PERKEMIHAN
OLEH KELOMPOK 3:
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas Waranugraha
Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ”anatomi, fisiologi, kimia, fisika
sistem perkemihan” ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini saya selaku penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu baik bantuan secara
fisik maupun batin yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan mengenai anatomi,
fisiologi, kimia, fisika sistem perkemihan. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Penulis
sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan baik dalam
cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu, penulis
sangat mengharapkan pada para pembaca agar memberikan masukan positif yang
membangun.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Anatomi Dari Organ-Organ System Perkemihan.................................. 3
B. Fisiologi System Perkemihan.................................................................. 12
C. Proses Pembentukan Dan Komposisi Urin............................................. 15
D. Penyimpanan Dan Eliminasi Urin.......................................................... 21
E. Pemekatan Urin, Mekanisme Counter-Curren...................................... 22
F. Mekanisme Renin-Angiotensin.............................................................. 27
G. Eritropoetin Dalam Pembentukan Darah.............................................. 29
H. Pengaturan Keseimbangan Cairan Elektrolit Serta System Buffer .... 31
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 51
A. Simpulan .................................................................................................... 51
B. Saran .......................................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung
jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu seperti kalium dan natrium,
membantu mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari
darah.Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah, sedangkan
ureter, yang bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandung kemih, yang
menyimpan urin, dan saluran kencing, urin keluar melalui tubuh.Peran dari sistem urin
dengan yang biasa bagi kebanyakan orang adalah bahwa ekskresi; melalui air seni,
manusia membebaskan diri dari air tambahan dan bahan kimia dari aliran darah. . Aspek
penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk membedakan antara senyawa
dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan senyawa
dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah anatomi dari organ-organ system perkemihan ?
2. Bagaimanakah fisiologi system perkemihan ?
3. Bagaimanakah proses pembentukan dan komposisi urin ?
4. Bagaimanakah penyimpanan dan eliminasi urin ?
5. Bagaimanakah pemekatan urin, mekanisme counter-curren ?
6. Bagaimanakah mekanisme renin-angiotensin ?
7. Bagaimanakah peran eritropoetin dalam pembentukan darah ?
8. Bagaimanakah pengaturan keseimbangan cairan elektrolit serta system buffer ?
1.3 Tujuan Penulisan
I. Untuk mengetahui anatomi dari organ-organ system perkemihan
J. Untuk mengetahui fisiologi system perkemihan
K. Untuk mengetahui proses pembentukan dan komposisi urin
L. Untuk mengetahui penyimpanan dan eliminasi urin
M. Untuk mengetahui pemekatan urin, mekanisme counter-curren
N. Untuk mengetahui mekanisme renin-angiotensin
O. Untuk mengetahui eritropoetin dalam pembentukan darah
P. Untuk mengetahui pengaturan keseimbangan cairan elektrolit serta system buffer
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan bagi
mahasiswa mengenai anatomi fisiologi system urinarius dan juga diharapkan dapat
dijadikan acuan dalam penerapan ilmu keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari dalam ginjal melalui
vena renalis. Arteri renalis berasal dari aorta abdominalis dan vena renalis
membawa darah kembali ke dalam vena kava inferior. Ginjal dengan
efisien dapat membersihkan bahan limbah dari dalam darah, dan fungsi ini
bisa dilaksanakan karena aliran darah yang melalui ginjal jumlahnya
sangat besar, 25% dari curah jantung.
Kedudukan ginjal terletak di bagian belakang dari kavum abdominalis
di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat
langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnya ada 2
buah,di kiri dan di kanan. Ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan.Pada orang
dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih
panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut nefron.
Tiap-tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen
vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerulus dan kapiler
peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul
Bowman serta tubulus-tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus
kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng
dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler glomerulus) yang bentuknya
besar dan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel
yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah-celah antara pedikel itu
sangat teratur.
Kapsula Bowman bersama glomerulus disebut korpuskel renal, bagian
tubulus yang keluar dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus
proksimal karena jalannya yang berbelok-belok, kemudian menjadi saluran
yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau
loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
Jadi, dapat dikatakan struktur ginjal adalah sebagai berikut:
4
1). Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang merah yang
mempunyai panjang 12cm,tebal 1½-2½cm,lebar 5-7cm dan tinggi 2,2
cm.
2). Ginjal tertetak di bagian porterior abdomen di belakang peritoneum
3). Ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri.karena hati menduduki ruang
banyak di sebelah kanan.
4). Ginjal mendapat suplai darah dari arteri renalis kemudianbercabang
membentuk arteri interlobaris,arteri yang menuju glomerorus dam
membentuk arteriol eferen menuju kapiler tubulus ginjal.
Ginjal terdiri atas bagian- bagian berikut.
1) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini
banyak mengandung kapiler-kapiler darah yang tersusun bergumpal-
gumpal disebut glomerulus. Tiap glomerulus dikelilingi oleh simpai
bownman, dan gabungan antara glomerulus dan simpai bownman disebut
badan malphigi.
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara
glomerulus dan simpai bownman. Zat-zat yang terlarut dalam darah akan
masuk ke dalam simpai bownman. Dari sini maka zat-zat tersebut akan
menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang
terdapat di dalam sumsum ginjal.
2) Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut
piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya
disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu
piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris-garis karena terdiri atas berkas
saluran pararel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara piramid terdapat
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman. Didalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan
hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.
5
3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis
renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing-masing
bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi
papila renis dari piramid. Kaliks minor ini menampung urine yang terus
keluar dari papila. Dari kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renis ke ureter, hingga ditampung dalam kandung kemih (vesikula
urinaria).
