Anda di halaman 1dari 9

BAB I

POPULASI CACING TANAH

A. PENDAHULUAN
Tanah tersusun atas empat bahan utama, yaitu bahan mineral, bahan organic,
air dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut jumlahnya masing-masing
berbeda pada setiap jenis tanah ataupun setiap lapisan tanah. Fauna tanah sebagai
salah satu komponen organisme tanah ikut berperan penting dalam proses
dekomposisi bahan organic. Bersama organisme tanah lainnya fauna tanah
menguraikan bahan organic menjadi C organic tanah dan melepaskan hara-hara
dalam ikatan komplek menjadi hara tanah tersedia bagi tanaman, sehingga tingkat
populasi dan sebaran fauna tanah secara langsung berpengaruh terhadap tingkat
kesuburan dan produktivitas tanah. Salah satu fauna tanah yaitu cacing tanah. Cacing
tanah sangat banyak jenisnya. Di Indonesia, cacing tanah sebagian besar tergolong
dalam famili Megascopecidae, terutama dari genus pheretima.
Cacing tanah digunakan untuk bioindikator tanah. Cacing tanah merupakan
hewan invertebrate yang hidup di tempat yang lembab dan tidak terkena matahari
langsung. Kelembaban penting untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya.
Kelembaban yang baik untuk perkembangbiakkan cacing tanah berkisar antara 15-
30%. Untuk pertumbuhan yang baik bagi cacing tanah, maka diperlukan keasaman/ph
tanah antara 6,0-7,2. Keasaman yang tinggi mengakibatkan cacing akan mati.
Kepadatan populasi cacing tanah sangat bergantung pada factor fisika-kimia
tanah dan tersedianya makanan yang cukup baginya. Pada tanah yang berbeda factor
kimia-fisika tentu kepadatan populasi cacing tanahnya berbeda. Demikian juga, jenis
tumbuhan sangat menentukan jenis cacing dan kepadatan populasi didaerah tersebut.
Kemampuan hewan ini dalam mengonsumsi serasah sebagai makanannya bergantung
pada ketersediaan jenis serasah yang disukainya, disamping itu juga ditentukan oleh
kandungan karbon dan nitrogen serasah.

1
B. KAJIAN TEORI
Cacing tanah merupakan hewan hemafrodit, mereka melakukan pembuahan
secara silang. Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, hidup didalam tanah
yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Disamping tubuhnya bersegmen, juga
tertutupi oleh kutikula yang merupakan hasil sekresi dari epidemis dan sudah ada
rongga tubuh. Simetri bilateral berbentuk seperti gelang. Memiliki ronnga badan
tripblastik. Annelida yang hidup ditanah berperan penting dalam memperbaiki
struktur tanah untuk pertanian dan mengembalikan mineral yang penting untuk
menjaga kesuburan tanah. Bersifat metameri (antara segmen yang satu dengan
segmen yang lainnya sama baik bentuk luar maupun alat-alat tubuhnya. Memiliki tiga
penyusun tubuh yaitu endoderma, mesoderma, dan ektoderma.1
Cacing yang termasuk phylum annelida berbeda dengan cacing yang lainnya,
yaitu rongga tubuh, saluran pencernaan dan dinding tubuh merupakan caelom yang
sebenarnya dilapisi oleh epidermis yang biasanya disebut oleh peritonium. Tubuh
terbagi atas ruas-ruas yang sering disebut nematori atau somit atau gelang. Pada
bagian anterior terdapat ruas peroral yang sering disebut prostomium. Sistem saraf
terdiri atas sepasang ganglion dimana setiap ganglion dihubungkan oleh sepasang
saraf sehingga disebut sistem saraf tangga tali. Tubuh dilapisi oleh lapisan kutikula
tetapi bahannya bukan dari chitine, pada rongga tubuh terdapat sekat chitine yang
disebut septum. 2
Cacing tanah mempunyai habitat di tempat-tempat dengan kondisi tanah yang
lembab dan kadar air tanah yang tinggi. Cacing tanah umumnya tidak memakan
vegetasi hidup, tetapi hanya makan bahan makanan berupa bahan organic mati baik
sisa-sisa hewan ataupun makanan. Cacing tanah lebih senang hidup pada tempat-
tempat yang lembab, tata udara baik, hangat sekitar 210c, ph tanah 5,0-8,4, banyak
bahan organic, kandungan garam rendah. Tetapi Ca tersedia tinggi, tanah agak dalam,
1
Firmansyah dkk, “Karakterisasi Populasi dan Potensi Cacing Tanah Untuk Pakan Ternak dari
Tepi Sungai Kahayan dan Barito”, Berita Biologi ;(online) vol.13, No.3, 2014, hal 24.
2
Jasin, Maskoeri. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya,, 1992. hal. 63.

