Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM IV

BIOTEKNOLOGI TANAMAN

MEMBUAT MEDIA TANAM MS

LAPORAN PRAKTIKUM

Disusun Oleh :
Kelompok 2A
NAMA NIM
Miftahul Jannah 1607025047
Zulfika Rahmawati 1707025041

LABORATORIUM KULTUR JARINGAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman, tumbuhan mengalami perkembangan dalam
bidang pertanian. Biasanya ditanam dengan media yang sederhana dan
memerlukan waktu yang cukup lama, namun dengan seiring berjalannya waktu
ditemukan teknik yang dapat memperbanyak tanaman dengan cepat dan
menghasilkan benih yang lebih berkualitas, teknik tersebut disebut dengan kutur
jaringan.
Kultur Jaringan merupakan salah satu dari teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan mengisolasi bagian tanaman sepertiprotoplasma sel, jaringan,
atau organ kemudian menumbuhkannya dalam kondisi aseptikdan distimulasi
untuk membentuk tanaman yang utuh menggunakan media dan lingkungan
tumbuh yang sesuai. Dalam kultur jaringan membutuhkan media untuk
melakukan penanamana tumbuhan yang akan dikulturkan, untuk membuat media
diperlukan beberapa komposisi yang mengandung nutrisi agar suatu tanaman
yang tumbuh dapat menjadi individu baru, media yang digunakan pada kultur
jaringan harus dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
eksplan untuk tumbuh. Selain unsur hara, media juga harus mengandung
karbohidrat atau gula yang menjadi sumber karbon untuk media melakukan
fotosintesis, sehingga dalam kultur jaringan disebut dengan larutan stok
(Zulkarnain, 2017).
Larutan stok merupakan larutan yang konsentrasinya dipekatkan dari
konsentrasi dalam media, kepekatan tersebut biasanya dinyatakan dalam kelipatan
konsentrasi media, misalnya 10x, 20x, 100x, bahkan 1000x dari konsentrasi
media. Dibuatnya larutan stok adalah untuk menghindari penimbangan atau
penakaran yang berulang-ulang setiap kali membuat media, dikarenakan akan
mempengaruhi proses berikutnya dalam kultur jaringan, misalnya membuat hasil
media yang terlalu cair dan padat sehingga tumbuhan yang akan dikulturkan
susah untuk tumbuh. Dalam pembuatan larutan stok dikelompokkan menjadi
stok makro, stok mikro, stok vitamin dan stok zat pengatur tumbuh. Pembuatan
larutan stok bertujuan untuk memudahkan dalam pembuatan media. Larutan
stok yang dibuat adalah larutan stok zat pengatur tumbuh (Harahap, 2011).
Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini untuk mengetahui cara menghitung
stok hara mikro A yaitu FeSO47H2O, untuk mengetahui cara menghitung stok hara
mikro A yaitu Na2EDTA dan untuk mengetahui cara menghitung stok hara mikro
B yaitu KI.

1.2 Tujuan Praktikum


Pada praktikum tentang pengenalan peralatan dan bahan memiliki tujuan
sebagai berikut :
- Untuk mengetahui pH yang digunakan pada komposisi media MS.
- Untuk mengetahui pengaruh pH terhadap struktur media MS yang dibuat.
- Untuk mengetahui fungsi magnetic stirer dalam pembuatan media MS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kultur Jaringan


Kultur jaringan merupakan cara pembiakan vegetatif yang cepat dan secara
genetik sifat-sifat tanaman anak yan gdihasilkan akan sama atau identik dengan
induknya. Dalam teknik kultur jaringan yang perlu mendapat perhatian adalah
komposisi media kultur dan zat pengatur tumbuh yang tepat serta sumber eksplan
yang digunakan untuk menghasilkan plantlet di samping faktor lainnya yaitu
cahaya, suhu dan kelembaban (Dinarti, 2010).
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang
pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak.
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan
bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus
dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar
eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari
sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro (Wattimena, 1992).
Perbanyakan Tanaman dengan menggunakan sistem kultur jaringan
dilaksanakan didalam suatu laboratorium yang aseptik dengan peralatan seperti
pada laboratorium mikrobiologi. Kita dapat juga menggunakan peralatan
sederhana diantaranya yaitu almari penabur buatan sendiri ataupun dengan
peralatan laboratorium kultur jaringan khusus yang lebih canggih seperti laminar
air flow cabinet. Kemudian dalam kultur jaringan ditanam dalam media yang
mengandung nutrisi dan larutan stok yang terdiri dari komponen-komponen
(Wattimena, 1992).
Keberhasilan kultur in viro ditentukan oleh media dan macam tanaman.
Media mempunyai 2 fungsi utama, yaitu untuk menyuplai nutrisi dan untuk
mengarahkan pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh. Adanya variasi media
untuk tanaman menimbulkan beberapa macam media yang digunakan
yaitu Murashige dan Skoog (MS), Gamborg (B5), Linsmaier, Nitsch dan Woody
Plant Medium (WPM). Selain media, zat pengatur tumbuuh juga memegang
peranan penting dalam melakukan teknik kultur. Zat pengatur tumbuh adalah
kelompok hormon, baik hormon tumbuhan alamiahmaupun sintetis (Wattimena,
1992).
Metode kultur jaringan bukan hanya digunakan untuk tujuan perbanyakan
tanaman, namun dapat pula digunakan untuk pelestarian plasma nutfah. Media
kultur jaringan untuk pelestarian berbeda dengan media untuk perbanyakan,
dimana media perbanyakan menyediakan komposisi unsur-unsur mendorong
pertumbuhan berjalan cepat, sedangkan media pelestarian menyediakan komposisi
unsur-unsur selain untuk mendorong juga menghambat pertumbuhan agar berjalan
lambat, sehingga dikenal sebagai pelestarian melalui pertumbuhan minimal
(Harahap, 2011).

