OLEH :
NI WAYAN YULIANTARI
1002105059
2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Pada tahun 1980 gastroenteritis dari semua penyebab kematian 4,6 juta
disebabkan pada anak-anak. Kurangnya air bersih dan pengolahan limbah telah
berkontribusi pada penyebaran infeksi gastroenteritis. Tingkat kematian saat ini telah
turun secara signifikan menjadi sekitar 1,5 juta kematian setiap tahunnya di tahun
2000, sebagian besar disebabkan oleh pengenalan global terapi rehidrasi oral. Insiden
di negara maju setinggi 1-2,5 kasus per anak per tahun dan merupakan penyebab
utama rawat inap di kelompok usia ini. Usia, kondisi hidup, kebersihan dan kebiasaan
budaya merupakan faktor penting. Etiologi agen bervariasi tergantung pada iklim.
Selanjutnya, sebagian besar kasus gastroenteritis terlihat selama musim dingin di
daerah beriklim sedang dan selama musim panas di daerah tropis.
3. Penyebab/Etiologi/Faktor Predisposisi
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a) Faktor infeksi
Infeksi internal
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis
pada anak. Infeksi internal meliputi :
a. Infeksi bakteri: basiler disentri, escherichia colli, salmonella
b. Infeksi virus: enterovirus, adenovirus, rotavirus
c. Infeksi parasit: cacing, protozoa, jamur
Gambar 1:
Penyebab diare oleh bakteri
atau parasit
Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan
seperti tonsilitis, brochopneumoni, encefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama pada bayi dan anak yang berumur dibawah 2 tahun.
b) Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
c) Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleran laktosa, maltosa) pada bayi
dan anak yang tersering adalah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak dan protein
d) Faktor psikologis: rasa takut dan cemas biasanya terjadi pada anak lebih besar
(Mansjoer, 2000).
4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus,
parasit), faktor malabsorbsi, faktor makanan dan faktor fisiologis. Diare karena
infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau minuman yang masuk ke dalam
tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung yang kemudian bakteri
dibunuh oleh asam lambung. Namun, bila jumlah bakteri terlalu banyak maka ada
beberapa yang lolos sampai ke duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan
kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering diserang adalah usus. Di dalam usus
tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang
menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang
sekresi cairan-cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan.
Sebagai akibat dari keadaan ini volume cairan di dalam lumen usus meningkat yang
mengakibatkan dinding usus menggembung dan sebagian dinding usus akan
mengadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di
usus besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus maka
akan terjadi diare.
Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan
atau zat tidak dapat diserap sehingga tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi.
Akibatnya terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan
mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik
sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan
bakteri akan tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan di rongga usus
menyebabkan klien mengeluh perut terasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri
perut/kram timbul karena metabolisme KH oleh bakteri di usus yang menghasilkan
gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada
keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun.
Karena terjadi ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien jatuh pada keadaan dehidrasi yang
ditandai dengan berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa
menjadi cekung (pada bayi), mukosa bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan
gangguan nutrisi sehingga klien lemas. Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa
usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan membuat cairan ektraseluler dan intraseluler menurun. Di
mana selain itu air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini
berlanjut terus maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan
sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok
hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, klien sangat lemah kesadaran menurun. Selain itu, akibat lain
dari kehilangan cairan ektrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis
metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam
(pernafasan kussmaul).
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stress,
marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenal di bawah pengendalian sistem
pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur
metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi
peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus. (Ngastiyah, 2005;
Syaifuddin, 1999)
5. Klasifikasi gastroenteritis
Klasifikasi gastroenteritis:
a) Gastroenteritis akut: biasanya disebabkan oleh agen infeksi. Patogenesisnya yaitu:
Mikroorganisme/makanan masuk ke alat pencernaan
Mikroorganisme tersebut berkembang biak setelah berhasil melewati asam
lambung
Mikroorganisme membentuk toksin (endotoksin)
Terjadi rangsangan pada mukosa usus sehingga terjadi hiperperistaltik dan
sekresi cairan untuk membuang mikroorganisme/makanan tersebut
sehingga terjadi diare
b) Gastroenteriris kronik: dapat disebabkan oleh malnutrisi. Patogenesisnya yaitu:
Infeksi bakteri misalnya E. Coli patogen yang sudah rentan. Tumbuh
secara berlebihan dari bakteri non patogen seperti pseudomonas, proteus,
stafilococus dan sebagainya.
