Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


(ABKC- 2605)

“SISTEM EKSRESI”

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Aulia Ajizah, M.Kes
Dr. H. Kaspul, M.Si.

Oleh
Kelompok VIII
Dina Amalia (1710119320003)
Eka Nur Wahyuni (1710119120007)
Finda Vericha Ngenda (1710119320004)
Maulana Reza Irfandy (1710119210014)
Nida Hayati (1710119120017)
Selvinalia (1710119220027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
APRIL 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
pada mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia yang berjudul “Sistem Eksresi”
tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dan
dorongan dari berbagi pihak, untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkah limpahan rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan baik material maupun
spiritual.
3. Dra. Hj. Aulia Ajizah, M.Kes dan Dr. H. Kaspul, M.Si. selaku dosen
mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan dan bagi semua pihak yang membacanya.

Banjarmasin, April 2020

Kelompok VIII
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
1.4 Metode Penulisan...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Sistem Ekskresi dan Organ Dari Sistem Ekskresi Beserta Fungsinya...........6
2.2 Karakteristik dan Mekanisme Alat Ekskresi Di Dalam Tubuh Manusia.......8
2.3 Gangguan Sistem Ekskresi Pada Tubuh Manusia Beserta Penyembuhannya
......................................................................................................................25
BAB III PENUTUP...............................................................................................43
3.1. Kesimpulan..................................................................................................43
3.2. Kritik dan Saran..........................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada tubuh manusia terjadi metabolisme yang mengkoordinasi
kerja tubuh. Proses metabolisme selain menghasilkan zat yang berguna bagi
tubuh tetapi juga menghasilkan zat-zat sisa yang tidak berguna bagi tubuh.
Zat-zat sisa yang berguna bagi tubuh dapat bermanfaat bagi tubuh kita dalam
kelangsungan hidup.Hasil-hasil metabolisme yang berupa zat-zat sisa yang
tidak dimanfaatkan lagi oleh tubuh berupa racun. Zat-zat sisa tersebut perlu
dikeluarkan dari tubuh melalui organ-organ tubuh tertentu.
Pengeluaran zat sisa tersebut diperlukan sistem pengeluaran yang
disebut sistem ekskresi.Sistem ekskresi merupakan pengeluaran limbah hasil
metabolisme pada organisme hidup. Zat sisa metabolisme yang harus
dikeluarkan antara lain karbondioksida (CO2), urea, air (H2O), amonia
(NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu.Organ pengeluaran zat sisa
pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru dan hati.Setiap organ-organ
pengatur metabolisme untuk sistem ekskresi memiliki suatu factor
pengaruh.Seperti pada kulit, pembentukan dan pengeluaran keringat
dipengaruhi oleh factor hormon ADH, cuaca, dan lingkungan
disekitar.Bahkan organ ekskresi itu pun memiliki beberapa gangguan atau
penyakit. Apabila organ-organ metabolisme itu tidak berfungsi dengan baik
maka akan mempengaruhi sistem kerja metabolisme pada tubuh kita
(Basoeki, 1988).
Menurut Irianto (2012) ekskresi merupakan proses pengeluaran zat
sisa metabolisme tubuh, seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan
asam urat. Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan ekskresi adalah
sebagai berikut :
1. Defekasi ialah proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut
feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami metabolisme di
dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus
sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
2. Ekskresi: pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna
lagi bagi tubuh.
3. Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam
saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh
dan umumnya mengandun genzim.
4. Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari
rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang
besar(usus).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem ekskresi dan organ dari sistem ekskresi beserta
fungsinya?
2. Bagaimana karakteristik dan mekanisme alat ekskresi di dalam tubuh
manusia?
3. Apa saja gangguan sistem ekskresi pada tubuh manusia beserta
penyembuhannya

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. Menjelaskan tentang sistem ekskresi dan organ dari sistem ekskresi beserta
fungsinya
2. Menjelaskan karakteristik dan mekanisme alat ekskresi di dalam tubuh
manusia
3. Menjelaskan beberapa gangguan sistem ekskresi pada tubuh manusia
beserta penyembuhannya

