Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum Hama dan Penyakit Benih

EKSTRAKSI NEMATODA PENYEBAB PENYAKIT PUCUK


PUTIH (Aphelenchoides besseyi) DARI BENIH PADI

Kelompok: 1
Didik Pringadi (J3G818121)
Fakhri Aziz Alfarizi (J3G818115)
Ilham Holid Nurhidayat (J3G818119)
Indriawati (J3G818093)
M. Aulia Akbar (J3G918148)
Novita Dyas Saputri (J3G818091)
Siti Sarah Maudyna (J3G818085)

Dosen:
Hagia Sophia Khairani, SP, M.Si
Asisten:
Rizky Marcheria Ardiyanti, SP, M.Si
Ahmad Yusuf Ibrahim, SP

PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI INDUSTRI BENIH


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Arti penting Aphelenchoides besseyi sebagai nematoda merupakan parasit
penting pada padi, salah satu diantaranya adalah A. besseyi yang menyebabkan
penyakit pucuk putih (white tip). Nematoda A. besseyi bersifat tular benih (seed
borne) dan dilaporkan dapat menurunkan hasil padi hingga 50 %. Pengaruh A.
besseyi terhadap pertumbuhan tanaman padi di Indonesia belum dilaporkan. Oleh
karena itu diperlukan penelitian tentang pengaruh infeksi A. besseyi terhadap
pertumbuhan vegetatif dan generatif padi dan kehilangan hasil yang
disebabkannya. Produksi padi di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2013
ke tahun 2014. Produksi padi tahun 2014 sebesar 70.83 juta ton mengalami
penurunan 0.45 juta ton (0.63 %) dibandingkan tahun 2013. Produksi padi di
Pulau Jawa mengalami penurunan sebesar 0.83 juta ton, sedangkan di luar Pulau
Jawa mengalami kenaikan sebesar 0.39 juta ton. Penurunan produksi dikarenakan
oleh penurunan luas panen seluas 41 610 ha (BPS 2015). Penurunan produktivitas
salah satunya disebabkan oleh penggunaan benih yang tidak bermutu dalam
proses produksi. Salah satu kendala dalam penyediaan benih bermutu yaitu
adanya penyakit benih. Faktor yang menentukan mutu benih adalah kesehatan
benih yang ditentukan oleh ada atau tidaknya mikroorganisme terbawa benih
seperti jamur, nematoda, bakteri, atau virus (Misra, 1994).

