Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR KULTUR JARINGAN TANAMAN


PEMBUATAN MEDIA KULTUR MS 0

Oleh :
RIZALDY ILHAM B.
(A42160440)

JURUSAN PRODUKSI PERTANIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PRODUKSI TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2018
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kultur jaringan (tissue culture) merupakan salah satu metode perbanyakan tanaman
secara vegetatif. Kultur jaringan terus berkembang dari mengkulturkan biji berkembang
dengan mengkulturkan jaringan dan terus berkembang hingga mampu mengkulturkan satu sel
dari tanaman. Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat
totipotensi yaitu kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman
lengkap dalam medium aseptik yangmengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang
sesuai.
Perkembangan kultur jaringan di Indonesia terasa sangat lambat, bahkan hampir
dikatakan jalan di tempat jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya, tidaklah heran
jika impor bibit anggrek dalam bentuk ‘flask’ sempat membanjiri nursery-nursery anggrek di
negara kita. Selain kesenjangan teknologi di lini akademisi, lembaga penelitian, publik dan
pecinta anggrek, salah satu penyebab teknologi ini menjadi sangat lambat perkembangannya
adalah karena adanya persepsi bahwa diperlukan investasi yang ’sangat mahal’ untuk
membangun sebuah lab kultur jaringan, dan hanya cocok atau ‘feasible’ untuk perusahaan.
Sementara itu hanya sebagian kecil pihak yang mampu melakukan pengembangan dan
pemanfaatan anggrek spesies, khususnya yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan.
Tidak dipungkiri bahwa metode terbaik hingga saat ini dalam pelestarian dan perbanyakan
anggrek adalah dengan kultur jaringan, karena melalui kultur jarigan banyak hal yang bisa
dilakukan dibandingkan dengan metode konvensional.
Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya pengetahuan tentang bagaimana proses
pembuatan media dan teknik mengkultur agar dapat menghasilkan tanaman yang baik.
Setiap tanaman membutuhkan paling sedikit 16 unsur untuk pertumbuhannya yang
normal. Tiga unsur di antaranya adalah unsur C, H, dan O yang diambil dari udara,
sedangkan unsur lainnya dalam bentuk pupuk yang dapat diberikan melalui akar atau daun.
Pada perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan, unsur-unsur tersebut diberikan melalui
akar yaitu dengan menambahkannya pada medium agar. Semua unsur tersebut dibutuhkan
oleh tanaman untuk pertumbuhan, ada yang dibutuhkan dalam jumlah banyak ( makro ) dan
yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit ( mikro ) ( Wijayani, 1994 ).
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi
media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral unsur hara makro dan unsur hara mikro,
vitamin, dan Zat pengatur tumbuh (hormon). Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan
seperti agar, gula, agar, arang aktif, bahan organik .Media yang sudah jadi ditempatkan pada
tabung reaksi atau botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan
cara memanaskannya dengan autoklaf ( Luri, 2009 ).
1.2 Tujuan
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Memahami beberapa jenis media tumbuh kultur jaringan dengan benar.
2. Membuat beberapa jenis media, baik media padat maupun media cair dengan benar.
3. Mensterilkan media tumbuh yang telah dibuat dengan benar.
4. Menyiapkan media kultur pada tempat yang benar.
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat :
1. Memahami beberapa jenis media tumbuh kultur jaringan dengan benar.
2. Membuat beberapa jenis media, baik media padat maupun media cair dengan benar.
