Anda di halaman 1dari 46

KEPERAWATAN KOMUNITAS I (GERONTIK)

ASKEP GERONTIK PADA LANSIA DENGAN DEPRESI

MADE DIAN KUMARAWATI (173222787)


I MADE SUTAMA (173222781)
LUH PUTU ARTHA SUCI (173222786)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
TAHUN AJARAN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang mahaesa, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Askep Depresi pada Lansia. Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas
matakuliah Komunitas I
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga berhasil, terutama
kepada dosen pembimbing.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan
buku pegangan dan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya menbangun demi kepentingan makalah penulis di masa mendatang.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dengan adannya makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan khususnya pada penulis sendiri.

Denpasar 25 Februari 2018

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................. ii
Daftar Isi ................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
D. Metode Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Laporan Pendahuluan ............................................................................... 3
B. Asuhan Keperawatan ............................................................................... 24
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 42
B. Saran ................................................................................ 42
DaftarPustaka 43

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberadaan lansia yang semakin meningkat akan menimbulkan berbagai macam
masalah yang muncul seperti masalah fisik, psikologis, dan sosial akibat proses degeneratif
yang muncul dengan seiring bertambahnya usia, sehingga akan menjadi tantangan bagi lansia
dan lingkunganya. Semua orang akan mengalami masa tua atau lanjut usia yang secara alami
tidak dapat dihindarkan. The National Od Peoples Welfore Council mengemukakan bahwa
penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam yakni depresi mental,
gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan
pada sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, kecemasan, dekompensasi
kordis, diabetes mellitus, osteomalasia dan hipoteriodisme serta gangguan defekasi (Nugroho,
2008).
Perubahan pada lansia ini salah satunya adalah terjadi perubahan psikologi seperti
terjadinya depresi. Depresi ini merupakan gangguan mental yang sering diderita para lanjut
usia. Depresi menjadi salah satu problem gangguan mental yang sering ditemukan pada lanjut
usia. Prevalensinya diperkirakan 10%-15% dari populasi lanjut usia dan diduga sekitar 60%
dari pasien di unit Geriatri menderita depresi, sehingga gejala depresi yang muncul seringkali
dianggap sebagai bagian dari proses menua (Soejono, 2000). Angka kejadian depresi pada
lansia usia diatas 65tahun diperkirakan sekitar 10-30% (Zerhusen dalam Pawlinska-Chmara,
2005)

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari lansia ?
2. Apa defenisi depresi pada lansia ?
3. Apa saja etiologi depresi pada lansia ?
4. Bagaimana patofisiologi depresi pada lansia ?
5. Apa saja gambaran klinik dari depresi pada lansia ?
6. Apa saja faktor resiko depresi pada lansia ?
7. Apa tingkatan depresi pada lansia ?
8. Apa saja dampak depresi pada lansia ?
9. Bagaimana pemeriksaan depresi pada lansia ?
10. Bagaimana penatalaksanaan depresi pada lansia ?

1
11. Bagaimana askep dari depresi pada lansia ?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengertian dari lansia
2. Mengetahui defenisi depresi pada lansia
3. Mengetahui etiologi depresi pada lansia
4. Mengetahui patofisiologi depresi pada lansia
5. Mengetahui gambaran klinik dari depresi pada lansia
6. Mengetahui faktor resiko depresi pada lansia
7. Mengetahui tingkatan depresi pada lansia
8. Mengetahui dampak depresi pada lansia
9. Mengetahui bagaimana pemeriksaan depresi pada lansia
10. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan depresi pada lansia
11. Mengetahui askep dari depresi pada lansia

D. METODE PENULISAN
Makalah ini disusun berdasarkan kajian pustaka dan studi literatur

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. KONSEP DASAR TEORI
a. Lanjut Usia Dan Permasalahannya
Dewasa akhir (late adulthood) atau lanjut usia, biasanya merujuk pada tahap
siklus kehidupan yang dimulai pada usia 65 tahun. Ahli gerontologi membagi
lanjut usia menjadi dua kelompok: young-old, berusia 65-74 tahun; dan old-old,
berusia 75 tahun ke atas. Kadang-kadang digunakan istilah oldest old untuk
merujuk pada orang-orang yang berusia 85 tahun ke atas (Sadock & Sadock,
2007).
Idealnya seorang lansia dapat menjalani proses menua secara normal sehingga
dapat menikmati kehidupan yang bahagia dan mandiri. Menurut Rowe & Kahn,
proses penuaan yang sukses merupakan suatu kombinasi dari tiga komponen: (1)
penghindaran dari penyakit dan ketidakmampuan; (2) pemeliharaan kapasitas
fisik dan kognitif yang tinggi di tahun-tahun berikutnya; dan (3) keterlibatan
secara aktif dalam kehidupan yang berkelanjutan (Hoyer & Roodin, 2003).
Masalah-masalah yang berhubungan dengan usia lanjut adalah masalah
kesehatan – baik kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, masalah
ekonomi, dan masalah psikologis. Menurut Gottlieb dalam Goldman (2000),
banyak orang menghadapi proses penuaan dengan keprihatinan. Di banyak
negara, penuaan dikaitkan dengan ketidakmampuan, defisit kognitif, dan
kesendirian (Hoyer & Roodin, 2003). Menurut Setiati, Harimurti, dan Roosheroe
(2006), proses menua merupakan sebuah waktu untuk berbagai kehilangan:
kehilangan peran sosial akibat pensiun, kehilangan mata pencaharian, kehilangan
teman dan keluarga.
Ketika manusia semakin tua, mereka cenderung untuk mengalami masalah-
masalah kesehatan yang lebih menetap dan berpotensi untuk menimbulkan
ketidakmampuan. Kebanyakan lansia memiliki satu atau lebih keadaan atau
ketidakmampuan fisik yang kronis (Papalia, Olds, dan Feldman, 2003). Masalah
kesehatan kronik yang paling sering terjadi pada lansia adalah artritis, hipertensi,
gangguan pendengaran, penyakit jantung, katarak, deformitas atau kelemahan

3
ortopedik, sinusitis kronik, diabetes, gangguan penglihatan, varicose vein (Sadock
& Sadock, 2007).
Ketidakmampuan fungsional yang merupakan akibat dari beberapa penyakit
medis yang terjadi bersama-sama dan ketidakmampuan ortopedik dan neurologik
pada lansia merupakan suatu kehilangan yang besar. Dalam Blazer (2003)
disebutkan bahwa ketidakmampuan fisik tampaknya membawa jumlah kejadian
hidup negatif yang lebih tinggi. Ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan
keterbatasan untuk melakukan aktivitas sosial atau aktivitas di waktu luang
(leisure activities) yang bermakna, isolasi, dan berkurangnya kualitas dukungan
sosial.
Dalam Goldman (2000) disebutkan bahwa berbagai kehilangan dan kejadian
hidup yang merugikan merupakan penentu utama penyakit-penyakit psikiatrik
pada lansia. Kehilangan teman-teman dan orang-orang yang dicintai
menyebabkan terjadinya isolasi sosial. Kehilangan anak, atau yang lebih sering,
kehilangan pasangan merupakan faktor risiko penting untuk depresi mayor,
hipokondriasis, dan penurunan fungsi.
Lansia lebih mudah untuk mengalami isolasi sosial. Dalam Hoyer & Roodin
(2003) disebutkan bahwa lansia memiliki jaringan dukungan sosial yang lebih
kecil daripada orang yang lebih muda, dan jaringan ini didominasi oleh sanak
saudara.
Menurut Goldman (2000), pengunduran diri (retirement) atau kehilangan
fungsi utama di rumah, terutama ketika hal tersebut tidak direncanakan atau
diinginkan, berhubungan dengan kelesuan, involusi (degenerasi progresif), dan
depresi. Retirement berhubungan dengan pengurangan pendapatan personal
sebesar sepertiga sampai setengahnya. Perubahan peran akan berdampak
langsung pada penghargaan diri. Retirement juga akan menyebabkan perubahan
gaya hidup pada pasangannya dan menyebabkan beberapa adaptasi dalam
hubungan mereka. Dalam Hoyer & Roodin (2003) disebutkan bahwa sekitar 15%
lansia mengalami kesulitan-kesulitan besar dalam penyesuaian diri terhadap
retirement.
Hal-hal di atas menyebabkan lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami
masalah kesehatan mental. Gangguan yang sering terjadi meliputi depresi,
kecemasan, alkoholisme, dan gangguan dalam penyesuaian terhadap kehilangan
atau disabilitas fungsional (Hoyer & Roodin, 2003).

