Anda di halaman 1dari 25

Makalah

Fisiologi Hewan

“Sistem Eksresi Pada Hewan”

Oleh kelompok : VI

Hermalina St Tibalilatu (2012-40-180)

Rence Sumanik(2012-40-168)

Yonavia G L Hualpitu(2012-40-174)

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

2014

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan
hidayahNyalah sehingga makalah filum Platyhelminthes  ini dapat terselesaikan. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing Fisiologi Hewan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

                                                                                                     Penulis

                                                                                                           Ambon, 28 November 2014

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR........................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 3
A.      Latar Belakang.................................................................................................. 4
B.      Rumusan Masalah............................................................................................. 5
C.      Tujuan………………………………………………………………………… 6
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 7
A.      Pengertian Sistem Eksresi................................................................................ 7
B.      Sistem Eksresi Pada Hewan Invertebrata...................................................... 8
C.      Vakuola Kontraktil Pada Protozoa................................................................. 9
D. Sistem Sel Hewan…………………………………………………………….. 10
E. Nelfida Cacing Tanah………………………………………………………... 11
F. Ginjal Vetebrata ……………………………………………………………... 15
BAB III PENUTUP....................................................................................... 19
A.      Kesimpulan……................................................................................................ 19
B.      Saran…………................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O,
NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan sebagai proses
pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi merupakan proses
yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada organisme bersel satu, produk buangan
dikeluarkan secara langsung melalui permukaan sel. Sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen ialah amonia (NH3), urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari hasil perombakan
protein, purin, dan pirimidin.
Amonia dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan bahan yan
sangat racun dan merusak sel. Hewan- hewan yang mengekskresikan amonia disebut amonotelik.
Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya
jika di timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera di
rubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu dalam
bentuk urea dan asam urat.
Kebanyakan mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan urea dan hewan-hewan tersebut
dapat disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan diekskresikan dalam cairan yang disebut
urine. Pada burung, reptil, keong darat, dan serangga asam urat yang diekskresikan berbentuk
padat bersama kotoran.
Air dalam urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk penghematan.
Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai oeran penting pada ekskresi sisa metabolisme yang
mengandung nitrogen.
Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. Alat ekskresi pada
manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati, sedangkan alat
pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh Malphigi.

4
B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa pengertian dari system eksresi?

2.      Bagaimana proses system eksresi pada hewan invertebrate dan hewan vertebrate?

C.    TUJUAN

Untuk mengetahui arti dari system eksresi dan Bagaimana proses system eksresi pada
hewan invertebrate dan hewan vertebrate.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata dan Vertebrata

A.      Pengertian Sistem Ekskresi

Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi
dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok
dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan
merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion
tertentu sesuai kebutuhan. Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara
menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi
semuanya mempunyai kemiripan fungsional.

Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi
cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada
hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi
walaupun berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam
tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum.

Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan
osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar
penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20,
NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau
sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa
tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun
sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.

6
Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai
pelarut. Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun
bagi sel.
Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun,
yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu.
Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja
dan urin. Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan
amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di
dalam air rendah. Tugas pokok alat ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas
walaupun alat pengeluarannya berbeda-beda.
Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi :

a)      Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makana yang disebut feses. Zat yang
dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan
meliputi zat yang tidakl diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
b)      Ekskresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
c)      Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah
yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandun genzim.
d)     Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran
air mata) maupun dari rongga yang besar (usus).

B.      Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata

Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata.
Pada umumnya invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini
berbeda antara invertebrata satu dengan invertebrata lain nya. Alat ekskresi pada invertebrata
secara umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe  yang
umumnya dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata.

7
B. Vakuola Kontraktil Pada Protozoa

Protozoa berukuran mikroskopis, yaitu sekitar 10 – 200 µ. Bentuk selnya sangat


bervariasi, ada yang tetap dan ada yang berubah-ubah. Sebagian besar protozoa memiliki alat
gerak berupa kaki semu (pseudopodia), bulu getar (silia), atau bulu cambuk (flagellum).
Beberapa protozoa memiliki cangkang. Pengeluaran sisa-sisa metabolisme Protozoa dilakukan
melalui membran sel secara difusi. Protozoa mempunyai organel ekskresi berupa vakuola
berdenyut yang bekerja secara periodik untuk mengatur kadar air dalam sel. Sewaktu
mengeluarkan air, sisa-sisa metabolisme ikut dikeluarkan

 Struktur dan Fungsi Tubuh

Sel protozoa umumnya terdiri dari membrane sel, sitoplasma, vakuola makanan, vakuola
kontraktil (vakuola berdenyut), dan inti sel.