2
tekstur sedang sampai halus, dan tidak terganggu oleh pengolahan tanah. Kondisi
cacing tanah memiliki factor pembatas berbeda-beda berdasarkan musimnya. 3
Daya reproduksi cacing tanah dipengaruhi oleh kepadatan populasi. Setiap
meter persegi permukaan medium(sarang) ideal ditebari cacing tanah 2 kilogram
(kepadatan optimum), sehingga setiap 45-60 hari populasinya akan menjadi dua kali
lipat. Penggemukan cacing tanah disebabkan oleh 3 faktor yaitu: kepadatan populasi,
kelembaban medium (sarang) atau pakan dan metode pemberian pakan. Medium
harus dijaga tetap lembab dan pemberian pakan terdiri atas bahan solid 20% dengan
4
bahan air 80%.

C. METODE PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di hutan lindung Iboih Kecamatan Sukakarya Kota
Sabang. Waktu penelitian dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 02 Juni 2016 Pukul
10.00 WIB.
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian kepadatan populasi cacing
tanah adalah sebagai berikut:
No Nama Alat dan Bahan Fungsi
 1  Kuadran Untuk menyelidiki kepadatan populasi
 2  Cangkul Untuk menggali tanah diambil cacing
 3  Kertas koran Untuk meletakkan cacing
 4  Meteran Untuk mengukur luas area
5 Formalin/Cuka Untuk membuat kondisi lingkungan asam
3. Metode Penelitian

3
Rahmat Rukmana, Budidaya Cacing Tanah, Yogyakarta, kanisius, 1999, hal. 103.

4
Unaya wandi, Annelida, Surabaya: Jaya, 2012. hal, 56.

3
Metode yang di gunakan dalam pengamatan populasi cacing di Kawasan
hutan lindung Iboih, Kecamatan Suka Karya, Kota Sabang yaitu secara Hand sortir
dan secara kimiawi (memakai asam cuka).

4. Prosedur Penelitian
Dibuat plot sampling berukuran 1 x 1 m pada kawasan yang ingin dilakukan
pengamatan. Diletakkan kertas Koran atau lainnya pada salah satu sisi plot. Di gali
semua tanah didalam plot pada bagian yang terdapat Koran sedalam ± 5 cm dan tanah
ditampung didalam koran. Dicatat semua semua hewan yang diperoleh, baik telur
maupun larvanya. Dilakukan identifikasi dan di catat didalam tabel.

5. Analisis Data
Analisis data pengamatan cacing tanah adalah dengan menghitung jumlah
populasi dan kepadatan cacing tanah. Rumusnya adalah sebagai berikut:

K=

D. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang telah dilakukan di kawasan hutan lindung Iboih
Kecamatan Sukakarya Kota Sabang dapat dilihat pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2.

Tabel 1.1 : Populasi Cacing Tanah dengan Menggunakan Metode Hand Sortir

Plot Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies ∑

Lumbricus
1 Annelida Clitellata Haplotaxida Lumbricidae Lumbricus 5
rubellus
2 Annelida Oligochaeta Ophistopora Megascolecidae Pheretima Pheretima sp. 7
Jumlah 12

4
Tabel 1.2 Populasi Cacing Tanah dengan Menggunakan Metode Kimiawi

Plot Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies ∑

Pheretima
1 Annelida Oligochaeta Ophistopora Megascolecidae Pheretima 8
sp.

Jumlah 8

Tabel 1.3 Faktor Fisika dan Kimia


1. Ph tanah 6
2. Kelembapan udara B=23, K=23

Kepadatan Populasi Cacing Tanah


a. Kepadatan Populasi metode hands sortir
Lumbricus rubellus

K=

= 1,6 ekor/m2
Pheretima sp.

K=

= 2,3 ekor/m2

5
b. Kepadatan Populasi metode kimia
Pheretima sp.