4
b. Depresi Pada Lansia
1) Definisi
Depresi merupakan suatu gangguan mood. Mood adalah suasana perasaan
yang meresap dan menetap yang dialami secara internal dan yang
mempengaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunia (Sadock &
Sadock, 2007)
Depresi ialah suasana perasaan tertekan (depressed mood) yang dapat
merupakan suatu diagnosis penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons
dari kondisi penyakit lain dan stres terhadap lingkungan. Depresi pada lansia
adalah depresi sesuai kriteria DSM-IV. Depresi mayor pada lansia adalah
didiagnosa ketika lansia menunjukkan salah satu atau dua dari dua gejala inti
(mood terdepresi dan kehilangan minat terhadap suatu hal atau kesenangan)
bersama dengan empat atau lebih gejala-gejala berikut selama minimal 2
minggu: perasaan diri tidak berguna atau perasaan bersalah, berkurangnya
kemampuan untuk berkonsentrasi atau membuat keputusan, kelelahan, agitasi
atau retardasi psikomotor, insomnia atau hipersomnia, perubahan signifikan
pada berat badan atau selera makan, dan pemikiran berulang tentang kematian
atau gagasan tentang bunuh diri (American Psychiatric Association/APA,
2000).
2) Etiologi
Adapun penyebab terjadinya dipresi
(a) Kekecewaan.
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang
menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat–saat khusus
jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada orang lain
yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa,
hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus-menerus
akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
(b) Kurang Rasa Harga Diri
Ciri–ciri universal yang lain dari orang yang depresi adalah kurangnya
rasa harga diri sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-
lebihkan menjadi estrim, karena harapan-harapan yang realistis membuat
dia tak mampu merestor dirinya sendiri hal ini memang benar khususnya

5
pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas
dengan prestasi yang dicapainya
(c) Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai
nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik
dia maka depresi mungkin terjadi
(d) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organik contoh
individu yang mempunyai penyakit kronis seperti ca. mamae dapat
menyebabkan depresi.
(e) Aktivitas Mental yang Berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
(f) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu
tak terpenuhi maka terjadilah depres
3) Patofisiologi
Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi
seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada
dalam afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah
sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan sayang emosi ini terjadi sebagai kasih
sayang seseorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya
baik interenal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari
reaksi adaptif sampai maladaptif.

Rentang Respon
Respon adaptif Respon maladaptif

Responsif Reaksi kehilangan yang Supresi Reaksi kehilangan Mania/


wajar yang memanjang Depresi

6
(a) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan
yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
(1) Respon emosi yang responsif
Keadaan individu yang terbuka mau mempengaruhi dan menyadari
perasaannya sendiri dapat beradaptasi dengan dunia internal dan
eksternal
(2) Reaksi kehilangan yang wajar
Reaksi yang dialami setiap orang mempengaruhi keadaannya seperti :
a. Bersedih
b. Berhenti kegiatan sehari–hari
c. Takut pada diri sendiri
d. Berlangsung tidak lama.
(b) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan respon ini dapat
dibagi 2 tingkatan yaitu :
(1) Supresi
Tahap awal respon maladaptif  individu menyangkal perasaannya
dan menekan atau menginternalisasi aspek perasaan terhadap
lingkungan
(2) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang  mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih terlebih, rendah diri.
(3) Mania/ Depresi
Gangguanalamperasaankesaldandimanifestasikandengangangguanfung
sisosialdanfungsifisik yang hebatdanmenetappadaindividu yang
bersangkutan
4) Gambaran Klinik
Ciri-ciri pokok untuk episode depresif mayor adalah suatu periode
paling sedikit 2 minggu yang mana selama masa tersebut terdapat mood
terdepresi atau kehilangan ketertarikan atau kesenangan dalam hampir semua
aktivitas. Individu dengan depresi juga harus mengalami paling sedikit empat
gejala tambahan yang ditarik dari suatu daftar yang meliputi perubahan-
perubahan dalam nafsu makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas

7
psikomotorik; energi yang berkurang; perasaan tidak berharga atau bersalah;
kesulitan dalam berpikir, berkonsentrasi, atau membuat keputusan; atau
pemikiran-pemikiran berulang tentang kematian atau pemikiran, rencana-
rencana, atau usaha untuk bunuh diri (American Psychiatric Association).
Dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi lain pada
lanjut usia:
a) kecemasan dan kekhawatiran

b) keputusasaan dan keadaan tidak berdaya

c) masalah-masalah somatik yang tidak dapat dijelaskan

d) iritabilitas

e) kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet

f) psikosis

Manifestasi depresi pada lansia berbeda dengan depresi pada pasien


yang lebih muda. Gejala-gejala depresi sering berbaur dengan keluhan
somatik. Keluhan somatik cenderung lebih dominan dibandingkan dengan
mood depresi. Gejala fisik yang dapat menyertai depresi dapat bermacam-
macam seperti sakit kepala, berdebar-debar, sakit pinggang, gangguan
gastrointestinal, dan sebagainya (Mudjaddid, 2003). Penyakit fisik yang
diderita lansia sering mengacaukan gambaran depresi, antara lain mudah
lelah dan penurunan berat badan (Soejono, Probosuseno, dan Sari, 2006).
Inilah yang menyebabkan depresi pada lansia sering tidak terdiagnosa
maupun diterapi dengan baik.
Sedangkan menurut Greg Wilkinson, tanda dan gejala depresi terbagi
atas:
a) Suasana Hati
(1) Sedih
(2) Kecewa
(3) Murung
(4) Putus Asa
(5) Rasa cemas dan tegang
(6) Menangis
(7) Perubahan suasana hati
(8) Mudah tersinggung
8
b) Fisik
(1) Merasa kondisi menurun, lelah
(2) Pegal-pegal
(3) Sakit
(4) Kehilangan nafsu makan
(5) Kehilangan berat badan
(6) Gangguan tidur
(7) Tidak bisa bersantai
(8) Berdebar-debar dan berkeringat
(9) Agitasi
(10) Konstipasi.
5) Faktor Resiko untuk Perkembangan Terjadinya Depresi pada Lanjut Usia
Hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan untuk dikaitkan dengan
perkembangan terjadinya suatu gangguan depresif dan dapat dipakai sebagai
satu cara pengenalan dan mentargetkan kelompok risiko tinggi, yaitu:
a) Penyakit fisik, terutama yang menimbulkan rasa sakit atau
ketidaksanggupan, kondisi kesehatan menurun dan tubuh lemah
b) Merasa kesepian, atau anggota keluarga terlalu sibuk, perhaulan kurang
dan rekreasi terbatas
c) Ada duka cita saat ini, atau peristiwa kehidupan buruk yang lain.
d) Gangguan pendengaran.
e) Adanya riwayat keluarga dengan gangguan depresif.
f) Dementia dini.
g) Penghasilan menurun
h) Ada penggunaan obat-obat tertentu seperti: steroid, mayor transquilizer,
dan lain-lain.
Selain itu, dari penelitian yang telah dilakukan didapati bahwa: penyebab
yang paling sering terjadinya kematian pada pasien gangguan depresif usia
lanjut adalah oleh karena kondisi kardiovaskular yang bisa berupa:
stroke,myocard infarct, dan sebagainya. Kemudian kanker merupakan
penyebab kedua yang paling sering sebagai penyebab kematian pada penderita
gangguan depresif pada usia lanjut.
Faktor lain yang memberikan kontribusi timbulnya depresi tersebut
berdasarkan hasil angket dan observasi adalah strategi coping pada lansia itu