Membran Sel

Fungsi : sebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas

Vakuola Makanan

Fungsi : Mencerna Makanan. Vakuola makanan terbentuk dari proses makan sel atau sel dengan
cara ‘menelan’ oleh setiap bagian membrane sel atau melalui sitostoma (mulut sel). Zat-zat
makanan hasil cernaan dalam vakuola makanan masuk ke dalam sitoplasma secara difusi.
Sedangkan sisa makanan dikeluarkan dari vakuola ke luar sel melalui membrane plasma.

Vakuola Kontraktil

Fungsi : mengeluarkan sisa makanan berbentuk cair ke luar sel


melalui membrane sel serta mengatur kadar air dalam sel. Vakuola kontraktil merupakan
vakuola yang selalu mengembang dan mengempis.Inti Sel berfungsi, mengatur aktivitas sel.

8
D. Nelfida Cacing Tanah

Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata
belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya,
invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara
invertebrata satu dengan invertebrata lainnya. Alat ekskresinya ada yang berupa saluran
Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus
pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing
gilig (Annellida), dan belalang.

1.        Platyhelminthes

Alat ekskresi Platyhelminthes seperti pada Planaria berupa sel-sel berambut getar. Karena
rambut getar ini tampak seperti nyala api , maka sel-sel ini dinamakan flame cell (sel api). Cairan
tubuh disaring di dalam flame cell dan zat-zat sisa diserap kemudian dikeluarkan dari tubuh
melalui lubang-lubang yang terdapat pada permukaan tubuh.

2.        Annelida

Annelida sudah mempunyai alat ekskresi khusus, yaitu berupa nefridia yang terdapat pada setiap
segmen tubuh. Pada setiap segmen terdapat sepasang nefridia. Nefridia ini dilengkapi dengan
corong terbuka dan bersilia yang disebut nefrostom yang terdapat pada setiap sekat pemisah
segmen.

Nefrostom berfungsi menarik dan mengambil cairan tubuh. Pada saat cairan melalui nefridia,
zat-zat yang berguna diserap darah dan zat sisa, seperti air, senyawa nitrogen, dan garam-garam
yang tidak diperlukan oleh tubuh ditampung dalam kantong kemih. Zat sisa tersebut kemudian
dikeluarkan melalui nefridiofor (lubang nefridium). Contoh Annelida yang mudah kita temui
yaitu cacing tanah. Cacing tanah mengeluarkan urine per hari sebesar 60% dari berat tubuh.

 Sistem Ekskresi pada Cacing Tanah

Pada cacing tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung
sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.

9
Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong, disebut nefrostom (di
bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain. Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga
tubuh (pseudoselom). Rongga tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong
(nefrostom) akan berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.

Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian
gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang
(corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke
nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium,
bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil oleh sel-sel
tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi.
Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.

Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan


substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.

Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua
bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah
hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya di
dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.

 Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih

Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium.


Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam
protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia. Tiap sel api mempunyai beberapa
flagela yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke dalam sel
api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan menggerakan air ke sel api pada
sepanjang saluran ekskresi. Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh ekskresi
yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh (nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang
nefridiofora ini. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen
lewat dari sel ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi
secara langsung dari sel ke air.

10
E. Ginjal Vetebrata

1.      Ginjal

Ginjal (ren) manusia berjumlah sepasang, terletak di rongga perut sebelah kanan depan

dan kiri depan ruas-ruas tulang belakang bagian pinggang. Ginjal kanan lebih rendah dari pada

ginjal kiri karena di atas ginjal kanan terdapat hati. Ginjal berbentuk seperti biji ercis dengan

panjang sekitar 10 cm dan berat sekitar 200 gram. Ginjal yang dibelah secara membujur akan

memperlihatkan bagian-bagian korteks yang merupakan lapisan luar. Medula (sumsum ginjal),

dan pelvis (rongga ginjal). Di bagian korteks terdapat jutaan alat penyaring yang disebut nefron.

Setiap nefron terdiri atas badan Malpighi dan tubulus kontortus. Badan Malpighi terdiri atas

kapsula (simpai) Bowman Dan glomerulus. Glomrerulus merupakan anyaman pembuluh kapiler.

Kapsula Bowman berbentuk mangkuk yang mengelilingi glomerulus.