6
(a)
(b)
7
(c)
Gambar I. Struktur ginjal
b. Ureter
Ureter merupakan dua saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung
kemih. Ureter memiliki panjang 25-30cm, berdiameter 3mm,berdinding tebal
dan saluran sempit berlanjut dengan pelvis ginjal dan terbuka menuju ke dasar
kandung kemih
Ureter mempunyai lapisan fibrosa di bagian luar yang berlanjut dengan
kapsula fibrosa, lapisan muscular yang mempunyai lapisan sirkular luar dan
lapisan longitudinal dalam,dan lapisan membran mukosa yang berlanjut dengan
lapisan kandung kemih
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke kandung
kemih ( vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga
pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
8
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik setiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria).Gerakan peristalitk mendorong urin melalui ureter yang
diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum
uretralis masuk kedalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
9
Gambar III. Struktur Kandung Kemih (Vesika Urinaria)
e. Uretra
Uretra membentang dari kandung kemih sampai orifisium uretra internal
dalam kandung kemih uretra eksternal. Pada pria, panjang uretra ialah 18-20cm
dan berfungsi sebagai kanal komunis untuk sistem reproduksi dan sistem
perkemihan. Pada wanita, panjangnya ±4-7cm,dan hanya berfungsi sebagai system
perkemihan.
Uretra di mulai pada orifisium uretra internal kandung kemih dan
mebentang ke arah bawah, di belakang simpisis pubis, pada daerah di antara ke2
labiya minora bagian atas dari vagina. Terdapat spingter internal dan eksternal
10
pada uretra. Spingter interna bersifat involunter dan sfingter eksternal berada di
bawah kontrol volunteer.
Uretra pada laki-laki terdiri dari :
a. Uretra prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa.
Urertra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit
ke arah atas, panjangnya ±4-7 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksusu dari vena-vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah
atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
(a).
11
(b)
Gambar IV. Struktur Ureter dan Uretra pada laki-laki(a) dan perempuan(b)
12
mengatur tekanan hidrostatik dalam kedua perangkat kapiler. Tekanan
hidrostatik yang tinggi pada kapiler glomerulus, kira-kira 60 mmHg,
menyebabkan filtrasi cairan yang cepat, sedangkan tekanan hidrostatik yang
jauh lebih rendah pada kapiler peritubulus, kira-kira 13 mmHg
memungkinkan reabsorpsimemungkinkan reabsorpsi cairan yang cepat.
Dengan mengatur tekanan ateriol aferen dan eferen, ginjal dapat mengatur
tekanan hidrostatik pada kapiler glomerulus dan kapiler peritubulus, dengan
demikian mengubah laju filtrasi glomeruulus dan atau reabsorpsi tubulus
sebagai respon terhadap kebutuhan homeostasis tubuh.
Masing-masing ginjal manusia terdiri dari kurang lebih 1 juta nefron,
masing-masing mampu membentuk urin. Ginjal tidak dapat membentuk
nefron baru. Oleh karena itu pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses
penuaan yang normal, akan terjadi penurunan umlah nefron secara bertahap.
Berkurangnya fungsi ini tidak mengancam juwa karena perubahan adaptif
sisa nefron menyababkan nefron tersebut dapat mengekskresikan air,
elekttrolit, ddan produk sisa dalam jumlah yang tepat.
Setiap nefron terdiri atas (1) Glomerulus (sekumulan kapiler glomerulus)
yang dilalui oleh sejumlah besar cairan yang difiltrasi dari darah, dan (2)
Tubulus yang panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi urin dalam
perrjalanannya menuju pelvis ginjal.
Cairan yang difiltrasi dari dari kapiler glomerulus mengalir ke dalam
kapsula Bowman yaitu pembungkus glomerulus dan kemudian masuk ke
tubulus proksimal. Dari tubulus proksimal, cairam mengalir ke angsa Henle
yang masuk ke dalam medulla renal. Setiap lengkung terdiri atas cabang
desendens dan asenden. Dari angsa Henle, cairan dialirkan tubulus distal,
yang terletak pada korteks renal. Dari tubulus ini kemudian dilanjutkan ke
tubulus renalis arkuatus dan tubulus koligentes kortikal. Duktus kolegentes
bergabung dengan duktus yang lebih besar secara progrresif yang akhirnya
mengalir melalui pelvis renal .
b) Ureter
Dinding ureter terrdiri dari otot polos yang dipersarafi oleh saraf simpatis
dan saraf parasimpatis serta neuron dan serabut saraf pleksus intramular yang
meluas di sepanjang ureter. Seperti otot polos visceral lainnya, kontraksi
13
peristaltic pada ureter diperkuat oleh rangsangan parasimpatis dan dihambat
oleh rangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih melalui otot dekstruktordi dalam area
trigonom kandung kemih. Biasanya ureter berjalan miring sepanjang
beberapa senntimeter ketika melewati dinding kandung kemih. Tonus normal
otot dekstruktor di dalam kandung kemih cenderung akan menekan ureter,
dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kanndung kemih ketika
terbentuk tekanan di dalam kandung kemih selama mikturisi atau selama
kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltic di sepanjang ureter
meningkatkan tekanan di dalam ureter sehingga daerah yyang menuju
kandung kemih membuka dan memungkinkan aliran urin ke dalam kandung
kemih.
Pada beberapa orang, jarak yang ditempuh ureter di dalam dinding
kandung kemih lebih pendek dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih
selama mikturisi tidak selalu oklusi ureter yang lengkap. Sebagai akibatnya,
sebagian urin dalam kandung kemih didorong ke belakang arah ureter,
kondisi ini disebut vesikoureter. Refluks semacam ini dapat menyebabkan
pembesaran ureter dan jika berat, dapat meningkatkan tekanan dalam kalises
ginjal dan struktur medulla ginjal, menyebabkan krusakan di daerah ini.
