A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik mengembangbiakan
bagian tanaman, baik berupa bagian terkecil seperti sel sampai jaringan
tanaman maupun organ dalam kondisi aseptik secara in vitro. Upaya
perbanyakan tanaman melalui teknik kultur in vitro diperlukan adanya
kecocokan medium tanam dan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT),
baik jenis maupun konsentrasi ZPT. Kecocokan tersebut diperlukan untuk
mencapai keberhasilan baik dalam upaya pembentukan tunas maupun
pembentukan akar pada eksplan yang ditanam.
Hal yang paling utama untuk dilakukan dalam kultur jaringan
adalah sterilisasi alat. Sterilisasi merupakan cara pencegahan yang
dilakukan manusia untuk membasmi mikroorganisme, terutama pada
berbagai macam alat – alat gelas. Sterilisasi dilakukan dengan melihat
bahan dari alat-alat tersebut sehingga dapat menentukan cara sterilisasi
yang tepat. Teknik in vitro mudah sekali terjadi kontaminasi dari
lingkungan sekitar sehingga sterilisasi sangat perlu dilakukan, agar hasil
yang akan diperoleh sesuai dengan apa yang diinginkan. Sterilisasi dapat
dilakukan dengan pemanasan, penggunaan bahan kimia, penggunaan
penyaring atau filter tergantung dari bahan yang akan disterilkan.
Penggunaan larutan stok menghemat pekerjaan menimbang bahan
yang berulang–ulang setiap kali membuat. Larutan stok merupakan
larutan yang berisi satu atau lebih komponen media yang konsentrasinya
lebih tinggi daripada konsentrasi kompenen tersebut dalam formulasi
media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya dibuat dengan konsentrasi
10, 100 atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan stok dibuat, pembuatan
media dapat dilakukan dengan cara mengambil sejumlah larutan stik
sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang terdapat pada
formulasi media yang dikehendaki (Yusnita 2003).
2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui metode dan macam sterilisasi dalam kultur jaringan yang
meliputi sterilisasi alat, ruang, dan eksplan
b. Mengetahui prosedur sterilisasi alat-alat penanaman (diseksi) dan alat
kaca seperti botol kultur, petridish, erlenmeyer, dan lain-lain
c. Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media kultur jaringan
terutama dalam pembuatan stok makro nutrien, mikro nutrien, larutan
buffer (Fe-EDTA), vitamin, dan zat pengatur tumbuh (ZPT)
B. Tinjauan Pustaka
Perbanyakan tanaman hingga saat ini dilakukan melalui perbanyakan
vegetatif membutuhkan waktu lebih lama untuk memproduksi tanaman dalam
jumlah banyak. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah
perbanyakan tanaman dengan menggunakan metode kultur jaringan (in vitro)
yang dapat dilakukan secara langsung dari organ tanaman ataupun melalui
fase kalus. Salah satu indikator adanya pertumbuhan dalam kultur in vitro
adalah munculnya kalus pada eksplan (Sitinjak et al. 2015).
Teknik kultur jaringan merupakan teknik yang efisien untuk
perbanyakan klonal tanaman. Teknik kultur jaringan juga memberi peluang
untuk terbentuknya individu dengan karakter unggul melalui induksi variasi
somaklonal atau teknik rekayasa genetika. Teknik kultur jaringan memiliki
keunggulan daripada perbanyakan pada umumnya. Metode perbanyakan
vegetatif seringkali memiliki kelemahan yaitu adanya patogen virus yang
dibawa dari induk, akumulasi patogen dari induk akan diturunkan pada setiap
generasi sehingga dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas tanaman
(Kurniawan dan Wahyu 2016).
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian tanaman,
seperti protoplasma, sel, kelompok sel, jaringan, dan organ serta
menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan bersegregasi menjadi tanaman lengkap kembali.
Bagian tanaman yang digunakan untuk kultur jaringan biasanya adalah
jaringan yang masih muda. Jaringan tersebut berasal dari organ vegetatif
seperti akar, batang, dan daun maupun organ generatif seperti embrio, biji,
anther, atau ovul serta bagia lain dari bunga. Keberhasilan kultur in vitro
ditentukan oleh media, zat pengatur tumbuh dan macam tanaman
(Elimasni et al. 2006).
Sterilisasi eksplan untuk mendapatkan eksplan aseptik dibutuhkan
kegiatan karantina semai sebelum disterilisasi untuk mendapatkan eksplan
yang sehat. Eksplan yang digunakan pada teknik mikropropagasi harus bebas
dari kontaminan, seperti fungi dan bakteri. Teknik sterilisasi permukaan
banyak digunakan untuk menghilangkan kontaminan yang terdapat pada
permukaan eksplan. Selama proses sterilisasi, eksplan harus tetap hidup dan
hanya kontaminan yang dieliminasi. Sterilisasi permukaan dilakukan dengan
merendam eksplan dalam larutan disinfektan dengan konsentrasi tertentu
selama periode tertentu (Ardiasnyah et al. 2014).
Kegiatan sterilisasi merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka
mencegah dan menghindari kontaminasi. Kegiatan ini mutlak yang harus
dilakukan dalam berbagai rangkaian kegiatan kultur in vitro. Sterilisasi sangat
menentukan keberhasilan dalam perbanyakan tanaman melalui teknik ini.
