Fisiologi Hewan
Oleh kelompok : VI
Rence Sumanik(2012-40-168)
Yonavia G L Hualpitu(2012-40-174)
UNIVERSITAS PATTIMURA
2014
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayahNyalah sehingga makalah filum Platyhelminthes ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Fisiologi Hewan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR........................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 3
A. Latar Belakang.................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 5
C. Tujuan………………………………………………………………………… 6
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 7
A. Pengertian Sistem Eksresi................................................................................ 7
B. Sistem Eksresi Pada Hewan Invertebrata...................................................... 8
C. Vakuola Kontraktil Pada Protozoa................................................................. 9
D. Sistem Sel Hewan…………………………………………………………….. 10
E. Nelfida Cacing Tanah………………………………………………………... 11
F. Ginjal Vetebrata ……………………………………………………………... 15
BAB III PENUTUP....................................................................................... 19
A. Kesimpulan……................................................................................................ 19
B. Saran…………................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O,
NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan sebagai proses
pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi merupakan proses
yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme bersel satu, produk buangan
dikeluarkan secara langsung melalui permukaan sel. Sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen ialah amonia (NH3), urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari hasil perombakan
protein, purin, dan pirimidin.
Amonia dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan bahan yan
sangat racun dan merusak sel. Hewan- hewan yang mengekskresikan amonia disebut amonotelik.
Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya
jika di timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera di
rubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu dalam
bentuk urea dan asam urat.
Kebanyakan mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan urea dan hewan-hewan tersebut
dapat disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan diekskresikan dalam cairan yang disebut
urine. Pada burung, reptil, keong darat, dan serangga asam urat yang diekskresikan berbentuk
padat bersama kotoran.
Air dalam urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk penghematan.
Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai oeran penting pada ekskresi sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen.
Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. Alat ekskresi pada
manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat
pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi.
4
B. RUMUSAN MASALAH
2. Bagaimana proses system eksresi pada hewan invertebrate dan hewan vertebrate?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui arti dari system eksresi dan Bagaimana proses system eksresi pada
hewan invertebrate dan hewan vertebrate.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi
dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok
dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan
merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion
tertentu sesuai kebutuhan. Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara
menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi
semuanya mempunyai kemiripan fungsional.
Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi
cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada
hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi
walaupun berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam
tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan
osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar
penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20,
NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau
sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa
tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun
sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.
6
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai
pelarut. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun
bagi sel.
Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun,
yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu.
Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja
dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan
amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di
dalam air rendah. Tugas pokok alat ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas
walaupun alat pengeluarannya berbeda-beda.
Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :
a) Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang
dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan
meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
b) Ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
c) Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah
yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
d) Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran
air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).
Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata.
Pada umumnya invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini
berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lain nya. Alat ekskresi pada invertebrata
secara umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang
umumnya dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata.
7
B. Vakuola Kontraktil Pada Protozoa
Sel protozoa umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan, vakuola
kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel.
Membran Sel
Vakuola Makanan
Fungsi : Mencerna Makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses makan sel atau sel dengan
cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat
makanan hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi.
Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membrane plasma.
Vakuola Kontraktil
8
D. Nelfida Cacing Tanah
Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata
belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya,
invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara
invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran
Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus
pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing
gilig (Annellida), dan belalang.
1. Platyhelminthes
Alat ekskresi Platyhelminthes seperti pada Planaria berupa sel-sel berambut getar. Karena
rambut getar ini tampak seperti nyala api , maka sel-sel ini dinamakan flame cell (sel api). Cairan
tubuh disaring di dalam flame cell dan zat-zat sisa diserap kemudian dikeluarkan dari tubuh
melalui lubang-lubang yang terdapat pada permukaan tubuh.
2. Annelida
Annelida sudah mempunyai alat ekskresi khusus, yaitu berupa nefridia yang terdapat pada setiap
segmen tubuh. Pada setiap segmen terdapat sepasang nefridia. Nefridia ini dilengkapi dengan
corong terbuka dan bersilia yang disebut nefrostom yang terdapat pada setiap sekat pemisah
segmen.