14
relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan
akhirnya terjadi pengosonagn kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi
spinter internus dihantarkan melalui serabut-serabut parasimpatis. Kontraksi
spinter eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau
menghentikan miksi. Kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf-saraf
yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
d) Uretra
Eliminasi urin dikendalikan oleh kontraksi sfingter uretra eksterna. Otot
ini berada di bawah kendali volunteer dan inervasi oleh saraf yang berasal
dari medulla spinalis daerah sacral. Pengendalian ini merupakan perilaku
yang dipelajari dan bukan nawaan sejak lahir. Ketika muncul keinginnan
untuk buang air kecil, sfingter uretra eksterna akan melemas dan muskulus
destrusor (otot polos kandung kemih) akan berkontraksi serta mendorong urin
keluar dari dalam kandung kemih melalui uretra. Sisa urin dalam uretra akan
mengalir keluar akibat pengaruh gaya berat pada wanita dan akan didorong
keluar oleh kontraksi otot volunteer pada laki-laki.
15
glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar,
epiutelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang
perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate
(Guyton,2008).
Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air
dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah
didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space
merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di
bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak
tersaring. Rintangan untuk filtrasi ( filtration barrier ) bersifat selektiv
permeable. Normalnya komponen seluler dan protein plasmatetap didalam
darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton.2008).
Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring,
sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan.
Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen
darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged )
dari sretiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positive ) lebih
mudah tersaring dari pada anionBahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam
plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat,
garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari
endapan.Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin
primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung
protein (Guyton.2008).
2. Penyerapan ( Absorpsi)
Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian
terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan
sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal
bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus
yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum
cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan
mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi
pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler
dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh
16
sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke
cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane
plasma.
Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur
paraseluler bergerakdari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang
merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu
daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus
proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na,
K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan
mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan
konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui
canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na
melewati sel apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane.
Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan lainnya
dalam satu pimpinan sebagai Na (contransport ) atau berlawanan pimpinan (
countertransport ) (Sherwood, 2001).
Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini
(secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat,
dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi
intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral
dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat
oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na (Underwood, 2001)
17
sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun
bertambah, misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin primer dapat mencapai 2%
dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula
dan asam mino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus
distal (Sylvia,1999).
4. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai
terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat
ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain,
misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang
bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa
metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat
(Underwood,1999).
Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran
zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua
senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun
CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar
(penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Guyton,2008).
Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan
zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari
tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat
tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk
urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang
dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang
akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja
dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen
(sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan
amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah (Guyton.2008).
18
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine
a. Hormon
1). ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh
hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan
meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.
2). Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar
adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya
perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
3). Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi
merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan
pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan
dalam mengatur sirkulasi ginjal.
4). Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
5). Renin
Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus
jukstaglomerularis pada :
(a). Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )
(b). Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )
(c). Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )
(d). Innervasi ginjal dihilangkan
(e). Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )
Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila
regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi
ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi
angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya
menaikkan tekanan darah.
19
b. Zat - zat diuretic
Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak
mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi,
sehingga volume urin bertambah.
c. Suhu internal atau eksternal
Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan
mengurangi volume urin.
d. Konsentrasi Darah
Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah
rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urin menurun.
e. Emosi
Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.
Komposisi Urin
Urin mengandung sekitar 95% air. Komposisi lain dalam urin normal adalah
bagian padaat yang terkandung didalam air. Ini dapat dibedakan beradasarkan ukuran
ataupun kelektrolitanya, diantaranya adalah :
Molekul Organik : Memiliki sifat non elektrolit dimana memiliki ukaran yang reativ
besar, didalam urin terkandung : Urea CON2H4 atau (NH2)2CO, Kreatin, Asam Urat
C5H4N4O3, Dan subtansi lainya seperti hormon (Guyton, 1996).
Ion : Sodium (Na+), Potassium (K+), Chloride (Cl-), Magnesium (Mg2+, Calcium
(Ca2+). Dalam Jumlah Kecil : Ammonium (NH4+), Sulphates (SO42-), Phosphates
(H2PO4-, HPO42-, PO43-), (Guyton, 1996)
Warna : Normal urine berwarna kekuning-kuningan. Obat-obatan dapat mengubah
warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan
indikasi adanya penyakit ( Anonim, 2008 ).
Bau : Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu ( Anonim,
2008 ).
Berat jenis : Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan
suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat
jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 - 1025 ( Anonim, 2008 ).
Kejernihan : Normal urine terang dan transparan. Urine dapat menjadi keruh karena
ada mukus atau pus ( Anonim, 2008 ).
20
pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 - 7,5). Urine yang telah melewati temperatur
ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian
urinennya sedikit alkali ( Anonim, 2008 ).
21
Pengendalian neural . kontraksi muskulus destruksor diatur oleh suatu reflek yang
mencakup sistem saraf parasimpatis . Reflek tersebut terrintegrasi dalam bagian sacral
traktus spinalis. Sistem saraf simpatik tidak memiliki peranan yang penting dalam
mekturisi tetapi dapat mencegah masuknya semen (air mani) ke dalam kandung kemih
pada saat terjadi ejakulasi.
22
memproduksi urin pekat dengan konsentrasi maksimal sebesar 1200-1400 mOsm/, yaitu
empat sampai lima kali osmolaritas plasma.
1. Volume Urin yang Diwajibkan
Kemampuan pemekatan maksimal ginjal menunjukan banyaknya volume urin yang
harus diekskresikan setiap hari untuk membuat sisa-sisa produk metabolisme dan ion
yang dicerna dari tubuh,.
2. Kebutuhan untuk Mensekresi Urin Pekat-Kadar ADH Yang Tinggi dan Hiperosmotik
Medula Ginjal.
Kebutuhan dasar untuk membentuk urin pekat adalah kadar ADH yang
tinggi,yang meningkatkan ppermeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes,
sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini menggabsorpsi air cukup banyak.
Kedua, kebutuhan akan osmolaritas yang tinggi dari cairan interstisial medulla ginjal,
yang membentuk gradient osmotic yang diperlukan untuk terjadinya reabsorpsi air
dengan kadar ADH yang tinggi.
