Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI TANAMAN

“KULTUR JARINGAN”

Oleh:

Nama : Anwarul Ihsan Daroini


NIM : 175040201111018
Praktikum : Bioteknologi Tanaman
Asisten : Atikha Wulandari

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui Asisten Bioteknologi

Atikha Wulandari
--------------------------------
165040207111038

Tanggal acc : ..................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kultur Jaringan adalah teknik perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta
menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara
aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah
tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat
memperbanyak diri & bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip
utama kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman, menggunakan media buatan
yang dilakukan di tempat steril.Teknik kultur jaringan pada saat ini
telah berkembang menjadi teknik perkembangbiakan tanaman yang
sangat penting pada berbagai spesies tanaman.
Perbanyakan secara kultur jaringan dapat menghasilkan
tanaman dalam jumlah yang banyak dan membutuhkan waktu yang
singkat. Perbanyakan dengan kultur jaringan tidak dapat dilakukan
secara langsung melainkan harus menggunakan alat yang lengkap
dan steril di dalam laboratorium. Kebersihan alat akan
mempengaruhi perkembangan suatu tanaman sehingga dibutuhkan
alat-alat yang steril dan ruangan yang steril dan pengerjaan yang
hati-hati untuk mendapatkan hasil yang baik.
Kontaminasi yang terjadi pada kultur jaringan merupakan
fenomena yang cukup mengganggu dalam proses kultur jaringan.
Namun kontaminasi juga dapat dicegah dengan perlakuan- perlakuan
yang aseptic. Oleh karena sangat penting mempelajari dan
mempraktekkan langsung bagaimana teknik kultur jaringan tersebut
untuk mengetahui prosedur yang tepat dan benar sehingga
didapatkan hasil yang diinginkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum kultur jaringan adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui teknik kultur jaringan yang tepat pada tanaman
krisan sehingga mampu tumbuh dengan baik dan mendapat hasil
yang diinginkan serta mampu menerapkan ilmu kultur jaringan
dalam kehidupan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kultur Jaringan
Kultur memiliki arti yang sama dengan budidaya dan
jaringan memiliki arti yaitu sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama, jika digabungkan maka kultur jaringan adalah
cara budidaya menggunakan jaringan dari tanaman agar dapat
menghasilkan individu tanaman baru yang memiliki sifat yang sama
dengan induknya (Daisy et al., 1994). Kemudian menurut Lingga
(2007), kultur jaringan adalah cara perbanyakan tanaman secara
vegetatif yang dilakukan untuk memperoleh tunas seragam dalam
waktu yang singkat serta menghasilkan banyak tunas. Kultur
jaringan juga dapat diartikan sebagai suatu metode menumbuhkan
tumbuhan menggunakan bagian-bagian tanaman tertentu (jaringan
tanaman) di medium buatan yang memiliki kondisi sesuai dan
steril/aseptis (Mastuti, 2017)
2.2 Macam-Macam Teknik Kultur
Kultur jaringan memiliki beberapa cara dalam
penerapannya, yang dibedakan berdasarkan jaringan asalnya.
Menurut (Daisy et al., 1994) macam-macam teknik kultur jaringan
adalah sebagai berikut :
1. Kultur Meristem
Merupakan teknik kultur yang menggunakan jaringan muda
atau meristem sebagai bahan kulturnya.
2. Pollen atau Anter Kultur
Merupakan kultur dengan bahan dari serbuk sari atau benang
sari.
3. Kultur Protoplas
Merupakan kultur dengan menggunakan protoplas sebagai
jaringan asalnya
4. Kultur Kloroplas
Merupakan kultur menggunakan eksplan dari kloroplas. Kultur
jenis ini memiliki tujuan untuk memperbaiki sifat tanaman dan
pembuatan varietas baru.
5. Somatic cross
Merupakan penyilangan dua protoplasma menjadi satu yang
kemudian dibudidayakan hingga menjadi tanaman baru.
2.3 Perbedaan Kalus, Eksplan, dan Plantet
Dalam kultur jaringan tedapat berbagai istilah seperti kalus,
eksplan, plantet dan lain-lain. Masing-masing istilah tersebut