2.2 Pembuatan Larutan Stok


Pembuatan larutan stok harus dilakukan dengan cennat, sebab larutan stok
yang terlalu pekat akan mengalami pengendapan dilemari es, dan larutan stok
yang terkontaminasi tidak boleh digunakan lagi. Untuk membuat media dengan
jumlah zat seperti yang ditentukan, diperlukan penimbangan dan penakaran bahan
secara tepat. Ketidaktepatan ukuran dapat menyebabkan terjadinya proses yang
dikehendaki. Pada umumnya untuk suatu keperluan, media yang telah dirumuskan
dapat diubah atau diperbarui, dengan mengganti zat-zat tertentu, atau menambah
zat lain. Media kultur jaringan untuk perbanyakan tanaman menyediakan tidak
hanya unsur-unsur hara makro dan mikro, tetapi juga karbohidrat yang pada
umumnya berupa gula untuk menggantikan karbon yang biasanya didapat melalui
atmosfir melalui fotosintesis. Untuk membuat media padat biasanya digunakan
bahan-bahan diantaranya agar-agar dimana keuntungannya dari pemakaian agar-
agar adalah agar-agar tidak dicerna oleh enzim tanaman dan tidak bereaksi dengan
persenyawaan- persenyawaan penyusun media (Harahap, 2011).

2.3 Pembuatan Media


Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur
jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada
kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partum-buhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. media yang biasa adalah
media Murashige & Skoog (MS). Media MS digunakan untuk hampir semua
macam tanaman, terutama tanaman herbasius. Sebelum membuat media, terlebih
dahulu dilakukan pembuatan larutan stok. Larutan stok dibuat dengan tujuan
untuk memudahkan pengambilan bahan-bahan kimia khususnya yang dibutuhkan
dalam jumlah kecil, tak perlu sering menimbang karena hal ini kurang praktis.
Larutan stok disimpan di dalam lemari pendingin agar tidak mudah rusak dan
mencegah terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba penyebab
kontaminasi (Lisnandar, 2012).
2.4 Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik ataupun anorganik yang
hanya dibutuhkan tanaman dalam konsentrasi yang sangat sedikit. Zat pengatur
tumbuh yang sering digunakan untuk menginduksi pertumbuhan pada teknik
mikropropagasi adalah kombinasi golongan auksin dan sitokinin dimana pada
penelitian ini jenis yang digunakan adalah NAA yang dikombinasikan dengan
BAP. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kombinasi penggunaan zat
pengatur tumbuh (ZPT) auksin dan sitokinin mempengaruhi pertumbuhan
eksplan. Jika rasio sitokinin dan auksin relatif seimbang maka eksplan akan
membentuk massa sel yang bersifat meristematik dan terus melakukan
pertumbuhan (Purnamaningsih, 2016).
Hormon merupakan bahan organik yang disintesa pada jaringan yang terdapat
pada tanaman. Hormon diperlukan dalam konsentrasi rendah untuk
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Senyawa sintetis dan
hormon yang secara alami ada, dikenal dengan sebutan zat pengatur tumbuh
(Hendaryono, 1994).
Faktor penting lain yang juga diperlu mendapatkan perhatian, adalah pH yang
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan
pH dari sitoplasma. Adapun pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan
fisiologi sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-
garam penyusun media, pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan
garam- garam lain, dan efisiensi pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman
membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5.5-5.8 (Hendaryono, 1994).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Percobaan mengenai “Membuat Larutan Stok Unsur Hara” ini dilaksanakan
pada hari Rabu, 7 Oktober 2019 pukul 07.15-09.00 WITA Bertempat di
Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah erlenmeyer,
beaker glass, hot plate, pipet ukur, timbangan analitik, magnetic stirrer, gelas
ukur, wadah, refrigerator, botol kultur, pinset, saringan, sendok dan autoclave.
3.2.2 Bahan
Adapun Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah larutan stok
mikro A dan B, vitamin, CaCl2, myo-inositol, tisu, aluminium foil, plastic tahan
panas, karet gelang.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Membuat Media Murashige & Skoog (Media MS)
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian dimasukkan
makro A, makro B, CaCl2, mikro A, mikro B, vitamin dan myo-inositol serta
Aquades sebanyak 500 mL ke dalam tabung erlenmayer dan dihomogenkan
menggunakan magnetic stirer, setelah homogen, diukur larutan dengan kertas
lakmus dengan pH adalah 6 tidak boleh lebih ataupun kurang dikarenakan akan
mempengaruhi media, kemudian dimasukkan sukrosa sebanyak 15 gram dan agar
3,75 gram setelah itu diaduk dengan magnetic stirer dan dipanaskan
menggunakan hot plate hingga larutan mendidih, kemudian larutan didinginkan
dan disiapkan botol kultur untuk dimasukkan media kedalamnya dan ditutup
menggunakan plastic tahan panas, setelah itu dilakukan proses sterilisasi untuk
media yang telah dibuat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Berdasarkan pada praktikum yang telah dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 4.1 Langkah Kerja Pembuatan Media Tanam Murashige & Skoog (MS)
No Gambar Keterangan
1. Setelah ditimbang dan dihitung bahan
mikro A, mikro B, makro A, makro B,
vitamin, CaCl2, myo-inositol
dimasukkan kedalam erlenmayer.