Interstisium medulla ginjal yang mengelilingi duktus koligentes normalnya
bersifat sangat hiperosmotik, sehingga bila kadar ADH tinggi, air bergerak melewati
membrane tubulus secara osmosis ke dalam interstisium ginjal; di sana air akan
dibawa oleh vasa rekta kembali ke dalam darah. Jadi, kemampuanpemekatan urin
dibatasi ooleh kadar ADH dan oleeh derajat hiperosmolaritas medulla ginjal.
Hasil dari Countercurrent Multiplier System
Permeabilitas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila permeabilizas
terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat,
air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus.
Hasilnya hádala penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila
permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus
pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer.(Guyton,
2008).
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon
hipofisisPosterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah.
Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap
penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel(penurunan
konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan
permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka
23
pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler
peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel
berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu
encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang
diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan
osmolalitas ekstrasel meningkat.(Brunner, 2001).
24
Proses reabsorbsi kejadiannya adalah sebagai berikut: setelah plasma bebas
protein difiltrasi melalui glomerulus, setiap zat ditangani secara tersendiri oleh
tubulus, sehingga walaupun konsentrasi semua konstituen dalam filtrat glomerulus
awal identik dengan konsentrasinya dalam plasma (dengan pengecualian protein
plasma), konsentrasi berbagai konstituen mengalami perubahan-perubahan saat cairan
filtrasi mengalir melalui sistem tubulus. Kapasitas reabsorptif sistem tubulus sangat
besar. Lebih dari 99% plasma yang difiltrasi dikembalikan ke darah melalui
reabsorpsi. Zat-zat utama yang secara aktif direabsorpsi adalah Na+ (kation utama
CES), sebagian besar elektrolit lain, dan nutrien organik, misalnya glukosa dan asam
amino. Zat terpenting yang direabsorpsi secara pasif adalah Cl-, H2O, dan urea. Hal
utama yang berkaitan dengan sebagian besar proses reabsorpsi adalah reabsorpsi aktif
Na+. Suatu pembawa basolateral setiap sel tubulus proksimal mengangkut Na+ ke luar
dari sel ke dalam ruang lateral di antara sel-sel yang berdekatan. Perpindahan Na+ ini
memicu reabsorpsi netto Na+ dari lumen tubulus ke plasma kapiler peritubulus, yang
sebagian besar terjadi di tubulus proksimal. Energi yang digunakan untuk memasok
pembawa Na+-K+ ATPase akhirnya bertanggung jawab untuk mereabsorpsi Na+,
glukosa, asam amino, Cl-, H2O, dan urea dari tubulus proksimal. Pembawa
kotransportasi spesifik yang terletak di batas luminal sel tubulus proksimal terdorong
oleh gradien konsentrasi Na+ untuk secara selektif mengangkut glukosa atau asam
amino dari cairan luminal ke dalam sel tubulus. Dari sel tubulus, zat-zat tersebut
akhirnya masuk ke plasma. Klorida direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan
gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. Air secara pasif direabsorpsi
akibat gradien osmotik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif Na+. Enam pulu lima
persen H2O yang difiltrasi akan direabsorpsi dari tubulus proksimal melalui cara ini.
Reabsorpsi ekstensif H2O meningkatkan konsentrasi zat-zat lain yang tertinggal di
dalam cairan tubulus, yang sebagian besar adalah zat-zat sisa. Molekul urea yang kecil
merupakan satu-satunya zat sisa yang direabsorpsi secara parsial akibat efek
pemekatan ini; sekitar 50% urea yang difiltrasi akan direabsorpsi. Zat-zat sisa lain,
yang tidak dapat direabsorpsi, akan tetap berada di urin dalam konsentrasi yang tinggi.
Di awal nefron, reabsorpsi Na+ terjadi secara konstan dan tidak dikontrol, tetapi di
tubulus distal dan pengumpul, reabsorpsi sebagian kecil Na+ yang difiltrasi berubah-
ubah dan dapat dikontrol. Tingkat reabsorpsi Na+ yang dapat dikontrol ini terutama
bergantung pada sistem renin-angiotensin-aldosteron yang kompleks. Karena Na+ dan
anion penyertanya Cl-, merupakan ion-ion yang paling aktif secara osmotis di CES,
25
volume CES ditentukan oleh beban Na+ dalam tubuh. Pada gilirannya, volume plasma,
yang mencerminkan volume CES total, penting untuk penentuan jangka panjang
tekanan darah. Apabila beban Na+/volume CES/volume plasma/tekanan darah arteri di
bawah normal, ginjal mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu
serangkaian proses yang berakhir pada peningkatan sekresi aldosteron dari korteks
adrenal. Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dari bagian distal tubulus, sehingga
memperbaiki beban Na+/volume CES/tekanan darah yang semula menurun. Elektrolit-
elektrolit lain yang secara aktif direabsorpsi oleh tubulus, misalnya PO43- dan Ca2+,
memiliki sistem pembawa masing-masing yang independen. Karena pembawa-
pembawa tersebut, seperti pembawa kotransportasi nutrien organik, dapat mengalami
kejenuhan, mereka memperlihatkan kapasitas transportasi maksimum, atau Tm.
Apabila filtrasi suatu zat yang direabsorpsi secara aktif melebihi Tm, reabsorpsi akan
berlangsung pada kecepatan maksimum yang konstan, dengan jumlah zat tambahan
yang difiltrasi diekskresikan dalam urin.
Sedangkan untuk proses sekresi secara selektif menambahkan zat-zat tertentu
ke dalam cairan filtrasi melalui proses sekresi tubulus. Sekresi suatu zat meningkatkan
ekskresinya dalam urin. Sistem sekresi yang terpenting adalah (1) H+, yang penting
untuk mengatur keseimbangan asam-basa (2) K+, yang menjaga konsentrasi K+ plasma
pada tingkat yang sesuai untuk mempertahankan eksitabilitas normal membran sel otot
dan saraf dan (3) anion dan kation organuk, yang melaksanakan eliminasi senyawa-
senyawa organik asing dari tubuh.