Serangan patogen benih dapat menyebabkan menurunnya kualitas dan


persentase perkecambahan benih. Patogen terbawa benih dapat menganggu
pertumbuhan tanaman dan menjadi sumber inokulum awal pada pertanaman.
Patogen terbawa benih juga dapat menyebabkan menurunnya daya kecambah,
kerusakan fisik, dan warna benih (Sutopo 1993). A. besseyi merupakan salah satu
nematoda patogen terbawa benih yang hidup secara ektoparasit. Nematoda A.
besseyi bertahan pada bagian glume benih. Nematoda yang dorman akan aktif
kembali jika terdapat lapisan air. Pada awal pertumbuhan tanaman nematoda
berada pada pelepah padi dan memakan jaringan tanaman (EPPO 2004). Pada
perkembangan generatif padi, nematoda bergerak ke arah bulir padi. Nematoda
yang bertahan di bulir padi yaitu nematoda dewasa. Nematoda ini dapat
menyebabkan penyakit pucuk putih (white tip). Gejala yang terlihat adalah
klorosis pada pucuk yang baru keluar dari pelepah daun. Pucuk daun menjadi
kering, menggulung, dan keriput (EPPO 2015). Gejala pada fase generatif adalah
malai menjadi pendek dan jumlah bulir sedikit (Jamali dan Mousanejad 2011).
Pada serangan berat, daun bendera tampak lebih pendek sehingga menghambat
keluarnya malai. Hasil penelitian di provinsi Jiansu Cina, menunjukkan
kehilangan hasil lebih dari 50% pada padi dengan gejala malai pendek dan bulir
berukuran kecil (Li, 2008). Hingga saat ini belum ada laporan tentang pengaruh
nematoda ini terhadap pertumbuhan tanaman padi di Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh nematoda A. besseyi merupakan spesies
nematoda yang menyebabkan penyakit pucuk putih (white tip disease) yang
tersebar luas di area pertanaman padi di seluruh dunia (Jamali dan Mousanejad
2011). Menurut EPPO (2005). A. besseyi sudah tersebar ke seluruh negara Eropa,
Asia (termasuk Indonesia), Afrika, Amerika Utara, Amerika Tengah dan Karibian,
Amerika Selatan dan Oceania. A. besseyi termasuk Organisme Pengganggu
Tanaman Karantina (OPTK) A2 yang daerah penyebarannya meliputi Jawa,
Sumatera, dan Kalimantan Selatan (Kementan 2015). Sejak awal abad ke-20
A.besseyi telah dilaporkan menyebabkan kehilangan hasil yang serius pada
pertanaman padi di Jepang dan sebagian Amerika Serikat. Menurut EPPO (2005).
Kurniawati dan Supramana (2016) telah melaporkan keberadaan A. besseyi pada
delapan varietas padi di Bogor, Jawa Barat. Namun, identifikasi hanya dilakukan
berdasarkan morfologi. Identifikasi secara morfologi dilakukan melalui
pengamatan terhadap morfologi nematoda. Identifikasi morfologi memerlukan
tingkat ketelitian yang tinggi untuk mendapatkan hasil identifikasi yang akurat
namun lebih praktis. (Rahman MN, 2016).
Nematoda ini mulai masuk di Indonesia sekitar pada tahun 2014, Pengujian
lebih lanjut terhadap benih padi asal kios pertanian dan Kebun Percobaan Muara
menemukan 8 varietas padi yaitu SL8SHS, hibrida padi sawah (HIPA14), IPB 3S,
IR-64, Pertiwi 1 (Pak Tiwi), Inpari 31, Pandan Wangi Bogor (Sintanur), dan
Ciherang terinfestasi A. besseyi dengan rata-rata populasi 3–341 ekor per 5g
benih. yang terdapat di daerah Darmaga-Bogor, Karawang, Tuban, Nganjuk,
dan Jombang (baik yang dilaporkan oleh Tim Departemen
Proteksi Tanaman –IPB maupun dari laporan petani dari lapangan
yang diverifikasi). Gejala yang khas ditemukan yaitu menyerang
pucuk daun padi dan menyebabkan warna putih, nematode pucuk putih, yang
ditemukan oleh laporan klinik tanaman (2014) dan kurniawati dan Supramana
(2015). Dan yang paling terserang pada bagian daun dan pada fase pembibitan,
persemaian, vegetative dan tanaman tua.
Status karantina Nematode Aphelenchoides besseyi (White Tip Nematode of
Rice) yang merupakan OPTK kategori A-2 yang masuk ke dalam golongan I
(belum ada di Indonesia dan tidak dapat dibebaskan dengan cara perlakuan) sesuai
Permentan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Jenis OPTK. (Roesli ES, 2017). Tujuan
pengguntingan bagian hilum, perendaman, dan inkubasi pada ruang gelap selama
24 jam dan pengeringan adalah untuk menghentikan fase dorman pada nematoda.

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk melihat keberadaan nematoda Aphelenchiodes
besseyi pada padi secara langsung, melihat struktur dan bagian-bagian dari
nematode tersebut.
BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 10 September 2019 di RK 3.06


Kampus IPB Cibereum-Sukabumi dan juga pada hari selasa,17 September 2019 di
laboratorium pendidikan 2 departemen proteksi tanaman kampus Dramaga-Bogor

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gunting, gunting kuku, cawan
sirakus, lampu belajar, gelas ukur, petridish, mikroskop, mikroskop stereo, alat
pancing nematoda,cawan dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air
ekstraksi benih padi selama 24 jam (suspensi), aquades, dan benih padi.

Metode

Semua alat dan bahan disiapkan, pertama potong benih padi menjadi dua atau
lebih agar terbelah bagian dalamnya dengan menggunakan gunting atau gunting
kuku, lalu ekstraksi selama 24 jam atau di sebut juga dengan nama suspensi,
hitung volume air total, dengan cara memasukkan air suspensi ke dalam gelas
ukur, lalu pipet sebanyak 2 ml setelah itu masukkan air ke dalam cawan sirakus,
amati dengan mikroskop stereo dan hitung banyaknya nematoda lalu mulai
memancing. Setelah memancing pindahkan nematoda ke atas petridish yang telah
di beri air dan tutup dengan penutup petridis lalu amati dengan mikroskop,
lakukan 3 ulangan agar mendapatkan hasil yang memuaskan, rumus yang dipakai
yaitu N=V/v x n(bar), N=jumlah populasi nematoda, V=volume total, v= volume
pengamatan, n(bar)=rata-rata jumlah nematoda yang di dapat, dan juga rumus
n(bar) = n1+n2+n3/3, n(bar)= rata-rata jumlah nematoda, n1=jumlah nematoda
pada ulangan1, n2=jumlah nematoda pada ulangan 2, n3=jumlah nematoda pada
ulangan 3, kemudian hasilnya dicatat sebagai data kelas dari masing-masing
kelompok.
Table 1. kepadatan pupulasi pada benih padi
Kepadatan populasi nematoda A. besseyi per 15gr benih padi
Kelompok n1 n2 n3 Average N
1 9 7 6 7.3 110
2 4 7 8 6.3 95
3 14 15 9 12.7 190
4 23 19 23 21.7 325
5 11 13 5 9.7 145
V = 30
v=2