Kegiatan sterilisasi eksplan yang dilakukan bertujuan untuk menghilangkan
mikroorganisme yang kemungkinan terbawa saat pengambilan eksplan dan
ini berpotensi untuk terjadinya kontaminasi pada tahapan selanjutnya dan
berdampak pada penghambatan pertumbuhan eksplan menjadi kalus ataupun
tanaman utuh didalam media in vitro (Shofiyani dan Neni 2015).
Hal penting yang perlu disadari dalam sterilisasi bahan tanam adalah
bahwa sel tanaman dan kontaminan merupakan benda hidup, sehingga
kontaminan harus dihilangkan tanpa mematikan sel tanaman. Di negara-
negara tropis, kontaminasi permukaan ini merupakan masalah serius,
sehingga beberapa tahap sterilisasi harus dilakukan. Perbanyakan tanaman
secara in vitro bertujuan untuk memperoleh bahan tanaman steril yang akan
digunakan untuk perbanyakan bibit. Proses sterilisasi yang tepat untuk
mematikan mikroorganisme yang terdapat pada eksplan sehingga tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman. Keberhasilan sterilisasi dipengaruhi oleh
sumber eksplan (tanaman), seperti tanaman herbal atau berkayu, dan kondisi
lingkungan (Aisyah dan Dedi 2011).
Pembuatan larutan stok bertujuan untuk memudahkan pekerjaan dalam
membuat media. Larutan stok dibuat sesuai dengan komposisi media MS
yang diaduk dalam erlenmeyer dengan konsentrasi yang lebih pekat. Setelah
membuat larutan stok gram-gram, perlu dibuat stok zat pengatur tumbuh
biasanya dalam 100 ml. Stok harus disimpan di dalam lemari es
(Harahap et al. 2013)
Larutan stok zat pengatur tumbuh (ZPT) yang sering digunakan untuk
menginduksi pembentukan kalus adalah auksin. Diatara golongan auksin
yang umum digunakan pada media kultur jaringan adalah 2,4-D dan IAA.
Dibanding dengan golongan auksin IAA, 2,4-D memiliki sifat lebih stabil
karena tidak mudah terurai oleh enzim-enzim yang dikeluarkan oleh sel
tanaman ataupun oleh pemanasan pada proses sterilisasi. Pembuatan larutan
stok 2,4-D 100 ppm dilakukan dengan penimbangan bahan sebanyak 10 mg
lalu ditambahkan 50 ml aquades steril ke dalam erlenmeyer 100 ml. Sambil
diaduk, diteteskan larutan KOH 1 N sampai larut. Larutan ditambahkan
aquades hingga volumenya mencapai 100 ml (Indah dan Dini 2013).
Salah satu jenis ZPT dari golongan sitokinin yang sering dipakai dalam
kultur jaringan adalah BAP (6-benzylaminopurine). 6-Benzilaminopurine
(BAP) merupakan salah satu sitokinin sintetik yang aktif dan daya
merangsangnya lebih lama karena tidak mudah dirombak oleh enzim dalam
tanaman. BAP memiliki struktur yang mirip dengan kinetin dan juga aktif
dalam pertumbuhan dan proliferasi kalus. BAP merupakan sitokinin yang
paling aktif (Nursetiadi et al. 2016)
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Acara 1 tentang Sterilisasi Alat dan Pembuatan Larutan
Stok dilaksanakan pada hari Senin, 1 Oktober 2018 pukul 13.00 sampai
selesai bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian
UNS
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) lengkap dengan lampu bunsen
yang berisi spiritus
2) Petridish dan botol-botol kultur
3) Peralatan diseksi, yaitu pinset besar/kecil, pisau pemes, gunting
eksplan
4) Alat-alat penanaman, yaitu petridish dan peralatan diseksi
dibungkus dengan kertas, kemudian disterilisasi di dalam autoklaf
pada tekanan 1,5 kg/cm2 selama 45 menit.
b. Bahan
1) Larutan stok, terdiri atas unsur makro, mikro, vitamin, buffer, dan
ZPT
2) Aquadest
3) NaOH 1 N dan HCl 1 N
3. Cara Kerja
a. Sterilisisasi Alat
1) Meletakkan semua alat kerja yang akan digunakan dalam
penanaman kultur jaringan
2) Meletakkan bunsen di tengah-tengah alat dan menghidupkan
bunsen dengan api dan membiarkan sebentar
3) Memanaskan alat-alat kerja seperti pisau, pinset dan lainnya
dengan meletakkan dekat dengan air bunsen sampai sedikit
terbakar kemudian meletakkan di tempat yang steril
Elimasni, Isnaini N, Zaidun. 2006. Inisiasi in vitro biji muda terong belanda
(Solanum betaceum) berastagi Sumatera Utara pada komposisi media dan
zat tumbuh yang berbeda. J Biologi Sumatera 1(1): 15-19
Sitinjak M, Mayta N, Siti F. 2015. Induksi kalus dari eksplan daun in vitro keladi
tikus (Typhonium sp.) dengan perlakuan 2,4-D dan kinetin. J Biologi 8(1):
32-39