9
sendiri yang kurang baik. Strategi coping adalah suatu bentuk usaha yang
dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan tekanan-tekanan
psikologis atau stres dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah atau tugas.
6) Tingkatan Depresi pada Lansia
Menurut Depkes RI tahun 2001 tingkatan depresi yaitu:
a) Depresi ringan
Suasana perasaan yang depresif, Kehilangan minat, kesenangan dan
mudah lelah, konsentrasi dan perhatian kurang, harga diri dan
kepercayaan diri kurang, perasaan salah dan tidak berguna, pandangan
masa depan yang suram, gagasan dan perbuatan yang membahayakan diri,
tidak terganggu dan nafsu makan kurang.
b) Depresi Sedang
Kesulitan nyata mengikuti kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga
c) Depresi berat tanpa gejala maniak
Biasanya Gelisah, kehilangan harga diri dan perasaan tidak berguna,
keinginan bunuh diri
Gangguan depresi dibedakan dalam depresi ringan, sedang dan berat sesuai
dengan banyak dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi
kehidupan seseorang. Menurut ICD 10, pada gangguan depresi ada 3 gejala
utama yaitu:
a) Mood terdepresi (suasana perasaan hati murung/sedih),
b) Hilang minat atau gairah,
c) Hilang tenaga dan mudah lelah, yang disertai dengan gejala lain seperti:\
d) Konsentrasi menurun,
e) Harga diri menurun,
f) Perasaan bersalah,
g) Pesimis memandang masa depan,
h) Ide bunuh diri atau menyakiti diri sendiri,
i) Pola tidur berubah,
j) Nafsu makan menurun.

10
Tabel. Pedoman Berat Ringannya Depresi
Depresi Gejala Gejala lain Fungsi Keterangan
Utama
Ringan 2 2 Baik Distress +
Sedang 2 3 atau 4 Terganggu Berlangsung
minimal 2
minggu
Berat 3 4 Terganggu Intensitas gejala
berat sangat berat
Sumber: Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2000

7) Dampak Depresi Pada Lansia


Pada usia lanjut depresi yang berdiri sendiri maupun yang bersamaan
dengan penyakit lain hendaknya ditangani dengan sungguh-sungguh karena
bila tidak diobati dapat memperburuk perjalanan penyakit dan memperburuk
prognosis.
Pada depresi dapat dijumpai hal-hal seperti di bawah ini (Mudjaddid, 2003):
a) Depresi dapat meningkatkan angka kematian pada pasien dengan
penyakit kardiovaskuler

b) Pada depresi timbul ketidakseimbangan hormonal yang dapat


memperburuk penyakit kardiovaskular. (Misal: peningkatan hormon
adrenokortikotropin akan meningkatkan kadar kortisol).
c) Metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi akan menimbulkan
efek trombogenesis.
d) Perubahan suasana hati (mood) berhubungan dengan gangguan respons
imunitas termasuk perubahan fungsi limfosit dan penurunan jumlah
limfosit.

e) Pada depresi berat terdapat penurunan aktivitas sel natural killer.


f) Pasien depresi menunjukkan kepatuhan yang buruk pada program
pengobatan maupun rehabilitasi.
Depresi pada lansia yang tidak ditangani dapat berlangsung bertahun-
tahun dan dihubungkan dengan kualitas hidup yang jelek, kesulitan dalam
fungsi sosial dan fisik, kepatuhan yang jelek terhadap terapi, dan

11
meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat bunuh diri dan penyebab
lainnya (Unützer, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa depresi
pada lansia menyebabkan peningkatan penggunaan rumah sakit dan
outpatient medical services (Blazer, 2003).
Depresi mayor pada lansia setelah masa follow-up yang lebih lama
menunjukkan perjalanan yang kronik pada beberapa penelitian (Blazer,
2003). Penelitian-penelitan menunjukkan bahwa orang-orang yang pernah
memiliki suatu episode depresi mayor cenderung memiliki episode
tambahan. Lansia mungkin membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih
dari depresi dan memiliki waktu untuk relapse yang lebih singkat daripada
orang-orang yang lebih muda (Gallo & Gonzales, 2001).

8) Pemeriksaan Depresi
Salah satu langkah awal yang penting dalam penatalaksanaan depresi
adalah mendeteksi atau mengidentifikasi. Sampai saat ini belum ada suatu
konsensus atau prosedur khusus untuk penapisan/skrining depresi pada
populasi usia lanjut.
Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah Geriatrik
Depression Scale (GDS) yang terdiri dari 15 pertanyaan yang harus dijawab
oleh pasien sendiri.
Geriatric Depression Scale:
a) Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda?
b) Apakah anda mengalami penurunan banyak kegiatan dan minat?
c) Apakah anda merasa hidup anda kosong?
d) Apakah anda merasa sering bosan?
e) Apakah anda mersa semangat terus pada sebagian besar kehidupan anda?
f) Apakah anda takut kalau hal-hal jelek menimpa kehidupan anda?
g) Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
h) Apakah anda lebih suka di rumah daripada pergi keluar dan melakukan
hal-hal yang baru?
i) Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah daya ingat pada
sebagian besar waktu anda?
j) Apakah anda berfikir sangat indah kehidupan sekarang?
k) Apakah anda merasa bahwa yang menarik bagi anda tidak berguna lagi?

12
l) Apakah anda merasa senang dengan mengambil cara yang tidak berharga
seperti sekarang ini?
m) Apakah anda merasa penuh energI?
n) Apakah anda merasa situasi anda tidak ada harapan?
o) Apakah anda merasa kebanyakan orang-orang lebih baik daripada anda?
Penilaian : Dari 15 pertanyaan masing-masing memiliki skor 1, di
mana masing-masing jawaban terdiri dari ya dan tidak, Jika skor lebih besar
daripada 5 menunjukkan kemungkinan gejala depresi(Bongsoe, 2007).
Bilamana ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada depresi harus
dilakukan lagi pemeriksaan yang lebih rinci sebagai berikut :
a) Riwayat klinis/anamnesis
Riwayat keluarga Gangguan psikiatrik yang lampau Kepribadian
Riwayat sosial Ide/percobaan bunuh diri,Gangguan-gangguan somatik
Perkembangan gejala-gejala depresi.
b) Pemeriksaan fsik
Pemeriksaan fisik pada pasien depresi sangat penting karena gejala-
gejala depresi sering disertai dengan penyakit fisik. Depresi dapat
merupakan gejala dari suatu penyakit fisik, contohnya penyakit Cushing,
karsinoma paru, usus besar atau pankreas. Di samping itu depresi dapat
muncul sebagai reaksi sekunder terhadap disabilitas dan discomfort
(ketidaknyamanan). Penilaian terhadap status nutrisi dan hidrasi sebaiknya
dilakukan, karena kurangnya intake makan dan minum pasien
sebelumnya.
c) Pemeriksaan kognitif
Penilaian AMT atau MMSE pada usia lanjut yang menunjukkan gejala
depresi bermanfaat dalam follow-up penatalaksanaan pasien. Bilamana
depresi terjadi sekunder pada demensia maka fungsi kognitif pasien tidak
akan membaik ketika depresi menghilang, bahkan deteriorasi kognitif
akan berlanjut terus. Perbaikan pada skor AMT atau MMSE setelah
dilakukan terapi terhadap depresi menunjukkan bahwa pasien dengan
depresi mengalami problem konsentrasi dan memori yang mempengaruhi
fungsi kognitifnya.
d) Pemeriksaan status mental
(1) Persepsi klien