Hasil dari Countercurrent Multiplier System
Permeabilitas duktus pengumpul terhadap air bervariasi. Apabila permeabilizas
terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat,
air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus.
Hasilnya ádalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila
permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus
pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin. Urin akan encer.
Peran hormon Antidiuretik dalam Pemekatan Urin
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormon
hipofisisPosterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah.
Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap
penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel(penurunan
konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan
26
permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka
pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler
peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel
berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu
encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang
diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan
osmolalitas ekstrasel meningkat.
27
ginjal untuk untuk bersirkulasi ke seluruh tubuh. Walaupun demikian, sejumlah kecil
renin tetap berada dalam cairan local ginjal dan memicu beberapa fungsi intrarenal.
Renin bekerja secara enzimatik pada proses plasma lain yyaiitu suatu globulin
yang disebut subtract rennin (atau Angiotensin), untuk melepaskan peptide asam
amino-10, yaitu angiotensin I. Angiotensin I memiliki sifat vasokontriktoryang ringan
tetapi tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam
fungsi sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan terus
menyebabkan pembentukan angiotensin I yang lebih banyak selama waktu tersebut.
28
melewati permukaan luminal dan basolateral dan membrane sel epitel dalam
pada tubulus.
Kerja angiotensin II yang beragam ini menyebabkan retensi natrium yang
nyata oleh ginjal saat kadar angiotensin II dinaikkan.
29
besar ini. Oleh karena itu feritin mungkin hanya mengandung sedikit zat besi atau
bahkan banyak sekali. Besi yang disimpan sebagai feritin ini disebut besi cadangan.Di
tempat penyimpanan, ada sedikit besi yang tersimpan dalam bentuk yang sama sekali
tidak larut yang disebut hemosiderin.Hal ini terjadi bila jumlah total besi dalam tubuh
melebihi yang dapat di tampung oleh tempat penyimpanan apoferitin.
Bila tubuh menjadi jenuh dengan besi sehingga seluruh apoferitin dalam
tempat cadangan besi sudah terikat besi, maka kecepatan absorbsi besi dari traktus
intestinal menjadi sangat menurun.Sebaliknya, bila tempat penyimpanan besi itu
sampai kehabisan besi maka kecepatan absorbsinya menjadi sangat cepat, dapat
sampai lima kali lipat atau lebih dibandingkan bila tempat penyimpanan besi dalam
keadaan jenuh. Jadi jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan
mengatur kecepatan absorbsinya.
Pada penyakit ginjal berat hampir selalu dijumpai kegagalan respon
eritropoetin normal. Gambaran dari anemia pada penyakitl ginjal kronik berupa
normositik, normokrom, Mean Corpuscular Volume (MCV) normal, retikulosit count
yang rendah dan tidak di jumpai polikromasi pada pemeriksaan darah tepi.
Interpretasi Feritin serum
Selain menggambarkan cadangan besi dalam tubuh, feritin serum juga
merupakan reaktan fase akut yang akan mengalami peningkatan tidak hanya ketika
cadangan besi tubuh meningkat tapi juga pada inflamasi akut atau kronik, penyakit
hati, alkoholik, anemia hemolitik, hemokromatosis dan malignansi.Sedangkan kadar
feritin serum yang rendah biasanya menunjukkan anemia defisiensi besi, menstruasi
dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan saluran cerna yang kronis. Kadar
feritin serum normal sekitar 20-200 μg/L. Bell dkk dalam studinya mengemukakan
bahwa pada pasien hemodialisis feritin serum merupakan marker yang paling
berkorelasi positif menggambarkan cadangan zat besi di sumsum tulang dimana kadar
dibawah 80 ng/ml menunjukkan adanya defisiensi besi sedangkan feritin serum di atas
350 ng/ml menunjukkan kelebihan cadangan zat besi di sumsum tulang.Selain itu
Studi yang dilakukan oleh Rocha dkk menunjukkan bahwa pada pasien hemodialisis
bila dijumpai feritin serum > 500 ng/ml dan kadar C-Reactive Protein (CRP) yang
tinggi, feritin serum tetap dapat diandalkan sebagai gambaran cadangan zat besi meski
adanya inflamasi.
30
Definisi cairan tubuh
Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (
pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu
memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas
cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi
asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia tersusun
kira-kira 50%-60% cairan.
Prosentase cairan tubuh
a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :
1) Umur
Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.
2) Kondisi lemak tubuh
Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.
3) Jenis Kelamin
Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria,
kerena jumlah lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan
pria.
c. Jumlah normal air pada tubuh manusia
1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :
Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 - 55% Berat Badan
Pria dewasa (20-40 tahun): 55 - 60% Berat Badan
Usia lanjut : 45-50% Berat Badan
Fungsi Cairan
a. Pelarut universal
1) Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah
2) Berperan dalam reaksi kimia.
Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel
31
3) Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel
4) Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain
b. Pengaturan suhu tubuh
1) Mampu menyerap panas dalam jumlah besar
2) Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas
Contoh: Otot-otot selama excercise
c. Pelicin
1) Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)
d. Reaksi-reaksi kimia
1) Pemecahan karbohidrat
2) Membentuk protein
e. Pelindung
1) Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic
Komposisi Cairan Tubuh
Cairan tubuh berisikan:
a. Oksigen yang berasal dari paru-paru
b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan
c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida
d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga
elektrolit. Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau
sodium (Na+) dan satu ion klorida (Cl-). Ion yang bermuatan positif disebut kation,
sedangkan yang bermuatan negatif disebut anion
Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan
Ektraselular (CES)
a. Cairan Intraselular
Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini
berfungsi sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah
cairan tubuh atau 40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit
Na+. Elektolit anion terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3-, SO42-, Cl-
b. Cairan Ekstrasel
Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari
total cairan tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport
nutrient, elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian
32
dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran
mukosa, penghancuran makanan dalam proses pencernaan.