Nefrostom berfungsi menarik dan mengambil cairan tubuh. Pada saat cairan melalui nefridia,
zat-zat yang berguna diserap darah dan zat sisa, seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam
yang tidak diperlukan oleh tubuh ditampung dalam kantong kemih. Zat sisa tersebut kemudian
dikeluarkan melalui nefridiofor (lubang nefridium). Contoh Annelida yang mudah kita temui
yaitu cacing tanah. Cacing tanah mengeluarkan urine per hari sebesar 60% dari berat tubuh.
Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung
sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.
9
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di
bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga
tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong
(nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian
gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang
(corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke
nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium,
bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel
tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi.
Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.
Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua
bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah
hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di
dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.
10
E. Ginjal Vetebrata
1. Ginjal
Ginjal (ren) manusia berjumlah sepasang, terletak di rongga perut sebelah kanan depan
dan kiri depan ruas-ruas tulang belakang bagian pinggang. Ginjal kanan lebih rendah dari pada
ginjal kiri karena di atas ginjal kanan terdapat hati. Ginjal berbentuk seperti biji ercis dengan
panjang sekitar 10 cm dan berat sekitar 200 gram. Ginjal yang dibelah secara membujur akan
memperlihatkan bagian-bagian korteks yang merupakan lapisan luar. Medula (sumsum ginjal),
dan pelvis (rongga ginjal). Di bagian korteks terdapat jutaan alat penyaring yang disebut nefron.
Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi dan tubulus kontortus. Badan Malpighi terdiri atas
kapsula (simpai) Bowman Dan glomerulus. Glomrerulus merupakan anyaman pembuluh kapiler.
Ginjal sebagian besar vertebrata adalah organ padat yang mengandung banyak sekali
tubula yang tidak disusun secara segmental. Suatu jaringan padat kapiler yang sangat terkait
dengan tubula merupakan bagian dari ginjal. Pada vertebrata yang mengadakan osmoreagulasi,
ginjal berfunsi dalam ekskresi maupun osmoreaguasi. Ginjal memiliki beberapa fungsi yaitu:
ü Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal
ü Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah
Ginjal mamalia mempunyai dua daerah yang berbeda yaitu korteks renal di bagian luar
dan medula renal di bagian dalam. Yang membungkus kedua daerah tersebut adalah tubula
11
ekskresi mikroskopis yang disebut nefron dan duktus pengumpul dimana keduanya berkaitan
dengan pembuluh – pembuluh darah kecil. Nefron merupakan unit fungsional ginjal vertebrata,
terdiri atas sebuah tubula panjang tunggal dan sebuah bola kapiler yang disebut glomerulus.
Ujung buntu tubula itu membentuk pembengkakan mirip piala, yang disebut kapsula Bowman,
yang mengelilingi glomerulus. Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam
lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia
dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta
buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat
terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi
cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung
gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki
pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis
yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang
mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah
12
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman
Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati ketiga
lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat
glomerular.
Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar.
Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati
ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat
glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi
ginjal.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan
filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya
Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di
awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus
yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang
menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali
glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk
13
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah
tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus
dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.
Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat
sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan.
Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula
pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan
kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.
komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus
masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.
14
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus
akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.
Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari
tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian
Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2%
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus
c) Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,
2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan
Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan
mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel
15
terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi
banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin
sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes
insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer. Mekanisme kerja pengaruh
hormon ADH terhadap produksi urin. Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh
faktor-faktor berikut :
Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat
menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya,
b. Saraf
Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga
aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah
menurun.
Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan
dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses
Pisces
Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi
antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa
nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari:
16
a) Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O
b) Kulit ; kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan
a) Pronefros,
Ginjal pronefros adalah yang paling primitif, meski terdapat pada perkembangan embrional
sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan digantikan oleh
b) Mesonefros
Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio emniota.
Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah,
tingkat kompleksitas, dan pada efisiensinya. Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan
adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses eksresi. Keduanya memiliki cara
Air garam cenderung menyebabkan tubuh terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam
rendah dapat menyebabkan naiknya konsentrasi garam tubuh. Ginjal ikan harus berperan besar
untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Beberapa ikan laut memiliki kelenjar eksresi garam
pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan garam. Ginjal berfungsi untuk
menyaring sesuatu yang terlarut dalam air darah dan hasilnya akan dikeluarkan lewat korpus
renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Hasil yang
17
hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan yang lain, diabsorpsi lagi ke dalam aliran
darah. Korpus renalis lebih besar pada ikan air tawar daripada ikan air laut, sehingga cairan
tubuh tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga over dilusi (agar cairan tubuh tidak
terlalu encer). Elasmobranchii, tidak seperti kebanyakan ikan air laut, memiliki korpus renalis
yang besar dan mengeluarkan air relatif banyak, seperti pada ikan air tawar. Bangunan seperti
kantung kemih pada beberapa jenis ikan hanya untuk penampung urine sementara, dan umumnya
OSMOREGULASI
Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses-
a. Ginjal
b. Kulit
1. Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang
ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh.
2. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam
jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam
tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari
badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis
dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable
18
(kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi
1. Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung
untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air
laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air
laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat
dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus
dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume
air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai
penahan air.
2. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air
tawar.
Amfibi
Alat ekskresi pada katak ialah ginjal opistonefros yang dihubungkan dengan ureter di
vesika urinaria. Berwarna merah kecokelatan serta terletak di kanan dan kiri tulang belakang.
Alat ekskresi lainnya ialah kulit, paru-paru, dan insang. Pada katak jantan, saluran ginjal dan
saluran kelaminnya bersatu, sedangkan katak betina tidak. Saat mengalami metamorfosis, amfibi
mengubah ekskresi amonia menjadi urea. Hal ini terjadi saat larva berubah jadi berudu dan
hewan darat dewasa. Seperti halnya ikan, ginjal pada katak juga berperan dalam pengaturan
19
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air
yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak
air yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan
konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air
sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus,
sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang diserap kembali oleh tubuh
selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih
untuk konservasi air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada
saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui
evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.
Reptil
Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru.
Metanefros berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi utama saat
stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara
langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan
permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan
asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat
sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berfungsi
Pada kura-kura betina, alat respirasinya juga berperan membasahi tanah yang
dipersiapkan untuk pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih lunak dan mudah digali.
Hasil ekskresi reptile adalah asam urat. Dibandingkan Amfibi, Reptil hanya menggunakan
sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian sisa metabolisme
20
diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun dalam bentuk pasta berwarna putih. Sisa air
direabsorpsi oleh bagian tabung ginjal. Pada beberapa anggota Reptil, seperti buaya dan kura-
kura air, selain mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan amonia. Khusus pada kura-
kura laut terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut
mata, sehingga sering terlihat seperti mengeluarkan air mata. Anggota lainnya, seperti ular,
crocodilian, dan alligator tidak mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama
feses.
Aves
Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru. Ginjal
dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal
burung lebih banyak dari mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1
ml kubik jaringan korteks burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal yang
membentuk lengkung Henle kecil. Air dalam tubuh disimpan melalui reabpsorpsi di tubulus. Di
dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah
nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang
bercampur feses.
Khusus pada burung laut, seperti camar, selain mengekskresikan asam urat juga
mengekskresikan garam. Hal ini disebabkan karena meminum air gram dan makan ikan laut
yang banyak mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam di atas
mata. Larutan garam mengalir ke rongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya
garam menetes dari ujung paruh. Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki
kelanjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki
bulu-bulunya.