Investasi parasit terutama Entamoeba histolitica, candida dan trikusis
Ganmgguan imunologik. Defisisensi secretary Ig A akan menyebabkan
tubuh tidak mampu mengatasi infeksi parasit dalam usus
Klasifikasi gastroenteritis (Kapita Selekta edisi 3, 1999) :
1. Gastroenteritis koleriform: disebabkan oleh fibrio, eschercia colli, clostriclia, dan
intoksikosi makanan.
2. Gastroenteritis degentriforin: disebabkan oleh sigella, salmonella, entamoeba
histolitica
Adanya peningkatan frekuensi buang air besar dan keenceran tinja merupakan akibat
dari iritasi usus oleh suatu patogen yang mempengaruhi lapisan usus sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik dan peningatan motilitas usus. Ini
menyebabkan banyak air dan mineral terbuang karena waktu penyerapan berkurang
sehingga penderita gastroenteritis dapat mengalami dehidrasi. Berdasarkan keadaan
klinik, dehidrasi dapat dibagi 3 (Soeparman, 1997) yaitu:
a. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dari berat badan.
Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kurang, suara serak, penderita belum jatuh
dalam keadaan preshock.
b. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% dari berat badan.
Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh, preshock, nadi cepat, nafas
cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat: kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan.
Gambaran klinis: turgor jelek, serak, penderita jatuh preshock atau shock nadi
cepat, nafas cepat dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku, sianosis.
Perhitungan balance
Jumlah cairan yang masuk:
1. Air (makanan, minuman)
2. Cairan infus
3. Air metabolisme
4. Injeksi
Jumlah cairan yang keluar
1. Urine
2. IWL
3. Feses
4. Muntah, perdarahan, cairan drain, NGT
Catatan:
1. Urine normal > 0,5 – 1 cc / kg BB/jam
2. Feses 100 cc/hari
3. WIL: Dewasa 15 cc / kg BB/hari
Anak (30 – usia) cc/kg BB/hari
Kenaikan suhu IWL + 200 (suhu badan – 36,8oC)
4. Air metabolisme balita: 8 cc/kg BB/hari
7. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi: adanya distensi abdomen.
c) Palpasi: turgor kulit melambat
d) Auskultasi: terdengarnya bising usus.
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung
lebih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
tersebut a.l pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung
jenis leukosit), kadar eliktrolit serum, ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan
pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis
dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien dengan diare karena
virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukosit yang normal atau
limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif
ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia
dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa
adanya kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan
untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi
bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa (Sudoyo,2007:408).
9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis
Gastroenteritis didiagnosis berdasarkan gejala, riwayat medis yang lengkap dan
pemeriksaan fisik. Riwayat medis yang akurat dapat memberikan informasi berharga
mengenai keberadaan atau tidak adanya gejala yang sama pada anggota lain dari
keluarga pasien. Tidak ada tes diagnostik khusus yang diperlukan pada kebanyakan
pasien dengan gastroenteritis sederhana. Riwayat medis lengkap dapat membantu
dalam mendiagnosis gastroenteritis. Sebuah riwayat medis lengkap dan akurat dari
pasien mencakup informasi tentang sejarah perjalanan, pajanan terhadap racun atau
iritasi, diet, kebiasaan persiapan makanan atau penyimpanan dan obat-obatan.