Cairan ekstrasel terdiri dari:
1) Cairan interstisial
Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe,
jumlahnya sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh,
volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang
dewasa.
2) Cairan intavaskuler
Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya
plasma, jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang
tepat/pasti untuk mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat
diperkirakan sesuai dengan jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih
55%plasma, dan 45% sisanya terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah
putih dan platelet.
3) Cairan transelular
Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan
serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung,
jumlahnya sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na+, sedikit K+, Ca2+,
Mg2+ serta elektrolit anion terbanyak Cl- , HCO3-, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.
Human Body:
1. Tissue (40%)
2. Fluid (60%)
Ekstraselular (20%)
Intraselular (40%) -> Interstisial (10-15%), Intravaskluler (5%), dan Transeluler
(1-3%)
Tekanan Cairan
Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler menimbulkan tekanan cairan
yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotik koloid.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena volume cairan dalam
pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh.
Tekanan onkotik merupakan tekanan yang disebabkan karena plasma protein.
33
Perbedaan tekanan kedua tersebut mengakibatkan pergerakan cairan. Misalnya
terjadinya filtrasi pada ujung arteri, tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan
onkotik sehingga cairan dalam vaskuler akan keluar menuju interstisial. Sedangkan
pada ujung vena pada kapiler, tekanan onkotik lebih besar sehingga cairan dapat
masuk dari ruang interstisial ke vaskuler. Pada keadaan tertentu, dimana serum protein
rendah, tekanan onkotik menjadi rendah atau kurang maka cairan akan di absorpsi ke
ruang vaskuler.
Keseimbangan Cairan
a. Intake cairan dan output cairan
Keseimbangan cairan terjadi apabila kebutuhan cairan atau pemasukan cairan sama
dengan cairan yang dikeluarkan.
1) Intake cairan
Pada keadaan suhu dan aktivitas yang normal rata-rata pada orang dewasa minum
antara 1300-1500 ml perhari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh sekitar 2600ml, sehingga
kekuarangan 1100-1300 ml. kekurangan cairan tersebut diperoleh dari pencernaan makanan
sayur-sayuran mengandung 90% air, buah-buahan 85% dan daging 60% air. Kekurangan
cairan dapt diperoleh dari makanan dan oksidasi selama proses pencernaan makan
Intake cairan meliputi:
Minum : 1300 ml
Pencernaan makanan : 1000 ml
Oksidasi metabolik : 300 ml
Jumlah : 2600 ml
34
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun 54 2200-2700
2) Output Cairan
Kehilangan cairan dapat melalui 4 (empat) rute yaitu:
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinariusmerupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi
normaloutput urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per
jam.Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankankeseimbangan dalam tubuh.
b) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon
ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis padakulit.besarnya tergantung dari
aktivitas, jumlahnya 0-500 ml
c) Insensible water loss (IWL)
IWL merupakan pengeluaran cairan yang sulit diukur, pengeluaran ini melalui
kulit dan paru-paru/pernapasan. Jumlahnya sekitar 1000-1300ml. keadaan demam dan
aktivitas meningkatkan metabolisme dan produksi panas, sehingga meningkatkan
produksi cairan pada kulit dan pernapasan.
d) Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon)
Pengeluaran cairan meliputi:
Ginjal : 1500 ml
Melalui keringat : 0-500 ml
Insensible water loss (IWL):
Kulit : 600-900 ml
35
Paru-paru : 400 ml
Feses : 100 ml
Jumlah : 2600-2900 ml
36
ginjal menurun dan memicu sekresi renin. Renin menstimulasi aldostreon yang
berefek pada retensi sodium, sehingga cairan tidak banyak keluar melaui ginjal.
3) Sistem Limpatik
Plasma protein an cairan dari jaringan tidak secara langsung direaksorpsi kedalam
pembuluh darah. Sistem limpatik berperan penting dalam kelebihan cairan dan protein
sebelum masuk dalam darah.
4) Ginjal
Ginjal mempertahankan volume dan konsentrasi cairan dengan filtrasi CES di
glomerulus, sedangkan sekresi dan reabsorpsi cairan terjadi di tubulus ginjal.
5) Persarafan
Mekanisme persarafan juga berkontribusi dalam keseimbangan cairan dan sodium.
Ketika terjadi peningkatan volume cairan CES, mekanoreseptor merespon pada dinding
atrium kiri untuk distensi atrial dengan meningkatkan stroke volume dan memicu respons
simpatetik pada ginjal untuk pelepasan aldosteron oleh korteks adrenal.
Konsentrasi Cairan Tubuh
a. Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan atau partikel terlarut per liter larutan,diukur
dalam miliosmol. Osmolaritas ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air.
Dengan demikian osmlaritas menciptakan tekanan osmotik sehingga mempengaruhi
pergerakan cairan. Jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan air dari
CES ke CIS,sebaliknya jika terjadi penurunan osmolaritas CES maka terjadi pergerakan dari
CIS ke CES. Partikel yang berperan dalam osmolaritas adalah sodium atau natrium,urea,dan
glukosa.
b. Tonisitas
Tonisitas merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen
ke kompartemen yang lain. Ada beberapa istilah yang tekait dengan tonisitas yaitu :
1) Larutan isotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama efektifnya dengan
cairan tubuh.
2) Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektif lebih besar
dari cairan tubuh.
3) Larutan hipotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas efektiflebih kecil dari
cairan tubuh,mengandung lebih sedikit natrium dan klorida daripada di plasma.