memiliki arti yang berbeda. Menurut Lingga (2017) kalus adalah
kumpulan sel yang diperoleh dari eksplan yang telah disterilkan
sebelum ditumbuhkan pada media kultur jaringan. Eksplan memiliki
definisi yaitu jaringan tanaman yang digunakan sebagai bahan tanam
seperti tunas yang nantinya akan ditanam di media kultur jaringan
(Purwanto dan Martini, 2014). Sedangkan plantet adalah jaringan
tanaman kecil dan lengkap yang merupakan hasil dari kalus atau
kultur jaringan (Daisy et al., 1994). Perbedaan dari kalus, eksplan,
dan plantet yaitu kalus dan eksplan merupakan bahan untuk kultur
jaringan sedangkan plantet merupakan hasil dari kultur jaringan.
2.4 Macam-Macam Sterilisasi Alat dan Bahan Kultur
Sterilisasi atat dapat dilakukan dengan beberapa alat dalam
laboratorium biotekologi. Alat seperti A Laminar Air-flow Cabinet
(LAF) perlu disterilkan sebelum digunakan untuk inokulasi, hal ini
bertujuan agar ketika inokulasi tidak terjadi kontaminasi. Untuk
sterilisasi alat-alat logam dan gelas dapat menggunakan autoclave.
Sedangkan untuk alat seperti pinset dan scalpel dapat disterilkan
dengan membakarnya di atas api Bunsen. Selain itu sterilisasi juga
dilakukan terhadap bahan kultur jaringan atau eksplan. Metode
sterilisasi setiap eksplan berbeda bergantung pada jenis tanamannya.
pada prinsipnya sterilisasi ini bertujuan untuk mensterilkan eksplan
dari kontaminan mikroorganisme, tanpa mematikan eksplannya
(Sugiyarto, 2014)
2.5 Macam-macam Kontaminasi Kultur
Kontaminasi sering terjadi pada proses kultur jaringan.
Kontaminasi pada kultur jaringan dapat berasal dari:
1. Udara
2. Eksplan
3. Organisme kecil yang masuk ke dalam media, seperti semut.
4. Alat-alat yang kurang steril.
5. Laboratorium yang kurang steril.
Menurut Mastuti (2017) ada dua istilah dalam permasalahan
kontaminasi, yaitu kontaminasi eksternal dan kontaminasi internal.
a. Kontaminasi eksternal atau kontaminasi permukaan
Kontaminasi jenis ini biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari luar eksplan. Respon kontaminasi
eksternal ini sangat cepat karena mikroorganismenya berada
permukaan eksplan. Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan
cara :
1. Karantina tanaman induk dalam greenhouse
2. Sterilisasi kontak dengan menyikat eksplan dengan sikat halus
3. Pencucian menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia dan
durasii sterilisasi.
4. Jika permukaan tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik,
menggunakan detergen dan digoyang –goyang untuk
mengilangkan gelembung udara yang mungkin mengandung
mikroorganisme.
5. Penggunaan kombinasi bahan sterilan.
b. Kontaminasi Internal
Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang
berasal dari eksplan yang tumbuh dan berkembang secara bertahap
dalam kondisi in vitro. Pertumbuhan dan perkambangan
mikroorganisme internal biasanya muncul beberapa minggu / bulan
setelah di kultur. Kontaminasi internal dapat diminimalisir atau dapat
diatasi dengan cara:
1. Karantina tanaman induk dalam greenhouse
2. Menggunakan HgCl2 , antibiotik dan fungisida sistemik
3. Contoh antibiotik alami yaitu propolis
4. Contoh antibiotika sintetik yaitu Plant Preservative Mixture
(PPM), Cefotaxime, Ceftriaxone, Chlorampenicol, Rifampicin,
dll.
5. Penggunaan kombinasi bahan sterilan.
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan dan Kegagalan
Kultur
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
kultur jaringan menurut Hakim (2010) adalah sebagai berikut :
1. Genotip Tanaman
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan
eksplan dalam kultur invitro adalah genotip tanaman asal eksplan.
Respon masing-masing eksplan tanaman sangat bervariasi
tergantung dari spesies, bahkan varietas, atau tanaman asal eksplan
tersebut. Pengaruh genotip ini umumnya berhubungan dengan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan eksplan, seperti
kebutuhan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan lingkungan kultur. Oleh
karena itu, komposisi media, zat pengatur tumbuh dan lingkungan