K=

= 2,6 ekor/m2

Gambar 1.1 Jumlah Individu Cacing Tanah Metode Hand sortir

Gambar 1.2 Jumlah individu cacing tanah Metode Kimia

6
E. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Kawasan hutan
lindung Iboih Kecamatan Sukakarya Kota Sabang tentang populasi cacing tanah
dengan metode handsortir dan kimia dimana lokasi pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling. Pengambilan sampel di ambil pada tiga titik pengamatan
dengan luas setiap titik pengamatan 1 x 1 meter. Tanah digali dengan menggunakan
cangkul. Pengamatan ini dilakukan pagi sekitar pukul 09.00 WIB di kawasan hutan
lindung Iboih Kecamatan Sukakarya Kota Sabang. Pemilihan waktu pagi dikarenakan
cuaca yang hujan serta keadaan tanah yang masih lembab, sehingga cacing mudah di
dapatkan.
Hasil pengamatan keseluruhan dijumpai satu jenis cacing saja yaitu spesies
Lumbricus rubellus dari familia Lumbricidae sejumlah 5 ekor dan jenis Pheretima sp.
dari familia Megascolecidae berjumlah 7 ekor, sedangkan pengamatan dengan
menggunakan metode kimia ditemukan satu jenis cacing yang sama yang terdapat
pada metode hand sortir yaitu Pheretima Sp. Tetapi jumlah yang didapatkan berbeda.
Jenis pheretima sp. dari familia Megascolecidae berjumlah 8 ekor. Berat basah cacing
dengan menggunakan metode handsortir 20 gr, sedangkan metode kimia 7 gr.
Berdasarkan analisis data di atas kepadatan populasi cacing tanah di Kawasan
Hutan desa Iboih Kecamatan Sukakarya menunjukan perbedaan, tergantung pada
metode yang digunakan. Metode Hand Sortir memiliki nilai kepadatan 1.6 m2 untuk
Lumbricus rubellus dan 2.3 m2 untuk Pheretima sp. berbeda halnya dengan metode
kimiawi dengan menggunakan cuka yaitu 2.6 m2 untuk Pheretima sp.
Struktur tanah di Kawasan Hutan desa Iboih Kecamatan Suka Karya Kota
Sabang sangat sesuai untuk habitat cacing. Cacing dapat membantu dalam penguraian
serasah sehingga menggemburkan tanah dan sebagai rantai makanan di hutan.
Indikasi adanya populasi cacing tanah ditandai dengan sisa metabolism cacing di
permukaan tanah.

F. KESIMPULAN

7
Pengambilan sampel diambil pada tiga titik pengamatan dengan luas tiap titik
pengamatan 1 x 1 meter. Pengamatan keseluruhan dijumpai satu jenis cacing saja
yaitu spesies Lumbricus rubellus dari familia Lumbricidae sejumlah 5 ekor dan jenis
pheretima sp. Pengamatan dengan menggunakan metode kimia ditemukan satu jenis
cacing yang sama yang terdapat pada metode hand sortir yaitu Pheretima sp. Struktur
tanah di Kawasan Hutan desa Iboih, Kecamatan Suka Karya Kota Sabang sangat
sesuai untuk habitat cacing. Cacing dapat membantu dalam penguraian serasah
sehingga menggemburkan tanah dan sebagai rantai makanan di hutan.

G. DAFTAR REFERENSI
Firmansyah dkk, “Karakterisasi Populasi dan Potensi Cacing Tanah Untuk Pakan
Ternak dari Tepi Sungai Kahayan dan Barito”, Berita Biologi ;(online) vol.13,
No.3, 2014.
Jasin, Maskoeri. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya,, 1992.
Nan Djuarnani, Cara Cepat Membuat Kompos, Jakarta:Agromedia Pustaka, 2000.
Rahmat Rukmana, Budidaya Cacing Tanah, Yogyakarta, kanisius, 1999.
Unaya wandi, Annelida, Surabaya: Jaya, 2012.

H. LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1. Peneliti sedang mengambil
sampel cacing tanah dengan
menggunakan metode
kimiawi (asam cuka)

Gambar 2. Peneliti sedang mencangkul

8
tanah untuk pengambilan
sampel cacing tanah

Gambar 3. Peneliti sedang mengambil


sampel cacing tanah dengan
menggunakan metode
Hand Sortir.

Anda mungkin juga menyukai