Pertukaran Cairan Tubuh
37
Pertukaran cairan tubuh terjadi karena danya pergerakan cairan antara kompartemen. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi cairan. Pertukaran cairan tubuh terjadi melalui
proses difusi,osmosis,dan filtrasi dan transport aktif.
a. Difusi
Gerakan partikel dari larutan maupun gas secara acak dari area dengan konsentrasi
tinggi ke area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi terjadi ketika partikel melewati
lapisan yang tipis. Kecepatan difusi ditentukan oleh ukuran molekul,konsentrasi larutan dan
suhu larutan. Semakin besar molekul kecepatannya berkurang. Meningkatnya temperature
akan meningkatkan pergerakan molekul dan mempercepat difusi.
b. Osmosis
Gerakan air yang melewati membran semipermeabel dari area yang berkonsentrasi
rendah ke area dengan berkonsentrasi tinggi. Pergerakan cairan dalam proses osmosis tidak
terlepas adanya tekanan osmotik dan tekanan onkotik. Proses osmotic tidak terlepas dari
adanya osmolaritas cairan dan tonisitas.
c. Filtrasi
Gerakan cairan dari area yang mepunyai tekanan hidrostatik tinggi ke area yang
bertekanan hidrostatik rendah
d. Transport Aktif
Perpindahan partikel terlarut melalui membran sel dari konsentrasi rendah ke daerah
dengan konsentrasi tinggi dengan menggunakan energi. Proses ini sangat penting dalam
keseimbangan cairan intrasel dan ekstrasel terutama dalam perbedaan kadar sodium dan
potassium. Untuk mempertahankan porposi ion tersebut diperlukan mekanisme pompa
sodium-potasium,dimana potassium akan masuk dalam sel dan sodium keluar sel.
38
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak
daripada elektrolitnya.
3) Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya
daripada air.
Kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan akan menyebabkan volume
ekstrasel berkurang (hipovolume). Pada keadaan ini, tidak terjadi perpindahan
cairan daerah entrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi
kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama, maka kadar urea, nitrogen,
serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan terjadinya perpindahan cairan
intrasel ke pembuluh darah. Macam dehidrasi (kurang volume cairan)
berdasarkan derajatnya:
1) Dehidrasi berat
1) Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L
2) Serum natrium 159-166 mEq/Lt
3) Hipotensi
4) Turgor kulit buruk
5) Oliguria
6) Nadi dan pernapasan meningkat
7) Kehilangan cairan mencapai > 10%BB
2) Dehidrasi sedang
a) Kehilangan cairan 2-4 L atau antara 5-10%BB
b) Serum natrium 152-158mEq/Lt
c) Mata cekung
3) Dehidrasi ringan
a) Kehilangan cairan mencapai 5%BB
b) Pengeluaran cairan tersebut sekitar 1,5-2 Lt
b. Hipervolume atau overhidrasi
Terdapat dua menifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu hipervolume
(peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan
interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya terdapat di antar jaringan. Keadaan
hiperolume dapat menyebabkan pitting edema, merupakan edema yang berada di daerah
perifer atau akan mencekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal ini disebabkan
karena perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang
edema tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak
39
menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang
menyebabkan engumpulan membekunya cairan ke permukaan jaringan. Kelebihan cairan
vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan cairan kepermukaan
interstisial, sehingga menyebabkan edema anasarka (edema yang terdapat di seluruh tubuh).
Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan hingga ke
membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan dapat
mengakibatkan kematian. Manifestasi edema pru-paru adalah penumpukan sputum, dispnea,
batuk dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal jantungyang
mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru dan perpindahan cairan
ke jaringan paru-paru.
40
tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang
semuanya disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl
akan dipecah menjadi Na+ dan Cl-. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat
mengahantarkan arus litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang
terdapat pada cairan. Satuan pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent
(mEq). Satu milliequivalent adalah aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium
ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.
a. Keseimbangan Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan
mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.
1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)
Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan
dalam keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari
saluran pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel
melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan
dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium
serum menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan
meningkat. Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan
merangsang pelepasan ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148
mEq/Lt
2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)
Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada
pada cairan intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui
makanan seperti daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.
3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan
fosfor membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus
dan reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan
dalam tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan
41
oleh kelnjar tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid
dilepaskan sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi
peningkatan kadar kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi
tulang. Jumlah normal 4-5mEq/Lt.
4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)
Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam
metabolisme sel, sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya
didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus
halus, peningkatan absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.
5) Keseimbangan Fosfor (PO4-)
Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel,
tulang, otot rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia,
terutama fungsi otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat,
pembentukan tulang dan gigi, regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari
usus halus dan banyak ditemukan dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan
reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan
berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar kalsium meningkat akan menurunkan kadar
fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar 2,5-4,5 mEq/Lt.
6) Keseimbangan Klorida (Cl-)
Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam
pengaturan osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa,
berperan dalam buffer pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah.
Disekresi dan direabsorpsi bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon
aldosteron. Kadar klorida yang normal dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.
7) Keseimbangan Bikarbonat
Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi
utama yaitu regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal.
Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk
menurunkan PH. Nilai normal sekitar 25-29mEq/Lt.
b. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit
Elektrolit Pengaturan Fungsi
Reabsorpsi dan sekresi ginjal Pengaturan dan distribusi
Sodium ( )
Aldosteron,meningkatkan volume cairan ekstrasel
42
reabsorpsi natrium di duktus Mempertahankan volume
kolekting nefron darah
Menghantarkan impuls
saraf dan kontraksi otot
Sekresi dan konservasi oleh Mempertahankan
ginjal osmolaritas dan cairan
Aldosteron meningkatkan intrasel
pengeluaran Transmisi saraf dan impuls
Pemindahan dalam dan luar elektrik
Potassium ( ) sel Pengaturan transmisi
Insulin membantu impuls jantung dan
memindahkan ke dalam sel kontraksi otot
dan luar sel,jaringan yang Pengaturan asam basa
rusak Kontraksi tulang dan otot
polos
Distribusi antara tulang dan Pembentukan tulang dan
cairan ekstrasel gigi
Hormon paratiroid Transmisi impuls saraf
meningkatkan Pengaturan kontraksi otot
Kalsium ( ) serum ,kalsitonin Mempertahankan pace
menurunkan kadar serum maker jantung
Pembekuan darah
Aktivitas enzim
pancreas,seperti lipase
Dipertahankan dan Metabolisme intrasel
dikeluarkan oleh ginjal Pmpa sodium-potasium
Magnesium ( ) Meningkan adsorpsi oleh Relaksasi kontraksi otot
vitamin D dan hormon Transmisi impuls saraf
paratiroid Pengaturan fungsi jantung
Pengeluran dan reabsorpsi Produksi HCl
bersama sodium dalam ginjal Pengaturan keseimbangan
Klorida ( )
Aldosteron meningkatkan cairan ekstrasel dan
adsorpsi klorida dengan volume vaskuler
43
sodium Keseimbangan asam-basa
Eksresi dan reabsorpsi oleh Pembentukan tulang dan
ginjal gigi
Paratiroid hormon Metabolism
menurunkan kadar serum karbohidrat,lemak,dan
dengan meningkatkan sekresi protein
Pospat ( ) ginjal Metabolisme seluler
produksi ATP dan DNA
Fungsi otot,saraf,dan sel
darah merah
Pengaturan asam-basa
Pengaturan kadar kalsium
Eksresi dan reabsorpsi oleh Buffer utama dalam
Bikarbonat ( ) ginjal keseimbangan asam-basa
Pembentukan oleh ginjal
44
badan naik, serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat
disebabkan oleh dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya
sedikit.
c. Hipokalemia
Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam
darah. Hipokalemia ini dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang
mengalami diare yang berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi,
turunnya tekanan darah, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan
lunaknya otot, denyut jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium
plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.
d. Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi,
sering terjadi pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium
yang berlebihan melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem
pencernaan, aritmia, kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan
irritable (peka rangsang), serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.
e. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang
ditandai de:ngan adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam
plasma kurang dari 4,3 mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat
disebabkan oleh pengaruh pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium
karena sekresi intestinal.
f. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D
secara berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-
mual, koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.
g. Hipomagnesia
Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi,
disorientasi dan konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.
h. Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.
45
Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah
mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering
terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin
dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen
otot. Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh. Misalnya :
Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan
intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis
Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
46
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi
cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
47
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + HCO3
(asam karbonat)
c. Pengaturan oleh Ginjal
Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan
pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidak-
seimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan
pengeluaran selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH
menjadi turun (asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion
hydrogen. Pada keadaaan alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat
dan menahan ion hydrogen. Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.
48
Alkalosis Respiratorik terjadi ketika banyak yang dikeluarkan terlalu cepat,sehingga terjadi
penurunan kadar darah dan penurunan asam karbonat,pH menjadi meningkat. Penyebabnya
adalah : demam tinggi,anemia berat,kecemasan akut,keracunan aspirin. Hasil analisa gas
darah : pH meningkat, menurun, normal.
Hasil Analisa Gas Darah Ketidakseimbangan Asam-Basa
Kondisi Ph
Asam basa seimbang 7,35-7,45 22-26 mEq/L 35-45 mmHg
Asidosis metabolik < 7,35 < 22 mEq/L Normal atau < 35
Asidosis respiratorik < 7,35 Normal atau >26 >45 mmHg
Alkalosis metabolik >7,45 >26 mEq/L Normal atau >45
Alkalosis respiratorik >7,45 Normal atau < 22 < 35 mmHg
Pada wanita hamil, ketika usia kehamila 10 minggu terjadi penurunan sekitar 5 mmHg
(Lowdermilk,2000). Hormon progesteron mungkin bertanggun jawab terhadap peningkatan
sensetifitas dari reseptor pusat pernapasan sehingga tidal volume meningkat dan menjadi
menurun,base exes (bikarbonat) menjadi menurun,pH meningkat menimbulkan respiratori
alkalosis.
49
Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan dalam sehari adalah sekitar 6-8 gelas
(1500-2000 ml).
Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12 gelas per hari.
atau paling tidak minum setiap 15 menit sekali.
Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah.
Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi dengan usaha
memasukkan kembali makanan dan minuman, maka terjadi dehidrasi.
50
BAB III
PENUTUP
a. Simpulan
Sistem urinal (urinary tract) adalah sistem saluran dalam tubuh manusia, meliputi ginjal
dan saluran keluarnya yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dari zat-zatyang tidak
diperlukan. Zat yang diolah oleh sistem ini selalu berupa sesuatu yang larut dalam
air.Sistem ini terdiri dari sepasang ginjal (ren,kidney) dengan saluran keluar urine berupa
ureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah kandung kemih (urinary bladder,
vesica urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan (pubic bone). Urine
selanjutnya dialihkan keluar melalui sebuah urethra.
b. Saran
Kepada yang membaca makalah sederhana ini, harapan saya semoga
dapat memahami betul sehingga penyakit – penyakit yang berhubungan dengan system
perkemihan ini dapat di hindari.
51
DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
J. C.E Underwood.1999. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed4. Jakarta.
EGC. 1995.
Sylvia Anderson Price. 1991. Patofisiologi-Konsep Klinik dan proses-proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,VoL 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
anonim. 2007. Anatomi fisiologi sistem perkemihan
http://sumberkeperawatan.blogspot.com/2010/07/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-dengan.html (accesed : 10 September 2012)
anonim. 2009. Proses kimia dan fisika pada sistem urinaria
http://ppnikarangasem.blogspot.com/2010/02/asuhan-keperawatan-pada-klien-
dengan.html (accesed : 10 September 2012)
52