Ginjal sebagian besar vertebrata adalah organ padat yang mengandung banyak sekali

tubula yang tidak disusun secara segmental. Suatu  jaringan  padat kapiler yang sangat terkait

dengan tubula merupakan bagian dari ginjal. Pada vertebrata yang mengadakan osmoreagulasi,

ginjal berfunsi dalam ekskresi maupun osmoreaguasi. Ginjal memiliki beberapa fungsi yaitu:

ü  Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh

ü   Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan

ü   Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh bagian tubulus ginjal

ü   Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia

ü   Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-sel darah merah

(SDM) di sumsum tulang

Ginjal mamalia mempunyai dua daerah yang berbeda yaitu korteks renal di bagian luar

dan medula renal di bagian dalam. Yang membungkus kedua daerah tersebut adalah tubula

11
ekskresi mikroskopis yang disebut nefron dan duktus pengumpul dimana keduanya berkaitan

dengan pembuluh – pembuluh darah kecil. Nefron merupakan unit fungsional ginjal vertebrata,

terdiri atas sebuah tubula panjang tunggal dan sebuah bola kapiler yang disebut glomerulus.

Ujung buntu tubula itu membentuk  pembengkakan mirip piala, yang disebut kapsula Bowman,

yang mengelilingi glomerulus. Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam

lagi disebut medulla. Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia

dapat pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal

dibungkus oleh lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.

Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu juta

buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat

terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi

cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan dibuang.

Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus dan

kotranspor. Hasil akhir yang kemudian diekskresikan disebut urin.

Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau

badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung

gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap

glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki

pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis

yang berpori dari glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang

mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah

yang telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

12
Di antara darah dalam glomerulus dan ruangan berisi cairan dalam kapsula Bowman

terdapat tiga lapisan:

a)      kapiler selapis sel endotelium pada glomerulus

b)      lapisan kaya protein sebagai membran dasar

c)      elapis sel epitel melapisi dinding kapsula Bowman (podosit)

Dengan bantuan tekanan, cairan dalan darah didorong keluar dari glomerulus, melewati ketiga

lapisan tersebut dan masuk ke dalam ruangan dalam kapsula Bowman dalam bentuk filtrat

glomerular.

Filtrat plasma darah tidak mengandung sel darah ataupun molekul protein yang besar.

Protein dalam bentuk molekul kecil dapat ditemukan dalam filtrat ini. Darah manusia melewati

ginjal sebanyak 350 kali setiap hari dengan laju 1,2 liter per menit, menghasilkan 125 cc filtrat

glomerular per menitnya. Laju penyaringan glomerular ini digunakan untuk tes diagnosa fungsi

ginjal.

Jaringan ginjal. Warna biru menunjukkan satu tubulus.

Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan

filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya

adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.

Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob Henle di

awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam pertukaran lawan arus

yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang

menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk menyerap kembali

glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%) dalam filtrat masuk

ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus melalui osmosis.

13
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:

a)      tubulus penghubung

b)      tubulus kolektivus kortikal

c)      tubulus kloektivus medularis

Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus

juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular adalah

tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di sepanjang tubulus

dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati ureter.

1)      Proses pembentukan urin

Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.

a)      Penyaringan (filtrasi)

Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat

sel-sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan.

Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan

permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula

pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-bahan

kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,

garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.

Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang

komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus

masih dapat ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.

b)      Penyerapan kembali (Reabsorbsi)

14
Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat glomerulus

akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat

sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.

Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah.

Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari

tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian

besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang

komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih

diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang

bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2%

dalam urin sekunder.

Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui

peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus

proksimal dan tubulus distal.

c)      Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus

kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,

2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan

bau pada urin.

2)      Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin

Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan

mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias sel

15
terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi

banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak sehingga urin

sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes

insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.  Mekanisme kerja pengaruh

hormon ADH terhadap produksi urin. Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh

faktor-faktor berikut :

a.         Jumlah air yang diminum

Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat

menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya,

urin yang diproduksi banyak.

b. Saraf

Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga

aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah

menurun.

c. Banyak sedikitnya hormon insulin

Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan

dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses

penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

Pisces

Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai banyak fungsi

antara lain untuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan garam dan mengeliminasi sisa

nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari:

16
a)       Insang yang mengeluarkan CO2 dan H2O

b)       Kulit ; kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk memudahkan

gerak di dalam air.

c)       Sepasang ginjal (sebagian besar) yang mengeluarkan urine.