pertumbuhan yang dibutuhkan oleh masing-masing varietas tanaman
bervariasi meskipun teknik kultur jaringan yang digunakan sama.
2. Media Kultur
Perbedaan komposisi media, komposisi zat pengatur
tumbuh dan jenis media yang digunakan akan sangat mempengaruhi
pertumbuhan eksplan yang dikulturkan
3. Lingkungan Tumbuh
a. Suhu.
Tanaman umumnya tumbuh pada lingkungan dengan suhu
yang tidak sama setiap saat. Keadaan demikian bisa dilakukan dalam
kultur invitro dengan mengatur suhu siang dan malam di ruang
kultur, namun laboratorium kultur jaringan selama ini mengatur suhu
ruang kultur yang konstan baik pada siang maupun malam hari.
Umumnya temperatur yang digunakan dalam kultur invitro lebih
tinggi dari kondisi suhu invivo. Tujuannya adalah untuk
mempercepat pertumbuhan dan morfogenesis eksplan.
b. Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif dalam botol kultur dengan mulut botol
yang ditutup umumnya cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80-99%.
Jika mulut botol ditutup agak longgar maka kelembaban relatif
dalam botol kultur dapat lebih rendah dari 80%. Sedangkan
kelembaban relatif di ruang kultur umumnya adalah sekitar 70%.
Jika kelembaban relatif ruang kultur berada dibawah 70% maka akan
mengakibatkan media dalam botol kultur (yang tidak tertutup rapat)
akan cepat menguap dan kering sehingga eksplan dan plantlet yang
dikulturkan akan cepat kehabisan media. Namun kelembaban udara
dalam botol kultur yang terlalu tinggi menyebabkan tanaman tumbuh
abnormal yaitu daun lemah, mudah patah, tanaman kecil-kecil
namun terlampau sukulen.
c. Cahaya.
Seperti halnya pertumbuhan tanaman dalam kondisi invivo,
kuantitas dan kualitas cahaya, yaitu intensitas, lama penyinaran dan
panjang gelombang cahaya mempengaruhi pertumbuhan eksplan
dalam kultur invitro. Pertumbuhan organ atau jaringan tanaman
dalam kultur invitro umumnya tidak dihambat oleh cahaya, namun
pertumbuhan kalus umumnya dihambat oleh cahaya. Selain
intensitas cahaya, lama penyinaran atau photoperiodisitas juga
mempengaruhi pertumbuhan eksplan yang dikulturkan.
4. Kondisi Eksplan
Pertumbuhan dan morfogenesis dalam mikropropagasi
sangat dipengaruhi oleh keadaan jaringan tanaman yang digunakan
sebagai eksplan. Selain faktor genetis eksplan kondisi eksplan yang
mempengaruhi keberhasilan teknik mikropropagasi adalah jenis
eksplan, ukuran, umur dan fase fisiologis jaringan yang digunakan
sebagai eksplan. Umur eksplan sangat berpengaruh terhadap
kemampuan eksplan tersebut untuk tumbuh dan beregenerasi.
Umumnya eksplan yang berasal dari jaringan tanaman yang masih
muda (juvenil) lebih mudah tumbuh dan beregenerasi dibandingkan
dengan jaringan yang telah terdiferensiasi lanjut. Jaringan muda
umumnya memiliki sel-sel yang aktif membelah dengan dinding sel
yang belum kompleks sehingga lebih mudah dimodifikasi dalam
kultur dibandingkan jaringan tua. Ukuran eksplan juga
mempengaruhi keberhasilan kultur. Eksplan dengan ukuran kecil
lebih mudah disterilisasi dan tidak membutuhkan ruang serta media
yang banyak, namun kemampuannya untuk beregenerasi juga lebih
kecil sehingga dibutuhkan media yang lebih kompleks untuk
pertumbuhan dan regenerasinya. Sebaliknya semakin besar eksplan,
maka semakin besar kemungkinannya untuk membawa penyakit dan
makin sulit untuk disterilkan, membutuhkan ruang dan media kultur
yang lebih banyak. Ukuran eskplan yang sesuai sangat tergantung
dari jenis tanaman yang dikulturkan, teknik dan tujuan
pengkulturannya.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Bioteknologi Pertanian dilaksakan pada hari
Kamis, 27 September 2018, pada pukul 08:45 sampai 10:25 di
Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
No. Nama Fungsi
1 Gelas Ukur Tempat mengukur cairan
2 Skapel Untuk memotong eksplan
3 Saringan Untuk menyaring eksplan
4 Petridish Untuk meletakkan eksplan
5 Bunsen Untuk mensterilkan alat
6 Botol Kultur Tempat media tanam
7 Gunting Untuk memotong nodule
8 LAFC Ruang steril penanaman
9 Sprayer Untuk menyemprotkan alkohol
10 Pinset Untuk mengambil eksplan