13
(2) Konsep diri
(3) EmosiAdaptasi
(4) Mekanisme pertahanan diri
(5) Mood
e) Pemeriksaan lainnya
Mengingat pasien usia lanjut rentan terhadap gangguan metabolisme
sekunder akibat penyakit depresi yang berat, seperti tidak adekuatnya intake
cairan, maka perlu dipertimbangkan pemeriksaan seperti ureum dan
elektrolit (Bongsoe, 2007)..
f) Penatalaksanaan
(a) Terapi Fisik
(1) Obat
Menggunakan obat antidepresan, tanpa merujuk pasien untuk
psikoterapi, tetapi obat hanya mengurangi gejala, dan tidak
menyembuhkan. Antidepresan bekerja dengan cara menormalkan
neurotransmiter di otak yang memengaruhi mood, seperti serotonin,
norepinefrin, dan dopamin. Antidepresan harus digunakan pada
lansia dengan depresi mayor dan selective serotoninreuptake
inhibitors (SSRIs) merupakan obat pilihan pertama.
Pengobatan monoterapi dengan dosis minimal digunakan pada
awal terapi, dievaluasi apabila tidak ada perubahan bermakna dalam
6-12 minggu. Lansia yang tidak berespons pada pengobatan awal
perlu mendapatkan obat antidepresan golongan lain dan dapat
dipertimbangkan penggunaan dua golongan antidepresan. Pada
lansia yang responsif dengan obat antidepresan, obat harus
digunakan dengan dosis penuh (full dose maintenance therapy)
selama 6-9 bulansejak pertama kali hilangnya gejala depresi.Apabila
kambuh, pengobatan dilanjutkansampai satu tahun. Strategi
pengobatantersebut telah berhasil menurunkan risikokekambuhan
hingga 80%. Lansia yangsering kambuh memerlukan terapi
perawatandosis penuh terapi selama hidupnya.
(2) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, berniat
bunuh diri atau retardasi hebat maka ECT merupakan pilihan terapi

14
yang efektif dan aman. ECT diberikan 1- 2 kali seminggu pada
pasien rawat nginap, unilateral untuk mengurangi confusion/memory
problem.Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood(sekitar 5
- 10 kali), dilanjutkan dengan anti depresan untuk mencegah
kekambuhan
(b) Terapi Psikologik
(1) Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi dibagi dua, yaitu cognitive-
behavioral therapy (CBT) dan interpersonal therapy. CBT
terfokus pada cara baru berpikir untuk mengubah perilaku,
terapis membantu penderita mengubah pola negatif atau pola
tidak produktif yang mungkin berperan dalam terjadinya
depresi. Interpersonal therapy membantu penderita mengerti
dan dapat menghadapi keadaan dan hubungan sulit yang
mungkin berperan menyebabkan depresi. Banyak penderita
mendapat manfaat psikoterapi untuk membantu mengerti dan
memahami cara menangani faktor penyebab depresi, terutama
pada depresi ringan; jika depresi berat, psikoterapi saja tidak
cukup, karenaakan menimbulkan depresi berulang.
(2) Terapi Keluarga
Problem keluarga dapat berperan dalam perkembangan
penyakit depresi, sehingga dukungan terhadap keluarga pasien
sangat penting. Proses penuaan mengubah dinamika keluarga,
ada perubahan posisi dari dominan menjadi dependen pada
orang usia lanjut. Tujuan terapi terhadap keluarga pasien yang
depresi adalah untuk meredakan perasaan frustasi dan putus asa,
mengubah dan memperbaiki sikap/struktur dalam keluarga yang
menghambat proses penyembuhan pasien.
(3) Penanganan Ansietas (Relaksasi)
Teknik yang umum dipergunakan adalah program
relaksasi progresif baik secara langsung dengan instruktur
(psikolog atau terapis okupasional) atau melalui tape
recorder. Teknik ini dapat dilakukan dalam praktek umum

15
sehari-hari. Untuk menguasai teknik ini diperlukan kursus
singkat terapi relaksasi.
Penanganan depresi dapat dilakukan pada lansia itu sendiri, keluarga
lansia dan masyarakat, yaitu:
a) Diri Sendiri (Lansia)
(1) Berfikir positif
(2) Terbuka bila ada masalah
(3) Menerima kondiri apa adanya
(4) Ikut Kegiatan pengajian
(5) Tidur yang cukup
(6) Olahraga teratur
(7) Optimis
(8) Rajin beribadah
(9) Latihan relaksasi
(10) Ikut beraktivitas dan bekerja sesuai kemampuan
b) Keluarga
(1) Dukung lansia tetap berkomunikasi
(2) Ajak lansia berdiskuasi setiap minggu sekali
(3) Mendengarkan keluahan lansia
(4) Berikan bantuan ekonomi
(5) Dukung kegiatan lansia
(6) Ikut serta anak dan cucu merawat lansia
(7) Memberikan kesempatan lansia beraktivitas sesuai dengan
kemampuan
c) Masyarakat
(1) Sediakan sarana posbindu untuk pelayanan kesehatan lansia
(2) Siapkan tempat dan waktu latihan aktivitas lansia
(3) Support group.

16
2. KONSEP DASAR ASKEP
a. Pengkajian
1) Identitas diri klien
2) Riwayat keluarga : Genoogram
3) Riwayat Penyakit Klien :
a) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien sebelum menderita penyakit sekarang mempunyai
riwayat penyakit yang berhubungan atau penyakit yang dialaminya
sekarang. Pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan yang menyebabkan
depresi seperti analgetika, obat antiinflamasi nonsteroid, antihipertensi,
antipsikotik, antikanker, ansiolitika.
b) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien atau keluarga klien mengeluhkan perubahan dalam
nafsu makan atau berat badan, tidur, dan aktivitas psikomotorik; malas
melakukan segala kegiatan, energi yang berkurang; perasaan tidak
berharga, tidak berguna atau bersalah, gagal dalam menjalani hidup,
putus asa; tidak mempunyai minat, kesulitan dalam berpikir,
berkonsentrasi, atau membuat keputusan; atau pemikiran-pemikiran
berulang tentang kematian atau pemikiran, rencana-rencana, atau usaha
untuk bunuh diri,
c) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga klien mempunyai riwayat penyakit yang
sama dengan klien. Anggota keluarga dari individu yang menderita
depresi diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi
umum.
4) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Compos mentis
Tanda – tanda vital : Pulse = 86x / m Temp = 37,6oc RR = 18x /
m, TD berbaring : 120/80 mmHg, TD duduk : 110/80 mmHg
a) Kepala
Inspeksi : Beruban, rambut rontok
b) Mata
Inspeksi biasanya ada gangguan penglihatan

17
c) Telinga
Inspeksi : Bersih, pendengaran normal atau tidak
d) Hidung, Mulut dan Wajah
Inspeksi : apakah hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada cuping
hidung
Inspeksi : apakah mukosa lembab, kering atau pucat
Wajah : Murung, sedih, pucat, cemas
e) Leher
Inspeksi : apakah bentuk leher normal dan simetris atau tidak
Palpasi : ada / tidak ada pembesaran kalenjar tyroid, dan tidak ada nyeri
tekan
f) Respirasi (Dada & punggung)
Inspeksi :apakah bentuk dada normal dan simetris
Inspeksi : luruskah, ada penonjolan atau tidak
g) Kardiovaskuler
Ada / tidak adanya bunyi jantung tambahan
h) Abdomen & pinggang
Inspeksi : Ada/tidak terdapat pembesaran abdomen (distensi abdomen)
Auskultasi : Peristaltik usus menurun
Perkusi : apakah timpani/hipertimpani
i) Ekstremitas atas dan bawah
Inspeksi : tampak lemah dan tidak bertenaga, gerakan tubuh lambat
Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala
karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
a) Kaji adanya depresi.
b) Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat,
seperti geriatric depresion scale.
c) Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
d) Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.
Lakukan observasi langsung terhadap:
a) Perilaku.
(1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan
aktivitas hidup sehari-hari?
(2) Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat di-terima secara
sosial?
(3) Apakah klien sering mengluyur dan mondar-mandir?
b) Afek
(1) Apakah kilen menunjukkan ansietas? Basanya ia
(2) Labilitas emosi?