Berkembang dua tipe ginjal pada ikan, yaitu;

a)   Pronefros,

Ginjal pronefros adalah yang paling primitif, meski terdapat pada perkembangan embrional

sebagian besar ikan, tetapi saat dewasa tidak fungsional, fungsinya akan digantikan oleh

mesonephros. Perkecualian pada ikan‘hagfish’(Myxine) dan lamprey.

b)  Mesonefros

Ginjal ikan bertipe mesonefros, berfungsi seperti opistonefros pada embrio emniota.

Keduanya mirip, perbedaan prinsip adalah kaitannya dengan sistem peredaran darah,

tingkat kompleksitas, dan pada efisiensinya. Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan

diameternya lebih besar dibandingkan dengan ikan laut.

Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara khusus. Terdapat perbedaan

adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses eksresi. Keduanya memiliki cara

yang berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan kadar garam di dalam tubuhnya.

Air garam cenderung menyebabkan tubuh terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam

rendah dapat menyebabkan naiknya konsentrasi garam tubuh. Ginjal ikan harus berperan besar

untuk menjaga keseimbangan garam tubuh. Beberapa ikan laut memiliki kelenjar eksresi garam

pada insang, yang berperan dalam mengeliminasi kelebihan garam. Ginjal berfungsi untuk

menyaring sesuatu yang terlarut dalam air darah dan hasilnya akan dikeluarkan lewat korpus

renalis. Tubulus yang bergulung berperan penting dalam menjaga keseimbangan air. Hasil yang

17
hilang pada bagian tubulus nefron, termasuk air dan yang lain, diabsorpsi lagi ke dalam aliran

darah. Korpus renalis lebih besar pada ikan air tawar daripada ikan air laut, sehingga cairan

tubuh tidak banyak keluar karena penting untuk menjaga over dilusi (agar cairan tubuh tidak

terlalu encer). Elasmobranchii, tidak seperti kebanyakan ikan air laut, memiliki korpus renalis

yang besar dan mengeluarkan air relatif banyak, seperti pada ikan air tawar. Bangunan seperti

kantung kemih pada beberapa jenis ikan hanya untuk penampung urine sementara, dan umumnya

hanya berupa perluasan dari bagian akhir duktus ekskretori.

OSMOREGULASI

Pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan, sehingga proses-

proses fisiologis tubuhnya berfungsi normal.

 Osmoregulasi dilakukan dengan berbagai cara melalui:

a.  Ginjal

b.     Kulit

c.    membran mulut

Osmoregulasi pada ikan air tawar

1. Ikan air tawar cenderung untuk menyerap air dari lingkungannya dengan cara osmosis. Insang

ikan air tawar secara aktif memasukkan garam dari lingkungan ke dalam tubuh.

2. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air sebagai air seni. Ginjal mempunyai glomeruli dalam

jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam

tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari

badan malpighi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proximallis

dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distal. Dinding tubuli ginjal bersifat impermiable

18
(kedap air, tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine yang dihasilkan mengandung konsentrasi

air yang tinggi.

Osmoregulasi pada ikan air laut

1. Ikan air laut memiliki konsentrasi garam yang tinggi di dalam darahnya. Ikan air laut cenderung

untuk kehilangan air di dalam sel-sel tubuhnya karena proses osmosis. Untuk itu, insang ikan air

laut aktif mengeluarkan garam dari tubuhnya. Untuk mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air

laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula kandungan garam akan meningkat

dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini dan kelebihan garam harus

dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk mempertahankan air, volume

air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubuli ginjal mampu berfungsi sebagai

penahan air.

2. Jumlah glomeruli ikan laut cenderung lebih sedikit dan bentuknya lebih kecil daripada ikan air

tawar.

Amfibi

Alat ekskresi pada katak ialah ginjal opistonefros yang dihubungkan dengan ureter di

vesika urinaria. Berwarna merah kecokelatan serta terletak di kanan dan kiri tulang belakang.

Alat ekskresi lainnya ialah kulit, paru-paru, dan insang. Pada katak jantan, saluran ginjal dan

saluran kelaminnya bersatu, sedangkan katak betina tidak. Saat mengalami metamorfosis, amfibi

mengubah ekskresi amonia menjadi urea. Hal ini terjadi saat larva berubah jadi berudu dan

hewan darat dewasa. Seperti halnya ikan, ginjal pada katak juga berperan dalam pengaturan

kadar air dalam tubuh.