3. Mensterilkan media tumbuh yang telah dibuat dengan benar.
4. Menyiapkan media kultur pada tempat yang benar.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Mata rantai pertama dalam pelaksanaan kultur in vitro adalah persiapan media tanam.
Dalam media tanam diberikan berbagai garam mineral, gula, asam amino, zat pengatur
tumbuh dan pemadat media (untuk media padat) untuk pertumbuhan dan perkembangan dan
kadang-kadang juga ditambahkan arang aktif untuk mengurangi efek penghambatan
persenyawaan polifenol (warna coklat hitam) yang keluar akibat pelukaan jaringan pada
jenis-jenis tanaman tertentu.
Gula, asam amino dan vitamin ditambahkan karena eksplan yang ditanam tidak lagi
sepenuhnya hidup secara autotrop artinya hidup dari bahan-bahan anorganik yang diambil
dari alam. Dalam kultur in vitro, segmen tanaman hidup secara heterotrop artinya bahan
tanam mendapat suplai bahan organik.
Faktor penentu di dalam media tumbuh adalah komposisi garam anorganik, zat
pengatur tumbuh dan bentuk fisik media. Komposisi garam anorgnaik telah banyak
dikembangkan oleh beberapa ahli. Ada yang tinggi konsentrasi garamnya, ada yang sedang
dan ada pula yang rendah. Khusus untuk tujuan mendapatkan regenerasi melalui embrio
somatik, perlu digunakan komposisi dengan NH+ tinggi.
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum “Pembuatan Media Kultur MS 0” dilaksanakan pada :
1. Hari / Tanggal : Senin, 02 April 2018
2. Waktu : Pukul 11:00 – 13:00 WIB
3. Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Larutan stock garam-garam anorganik / organik, zat pengatur tumbuh dan vitamin hasil
praktikum sebelumnya
2. Aquadest
3. Arang aktif
4. Botol kultur bersih
5. Alumunium foil ketebalan 37,5 mm.
6. Karet gelang
7. Tutup botol dari karet tahan panas
8. Pipet berbagai ukuran
9. Agar dispenser
10. Autoklap
11. PH meter / kertas indikator Ph
12. Hot plate / Stirer
13. Gelas ukur
14. Pengaduk dari gelas / plastik dan sarung tangan
3.3 Cara Kerja
1. Siapkan bahan dan alat-alat yang diperlukan dalam pelaksanaan praktikum ini.
2. Larutkan 20 – 30 gram gula pasir / 1000 ml media dalam gelas piala atau panci enamel
sebanyak sesuai dengan banyaknya media yang akan dibuat.
3. Ambil dan tuangkan larutan stock garam satu persatu ke dalam wadah nomor 2 tersebut
diatas secara hati-hati dan sambil diaduk / digoyang, dengan urutan seperti tabel 2 atau
tabel 3, sejumlah sesuai dengan banyaknya media yang akan dibuat dengan
berpedoman pada hasil perhitungan yang telah diperoleh pada praktikum sebelumnya.
4. Sambil diaduk, tambahkan zat pengatur tumbuh dan vitamin sesuai dengan kebutuhan.
5. Sambil diaduk, tambhakan aquadest sampai volume larutan mendekati 1000 ml.
6. Ukur PH larutan dengan PH meter atau kertas indikator PH. Tambahkan KOH / NaOH
5 N (bila PH terlalu rendah) dan tambahkan HCL 5 N (bila PH terlalu tinggi) sedikit
demi sedikit sampai PH mencapai 5,8.
7. Sambil diaduk, tuangkan agar-agar yang telah ditimbang sesuai dengan kebutuhan.
Tambah volume larutan sampai menjadi 1000 ml.
8. Sambil diaduk terus, panaskan larutan tersebut diatas kompor atau hot plate sampai
agar-agar larut benar (larutan menjadi jernih).
9. Tuangkan media yang masih encer tersebut kedalam botol kultur yang telah ditentukan
dengan ketebalan media kurang lebih 1 – 2 cm.
10. Tutup botol kultur dengan tutup karet tahan panas atau dengan alumunium foil,
kemudian ikat dengan karet gelang.
11. Sterilkan media tersebut diatas dalam autoklap pada suhu 121ºC dengan tekanan 17,5
PSI / 17,5 atm, selama 15 – 30 menit sesuai dengan banyak sedikitnya volume media
(sejak suhu dan tekanan yang diinginkan tercapai).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Media MS 0 (MURASHIGE & SKOOG) MEDIUM