21
Adaptasi yang Sangat Beraneka Ragam pada Ginjal Telah Dievolusikan pada Habitat
yang Berlainan
Variasi dalam struktur dan fungsi nefron memperlengkapi ginjal dari berbagai vertebrta
untuk melakukan osmoreagulasi dalam berbagai jenis habitatnya. Misalnya, bahwa nefron gihjal
mamalia yang mengeksresikan rin yang paling hiperosmotik, seperti tikus, kanguru dan mamalia
lain yang beradptasi dengan habitat gurun, mempunyai lengkung henle yang luar biasa
panjangnya. Lengkung henle yang panjang akan mempertahankan gradien osmotik yang tajam di
ginjal yang mengakibatkan urin menjadi semakin pekat ketika lewat dari korteks ke medula
dalam duktus pengumpul. Sebaliknya berang – berang, yang menghabiskan banyak waktunya
dalam air tawar dan jarang sekali menghadapi permasalahan dehidrasi, mempunyai nefron
dengan lengkung yang sangat pendek, yang menghasilkan urin yang sangat encer.
dikhususkan untuk penghematan air. Akan tetapi nefron burung mempamfibi unyai lengkung
henle yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan nefron mamalia. Dengan demikian, ginjal
burung tidak dapat memekatkan urin hingga mencapai osmolaritasyang dicapai oleh ginjal
mamalia.
Ginjal reptilia yang hanya mempunyai nefron kortikal, menghasilkan urin yang dalam
keadaan terbaik, isoosmotik dengan cairan tubuh. Akan tetapi, epitelium kloaka membantu
menghemat cairan dengan cara menyerap kembali sebagian air yang ada di urin dan feses. Selain
itu, sebagian besar reptiliaterestrial mengekskresikan limbah bernitrogen sebagai asam urat .
Berlawanan dengan mamalia dan burung, ikan air atawr harus mengeskreskan kelebihan
air karena hewan tersebut hiperosmotik dibandingkan dengan lingkungannya. Alih – laih
22
menghemat air, nefron menghasilkan sejumlah besar urin yang sangat encer. Ikan air tawar
menghemat garam – garam melalui reabsorbsi efisien ion – ion dari filtrat dalam nefron.
Ginjal amfibia berfungsi mirip dengan ginjal ikan air tawar. Ketika berada dalam air
tawar, kulit katak mengakumulasikan garam – garam tertentu dari air melalui transpor aktif dan
ginjal mengeksresikan urin encer. Di darat dimana dehidrasi adalah permasalahan osmoregulasi
yang paling mendesak, katak menghemat cairan tubuh dengan cara menyerap kembali air
Ikan bertulang sejati yang hidup di laut, yang hipoosmotik di bandingkan dengan
air tawar. Pada banyak spesies nefron tidak mempunyai glomerulus, kapsula bowman dan urin
yang pekat terbentuk dengan cara mensekresikan ion – ion ke dalam tubula ekskresi. Dengan
demikian, seperti yang disebutkan sebelumnya, ginjal ikan laut mengeskresikan sangat sedikit
urin dan berfungsi utama untuk mengeluarkan ion – ion divalen seperti Ca2+, Mg2+ , dan SO42- ,
yang diambil oleh ikan melalui peminuman air laut yang tak henti – hentinya. Insang ikan laut
terutama mengekskresikan ion monovalen seperti Na+ dan Cl- dan sebagian besar limbah
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan sebagai
proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi merupakan
proses yang ada pada semua bentuk kehidupan.
Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi
cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada
hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi
walaupun berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam
tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum.
Alat ekskresi pada invertebrata secara umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel
api. Nefridium adalah tipe yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata.
Sedangkan Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal, yaitu pronefros, opistonefros,
mesonefros, dan metanefros.
B. Saran
Dengan mengetahui proses sistem ekskresi dan kelainannya, semoga kita bisa lebih
menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita bisa merawat
sistem ekskresi kita dengan baik, karena tubuh kita rentan sekali terkena kelainan yang telah
disebutkan di atas.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://chemyalfaruq.blogspot.com/2010/06/makalah-sistem-ekskresi.html
http://kris-smile.blogspot.com/2012/04/sistem-ekskresi-ekskresi-zat-zat-sisa.html
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/biol4110/m2.htm
http://ashariromansah.blogspot.com/2012/11/makalah-fisiologi-hewan-sistem-eksresi.html
www.artikelsiana.com
25