2. Diukur aquades sebanyak 250 mL


untuk dicampurkan ke dalam media.

3. Dilarutkan diatas magnetic stirrer


hingga homogen.
4. Setelah larutan homogen, disaring agar
media lebih bersih dan tidak ada
kotoran-kotoran.

5. larutan stok masing-masing


dimasukkan ke dalam botol kultur
sesuai batas yang telah ditentukan.

6. Masing-masing botol kultur ditutup


dengan plastik tahan panas.

7. Disusun botol kultur untuk proses


sterilisasi media.
8. Dimasukkan ke dalam autoclave
untuk proses sterilisasi.

Dari Tabel 4.1 praktikum yang telah dilakukan bahwa dalam membuat media
MS diperlukan langkah-langkah yaitu disiapkan alat dan bahan yang digunakan,
kemudian bahan makro A, makro B, CaCl2, mikro A, mikro B, vitamin dan myo-
inositol dimasukkan ke dalam tabung erlenmayer dan dihomogenkan
menggunakan magnetic stirer, setelah homogen, diukur larutan dengan kertas
lakmus dengan pH adalah 6 tidak boleh lebih ataupun kurang dikarenakan akan
mempengaruhi media, kemudian dimasukkan sukrosa sebanyak 15 gram dan agar
3,75 gram setelah itu diaduk dengan magnetic stirer dan dipanaskan
menggunakan hot plate hingga larutan mendidih, kemudian larutan didinginkan
dan disiapkan botol kultur untuk dimasukkan media kedalamnya dan ditutup
menggunakan plastic tahan panas, setelah itu dilakukan proses sterilisasi untuk
media yang telah dibuat (Harahap, 2019).

4.2 Pembahasan
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan,
keberhasilan dan perbanyakan tanaman sangat dipengaruhi oleh media yang
digunakan. Dalam praktikum ini menggunakan media ms, media ms merupakan
media yang sering digunakan terutama dalam tanaman-tanaman herba, media ini
mengandung konsentrasi garam dan mineral yang tinggi dan sangat sesuai dengan
tanaman herba yang akan dikulturkan (Zulkarnain, 2017).
Media MS merupakan kumpulan media-media lainnya, artinya media ini
telah berkembang dari suatu formulasi medium nutrisi kultur jaringan tanaman
yang didasarkan pada formulasi-formulasi yang telah ada sebelumnya, media MS
mengandung komposisi penyusun media mikropropagasi yang meliputi garam-
garam anorganik, zat pengatur tumbuh tanaman, vitamin, asam-asam amino dan
amida, pelengkap organic kompleks sumber karbon, osmotika, air dan matriks
medium (Zulkarnain, 2017).
Pengaruh pH terhadap media kultur jaringan, dalam kultur jaringan pH
normal atau ketentuan pH medium adalah 6 artinya jika <6 maka medium adalah
asam atau semi solid sehingga mengakibatkan tanaman tidak bisa tumbuh jika
terlalu cair, kemudian jika pH > 6 maka medium adalah terlalu keras atau solid
artinya akar dari tumbuhan tidak akan dapat menembus media jika terlalu keras
sehingga diperlukan pH = 6 merupakan pH yang sesuai untuk tumbuhnya akar
atau tunas di media kultur jaringan (Zulkarnain, 2017).
Menurut (Zulkarnain, 2017) bahwa komposisi Unsur Hara Makro pada
beberapa Media Mikropropagasi (Murashige dan Skoog, 1962) adalah sebagai
berikut :

