Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN
“PEMBUATAN MEDIA”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Kultur Jaringan

Disusun Oleh:
Nama : Dian Permata Sari
NIM : 4442180112
Kelas : VI-B

JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kultur jaringan, salah satu penentu keberhasilan kultur jaringan itu
sendiri adalah pada pembuatan medianya. Media yag digunakan dalam dalam
kultur jaringan bermacam-macam tergantung jenis tanaman, yaitu Murashige
and Skoog (MS) digunakan untuk hampir semua jenis kultur terutama tanaman
herbaceus, B5 untuk kultur sel kedelai, alfafa, dan legume lain, White cocok
untuk kultur akar tanaman tomat, Vacin dan Went (VW) untuk kultur Anggrek,
Nitsch and Nitsch yang biasa digunakan untuk kultur polen dan kultur sel,
Shenk dan Hildebrandt cocok untuk tanaman monokotil, Woody Plant Medium
(WPM) untuk tanaman berkayu, dan N6 untuk serealia terutama padi.
Gula, asam amino dan vitamin serta bahan organik komplek seperti air
kelapa, ekstrak pisang dan kentang, ekstrak yeast ditambahkan pada media
karena eksplan yang ditanam tidak lagi sepenuhnya hidup secara autotrof
artinya hidup dari bahan-bahan anorganik yang diambil dari alam. Dalam
kultur in vitro ,segmen tanaman hidup secara heterotrof artinya bahan tanam
mendapat suplai bahan organic yang ada pada media.
Konsentrasi dan kandungan hormon pertumbuhan yang ditambahkan
dalammedia sangat mempengaruhi arah pertumbuhan dan regenerasi eksplan
yangdikulturkan sehingga sangat tergantung dari jenis eksplan yang
dikulturkan dantujuan pengkulturannya konsentrasi hormone pertumbuhan
optimal yangditambahkan ke dalam media tergantung pula dari eksplan yang
dikulturkan sertakandungan hormon pertumbuhan endogen yang berasal dari
jaringan tumbuhan pada eksplan yang hendak dikultur.
Salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan kerja kultur jaringan
adalah pemberian nutrisi dalam jumlah dan perbandingan yang benar pada
media kultur. Pemilihan media tergantung pada jenis tanaman yang digunakan,
selera, tujuan, serta perhitungan masing-masing peneliti. Isi dan komposisi dari
media kultur dirancang.Oleh karena, pentingnya merancang dan
memperhitungkan yang benar dalam pembuatan media. Maka dari itu,
dilakukanlah praktikum pembuatan media ini

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu
1. Untuk mengetahui jenis media dalam kultur jaringan dan komposisinya
2. Untuk mengetahui jenis hormon dalam kultur jaringan dan manfaatnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kultur Jaringan


Kultur jaringan adalah salah satu metode yang digunakan dalam
pengembangan Bioteknologi Tumbuhan. Metode ini merupakan prosedur
pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan tanaman (sel, kalus, protoplas) serta
organ (batang, akar, embrio) pada kultur aseptis (in vitro). Metode kultur

1
jaringan diantaranya digunakan untuk perbanyakan tanaman, modifikasi
genotip (plant breeding), produksi metabolit sekunder, pemeliharaan plasma
nutfah, penyelamatan embrio (embryo rescue) (Hartmann dkk., 1997).
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara
mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan
bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi
dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga
bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman
lengkap (Yuwono, 2008).
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak
tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara
generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa
keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat
diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu membutuhkan
tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam
waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan
tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional
(Zulkarnain, 2009).

2.2 Media Kultur Jaringan


Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan terutama
disebabkan pengetahuanyang lebih baik tentang kebutuhan hara sel dan
jaringan yang dikulturkan. Kebutuhan hara sel dan jaringan tersebut
disediakan oleh media kultur jaringan. Untuk menghasilkan bibit
denganpertumbuhan yang optimum maka dibutuhkan komposisi
mediakultur yang tepat (Gamborg, 1991).
Ekplan yang di inisiasi pada media BAP dan 2,4-D tanpa menggunakan air
kelapa, selain menghasilkan kalus juga dapat menginduksi akar. Tanpa adanya
air kelapa maka memungkinkan ratio dari BAP tidak mampu bersifat sinergis
dengan auksin. Pada perlakuan ini, ratio auksin yang diberikan lebih tinggi dari
pada ratio dari BAP sehingga mampu menghasilkan akar. Jika rasio auksin
lebih rendah daripada sitokinin maka organogenesis akan mengarah ke tunas,
jika rasio auksin seimbang dengan sitokinin maka akan mengarah ke
pembentukan kalus sedangkan jika rasio auksin lebih tinggi daripada sitokinin
organogenesis akan cenderung mengarah ke pembentukan akar. (George,
1993).