19
Ginjal amphibi sama dengan ginjal ikan air tawar yaitu berfungsi untuk mengeluarkan air

yang berlebih. Karena kulit katak permeable terhadap air, maka pada saat ia berada di air, banyak

air yang masuk ke tubuh katak secara osmosis. Pada saat ia berada di darat harus melakukan

konservasi air dan tidak membuangnya. Katak menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air

sesuai dengan lingkungannya dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus,

sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan – bahan yang diserap kembali oleh tubuh

selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Katak juga menggunakan kantung kemih

untuk konservasi air. Apabila sedang berada di air, kantung kemih terisi urine yang encer. Pada

saat berada di darat air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui

evaporasi kulit. Hormon yang mengendalikan adalah hormon yang sama dengan ADH.

Reptil

Alat ekskresi pada Reptil berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru.

Metanefros berfungsi setelah pronefros dan mesonefros yang merupakan alat ekskresi utama saat

stadium embrio menghilang. Ginjal dihubungkan oleh ureter ke vesika urinaria yang bermuara

langsung ke kloaka. Bentuk ureter menyempit di bagian posterior, ukurannya kecil, dan

permukaannya beruang-ruang. Selain ginjal, reptile memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan

asam urat tertentu yang berguna untuk mengusir musuh. Pada jenis kura-kura tertentu terdapat

sepasang vesika urinaria tambahan yang juga bermuara langsung ke kloaka dan berfungsi

sebagai organ respirasi.

Pada kura-kura betina, alat respirasinya juga berperan membasahi tanah yang

dipersiapkan untuk pembuatan sarang sehingga menjadikan tanah lebih lunak dan mudah digali.

Hasil ekskresi reptile adalah asam urat. Dibandingkan Amfibi, Reptil hanya menggunakan

sedikit air untuk membilas sampah nitrogen dari darah karena sebagian sisa metabolisme

20
diekskresikan sebagai asam urat yang tidak beracun dalam bentuk pasta berwarna putih. Sisa air

direabsorpsi oleh bagian tabung ginjal. Pada beberapa anggota Reptil, seperti buaya dan kura-

kura air, selain mengekskresikan asam urat juga mengekskresikan amonia. Khusus pada kura-

kura laut terjadi ekskresi garam dari sepasang kelenjar garam di kepala yang bermuara di sudut

mata, sehingga sering terlihat seperti mengeluarkan air mata. Anggota lainnya, seperti ular,

crocodilian, dan alligator tidak mempunyai vesika urinaria sehingga asam urat keluar bersama

feses.

Aves

Alat ekskresi berupa sepasang ginjal metanefros, kulit, dan paru-paru. Ginjal

dihubungkan oleh ureter ke kloaka karena burung tidak memiliki vesika urinaria. Tabung ginjal

burung lebih banyak dari mamalia karena kecepatan metabolisme burung sangat tinggi. Tiap 1

ml kubik jaringan korteks burung mengandung 100 sampai dengan 500 tabung ginjal yang

membentuk lengkung Henle kecil. Air dalam tubuh disimpan melalui reabpsorpsi di tubulus. Di

dalam kloaka juga terjadi reabsorpsi air yang menambah jumlah air dalam tubuh. Sampah

nitrogen dibuang sebagai asam urat yang dikeluarkan lewat kloaka sebagai kristal putih yang

bercampur feses.

Khusus pada burung laut, seperti camar, selain mengekskresikan asam urat juga

mengekskresikan garam. Hal ini disebabkan karena meminum air gram dan makan ikan laut

yang banyak mengandung garam. Burung laut memiliki kelenjar pengekskresi garam di atas

mata. Larutan garam mengalir ke rongga hidung kemudian keluar lewat nares luar dan akhirnya

garam menetes dari ujung paruh. Burung hampir tidak memiliki kelenjar kulit, tetapi memiliki

kelanjar minyak yang terdapat pada tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki

bulu-bulunya.