3.1.2 Bahan
No. Nama Fungsi
1 Tunas krisan Sebagai eksplan
2 Detergen Sterilisasi kotoran
3 Fungisida 5% Sterilisasi jamur
4 Clorox 30% Sterilisasi bakteri
5 Aquades 50mL Untuk mencuci eksplan
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Sterilisasi Eksplan
Memotong nodule batang/pucuk tanaman krisan

Memasukkan kedalam botol yang telah berisi detergen dan kocok


selama 5 menit

Bilas dengan aquades

Masukkan kedalam botol berisi Clorox 30% dan kocok selama 5


menit

Bilas dengan aquades

Masukkan kedalam botol berisi fungisida dan kocok selama 5 menit

Bilas dengan aquades

Masukkan kedalam botol kultur yang berisi aquades steril dan


masukkan kedalam LAFC
3.3.2 Penanaman Eksplan pada Media
Menyemprotkan alkohol 70% pada tangan

Memasukkan planlet ke dalam LAFC

Mengambil planlet dengan pinset steril dan potong meruncing bagian


bawah dengan skalpel di atas petridish
Tanam planlet di media yang berada di botol kultur

Tutup botol kultur

Simpan botol kultur di dalam ruang inkubasi

3.4 Analisis Perlakuan


3.4.1 Sterilisasi Eksplan
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan.
Kemudian memotong nodule batang/pucuk tanaman krisan. Dalam
pemilihan nodule perlu diperhatikan seperti nodule belum memiliki
daun dan masih berumur muda serta dalam kondisi yang baik.
Selanjutnya memasukkan kedalam botol yang telah berisi detergen
dan kocok selama 5 menit. Detergen berfungsi untuk membersihkan
kotoran yang menempel. Setelah itu bilas dengan aquades.
Kemudian masukkan lagi kedalam botol berisi Clorox 30% dan
kocok selama 5 menit. Clorox berfungsi untuk membersihkan bahan
dari bakteri. Bilas lagi dengan aquades. Selanjutnya masukkan
kedalam botol berisi fungisida dan kocok selama 5 menit. Fungisida
berfungsi untuk mensterilkan bahan dari jamur. Bilas dengan
aquades kemudian masukkan kedalam botol kultur yang berisi
aquades steril dan masukkan kedalam LAFC untuk sterilisasi
terakhir.
3.2.1 Penanaman Eksplan Pada Media
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan.
Sebelum masuk ruang penanaman perlu menyemprotkan alkohol
70% pada tangan. Hal ini bertujuan agar tangan steril dan
memoerkecil potensi terkontaminasi. Setelah itu planlet dimasukkan
ke dalam LAFC. Selanjutnya ambil planlet dengan pinset steril dan
potong meruncing bagian bawah dengan skalpel di atas petridish.
Pemotongan meruncing ini bertujuan agar memudahkan dalam
penanaman ke media kultur. Tanam planlet di media yang berada di
botol kultur. Tutup botol kultur dan Simpan botol kultur di dalam
ruang inkubasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
No Dokumentasi Keterangan

Tanggal 27
1 September 2018
Proses Penanaman

Tanggal 3 Oktober
2018
2
Tanaman belum
terkontaminasi
Tanggal 18
Oktober 2018
3
Tanaman
terkontaminasi