Unsur (dalam mM perliter medium)


Medium
N K Ca Mg S P Cl Na Fe

White (1943) 3,20 1,70 1,20 3,00 4,40 0,14 0,90 3,00 0,013
Gautheret 5,50 2,20 2,10 0,50 0,50 0,90 - - 0,125
Hildebrant et
al (tembakau) 4,20 1,70 1,70 0,70 6,40 0,24 0,90 11,70 0,143
Hildebrant et
al (bunga 8,40 3,30 3,40 2,90 3,60 1,00 1,80 1,70 0,018
matahari)
Burkholder 8,00 12,0 6,00 2,00 1,00 8,00 10,00 - 0,009
and Nickell 0
Heller 7,10 10,0 0,51 1,00 1,00 0.90 11,00 8,00 0.004
0
Nitsch and 19,8 39,9 0,23 1,80 1,00 1,80 0,50 1,80 -
Nitsch 0 0
MS Basal 12,0 1,76 0,61 0,29 0,32 0,092 0,87 0,10 0,053
Medium 5
1 x level (169 (68, (24,4 (7,1 (10,6 (2,85 (30,9 (2,30 (2,94
,00) 80) 0) 0) 0) ) 0) ) )
MS Revised 60,0 20,0 3,00 1,50 1,60 1,25 6,00 0,20 0,100
Medium 0 0
(840 (782 (121, (36, (52,3 (39,0 (212, (4,60 (5,57
,00) ,00) 00) 80) 0) 0) 00) ) )
Menurut (Zulkarnain, 2017) bahwa Komposisi Unsur Hara Mikro pada
beberapa Media Mikropropagasi (Murashige dan Skoog, 1962) adalah sebagai
berikut :

Unsur (dalam µM perliter medium)

Medium B Mn Zn I Cu Mb Co Ni Te Be Al

White 25,0 30,0 10,00 4,5 - - - - - - -


(1943) 0 0 0,20 0 0,10 - 0,10 1,0 1,0 0,3 -
Gauther 0,40 4,50 1,5 - 0 0 0
et 2,20 0 - -
Hildebr 6,00 20,0 - - - - -
ant et al 0 1,00 8,0 - - - - - -
(tembak 50,0 0 - - - - -
au) 0 20,0 1,00 -
Hildebr 0 4,60 2,2 1,60 -
ant et al 3,50 0 0,12 - 0,1 - - 0,2
(bunga 10,0 - 3 3
matahar 0 2,00 - - - - - - -
i) 16,0 4,50 - -
Burkhol 0 9,40 0,0 - - - - - -
der and - 6 -
Nickell - (0,62) - - - - -
Heller 29,0 -
26,0 0
Nitsch 0 30,00 4,5 0,10 1,00 0,10 - - - -
and (1,6 0
Nitsch (0,28 0)
MS ) (0,
Basal 58)
Medium 100,
1 x level 100, 00 (1,92)
00 5,0
MS 0
Revised (1,08 (0,00 (0,09 (0,00 - - - -
Medium ) 64) 6) 6)

(5,5
0)

(0,
64)
Menurut (Harahap, 2019) bahwa Komposisi Media B5, Schenk &Hildebrant
dan Nitsch and Nitsch sebagai berikut :

Komposisi B5 (mg/L) Schenk & Hildebrant (mg/L) Nitsch dan Nitsch


Kimia (mg/L)