2.3 Zat Pengatur Tumbuhan (ZPT) dan Hormon Pada Tumbuhan


Penambahan konsentrasi ZPT pada perlakuan stek tanaman buah naga
mampu meningkatkan pertumbuhan dalam perbanyakan tanaman buah naga.
Penggunaan bahan stek mampu mempengaruhi hasil perbanyakan stek tanaman
buah naga. Perlakuan kombinasi bahan stek dan konsentrasi zat pengatur
tumbuh mampu meningkatkan hasil perbanyakan stek tanaman buah naga
(Ramadan dkk., 2016).
Upaya penyediaan bahan tanaman secara massal dalam waktu relatif
singkat serta bebas hama dan penyakit dapat dilakukan melalui teknik kultur
jaringan. Penggunaan teknik ini masih terkendala oleh tingginya biaya bahan

2
kimia khususnya zat pengatur tumbuh (ZPT). Keberhasilan perbanyakan in
vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya jenis media dasar yang
digunakan, aplikasi ZPT yang tepat serta kondisi lingkungan kultur
(Seswita,2011).
Dengan adanya luka irisan 2,4-D lebih muda berdifusi ke dalam jaringan
tanaman, sehingga 2,4-D yang diberikan akan membantu auksin endogen untuk
menstimulasi atau merangsang pembelahan sel, terutama sel-sel di sekitar area
luka (Ariati dkk., 2012).
Air kelapa merupakan zat pengatur tumbuh alami yang banyak digunakan
dalam perbanyakan in vitro berbagai tanaman hias di antaranya anggrek karena
memiliki ZPT sitokinin. Penggunaan ZPT sintetik air kelapa, dengan
konsentrasi 100 ml/l dan 150 ml/l pada media MS untuk kultur jaringan gladiol
(Gladiolus hybridus L.) memberikan pengaruh terbaik terhadap jumlah tunas,
bobot kering planlet, dan jumlah akar (Saragih, 2005).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Senin, 22 Maret 2021 pada pukul 10.50
WIB sampai dengan pukul 12.30 WIB dan praktikum bertempat di platform
google meet.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah erlenmeyer 1000
ml, botol kultur, timbangan analitik, spatula, hot plate, magnetic stirrer,
autoklaf, panci, dan kompor. Sedangkan bahan yang digunakan adalah
indikator pH, aquades, larutan stok MS dan N6, casein enzyme hydrolisate,
ZPT, Prolin, gula, agar, HCL 1 N, NaOH 1 N, tisu, aluminium foil, dan label.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja dari sterilisasi alat pada praktikum ini adalah:
1. Diencerkan larutan stok sesuai ketentuan untuk 1/2 media MS yang
ditambahkan ZPT sesuai perlakuan. Komposisi media MS dapat dilihat
pada tabel komposisi.
2. Diukur pH pada media kisaran 5,4 - 5,8. Ditambahkan larutan NaOH 1 N
jika pH terlalu rendah atau ditambahkan HCL 1 N Jika pH terlalu tinggi.
3. Ditambahkan agar sebanyak 4,5 gram per liter media.
4. Dipanaskan media hingga mendidih, dihentikan pemanasan setelah larutan
menjadi jernih.
5. Dimasukkan media segera ke dalam botol kultur sebanyak 20 ml dan
ditutup dengan aluminium foil dan wrapping plastik.
6. Disterilkan dalam autoklaf pada tekanan 15 psi dengan suhu 121°C selama
20 menit.

3
7. Dikeluarkan botol kultur dan diinkubasi selama 1 minggu di ruang
inkubasi sebelum ditanami eksplan.
8. Dikeluarkan media yang terkontaminasi dari ruang kultur

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel. 1 Data pengamatan pembuatan media
Jumlah Kondisi Media Kontaminasi %
Jenis %
No. Botol Jamu Bakteri Kontaminasi
Media Menjendal Lembek Menjedal
(Total) r
1. ½ MS 15 Botol 100% - 100 % - - 0%