18
(3) lritabilitas?
(4) Curiga?
(5) Tidak berdaya?
(6) Frustasi?
Dari ke enam poin diatas biasanya sebagian besar klien dengan depresi
mengalami hal-hal tersebut.
c) Respon kognitif
(1) Bagaimana tingakat orientasi klien?
(2) Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru
saja atau yang sudah lama terjadi?
(3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau meng-abstrakan?
(4) Kurang mampu membuat penilaian?
(5) Terbukti mengalami afasia, agnosia atau apraksia?

b. Mengkaji Klien Lansia Dengan Depresi


1) Membina hubungan saling percaya dengan klien lansia
Untuk melakukan pengkajian pada lansiadengan depresi, pertama-tama
saudara harus membina hubungan saling percaya dengan pasien lansia.
Untuk dapat membina hubngan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
a) Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti: selamat
pagi/siang/sore/malam atau sesuai dengan konteks agama pasien.
b) Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk
menyampaikan bahwa saudara adalah perawat yang akan merawat
pasien.
c) Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.
d) Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan
dilakukan.
e) Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama
aktivitas tersebut.
f) Bersikap empati dengan cara:
(1) Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan
menunjukkan perhatian

19
(2) Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berpikir dan
menjawab
(3) Perawat mempunyai harapan bahwa klien akan lebih baik
(4) Bersikap hangat, sederhana akan mengekspresikan pengharapan pada
klien.
2) Mengkaji pasien lansia dengan depresi
Untuk mengkaji pasien lansia dengan depresi, saudara dapat
menggunakan tehnik mengobservasi prilaku pasien dan wawancara langsung
kepada pasien dan keluarganya. Observasi yang saudara lakukan terutama
untuk mengkaji data objektif depresi. Ketika mengobservasi prilaku pasien
untuk tanda-tanda seperti:
1) Penampilan tidak rapi, kusut dan dandanan tidak rapi, kulit kotor
(kebersihan diri kurang)
2) selama wawancara: kontak mata kurang, tampak sedih, murung, lesu,
lemah, komunikasi lambat/tidak mau berkomunikasi.
Berikut ini adalah aspek psikososial yang perlu dikaji oleh perawat
yaitu apakah lansia mengalami kebingungan, kecemasan, menunjukkan afek
yang labil, datar atau tidak sesuai, apakah lansia mempunyai ide untuk bunuh
diri.
Bila data tersebut saudara peroleh, data subjektif didapatkan melalui
wawancara dengan menggunakan skala depresi pada lansia (Depresion
Geriatric Scale).
c. Analisa Data
No. Data Etilogi Masalah
1. Ds : klien mengatakan Gangguan konsep diri Resiko
dirinya tidak berguna, Ketidakberdayaan
merasakan gagal dalam
hidup, tidak mempunyai
minat, malas melakukan
segala kegiatan
Do : wajah pasien tampak
murung, sedih, afek datar,
gaya jalan lambat, pasien

20
tampak malas, lemah

2. Ds : klien merasa tidak Keputus asaan Resiko Bunuh Diri


berharga, putus asa, tidak
berguna, merasa telah gagal
menghadapi hidup
Do : ada isyarat bunuh diri,
ada ide bunuh diri, pernah
mencoba bunuh diri, emosi
labil
3. Ds: pasien mengatakan sulit Ansietas Gangguan pola
tidur, cemas dengan tidur
keadaan yang dialaminya
sekarang
Do : pasien tampak
lesu,pucat, cemas, tidak
bergairah atau bersemangat

4. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko ketidakberdayaan fisik b.d gangguan konsep diri, depresi.
b. Risiko bunuh diri b.d perasaan tidak berharga, putus asa
c. Gangguan pola tidur b.d ansietas.

5. Intervensi
No. Diagnosa NOC NIC
1. Resiko NOC 1) Bantu pasienuntuk
mengidentifikasi faktor-
ketidakberdayaan 1) Self esteem
faktor yang dapat
situational
fisik b.d gangguan menimbulkan
2) Body image
ketidakberdayaan
konsep diri, 3) Coping, ineffective
2) Kaji kemampuan untuk
4) Death anxiety
depresi. pengambilan keputusanbuat
Kriteria hasil :
statement positif terhadap
1) Persepsi pasien
kemampuan 3) Ajarkan keterampilan
2) Menunjukkan perilaku yang positive
penilaian pribadi melalui bermain peran,

21
tentang harga diri model peran, diskusi
3) Mengungkapkan 4) Beri kesempatan pasien
penerimaan diri bertanggung jawab terhadap
4) Mengatakan dirinya
optimisme tentang 5) Bantu pasien melakukan
masa depan aktivitas yang telah
ditetapkan
6) Beri pujian jika pasien dapat
melakukannya
7) Monitor frekuensi
komunikasi verbal pasien
yang negative
8) Kaji alasan-alasan untuk
mengkritik atau
menyalahkan diri sendiri
9) Kolaborasi dengan sumber-
sumber lain (petugas dinas
sosial, perawatan spesialis
klinis, dan layanan
keagamaan)
2. Risiko bunuh diri Kriteria hasil : 1) Jauhakan benda-benda yang
dapat membahayakan pasien
b.d perasaan tidak 1) Mengatakan dapat 2) Diskusikan dgn pasien ttg
berharga, putus asa mengontrol impuls ide-ide bunuh diri
2) Tidak ada percobaan 3) Tingkatkan harga diri klien
Bunuh diri dengan cara
3) Menjaga control diri a) Beri kesempatan
untuk tidak bunuh diri klien
mengungkapkan
perasaannya
b) Beri pujian jika klien
dapat
mengungkapkan
perasaan yg positif
c) Yakinkan klien bhw
dirinya berarti utk org
lain
d) Diskusikan ttg
keadaan yg
seharusnya patut
disyukuri klien
e) Rencanakan aktivitas
yg dpt dilakukan
klien
1) Beritahu pasien dan keluarga
tentang tanda, gejala dan
dasar fisiologi dari depresi.
2) Beritahu keluarga bahwa
resiko bunuh diri akan

22
meningkat bila terjadi
depresi berat.
3) Diskusikan faktor-faktor
yang menyebabkan fikiran
bunuh diri.
4) Berikan konseling psikiatri
5) Anjurkan keluarga dan
teman-temannya untuk
memberikan support.
6) Ajarkan kepada keluarga
tanda-tanda peringatan akan
bunuh diri.
7) Rujuk pasien ke psikiater.
3. Gangguan pola NOC : 1) Jelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
tidur b.d ansietas 1) Anxiety reduction
2) Fasilitas untuk
2) Rest : Extent dan
mempertahankan aktivitas
Pattern
sebelum tidur (membaca)
3) Sleep : Extent dan
3) Ciptakan lingkungan yang
Pattern
nyaman
Kriteria hasil :
4) Kolaborasi pemberian obat
tidur
5) Instruksikan kepada
1) Jumlah jam tidur dalam
keluarga untuk memonitor
batas normal 6-8
tidur pasien
jam/hari
6) Monitor / catat kebutuhan
2) Pola tidur, kualitas
tidur pasien setiap hari dan
dalam batas normal
jam
3) Perasaan segar sesudah
tidur atau istirahat

23
B. ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA WD DENGAN DEPRESI


DI RUANG WISMA 5
PANTI SOSIAL TRESNA WANA SRAYA DENPASAR
TANGGAL25-28,FEBRUARI2018

I. PENGKAJIAN/PENGUMPULAN DATA :
A. IDENTITAS/DATA BIOGRAFIS KLIEN
1. Nama :WD
2. No. Rekam Medis :-
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Tempat Tanggal Lahir : 16 Juni 1950
5. Umur : 68 th
6. Agama : Hindu
7. Status Perkawinan : Bercerai (12th yang lalu)
8. Pekerjaan :-
9. Pendidikan Terakhir : Diploma Akuntansi
10. Alamat Rumah : Monang-maning, Denpasar
11. Orang yang dekat dihubungi : SW
12. Hubungan dengan klien : Keponakan
13. Tanggal masuk ke RS : 02 Januari 2018

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya sekarang.

C. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI


Pasien mengatakan sering terbangun ketika tidur malam hari, pasien
mengatakan sulit tidur, cemas dengan keadaan yang dialaminya sekarang, pasien
mengatakan nafsu makannya berkurang beberapa minggu terakhir.

D. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU


Pasien mengatkan dirinya tidak pernah memiliki penyakit berat sebelumnya,
pasien mengatakan hanya pernah dirawat di RS ketika remaja karena panas
badannya naik turun selama seminggu , pasien lupa diagnosa penyakit dan lamanya
idia dirawat.

24
E. GENOGRAM

x x x x

Tn. WD/68th

KETERANGAN :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis keterangan tinggalserumah
: Garis Keturunan

F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Pasien mengatakan pernah membina keluarga selama 30 tahun sampai
akhirnya psien bercerai dengan istirnya karena tidak ada lagi kecocokan,satu-
satunya putri pasien pun telah membina keluarga baru,dikeluarga pasien tidak ada
yang menderita penyakit keturunan seperti jantung, kencing manis ataupun kanker.
G. RIWAYAT PEKERJAAN
Pasien merupakan pensiunan seorang manager bank swasta yang telah
mengabdikan seluruh karirinya pada banktersebut, pasien pensiun di usianya yang
ke-60 tahun.
H. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Setelah bercerai dengan istrinya 12 tahun yang lalu, pasien tinggal sendiri di
rumahnya yang berlokasi di kota Denpasar, setelah pensiun pasien dirawat oleh
keponakan dan suaminya selama kurang lebih 8 tahun, namun kini pasien terpaksa
dititipkan di panti sosial karena keonakan pasien harus pindah ke luar kota untuk
mengikuti suami yang dipindah tugaskan.
Anak pasien sudah dihubungi namun tidak bersedia merawat pasien dengan
alasan tinggal di rumah suami bersama keluarga besar suaminya.
I. RIWAYAT REKREASI
Pasien mengatakan tidak ingat kapan terakhir kali berekreasi ke luar rumah.
J. SISTEM PENDUKUNG
Pasien memiliki seorang keponakan yang merupakan putri tertua dari kakak
kandung pasien, namun kini pasien terpaksa dititipkan di panti sosial karena
keonakan pasien harus pindah ke luar kota untuk mengikuti suami yang dipindah
tugaskan. Pasien mengatakan dirinya kecewa pada kehidupannya, pasien
mengatakan dirinya tidak berguna, merasakan gagal dalam hidup, tidak
mempunyai minat utnuk bersosialisasi.

25
K. SPIRITUAL/KULTURAL
1. Pelaksanaan ibadah : pasien beragama hindu, namun pasien mengatakan
menyadari bahwa dirinya jarang beribadah
2. Keyakinan tentang kesehatan : pasien mengatakan dirinya tidak ernah
terserang penyakit serius, ketika sakit pasien biasanya memeriksakan diri ke
dokter
L. PEMERIKSAAN FISIK
Tinjauan Sistem
1. Keadaan umum
2. Tingkat kesadaran
3. (Composmetis/Apatis/Somnolen/Supor/Coma)
4. Glasgow Coma Scale : E4, V5, M6
5. Tanda-Tanda Vital
a. Suhu : 36.1oC
b. Nadi : 70x/mnt
c. Tekanan darah : 136/80 mmHg
d. Pernafasan : 14x/mnt
6. Tinggi badan : 163 cm
7. Berat badan : 49 kg
8. IMT : 18.4
9. Sistem Kardiovaskuler: Inspeksi tidak tampak ictus cordis, palpasi dan perkusi
batas jantung dalam keadaan normal, auskultasi bunyi jantung S1S2 Tunggal
Reguler
10. Sistem Pernafasan : Inspeksi pengembangan dada tampak simetris, perkusi
sonor pada seluruh lapang paru,auskultasi vesikuler di seluruh lapang paru
11. Sistem Integument : Kulit secara umum bersih, elastisitas menurun,
12. Sistem Perkemihan : Pasien biasa BAK ke kamar mandi 2-4x sehari, tidak
ada nyeri ketika berkemih.
13. Sistem Musculoskeletal: inspeksi tidak ada pembengkakan sendi, pasien
tampak melakukan pergerakan /berjalan sedikit lambat,lesu dan tidak
bersemangat.
14. Sistem Endokrin : inspeksi warna kulit sawo matang, elastisitas
menurun,tidak tampak icterus
15. Sistem Immun :-
16. Sistem Gastrointestinal: Inspeksi tidak ada pembesaran abnormal pada
abdomen, palpasi nyeri tekan skala 3 di regio epigastrium, tidak ada
pembesaran hati, bising usus 18x/mnt
17. Sistem Reproduksi :-
18. Sistem Neurosensori : Kesadaran umum CM,

M. PENGKAJIAN FUNGSIONAL
ADL (Activity Daily Living)
Pengkajian fungsional berdasarkan INDEKS KATZ

26
Pengkajian ini meliputi obsservasi kemampuan klien untuk melakukan aktivitas
kehdupan sehari-hari/Activity Daily Living

1. INDEKS KATZ
Termasuk/katagori manakah klien?
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),
A
berpindah, ke kamar kecil, mandi dan berpakaian
B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
C
tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan
D
satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
E
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
F
kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
Lain-Lain
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Keterangan:
Mandiri berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan efektif dari orang
lain, seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi meskipun ia dianggap mampu

27
2. MODIFIKASI DARI BARTHEL INDEKS
Termasuk yang manakah klien?
Item yang
NO Skor Nilai
dinilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega,
2
dll
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Tergantung dengan orang lain
1
(Bathing) 1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, 1
dan bercukur
4 Berpakaian 0 = Tergantung dengan orang lain
(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (missal mengancing baju) 1
2 = Mandiri
5 Buang air kecil 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
(Bladder) terkontrol
2
1 = Kadang inkotinensia (maks, 1x 24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6 Buang air 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar (Bowel) 1 = Kadang inkotinensia (sekali seminggu) 2
2 = Kontinensia (teratur)
7 Penggunaan 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet 1= Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan
2
beberapa hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
3
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
9 Mobilitas 0 = Imobilitas (tidak mampu)
1 = Menggunakan kursi roda
2 = Berjalan dengan bantan satu orang 3
3= Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu
seperti tongkat)
10 Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2
2 = Mandiri
TOTAL 19
Interpretasi hasil:
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan

28
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

N. PENGKAJIAN KOGNITIF
1. Identifikasi tingkat intelektual dengan Short Protable Mental Status Questioner
(SPMSQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1-10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan total kesalahan berdasarkan 10
pertanyaan

Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
1 Tanggal berapa hari ini? 25 Februari
2018
2 Hari apa sekarang? Minggu
3 Apa nama tempat ini? Panti Jompo
4 Berapa nomor telepon Anda? Alamat di
Dimana alamat Anda? Monang-
(tanyakan bila tidak memiliki telepon) maning
Denasar
5 Berapa umur Anda? 68 tahun
6 Kapan Anda lahir? Tahun 50
7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? Pak Jokowi
8 Siapa Presiden sebelumnya? Pak SBY
K 9 Siapa nama Ibu Anda? Sulastri
e 10 Berapa 20 dikurangi 3? (Begitu seterusnya 17
t sampai bilangan terkecil)
erangan
Kesalahan 0-2 : Fungsi intelektual utuh
Kesalahan 3-4 : Kerusakan intelektual ringan
Kesalahan 5-7 : Kerusakan intelektual sedang
Kesalahan 8-10 : Kerusakan intelektual berat

2. Identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan mnggunakan MMSE (Mini
Mental Status Exam)
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Orientasi
5 4 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan apa sekarang?)
5 3 Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah

29
sakit) (lanatai)?
Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek : 1 detik untuk mengtakan
masing-masing. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang
benar
Perhatian dan kalkulasi
5 4 Seri 7’s 1 poin untuk setiap kebenaran. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berganti eja “kata” ke belakang
Nilai Nilai Pertanyaan
maksimum pasien
Mengingat
3 3 Meminta untuk mengulang ketiga objek di atas.
Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran
Bahasa
9 8 Nama pensil dan melihat (2 poin)
Mengulang hal berikut : tidak ada jika, dan atau tetapi
(1 poin)
25 Nilai total

