada situs pengenalan sekuen yang bersifat palindrom (Gambar 1).
Hasil potongan DNA oleh enzim restriksi dapat menghasilkan DNA yang
mempunyai ujung tumpul (blunt end) , misalnya yang dipotong dengan
enzim restriksi Sma I, atau ujung lancip (sticky end), misalnya yang
dipotong dengan enzim restriksi Eco RI (gambar 2).
Dalam percobaan ini, DNA genom yang akan diisolasi berasal dari
bawang dengan metode cepat, yaitu dengan menghancurkan bawang,
melepaskan isi sel berupa protein, DNA, RNA, lemak, ribosom dan mole-
Prosedur Percobaan
Prosedur: 1. Siapkan 2 buah tabung efendorf 1.5 ml dan masing-masing diberi label
kontrol (-) dan sampel.
2. DNA plasmid atau DNA genom sebanyak 5-10 μg (2 μl) dimasukan ke
dalam tabung sampel dan untuk tabung kontrol (-) diberi akuades
sebanyak jumlah DNA yang ditambahkan.
3. Tabung yang telah berisi DNA selanjutnya disimpan ke dalam bak ber-
isi es. Kemudian ke dalam masing-masing tabung ditambahkan larutan
penyangga sebanyak 2 μl (konsentrasi final 1x) dan enzim restriksi
sebanyak 0.5 μl (5-10 Unit).
4. Kemudian tambahkan akuades steril (15.5 μl) sehingga volume akhir
menjadi 20 ul dan dicampur. Selanjutnya tabung efendorf diinkubasi
pada suhu 37oC selama 1-2 jam.
5. Hasil pemotongan selanjutnya dideteksi dengan menggunakan gel
elektroforesis agarosa
Prosedur Percobaan
Prosedur: 1. Larutkan agarose (0.8 gr) dalam 100 ml larutan penyangga 1 x TAE di
dalam erlenmeyer. Gel yang digunakan ini memiliki konsentrasi 0.8%
(b/v)
2. Panaskan dengan hot-plate atau microwave sehingga mendidih dan
larutan menjadi bening transparan. Biarkan suhunya turun sekitar 60-
70oC
3. Sambil menunggu turunnya suhu larutan agarose, siapkan tempat
untuk menuang gel (tray). Letakkan tempat ini pada daerah yang rata
atau datar.
4. Setelah suhu tidak terlalu panas (60-70oC) tuangkan agarose secara
perlahan ke dalam tempat yang telah disiapkan sehingga tidak
terdapat gelembung udara yang terperangkap di dalam gel (gambar
3A).
5. Setelah membeku, tempatkan gel pada alat (tangki/kotak) untuk
elektroforesis. Lepaskan alat pencetak sumur gel. Tuangkan larutan
penyangga (TAE 1x) sampai gel terendam (gambar 3B).
A B
Larutan DNA
Bahan gelas
Pewarna tanda
bromophenol blue
DAFTAR PUSTAKA
Anders JB, Crowder CS, Durant MA & Penrod SW (1998) A Look at Life: Exploring the
unity of organisms, third edition. Kendall/Hunt, Dubuque-Iowa.
Campbell NA, Reece JB, Taylor MR & Simon EJ (2006) Biology Concepts & Connec-
tions, fifth edition. Benjamin/Cummings, San Francisco.
Klug WS & Cummings MR (1991) Concepts of Genetics, 3rd edition. Macmillan, New
York.
Morgan JG & Carter MEB (1996) Investigating Biology, second edition. Benja-
min/Cummings, Menlo Park-USA.
Snustad DP, Simmons MJ & Jenkins JB (1997) Principles of Genetics. John Willey &
Sons, New York.
Weaver RF & Hedrick PW (1997) Genetics 3rd edition. Wm.C. Brown, Dubuque-Iowa.
101
Pedoman Praktikum GENETIKA DASAR BIO 205
LAMPIRAN
102
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Biji Serealia
Biji Kacang-
kacangan
Buah
Bunga
Umbi-umbian
I-1
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Hewan
peliharaan
Hewan ternak
Keong-
keongan
Serangga
Burung atau
Ikan
I-2
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I-3
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I-4
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
HASIL PENGUJIAN
Total:
Keterangan:
Total:
Keterangan:
Total:
Keterangan:
I-5
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I-6
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I-7
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
1. A ................................................................ ..................
................................................................
2. a ................................................................ .................
................................................................
Total:
Total:
I-8
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
HASIL PENGUJIAN
Total:
Keterangan:
Keterangan:
Keterangan:
I-9
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 10
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 11
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Genotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. AABB ........ ....... ..... .......
2.. AaBB ........ ....... ..... .......
3. aaBB ........ ....... ..... .......
4. AABb ........ ....... ..... .......
5. AaBb ........ ....... ..... .......
6. aaBb ........ ....... ..... .......