4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang sudah dilaksanakan bahwa
penanaman eksplan dan pertumbuhan pada media mengalami
kegagalan. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi tanaman yang
terkontaminasi. Pada tujuh hari setelah tanam, tanaman masih dalam
kondisi awal, yaiut tanpa kontaminan. Pada saat tiga minggu setelah
tanam kondisi tanaman sudah sangan terkontaminasi. Hal ini
disebabkan karena adanya kontaminasi dalam media kultur jaringan
oleh miroorganisme seperti jamur dan bakteri. Dapat dilihat terdapat
lapisan putih seperti gejala jamur. Faktor yang menyebabkan
terjadinya kegagalan pada praktikum kultur jaringan ini adalah
kurangnya pengalaman dari praktikan dalam pembuatan media
kultur jaringan dan pada proses penanamannya sehingga
terkontaminasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Mastuti (2017),
mengatakan bahwa salah kesalahan yang bisa terjadi dalam proses
kultur jaringan adalah kontaminasi, kegagalan pembuatan media
kultur karena ada mikro organisme yang tumbuh di media kultur.
Dari pengamatan yang dilakukan tiga minggu setelah
penanaman eksplan, dapat dilihat bahwa eksplan tidak tumbuh dan
terdapat kontaminasi pada media tanam yang ditunjukkan oleh
lapisan dengan warna putih sepeerti hifa jamur pada dasar media
tanam dan organ bagian tanaman yang ditanam. Kontaminasi kultur
ini dapat dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik. Dengan ciri-ciri
yang ditemukan dapat diketahui bahwa tanaman terkontaminasi oleh
jamur. Sesuai dengan pernyataan Warisno (2011) bahwa kegagalan
dalam kultur jaringan dapat disebabkan karena adanya cemaran
mikroorganisme pada proses inokulasi. Selain itu Susilowati (2001)
juga mengatakan bahwa jenis mikroorganisme yang paling sering
ditemukan dalam kontaminasi kultur jaringan yaitu Mucor dan
Rhizopus. Kegagalan kultur jaringan juga dapat dilihat dari warna
media tanamnya, jika warnanya menjadi keruh seperti susu maka
kultur terkontaminasi oleh bakteri, jika dipermukaan media terlihat
lapisan putih atau kelabu kehitaman maka media terkontaminasi oleh
jamur yang apabila didiamkan, maka lapisan ini akan menutupi
seluruh permukaan media (AgroMedia, 2005). Sesuai dengan
pernyataan tersebut dapat disimpulkan jika tanaman terkontaminasi
oleh jamur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi
bagian tanaman seperti protoplasma, sel, kelompok sel, jaringan, dan
organ serta menumbuhkan dalam kondisi aseptik, sehingga bagian-
bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan bersegregasi menjadi
tanaman lengkap kembali. Pada perbanyakan kultur jaringan terdapat
hal-hal yang perlu diperhatikan agar eksplan kultur jaringan dapat
tumbuh. Salah satunya adalah sterilisasi media tanam, eksplan dan
alat dan bahan yang digunakan. Apabila media tanam, eksplan, alat
dan bahan tidak steril dapat menimbulkan kontaminasi baik
kontaminasi oleh bakteri maupun kontaminasi cendawan.
Kontaminasi akan menghambat proses pertumbuhan tunas baru atau
jika terkena kontaminasi parah akan terjadi kematian pada eksplan.
Oleh karena itu kesterilan media tanam, ekspan dan alat bahan pada
proses kultur jaringan sangatlah penting.
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, tanaman yang
ditanaman pada media MS mengalami kontaminasi. Terdapat tanda
adanya lapisan putih terlihat seperti hifa jamur pada media maupun
pada tanaman. Sehingga proses kultur harus dihentikan karena dapat
menularkan ke tanaman yang lain.
5.2 Saran
Praktikan yang melakukan proses kultur jaringan diharapkan
lebih memperhatikan kesterilan dan kebersihan alat dan bahan yang
digunakan sehingga tidak terjadi kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
AgroMedia, Redaksi. 2005. Anggrek : Bunga dengan Aneka Pesona
Bentuk dan Warna. Jakarta : Redaksi AgroMedia
Daisy, P., S. Hendaryono dan A. Wijayani. 1994.Teknik Kultur
Jaringan. Kanisius : Yogyakarta
Hakim, L. 2010. Kultur Jaringan. Gramedia : Surabaya
Lingga, L. 2007. Anthurium. Gramedia : Jakarta
Mastuti, Retno. 2017. Dasar -- Dasar Kultur Jaringan Tumbuhan.
UB Press : Malang
Purwanto, A. W. dan T. Martini. 2004. Krisan Bunga Seribu Warna.
Kanisius : Yogyakarta
Sugiyarto, L. 2014. Pengenalan Laboratorium Kultur Jaringan
Tumbuhan, Pembuatan Media dan Metode Sterilisasi. FMIPA
UNY : Yogyakarta
Susilowati, Ari dan Shanti Listyawati.2001. Keanekaragaman Jenis
Mikroorganisme Sumber Kontaminasi Kultur In Vitro di Sub-
Lab. Biologi Laboratorium MIPA Pusat UNS. Jurnal
Biodiversitas. 2(1) : 110-114
Warisno, dan Kres Dahana. 2011. LING ZHI : Langkah Tepat Usaha
Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama

Anda mungkin juga menyukai