Keterangan
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lebih lanjut

O. PENGKAJIAN STATUS EMOSIONAL


Identifikasi masalah emosional
Pertanyaan tahap 1
a. Apakah klien mengalami kesulitan tidur? Ya
b.Apakah klien sering merasa gelisah? Kadang
c. Apakah klien sering murung dan menangis sendiri?Kadang
d.Apakah klien sering was-was atau khawatir? Ya

Pertanyaan tahap 2
a. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari satu kali dalam satu bulan?
Tidak
b. Ada atau banyak pikiran? Ya
c. Ada masalah atau gangguan dengan keluarga lain? Ya
d. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter? Tidak
e. Cenderung mengurung diri? Tidak
Bila lebih dari satu atau sama 1 jawaban “ya”MASALAH EMOSIONAL
POSITIF (+)

30
P. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Semenjak pasien bergabung di panti sosial, ia jarang berinteraksi dengan
anggota lain. Pasien mengatakan secara pribadi setuju untuk tinggal di panti sosial
daripada harus pergi keluarkota merepotkan keponakan dan suaminya. Pasien sedih
karena anak tunggalnya tidak mau merawatnya, pasien mengatakan khawatir ketika
ia meninggal tidak akan ada sanak saudara yang mengurusnya. wajah pasien
tampak murung, sedih, afek datar.

Q. PENGKAJIAN SPIRITUAL
pasien beragama hindu, namun pasien mengatakan menyadari bahwa dirinya
jarang beribadah.

R. PENGKAJIAN DEPRESI (menggunakan Geriatric Depression Scale)

31
NO ITEM PERTANYAAN YA TIDAK
1 Apakah Bapak/ Ibu sekarang ini merasa puas dengan 1
kehidupannya?
2 Apakah Bapak/ Ibu telah meninggalkan banyak kegiatan atau 0
kesenangan akhir-akhir ini?
3 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa hampa/ kosong di dalam 1
hidup ini?
4 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa bosan? 0
5 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai harapan yang baik di 0
masa depan?
6 Apakah Bapak/ Ibu merasa mempunyai pikiran jelek yang 1
mengganggu terus menerus?
7 Apakah Bapak/ Ibu memiliki semangat yang baik setiap saat? 0
8 Apakah Bapak/ Ibu takut bahwa sesuatu yang buruk akan 1
terjadi pada Anda?
9 Apakah Bapak/ Ibu merasa bahagia sebagian besar waktu? 0
10 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa tidak mampu berbuat apa- 1
apa?
11 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa resah dan gelisah? 0
12 Apakah Bapak/ Ibu lebih senang tinggal dirumah daripada 1
keluar dan mengerjakan sesuatu?
13 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa 0
depan?
14 Apakah Bapak/ Ibu akhir – akhir ini sering pelupa? 1
15 Apakah Bapak/ Ibu pikir bahwa hidup Bapak/ Ibu sekarang ini 1
menyenangkan?
16 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa sedih dan putus asa? 0
17 Apakah Bapak/ Ibu merasa tidak berharga akhir-akhir ini? 0
18 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa kawatir tentang masa lalu? 0
19 Apakah Bapak/ Ibu merasa hidup ini mengembirakan? 0
20 Apakah sulit bagi Bapak/ Ibu untuk memulai kegiatan yang 0
baru?
21 Apakah Bapak/ Ibu merasa penuh semangat? 1
32
22 Apakah Bapak/ Ibu merasa situasi sekarang ini tidak ada 0
harapan?
23 Apakah Bapak/ Ibu berpikir bahwa orang lain lebih baik 0
keadaanya daripada Bapak/ Ibu?
24 Apakah Bapak/ Ibu sering marah karena hal- hal yang sepele? 1
25 Apakah Bapak/ Ibu sering merasa ingin menangis? 0
26 Apakah Bapak/ Ibu sulit berkonsentrasi? 0
27 Apakah Bapak/ Ibu merasa senang waktu bangun tidur di pagi 1
hari?
28 Apakah Bapak/ Ibu tidak suka berkumpul di pertemuan sosial? 0
29 Apakah mudah bagi Bapak/ Ibu membuat suatu keputusan? 0
30 Apakah pikiran Bapak/ Ibu masih tetap mudah dalam 1
memikirkan sesuatu seperti dulu?
TOTAl 12
Ket: Setiap jawaban yang “ SESUAI” diberi skor 1
Skor 0-10 : Menunjukkan tidak depresi
Skor 11-20: Menunjukkan depresi ringan
Skor 21-30 : Menunjukkan depresi sedang/ berat

S. PENGKAJIAN RISIKO JATUH


1. Pengakjian dengan menggunakan skala MORSE
Tgl
No Item Penilaian Jam
Skor IA 1 2 3 4
1 Usia
a. Kurang dari 60 0
1
b. Lebih dari 60 1
c. Lebih dari 80 2
2 Defisit Sensoris
a. Kacamata bukan bifokal 0
b. Kacamata bifokal 1
c. Gangguan pendengaran 1 1
d. Kacamata multifokal 2
e. Katarak/ glaukoma 2
f. Hamper tidak melihat/ buta 3
3 Aktivitas
a. Mandiri 0
0
b. ADL dibantu sebagian 2
c. ADL dibantu penuh 3
4 Riwayat Jatuh 0

33
a. Tidak pernah 0
b. Jatuh< 1 tahun 1
c. Jatuh < 1bulan 2
d. Jatuh pada saat dirawat sekarang 3
5 Kognisi
a. Orientasi baik 0
b. Kesulitan mengerti perintah 2
0
c. Gangguan memori 2
d. Kebingungan 3
e. Disorientasi 3
6 Pengobatan dan Penggunaan Alat
Kesehatan
a. >4 jenis pengobatan 1
b. Antihipertensi/ hipoglikemik/ 2
1
antidepresan 2
c. Sedative/ psikotropika/narkotika 2
d. Infuse/ epidural/ spinal/ dower catheter/
traksi
7 Mobilitas
a. Mandiri 0
b. Menggunakan alat bantu berpindah 1
c. Kordinasi/ keseimbangan memburuk 2 0
d. Dibantu sebagian 3
e. Dibantu penuh/bedrest/nirse assist 4
f. Lingkungan dengan banyak furniture 4
8 Pola BAB/BAK
a. Teratur 0
b. Inkotinensia urine/feses 1 0
c. Nokturia 2
d. Urgensi/frekuensi 3
9 Komorbiditas
a. Diabetes/ penyakit jantung/ stroke/ ISK 2
b. Gangguan saraf pusat/ Parkinson 2 0
c. Pasca bedah 0-24 jam 3

Total skor 3
Keterangan
Risiko Rendah 0-7
Risiko Tinggi 8-13
Risiko Sangat Tinggi ≥ 14
Nama/ paraf
Catatan:

1. Pengkajian awal risiko jatuh dilakukan pada saat pasien masuk rumah sakit,
dituliskan pada kolom IA (Initial Assessment)
2. Pengkajian ulang untuk pasien risiko jatuh ditulis pada kolom keterangan
dengan kode:
a. Setelah pasien jatuh (Post Falls) dengan kode: PF

34
b. Perubahan kondisi (Change of Condition) dengan kode: CC
c. Menerima pasien pindahan dari ruangan lain (On Ward Transfer) dengan
kode: WT
d. Setiap minggu (Weekly) dengan kode: WK
e. Saat pasien pulang (Discharge) dengan kode: DC
Kode ini dituliskan pada kolom keterangan

2. Pengkajian dengan instrumen “THE TIMED UP AND GO” (TUG)

NO LANGKAH
1 Posisi pasien duduk di kursi
2 Minta pasien berdiri dari kursi, berjalan 10 langkah (3 meter), kembali ke
kursi, ukur waktu dalam detik