4.2 Pembahasan
Pembuatan media harus berdasarkan perhitungan konsentrasi yang tepat. Karena akan
mempengaruhi keberhasilan tumbuh eksplan. Media yang digunakan merupakan media Ms
(Murashige dan Skoog). Pada proses pembuatannya, unsure makro diencerkan sebanyak 5
kali, unsure mikro 100 kali, stok Fe 200 kali, vitamin 10 kali, ZPT 100 kali. Ditambakan pula
sukrosa yang bertujuan untuk memberikan bahan baku metabolisme eksplan karena eksplan
beum mampu menghasilkan asimilat seperti tumbuhan pada umumnya. Selanjutnya
ditambahkan pemadat berupa agar “swallow” untuk memadatkan media.
Pada umumnya komposisi utama media tanam kultur jaringan, terdiri dari hormon (zat
pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang
dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil yang lebih baik akan dapat kita
peroleh bila, kedalam media tersebut, ditambahkan vitamin, asam amino, dan hormon, bahan
pemadat media (agar), glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilata (akuades),
dan bahan organik tambahan (Gunawan, 1988).
o Gula digunakan sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian
tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang
rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup
sebagai sumber energi. Menurut Gautheret dalam Gunawan (1992), sukrosa adalah sumber
karbohidrat penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika
tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula
pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber
energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media.
o Asam amino merupakan sumber N organik. Asam amino yang sering digunakan adalah
glutamine, asparagin, sistein, dan glisin.
o Vitamin berfungsi sebagai katalisator dalam system enzim dan diperlukan dalam jumlah
kecil. Vitamin yang dibutuhkan pada sebagian besar kultur jaringan tumbuhanadalah thiamin,
yang diberikan dalam bentuk Thiamin-HCl. Vitamin lain yang biasa digunakan adalah asam
nikotinat dan piridoksin HCl (vitamin B6).
Pembuatan larutan stok pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan bahan-bahan yang
diperlukan pada pembuatan media dengan konsentrasi yang tepat. Karena media-media yang
digunakan pada kultur jaringan diperlukan unsure-unsur dengan konsentrasi yang sangat
kecil. Karena tidak dimungkinkan menimbang unsure dengan konsentrasi yang sangat kecil,
maka dibuat lah larutan stok dengan menggunakan konsep kalibrasi, sehingga pada
pembuatan media, unsure-unsur tersebut dapat digunakan seusia dengan konsentrasi yang
diinginkan (Sriyanti, 2002).
Selain media MS yang digunakan, terdapat pula beberapa jenis media lain, diantaranya
(Raharja, 1995):
1. Heler
2. White
3. Nitsch & Nitsch
4. Hildebrandt, Riker dan Duggar
5. Gautheret
6. Knudson
7. VAcin dan Went
8. Miller
9. Linsmaier & Skoog
10. Gamborg
11. Murashige & Skoog
12. White, diperkaya dengan fosfat dan diperkuat dengan senyawa organic seumber N
serta asam amino.
Media nomor 1 sampai dengan nomor 5 adalah media dasar yang hanya berisi unsure
makro dan unsure mikro. Untuk keperluan kultur jarigan, media tersebut masih perlu
ditambahkan bahan pelengkap berupa asam amino, vitamin, gula dan hormone tumbuhan. pH
disesuaikan sehingga nilainya berkisar sekitar 5,6. Bahan-bahan lain yang dapat ditambahkan
sebagai pelengkap misalnya ekstrak tauge, ekstrak ujunga kecambah jagung dan air kelapa
muda (Raharja, 1995).
Beberapa media dasar yang banyak digunakan antara lain media dasar Murashige dan
Skoog (1962) yang dapat digunakan untuk hampir semua jenis kultur, media dasar B5 untuk
kultur sel kedelai dan legume lainnya, media dasar White (1934) sangat cocok untuk kultur
akar tanaman tomat, media dasar Vacin dan Went (1949) digunakan untuk kultur jaringan
anggrek, media dasar Nitsch dan Nitsch (1969) digunakan dalam kultur tepung sari (pollen)
dan kultur sel, media dasar Schenk dan Hildebrandt (1972) untuk kultur jaringan tanaman
monokotil, media dasar WPM (Woody Plant Medium, 1981) khusus untuk tanaman berkayu,
media dasar N6(1975) untuk serealia terutama padi. Untuk eksplan dari tanaman keras sering
menggunakan medium WPM, sedangkan untuk tanaman semusim (sayuran dan tanaman
hias) sering menggunakan medium MS. Medium Kundson C cocok untuk menanam eksplan
kelapa kopyor dan anggrek. Dari sekian banyak media dasar di atas, yang paling banyak
digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS).
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Media kultur jaringan merupakan faktor penting penentu keberhasilan perbanyakan
tanaman secara kultur jaringan. Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan untuk
menjamin kebutuhan eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi campuran garam mineral
sumber unsur makro dan unsur mikro, gula, protein, vitamin, dan hormon tumbuhan.
Berhasilnya kultur jaringan banyak ditentukan selain kondisi aseptic juga oleh media tanam.
2. Pembuatan larutan stok dilakukan dengan mengencerkan menggunakan aquades.
3. Pembuatan medium MS dilakukan dengan mencampurkan stok yang telah dibuat.
4. Sterilisasi medium dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 1210C pada
tekanan 15-17,5 psi selama 20 menit.
5.2 Saran
1. Pembuatan larutan stok mikro dan stok mikro dalam media MS harus dilakukan dengan
teliti agar eksplan dapat tumbuh dengan baik.
2. Sterilisasi media harus dilakukan dengan baik, agar tidak terjadi kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://citraheldaanggia.blogspot.co.id/2016/10/laporan-praktikum-pembuatan-media-
ms0.html

http://hm-siregar.blogspot.co.id/2012/02/laporan-kultur-jaringan-pembuatan-media_822.html

Anda mungkin juga menyukai