PEMBAHASAN
Ciri umum nematoda parasitik adalah ditandai dengan adanya stilet yang
berfungsi mencucuk dan mengisap jaringan tanaman, nematoda parasit tanaman
dapat menyebabkan kerusakan hampir mencapai 100 persen. Hal ini akan
menyebabkan tanaman puso dan petani gagal panen. Nematoda yang
menyebabkan kerusakan pada tanaman hampir semuanya hidup didalam tanah,
baik yang hidup bebas didalam tanah bagian luar akar dan batang didalam tanah
bahkan ada beberapa parasit yang hidupnya bersifat menetap didalam akar dan
batang. Sedangkan nematode predator bersifat lebih mematikan jaringan atau
inangnya terlebih dahulu, lalu mereka mengambil energy atau nutrisi dari inang
atau jaringannya tersebut. (Andriansyah, 2013).

Berdasarkan hasil pengamatan morfologi, tubuh nematoda berbentuk silindris


memanjang, anulasi halus, dan bibir set off. Nematoda betina umumnya memiliki
tubuh lebih panjang dibandingkan dengan nematoda jantan . Menurut EPPO
(2013) Aphelenchoides besseyi memiliki panjang tubuh 0.44-0.84 mm dengan
lebar 14-22 µm. Pada waktu istirahat, tubuh lurus atau sedikit melengkung.
Lekukan-lekukan pada kutikula (anulasi) relatif halus. Nematoda ini memiliki
stilet yang relatif kecil dengan pangkal stilet sedikit membesar yang disebut
dengan stomatostilet. median oesophageal bulb (median bulbus) relatif besar,
sekitar ¾ dari lebar tubuh. Spikula nematoda jantan berbentuk seperti duri
(thorn-shaped spicules). Bagian posterior tubuh nematoda jantan melengkung
hingga 180°, ekor berbentuk conoid dengan 2-4 mukro. Nematoda betina
memiliki vulva yang terletak 60-75% dari panjang tubuh (didelfik), ekor
meruncing berbentuk conoid dengan 3-4 tonjolan (mukro) pada ujung ekor.

Aphelenchoides besseyi memiliki ciri khas yang dapat dibedakan dengan


nematoda lain, seperti mukro. Amplifikasi DNA nematoda menunjukkan hasil
positif dengan ukuran fragmen DNA sekitar 830 bp. Aphelenchoides besseyi dapat
bertahan selama delapan bulan hingga tiga tahun setelah panen dan dapat
ditularkan melalui benih. Nematoda A. besseyi didapatkan pada semua varietas
yang diamati dengan jumlah yang berbeda Urutan varietas dengan jumlah
nematoda dari tinggi ke rendah yaitu Pak Tiwi 1, SL 8 SHS, IPB 3S, Ciherang,
dan IR64.

Varietas Jumlah individu A. besseyi Rata-rata

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3

Pak Tiwi 1 457 467 510 478

SL 8 SHS 300 336 300 312

IPB 3S 287 267 370 308

Ciherang 67 75 40 61

IR64 10 7 7 8

Pengendalian yang efektif dalam mengeliminasi A. besseyi adalah melalui


perlakuan air panas (HWT), namun alat dan fasilitas untuk penerapan skala besar
belum tersedia di Indonesia. Salah satu alternatif pengendalian A. besseyi adalah
dengan menggunakan kitosan. Penelitian ini menggunakan 2 jenis kitosan, yaitu
kitosan asal Departemen Teknologi Hasil Perairan IPB dan kitosan komersil
masing-masing dengan konsentrasi 1%, 0.75%, 0.5%, dan 0.25%. Sebagai
pembanding, dilakukan juga pengujian dengan perlakuan air panas pada suhu
50 °C. Hasil pengujian menunjukkan tidak ada pengaruh yang nyata antara
perendaman 15, 20, dan 25 menit terhadap viabilitas benih dan populasi nematoda
yang diamati. Pengujian viabilitas benih menunjukkan perlakuan air panas,
kitosan THP untuk seluruh konsentrasi, dan kitosan komersil 0.25% tidak
berdampak buruk terhadap viabilitas benih. Hasil ekstraksi populasi A. besseyi
menunjukkan perlakuan air panas tetap memberikan hasil yang lebih baik dengan
jumlah nematoda terekstraksi lebih sedikit dibandingkan perlakuan lainnya. Selain
itu, perlakuan kitosan 0.25% baik asal THP maupun komersil juga menunjukkan
pengaruh nyata terhadap penurunan populasi nematoda serta menghasilkan hasil
analisis statistik yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan air panas. Nematoda
yang diberi perlakuan kitosan mengalami kerusakan morfologi yang kemungkinan
dikarenakan fungsi gugus amida yang bersifat polikationik. Hasil penelitian ini
menunjukkan perlakuan kitosan konsentrasi 0.25% selama 15 menit efektif untuk
pengendalian A. besseyi melalui perlakuan benih. (Ibrahim AY, 2019).
SIMPULAN