Keracunan makanan harus dipertimbangkan dalam kasus-kasus ketika pasien itu
terkena makanan kurang matang atau tidak disimpan. Mendeteksi agen infeksi
spesifik diperlukan dalam rangka untuk menentukan diagnosis yang tepat dan rencana
pengobatan yang efektif. Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mencari
kemungkinan penyebab lain dari infeksi. Kondisi seperti usus buntu, kandung
empedu penyakit, pankreatitis atau divertikulitis dapat menyebabkan gejala serupa
tetapi pemeriksaan fisik akan mengungkapkan nyeri spesifik di bagian perut yang
tidak hadir dalam gastroenteritis.
B. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi
seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Pemberian antibiotik secara
empiris dapat dilakukan (tabel 2), tetapi terapi antibiotik spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman.
Turgor kulit normal (skala untuk menyimpan dan menjaga 6. Mencegah terjadinya
(skala 5)
5. PK syok hipovolemik Setelah dilakukan tindakan NIC Label 1. Untuk mengetahui
keperawatan selama…x 24 Shock management kondisi pasien.
menit keadaan syok dapat 1. Lakukan monitoring terhadap Menghindari terjadinya
teratasi dengan criteria hasil tanda vital, status mental dan penurunan status.
NOC Label output urine. 2. Untuk menggantikan
Vital Sign 2. Berikan cairan cristaloid cairan yang hilang.
Suhu tubuh dalam rentang melalui intravena 3. Untuk memenuhi
normal (36,50C - 37,50C) 3. Berikan terapi oksigen kebutuhan oksigen
Tekanan sistolik dalam 4. Lakukan pemeriksaan AGD pasien dan untuk
rentang normal 5. Monitoring jumlah PaO2, mengelola keadaan
Tekanan diastolic dalam SaO2, hemoglobin dan cardiac asidosis pada pasien.
rentang normal output. 4. Untuk mengetahui
Kedalaman bernapas dalam 6. Pantau hasil laboratorium keadaan asam basa
rentang normal terhadap perubahan oksigenasi pasien.
Respiration rate dalam dan keseimbangan asam basa 5. Penurunan PaO2, SaO2,
rentang normal (12-20 kali 7. Monitoring status cairan intake hemoglobin dan cardiac
per menit) dan output output menandakan
Nadi (60-100 kali per 8. Monitoring fungsi ginjal (eg. pasien syok
menit) BUN dan SC) 6. Untuk melihat
Electrolyte & Acid/Base 9. Pasangkan kateter urin perubahan kondisi
Balance : 10. Berikan dukungan emosional pasien.
mg/dl) cairan
Temperatur tubuh dalam 7. Pantau tanda dan gejala dari 6. Mengetahui tanda dan
Kelembaban membran
mukosa normal (skala 5)
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica Aesculpalus. Jakarta:
FKUI
Joanne & Gloria. 2004. Nursing Intervension Classification Fourth Edition. USA: Mosby Elsevier
Lung E, Acute Diarrheal Disease. In: Friedman SL, McQuaid KR, Grendell JH, editors.
Current Diagnosis and Treatment in Gastroenterology. 2nd edition. New York: Lange
Medical Books, 2003. 131 - 50.
Noer, Syaifullah, dkk. 1999. Ilmu Penyakit Dalam Edisi. 3. Jakarta : FKUI
Saifuddin, Azwar. 1999. Reliabilitas dan validitas: Seri pengukuran Psikologi. Yogyakarta:
Sigma Alpha
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008. Nursing Outcomes Classification Fourth Edition,
USA: Mosby Elsevier
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
1014. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wells BG, DiPiro JT, Schwinghammer TL, Hamilton CW. Pharmacotherapy Handbook. 5th
ed. New York: McGraw-Hill, 2003. 371-79.
Wong, D.L. 1996. Wong & Whaley’s: Clinical manual of pediatric nursing. St.Louis: Mosby.
PATHWAY
Kerusakan vili
usus Rangsangan
anoreksia
mual
Fungsi usus
menurun muntah Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
Kemampuan mencerna dan kebutuhan tubuh
menyerap makan menurun
Mual
Akumulasi cairan
dan elektrolit di
lumen usus
hiperperistaltik
GASTROENTERITIS
Penurunan kesadaran
kematian