4.2 Pembahasan
Kultur jaringan adalah teknik pengembangan bioteknologi tanaman yang
dilakukan secara aseptic. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hartmann dkk.,
(1997) yang menyatakan bahwa kultur jaringan adalah salah satu metode yang
digunakan dalam pengembangan bioteknologi tumbuhan. Metode ini
merupakan prosedur pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan tanaman (sel,
kalus, protoplas) serta organ (batang, akar, embrio) pada kultur aseptis (in
vitro).
Berdasarkan praktikum pembuatan media ini, dilakukan dengan 3
perlakuan dengan konsentrasi yang berbeda dalam 100 ml media, yaitu 1 ppm,
2 ppm, dan 4 ppm. Masing-masing perlakuan terdapat 5 botol, jadil jumlah
botol keseluruhan ada 15 botol kultur. Media yang digunakan adalah media ½
MS. Dalam pengamatan kultur jaringan didapatkan kondisi media 100%
menjedal dan tidak lembek. Dan untuk kontaminasinya pun tidak ada atau 0%.
Terdapat beberapa rumus untuk perhitungan butuhan stok dan rumus volume
pengenceran. Rumus butuhan stok, yaitu volume stok/kepekatan, sedangkan
ruus pengenceran, yaitu V1.M1 = V2.M2. Larutan stok pun terdiri dari larutan
stok A,B, C, D, E, F. Di antara stok tersebut yang paling banyak senyawanya
adalah larutan stok C.
Dalam media kultur jaringan, juga terdapat media cair dan media padat.
Biasanya media padat ditambahkan agar di dalam medianya, sedangkan media
cair tidak padat. Dalam media kultur jaringan ini digunakan 2,4 D yang dapat
merangsang pertumbuhan akar. Hal ini sesuai pernyataan George (1993) yang
menyatakan bahwa ekplan yang di inisiasi pada media BAP dan 2,4-D tanpa
menggunakan air kelapa, selain menghasilkan kalus juga dapat menginduksi
akar.

4
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Dari hasil praktikum yang telah diamati dapat diambil kesimpulan bahwa
jenis media dalam kultur jaringan bermacam-macam, tergantung jenis
tanamannya. Komposisi dalam kultur jaringan juga penting karena jumlah dan
perbandingannya menentukan keberhasilan dari kultur jaringan tersebut. Jenis
hormon dalam kultur jaringan, terdapat hormon auksin, sitokinin, dan
giberelin. Hormon auksin untuk merangsang pertumbuhan akar. Hormon
sitokinin untuk merangsang tumbuhnya tunas, dan hormone giberelin untuk
merangsang munculnya bunga.

5.2 Saran
Praktikum kali ini berjalan dengan baik dan lancar. Hanya saja mungkin
karena dilakukan via daring, praktikan hanya dapat melihat praktikum dan
tidak merasakan langsung praktikum. Hal ini dilakukan karena adanya pandemi
Covid-19.

DAFTAR PUSTAKA

Ariati, Sri Niken, Waeniati, Muslimin, dan I Nengah Suwastika. 2012. Induksi
Tanaman kakao Pada Medium MS dengan Penambahan2,4-D. Jurnal
Natural Science. Vol. 1(1): 74-84
Gamborg, O.L. 1991. Kalus dan kultur sel, hal. 1-13. Dalam L.R.Wetter, F.
Constabel (Eds.).MetodeKultur Jaringan Tanaman. Bandung: ITB.
George, E, F., 1993, Plant Propagation By Tissue Culture, Part 1, 2nd Edition,
Exegetic Limited, England.
Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies Jr., and R.L. Geneve. 1997. Plant
Propagation: Principle And Practices. Sixth Ed.
Ramadan, Vani Rizki, Niken Kendarini, dan Sumeru Ashari. 2016. Kajian
Pemberian Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman
Buah Naga (Hylocereus Costaricensis). Jurnal Produksi Tanaman. Vol.
4(3): 180 – 186.
Seswita, Deliah. 2011. Penggunaan Air Kelapa sebagai Zat Pengatur Tumbuh
pada Multiplikasi Tunas Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) In
Vitro. Jurnal Littri 16(4): 135 – 140.
Yuwono, Triwibowo. 2008. Bioteknologi Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Zulkarnain, H.2009. Kultur Jaringan Tanaman. Jakarta. PT Bumi Angkasa

5
LAMPIRAN

Stok A Stok B Stok C Stok D Stok E

PPM Media ½ MS 2,4 D Hormon BAP 2,4 D MS

HCl dan NaOH Mengukur pH Menimbang Gula Menimbang Agar

LAMPIRAN HITUNG

Pengenceran ZPT ke dalam 100 ml media


- Perlakuan 1
1 ppm 2,4 D dari stok 500 ppm dalam 100 ml media
V1.M1 = V2.M2
V1.500 = 100.1
V1 = 100/500
V1 = 0,2 ml
- Perlakuan 2
2 ppm 2,4 D dari stok 500 ppm dalam 100 ml media

6
V1.M1 = V2.M2
V1.500 = 100.2
V1 = 200/500
V1 = 0,4 ml

- Perlakuan 3
4 ppm 2,4 D dari stok 500 ppm dalam 100 ml media
V1.M1 = V2.M2
V1.500 = 100.4
V1 = 400/500
V1 = 0,8 ml

Anda mungkin juga menyukai