Ket: 12 detik
Skor
>12 detik : risiko jatuh tinggi
≤ 12 detik : risiko jatuh rendah

T. APGAR keluarga

NO ITEMS PENILAIAN SELALU KADANG - TIDAK


(2) KADANG PERNAH
(1) (0)
1 A: Adaptasi
Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu apabila saya 0
mengalami kesulitan (adaptasi)

2 P: Partnership
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya membicarakan sesuatu dan mengungapkan 0
masalah dengan saya (hubungan)

3 G: Growth
Saya puas bahwa keluarga(teman-teman) saya 1
menerima dan mendukung keinginan saya untuk

35
melakukan aktivitas (pertumbuhan)

4 A: Afek
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
saya mengekspresikan afek dan berespons terhadap 1
emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai

5 R: Resolve
Saya puas dengan cara teman atau keluarga saya
dan saya menyediakan waktu bersama-sama 1
mengekspresikan afek dan berespon

JUMLAH 3

Penilaian:
Total nilai <3 : disfungsi keluarga yang sangat tinggi
Total nilai 4-6 : disfungsi keluarga sedang
Total nilai 7-10: tidak ada disfungsi keluarga

36
II. Diagnosa Keperawatan
Analisa data
No Data Problem
1 Ds : pasien mengatakan sulit tidur, Gangguan Pola Tidur
pasienmengatakan sering terbangunketika tidur
malam hari, cemas dengan keadaan yang dialaminya
sekarang
Do : pasien tampak lesu, cemas, tidak bergairah atau
bersemangat
2 Ds : klien mengatakan dirinya tidak berguna, Resiko Ketidakberdayaan
merasakan gagal dalam hidup, tidak mempunyai
minat, malas melakukan segala kegiatan
Do : wajah pasien tampak murung, sedih, afek datar,
gaya jalan lambat, pasien tampak malas, lemah

B. Prioritas Maslah
1. Gangguan Pola Tidur

2. Resiko Ketidakberdayaan

37
III. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa NOC NIC
3. Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan 1. Jelaskan pentingnya tidur
yang adekuat
tidur b.d ansietas keperawatan selama 2x24
2. Fasilitas untuk
jam diharapkan gangguan mempertahankan aktivitas
sebelum tidur (membaca)
pola tidur pasien dapat
3. Ciptakan lingkungan yang
teratasi dengan kriteria nyaman
4. Kolaborasi pemberian obat
hasil :
tidur
1. Jumlah jam tidur 5. Monitor / catat kebutuhan
dalam batas normal tidur pasien setiap hari dan
6-8 jam/hari jam
2. Pola tidur, kualitas
dalam batas normal
3. Perasaan segar
sesudah tidur atau
istirahat

2. Resiko Setelah dilakukan asuhan 1. Bantu pasien untuk


keperawatan selama 2x mengidentifikasi faktor-
ketidakberdayaan
24jam pasien dapat faktor yang dapat
fisik b.d gangguan mengatasi rasa menimbulkan
ketidakberdayaannya ketidakberdayaan
konsep diri,
dengan kriteria hasil : 2. Kaji kemampuan untuk
depresi. 1. Persepsi pengambilan keputusan buat
kemampuan statement positif terhadap
2. Menunjukkan pasien
penilaian pribadi 3. Ajarkan keterampilan
tentang harga diri perilaku yang positive
3. Mengungkapkan melalui bermain peran,
penerimaan diri model peran, diskusi
4. Mengatakan 4. Beri kesempatan pasien
optimisme tentang bertanggung jawab terhadap
masa depan dirinya
5. Bantu pasien melakukan
aktivitas yang telah
ditetapkan
6. Beri pujian jika pasien dapat
melakukannya
7. Monitor frekuensi
komunikasi verbal pasien
yang negative
8. Kaji alasan-alasan untuk
mengkritik atau
menyalahkan diri sendiri

38
9. Kolaborasi dengan sumber-
sumber lain (petugas dinas
sosial, perawatan spesialis
klinis, dan layanan
keagamaan)

39
IV. Implementasi
Hari/
No.
Tanggal/ Implementasi Paraf
Dx
Jam
Minggu, 1 Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat
25/02/20 1 Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
tidur (membaca)
18
1 Menciptakan lingkungan yang nyaman
18.00
2 Membantu pasien melakukan aktivitas yang telah
ditetapkan

Senin, 1 Memonitor / catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan


jam
26/02/20
2 Memonitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang
18 negative
08.00
2 Membantu pasien melakukan aktivitas yang telah
ditetapkan

2 Mengajarkan keterampilan perilaku yang positive melalui


11.00 bermain peran, model peran, diskusi

2 Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor


yang dapat menimbulkan ketidakberdayaan

2 Mengkaji ulang alasan-alasan untuk mengkritik atau


menyalahkan diri sendiri
18.00
1 Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum
tidur (membaca)
1 Menciptakan lingkungan yang nyaman
Selasa, 1 Memonitor / catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan
jam
27/02/20
2 Kolaborasi dengan petugas dinas sosial dalampelaksanaan
18 terapi aktivitas kelompok dengan pasien dan anggota panti
lainnya
08.00
2 Memberi kesempatan pasien bertanggung jawab terhadap
dirinya
2 Membantu pasien melakukan aktivitas yang telah
ditetapkan
Memberi pujian jika pasien dapat melakukannya

40
V. Evaluasi
Hari/
No.
Tanggal/ EVALUASI Paraf
Dx
Jam
1 27/02/2018 S : pasien mengatakan tidurnya sudah lebih baik, pasien
tidak lagi sering terbangun pada malam hari,pasien
mengatakan merasa segar ketika bangun di pagi hari
O : pasien tampak tidak lesu lagi, pasien tampak lebih
bergairah dan bersemangat, pasien termonitor tidur 7
jam/hari
A : Tujuan tercapai, masalah keperawatan teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
2 27/02/2018 S : pasien mengatakan memilki semangat dalam
melakukan aktivitas kelompok, pasien mengatakan
mampu berinteraksi dengan kelompok,pasien
mengatkan telah menerima dirinya yang kini tinggaldi
panti sosial, pasien mengatakan tidak mengkhawatirkan
tentang masa depan dan menyatakan bahwa anggota
pantiadalah keluarganya.
O : wajah pasien tampak lebih segar, tidak murung
dannampak lebih bersemangat
A : Tujuan tercapai, masalah keperawatan teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien

41
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gangguan depresif merupakan salah satu gangguan mental-emosional yang cukup
sering dijumpai pada orang usia lanjut. Hal ini dapat disebabkan oleh karena faktor penyebab
dari gangguan depresif begitu besar kemungkinan akan dialami oleh orang usia lanjut. Di lain
pihak, walaupun terapi untuk gangguan depresif tersebut bisa dilaksanakan namun hasilnya
tidaklah dapat mencapai hasil yang maksimal, mengingat kekurangan secara fisik dan
psikososial pada orang usia lanjut tidaklah dapat dikembalikan seperti semula.

B. SARAN
Asuhan keperawatan pada lansia haruslah diakukan secara profesional dan
komprehensif, yaitu dengan memandang pada aspek boi-psiko-sosial-spiritual pada lansia.
Aspek psikologis pada lansia merupakan aspek yang tak kala penting dari aspek yang lain,
olehnya itu pelaksanaan asuhan keperawataan lansia dengan gangguan psikososial harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya demi terciptanya lansia yang sehat jasmani dan rohani.

42
Daftar Pustaka
Augusfarly. 2012. Asuhan Keperawatan Depresi. http://augusfarly.wordpress.com/ diunduh tanggal
13 Maret 2013
Tumardi, Asep. 2013. Rencana Keperawatan pada Pasien Depresi. http://aseptumardi.blogspot.com/ .
diunduh tanggal 13 Maret 2013
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). NANDA NIC-NOC. (Jilid 1 & 2). Yogyakarta :
MediaAction

43

Anda mungkin juga menyukai