(NH4)2SO4 134 - -
MgSO4.7H2O 500 400 125
CaCl2. 2H2O 150 200 -
KNO3 3.000 2.500 125
Ca(NO3)4.H2O - - 500
NaH2PO4.H2O 150 - -
KH2PO4 - - -
FeSO4.7H2O - 300 125
Na2EDTA 27,8 - 27,85
MnSO4.4H2O 37,7 15 37,25
ZnSO4.7H2O 10 20 25
CuSO4. 5H2O 2 10 10
CoCl2. 6H2O 0,025 0,1 0,025
KI 0,025 0,2 0,025
H3BO3 3 0,1 -
Na2M0O4.2H2O 0,025 1 10
Sukrosa/Glukosa 20.000 5 0,25
Mio-Inositol 100 0,1 20.000-30.000
Asam Nikotinat 1 30.000 100
Piridoksin-HCl 1 1.000 5
Tiamin-Hcl 1 1 0,5
Biotin - - 0,5
Glisin - - 0,005
Asam Folat - - 0,5
Berdasarkan tabel diatas bahwa komposisi media MS terdiri dari unsur hara
makro dan unsur hara mikro, media MS memliki komposisi paling lengkap bila
dibandingkan dengan media lain yang terdapat pada tabel, sehingga media MS
merupakan media yang paling umum dan sering digunakan pada semua jenis
kultur jaringan terutama pada tanaman jenis herbaceaeus. Media MS mengandung
40 mM nirogen (N) dalam bentuk NO3 dan 29 mM nitrogen dalam bentuk NH+.
Awalnya, unsur-unsur makro pada media MS digunakan untuk melihat kultur
kalus tembakau, namun saat ini MS digunakan sebgai media dasar untuk kultur
jaringan pada tanaman lain (Harahap, 2019).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dalam praktikum ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa pH yang digunakan dalam media
MS adalah 6.
- Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa pH mempengaruhi dalam media
MS dikarenakan jika <6 maka medium adalah asam atau semi solid sehingga
mengakibatkan tanaman tidak bisa tumbuh jika terlalu cair, kemudian jika pH
> 6 maka medium terlalu keras atau solid artinya akar dari tumbuhan tidak
akan dapat menembus media jika terlalu keras.
- Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa fungsi dari magnetic stirer adalah
menghomogenkan komposisi media yang akan dibuat, komposisi tersebut
adalah makro A, makro B, CaCl2, mikro A, mikro B, vitamin dan myo-
inositol yang dilarutkan dengan menggunakan aquades.

5.2 Saran
Dalam praktikum selanjutnya disarankan dapat membuat media WPM
(Woody Plant Medium) dikarenakan media ini digunakan dalam perbanyakan
tanaman hias dan tanaman berkayu agar mendapatkan hasil yang bervariasi
DAFTAR PUSTAKA

Dinarti, D., Sayekti, U., & Alitalia, Y. 2010. Kultur Jaringan Kantong Semar
(Nepenthes mirabilis). J. Hort. Indonesia, 1(2), 59-65.
Harahap, F. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada.
Harahap, Fauziyah. 2019. Kultur Jarinagn Nanas. Surabaya: Media Sahabat
Cendekia.
Hendaryono, I. D. P., & Wijayani, I. A. 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan
Dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern.
Yogyakarta: Kanisius.
Lisnandar, D. S., Mudyantini, W., & Pitoyo, A. 2012.Pengaruh Pemberian Variasi
Konsentrasi Naa (α-Naphthaleneacetic Acid) Dan 2.4 D Terhadap Induksi
Protocorm Like Bodies (Plb) Anggrek Macan (Grammatophyllum
Scriptum (Lindl.). Bioteknologi Biotechnological Studies, 9(2), 66-72.
Purnamaningsih, R. 2016. Induksi Kalus Dan Optimasi Regenerasi Empat
Varietas Padi Melalui Kultur In Vitro. Jurnal AgroBiogen, 2(2), 74-80.
Wattimena, G. A. 1992. Bioteknologi Tanaman. IPB, Bogor.
Zulkarnain. 2017. Kultur Jaringan Tanaman: Solusi Perbanyakan Tanaman Budi
Daya. Jakarta : Bumi Aksara.
LAMPIRAN
3.2 Cara Kerja

Gambar 3.1 Setelah ditimbang dan Gambar 3.2 Dimasukkan aquades


dihitung bahan dimasukkan kedalam agar larutan homogen
erlenmayer

Gambar 3.3 Aquades diukur untuk Gambar 3.4 Larutan stok disaring
dicampurkan ke dalam bahan

Gambar 3.5 larutan stok masing-


Gambar 3.6 Larutan stok dimasukkan
masing dimasukkan ke dalam botol
sesuai dengan ukuran.
kultur.
Gambar 3.7 Masing-masing botol Gambar 3.8 Disusun botol kultur
kultur ditutup dengan plastic tahan untuk proses selsnjutnys
panas.

Gambar 3.9 Dimasukkan ke dalam


autoclave untuk proses sterilisasi
bahan.

Anda mungkin juga menyukai