Berdasarkan praktikum ini, kami menyimpulkan bahwa untuk melihat


keberadaan nematoda Aphelenchiodes besseyi pada padi secara langsung, harus
melihat struktur dan bagian-bagian dari nematode tersebut dengan beberapa
perlakuan terlebih dahulu terhadap benih dengan cara pematahan dormansi,
inkubasi 24 jam, perendaman dan penyaringan.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Produksi padi tahun 2014[internet].
[diunduh pada 2016 Feb 28]. Tersedia pada: www.bps.go.id. Bridge

Misra JK, Mew TW, Merca SD. 1994. Rice seed healt and quarantine. Di
dalam: Mew TW & Misra JK. A Manual of Rice Seed Healt Testing.
Los Banos (PH): IRRI. hlm 3-4.

Sutopo L. 1993. Teknologi Benih. Jakarta (ID): Rajawali. Sutopo L. 2010.


Teknologi Benih. Ed revisi. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.

[EPPO] European and Mediterranean Plant Protection Organization. -.


Aphelenchoides besseyi [bibliografi]. Wallingford (UK): CABI. 14 acuan
dari data Sheets on Quarantine Pests.

Jamali S, Mousanejad S. 2011. Resistance of rice cultivars towhite tip disease


caused by Aphelenchoides besseyi Christie. Journal of Agricultural
Technology 7(2):441-447.

Li HM, Lin MS, Liu WH, Sun MJ. 2008. Dynamic development of
Aphelenchoides besseyi on rice plant by artificial inoculation in the
greenhouse. Agricultural Sciences in China 7(8): 970-976.

Jamali S, Mousanejad S. 2011. Resistance of rice cultivars towhite tip disease


caused by Aphelenchoides besseyi Christie. Journal of Agricultural
Technology 7(2):441-447.

Sari MF. 2017. Pengaruh Infeksi Nematoda Aphelenchoides besseyi Christie


pada Benih Terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi [Skripsi]. Bogor (ID).
Institut Pertanian Bogor.

Andriansyah. 2013. Perbedaan Predator dan Parasitoid. [Internet]. [Diunduh


pada: 23 September 2019]. Tersedia pada:
http://detiktani.blogspot.com/2013/06/perbedaan-predator-dan-parasitoid.
html

Bagariang W. 2015. Penyakit White Tip (Aphelenchiodes besseyi Christie)


Pada Tanaman Padi. https://berita.bbpopt.id/2015/04/white/

Rahman RM. 2016. Deteksi dan Identifikasi Aphelenchoides besseyi Christie


pada Lima Varietas Padi dengan Polymerase Chain Reaction (PCR)
[Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor
[EPPO] European and Mediterranean Plant Protection Organization. 2005.
Pest risk analysis Aphelenchoides besseyi Christie on rice (Oryza sativa
L.). Italy: Rise Researh Centre. 2013. Aphelenchoides besseyi [Internet].
[diunduh 2015 Mei 27]. Tersedia pada:
http://www.eppo./QUARANTINE/nematodes/Aphelenchoidesbesseyi/A
PLOBE_ds.pdf.
Kurniawati F, Supramana. 2016. Tingkat infestasi Aphelenchoides besseyi pada
benih padi di Bogor. Jurnal Fitopalogi Indonesia. 12 (1): 34-37. Doi
10.14692/jfi.12.1.34.

[Kementan] Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Peraturan


Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/KR.010/9/2015. Jakarta (ID):
Kementan.

Ibrahim AY. 2019. Keefektifan Kitosan untuk Pengendalian Nematoda Pucuk


Putih Padi (Aphelenchoides besseyi Christie) melalui Perlakuan Benih [Skripsi].
Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor

Roesli MS. 2017. Lagi, karantina Soekarno-Hatta musnahkan benih padi


berpenyakit asal India [Internet]. Diunduh pada [23 September 2019].
Tersedia pada
https://karantina.pertanian.go.id/pers-448-lagi-karantina-soekarno-hatta-
musnahkan-benih-padi-berpenyakit-asal-india.html

Supramana. 2017. Status Aphelenchoides besseyi Christie Nematoda terbawa


Benih Padi di Indonesia: Penelitian di IPB. Simposium Nasional
Fitopatologi 2017“Kemunculan Penyakit Baru dan Impor Benih”.

Anda mungkin juga menyukai