7. AAbb ........ ....... ..... .......
8. Aabb ........ ....... ..... .......
9. aabb ........ ....... ..... .......
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Total ........ ....... ..... .......
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :
I - 12
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Fenotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat Genotipe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1. MeTi .......... ....... ........ ...... ..........
2. MeKe .......... ....... ........ ...... ..........
3. PuTi .......... ....... ........ ...... ..........
4. PuKe .......... ....... ........ ...... ..........
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Total ....... ........ ....... .....
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keterangan :
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No. Fenotipe Hipotesis Pengamatan Harapan Khi-kuadrat Genotipe
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I - 13
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 14
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
2. Buatkan bagan model pewarisan sifat untuk sifat pada Data B dan Data C.
4. Jika pada proses pembentukan gamet organisme diploid tidak terjadi Hukum Mendel
atau meiosis, bagaimana konsekuensi genetik bagi generasi berikutnya ?
I - 15
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
ABCDE ABCDE
Silang uji untuk F1 : ───── X ─────
+++++ ABCDE
(homosigot resesif)
Total = 800
Catatan:
χ2 db, α atau χ2-tabel untuk α = 0.05 (selang kepercayaan 95%) pada masing-masing
db (derajat bebas) yang berbeda (mulai db=1 dan seterusnya) adalah:
1 = 3.841 2 = 5,991 3= 7.815 4= 9.488 5= 11.070
6 = 12.592 7 = 14.067 8 = 15.507 9 = 16.919 10= 18.307
I - 16
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
HASIL PENGUJIAN
Pengujian Kebebasan
I - 17
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 18
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 19
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Koefisien Rekombinan
B C D E
A
B
C
D -
I - 20
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 21
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 22
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 23
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
7) Peta genetik/kromosom:
I - 24
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
1. Siklus Hidup
Keterangan :
I - 25
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Keterangan :
Keterangan :
I - 26
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 27
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
1. Buatkan bagan siklus hidup Drosophila dan lengkapi dengan waktu yang dibutuhkan
untuk masing-masing tahapan siklus.
2. Uji secara statistik (Khi-kuadrat) apakah nisbah antara jantan dan betina pada keturu-
nannya 1:1 atau tidak. Bagaimana anda dapat menjelaskan diperolehnya hasil terse-
but.
3. Mengapa Drosophila sering digunakan sebagai objek penelitian genetika?
4. Sebutkan beberapa sifat pada Drosophila yang telah diketahui pola pewarisannya, dan
bagaimana?
I - 28
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Keterangan:
I - 29
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Jantan Merah
Putih
Betina Merah
Putih
Total :
Dari Persilangan Betina Putih x Jantan Merah
atau Persingan F1 Betina ................. x Jantan ...................... :
Jantan Merah
Putih
Betina Merah
Putih
Total :
Keterangan:
I - 30
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 31
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 32
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 33
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 34
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 35
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Profase I Metafase I
Anafase I Telofase I
Profase II Metafase II
Anafase II Tetrad
I - 36
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 37
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
1. Adakah persamaan dan perbedaan penampakan kromosom pada fase-fase mitosis dan
meiosis ? (jelaskan)
2. Mengapa hasil akhir proses meiosis pada antera berupa tetrad, dan bagaimana dengan
jumlah kromosomnya?
3. Pada fase manakah dalam proses meiosis yang memungkinkan terjadinya pindah si-
lang dan mengapa?
4. Jelaskan kesetaraan genetika kromosom pada saat meiosis dan genetika Mendel
(Hukum Segregasi dan Berpadu Bebas).
I - 38
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 39
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Panjang total
kromosom (mm)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 … ~
──────────────►
Rasio lengan kromosom (lengan panjang terhadap lengan pendek)
I - 40
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 41
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 42
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 43
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 44
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
HASIL PERCOBAAN
I - 45
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 46
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
HASIL PERCOBAAN
I - 47
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 48
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
HASIL PERCOBAAN
I - 49
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 50
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 51
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 52
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Jumlah dan frekuensi Genotipe G-1 hasil perpaduan bebas (perpasangan) gamet
dari individu G-0
Tabel 2. Frekuensi alel dan genotipe untuk populasi awal (G-0) dan populasi baru (G-1)
HASIL PENGUJIAN
Tabel 3. Pengujian kesetimbangan frekuensi genotipe populasi awal (G-0) dengan popu-
lasi baru (G-1)
Keterangan:
I - 53
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 54
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 55
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
Tabel 4. Data golongan darah mahasiswa Genetika Dasar tahun …….. dan mahasiswa
TPB-IPB 1991/1992
Golongan darah Jumlah mahasiswa Frekuensi (%) Frekuensi Mahasiswa
TPB-IPB 1991/1992
A 24.1 %
B 28.5 %
AB 7.9 %
O 39.5 %
Total : 100 %
I - 56
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 57
Laporan Praktikum Nama: ..................................................................
BIO 205. Genetika Dasar NIM : ........................ .........................
I - 58