21
Adaptasi yang Sangat Beraneka Ragam pada Ginjal Telah Dievolusikan pada Habitat

yang Berlainan

Variasi dalam struktur dan fungsi nefron memperlengkapi ginjal dari berbagai vertebrta

untuk melakukan osmoreagulasi dalam berbagai jenis habitatnya. Misalnya, bahwa nefron gihjal

mamalia yang mengeksresikan rin yang paling hiperosmotik, seperti tikus, kanguru dan mamalia

lain yang beradptasi dengan habitat gurun, mempunyai lengkung henle yang luar biasa

panjangnya. Lengkung henle yang panjang akan mempertahankan gradien osmotik yang tajam di

ginjal yang mengakibatkan urin menjadi semakin pekat ketika lewat dari korteks ke medula

dalam duktus pengumpul. Sebaliknya berang – berang, yang menghabiskan banyak waktunya

dalam air tawar dan jarang sekali menghadapi permasalahan dehidrasi, mempunyai nefron

dengan lengkung yang sangat pendek, yang menghasilkan urin yang sangat encer.

Burung, seperti mamalia, mempunyai ginjal dengan nefron juksmedulari yang

dikhususkan untuk penghematan air. Akan tetapi nefron burung mempamfibi unyai lengkung

henle yang jauh lebih pendek dibandingkan dengan nefron mamalia. Dengan demikian, ginjal

burung tidak dapat memekatkan urin hingga mencapai osmolaritasyang dicapai oleh ginjal

mamalia.

Ginjal reptilia yang hanya mempunyai nefron kortikal, menghasilkan urin yang dalam

keadaan terbaik, isoosmotik dengan cairan tubuh. Akan tetapi, epitelium kloaka membantu

menghemat cairan dengan cara menyerap kembali sebagian air yang ada di urin dan feses. Selain

itu, sebagian besar reptiliaterestrial mengekskresikan limbah bernitrogen sebagai asam urat .

 Berlawanan dengan mamalia dan burung, ikan air atawr harus mengeskreskan kelebihan

air karena hewan tersebut hiperosmotik dibandingkan dengan lingkungannya. Alih – laih

22
menghemat air, nefron menghasilkan sejumlah besar urin yang sangat encer. Ikan air tawar

menghemat garam – garam melalui reabsorbsi efisien ion – ion dari filtrat dalam nefron.

Ginjal amfibia berfungsi mirip dengan ginjal ikan air tawar. Ketika berada dalam air

tawar, kulit katak mengakumulasikan garam – garam tertentu dari air melalui transpor aktif dan

ginjal mengeksresikan urin encer. Di darat dimana dehidrasi adalah permasalahan osmoregulasi

yang paling mendesak, katak menghemat cairan tubuh dengan cara menyerap kembali air

melewati epitelium kandung kemih.

Ikan bertulang sejati yang hidup di laut, yang hipoosmotik di bandingkan dengan

lingkungannya, mempunyai permasalahan yang berlawanan  dengan kerabatnya yang hidup di

air tawar. Pada banyak spesies nefron tidak mempunyai glomerulus, kapsula bowman dan urin

yang pekat terbentuk dengan cara mensekresikan ion – ion ke dalam tubula ekskresi. Dengan

demikian, seperti yang disebutkan sebelumnya, ginjal ikan laut mengeskresikan sangat sedikit

urin dan berfungsi utama untuk mengeluarkan ion – ion divalen seperti Ca2+, Mg2+ , dan SO42- ,

yang diambil oleh ikan melalui peminuman air laut yang tak henti – hentinya. Insang ikan laut

terutama mengekskresikan ion monovalen seperti Na+ dan Cl- dan sebagian besar limbah

bernitrogen dalam bentuk NH4+(ion amonium).

23
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti CO2,
H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat diartikan sebagai
proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna lainnya. Ekskresi merupakan
proses yang ada pada semua bentuk kehidupan.
Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi
cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada
hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi
walaupun berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam
tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum.

Alat ekskresi pada invertebrata secara umum berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel
api. Nefridium adalah tipe  yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata.
Sedangkan Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal, yaitu pronefros, opistonefros,
mesonefros, dan metanefros.

B.     Saran
Dengan mengetahui proses sistem ekskresi dan kelainannya, semoga kita bisa lebih
menerapkan gaya hidup sehat dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga kita bisa merawat
sistem ekskresi kita dengan baik, karena tubuh kita rentan sekali terkena kelainan yang telah
disebutkan di atas.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://chemyalfaruq.blogspot.com/2010/06/makalah-sistem-ekskresi.html

http://kris-smile.blogspot.com/2012/04/sistem-ekskresi-ekskresi-zat-zat-sisa.html

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/biol4110/m2.htm

http://ashariromansah.blogspot.com/2012/11/makalah-fisiologi-hewan-sistem-eksresi.html

www.artikelsiana.com

25

Anda mungkin juga menyukai