1.4 Metode Penulisan


Metode penulisan dalam makalah ini adalah dengan menggunakan
metode kajian kepustakaan dari buku, jurnal, dan internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Ekskresi dan Organ Dari Sistem Ekskresi Beserta Fungsinya
Sistem ekskresi merupakan sistem yang berperan dalam proses
pembuangan zat-zat yang sudah tidak diperlukan (zat sisa) ataupun zat-zat
yang membahayakann bagi tubuh dalam bentuk larutan. Ekskresi terutama
berkaitan dengan pengeluaran-pengeluaran senyawa-senyawa nitrogen.
Selama proses pencernaan makanan, protein dicernakan menjadi asam amino
dan diabsorbsi oleh darah, kemudian diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk
membentuk protein-protein baru. Mamalia memiliki sepasang ginjal yang
terletak dibagian pinggang (lumbar) dibawah peritoneum. Urine yang
dihasilkan oleh ginjal akan mengalir melewati saluran ureter menuju kantung
kemih yang terletak midventral dibawah rectum. Dinding kantung kemih
akan berkontraksi secara volunter mendorong urine keluar melalui uretra
(Kurniati, 2009).
Sedangkan menurut Karmana (2007) makhluk hidup menghasilkan
zat-zat sisa yang harus dikeluarkan. Zat ini dapat menjadi racun jika tidak
dikeluarkan oleh tubuh. Proses pengeluaran zat sisa dari tubuh antara lain
sekresi, ekskresi, dan defekasi. Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat
sisa metabolisme baik berupa zat cair dan zat gas. Zat-zat sisa itu berupa
urine (ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan CO2 (paru-paru) dari
tubuh.
Sistem ekskresi merupakan hal pokok dalam homeostasis karena
sistem tersebutmembuang limbah metabolisme dan merespon terhadap
ketidak seimbangan cairan tubuhdengan cara mengekskresikan ion-ion
tertentu sesuai kebutuhan. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi
semuanya memiliki kemiripan fungsional. Secara umum, sistemekskresi
menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh
dan penyulingan larutan cairan yang dihasilkan dari filtrasi itu (Campbell,
dkk, 2004).
A. Fungsi Organ Ekskresi
Fungsi organ ekskresi:
1. Ginjal
Fungsi ginjal antara lain adalah sebagai berikut :
a. Membuang sisa-sisa metabolisme tubuh
b. Mengatur keseimbangan air dan garam dalam darah
c. Membuat zat-zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti obat-obatan,
bakteri dan zat warna.
d. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan
zat-zatasam atau basa. Selain itu juga untuk membuang kelebihan
bahan makanan tertentu seperti gula dan vitamin

2. Kulit
Kulit juga berfungsi sebagai pengatur suhu
tubuh, tempat penyimpanan cadangan makanan berupa lemak, pelindung
untuk mengurangi hilangnya air dalam tubuh, melindungi tubuh dari
gesekan, penyinaran, panas, zat-zat kimia, dan kuman-kuman. Julit juga
berperan sebagai alat indra peraba (Harien, 2010).

3. Paru-Paru
Paru-paru juga berfungsi sebagai alat pengeluaran. Zat yang
dikeluarkan oleh paru-paru adalah karbon dioksida (CO2) dan uap air
(H2O) yangdihasilkan dari proses pernapasan. Jadi, tugas paru-paru
adalah mengeluarkan karbondioksida dan uap air yang tidak digunakan
lagi oleh tubuh. Jika tidak dikeluarkan, zat-zat tersebut akan menjadi
racun (Naila, 2013).
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara
darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan
oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan
oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas
dan metabolisme seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat
berjalan agar pasokan kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa
normal (Jayanti, 2013).

4. Hati
Menurut Guyton & Hall (2008) Sebagai alat ekskresi, hati juga
mempunyai fungsi lain yang sangat penting bagi tubuh, yaitu:
a. Sebagai tempat penyimpanan gula dalam bentuk glikogen.
b. Sebagai tempat pembentukan dan pembongkaran protein. Hati
membentuk protein albumin, protrombin, fibrinogen, dan urea.
c. Sebagai tempat membongkar sel darah merah (eritrosit) yang telah tua
atau rusak.. Hemoglobin dalam eritrosit dibongkar menjadi zat besi,
globin, dan hemin. Hemin diurai menjadi bilirubin dan biliverdin.
d. Pembentukan dan pengeluaran cairan empedu.
e. Menetralkan obat dan racun.
f. Tempat untuk membuat vitamin A dari provitamin A

B. Fungsi dari Sistem Ekskresi


Menurut Diah (2007) fungsi sistem ekskresi sebagai berikut :
1. Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh.
2. Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi)
3. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal
(termoregulasi)
4. Homeostasis

2.2 Karakteristik dan Mekanisme Alat Ekskresi Di Dalam Tubuh Manusia


1. Ginjal
Ginjal atau ren disebut juga buah pinggang karena buahnya seperti
biji buah kacang merah. Ginjal terletak dikanan dan kiri tulang pinggang,
yaitu dalam rongga perut pada dinding tubuh dorsal. Ginjal berjumlah 2
buah, berwarna merah keunguan, dan yang kiri terletak agak tinggi dari
kanan (Guyton, 1996 dalam Aji, 2018).

(sumber: Aji, 2018) (sumber: Azmi, 2013)


Gambar 1.1 Ginjal
A. Struktur
Berat dan besar ginjal bervariasi; hal ini tergantung jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi lain. Pada orang
dewasa, rata-rata ginjal memiliki ukuran panjang sekitar 11,5 cm,
lebar sekitar 6 cm dan ketebalan 3,5 cm dengan berat sekitar 120-170
gram atau kurang lebih 0,4% dari berat badan. Ginjal memiliki bentuk
seperti kacang dengan lekukan yang menghadap ke dalam. Di tiap
ginjal terdapat bukaan yang disebut hilus yang
menghubungkan arteri renal, venarenal, dan ureter (Azmi, 2013).
Lapisan ginjal bagian luar disebut kulit ginjal atau korteks,
sedangkan lapisan dalam disebut sumsum ginjal atau medulla. Lapisan
paling dalam berupa rongga ginjal disebut pelvis renalis (Guyton,
1996 dalam Aji, 2018). Pada bagian medulla ginjal manusia dapat
pula dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran
pengumpul. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibros tipis dan mengkilap
yang disebutkapsula fibrosa ginjal dan diluar kapsul ini terdapat
jaringan lemak perirenal. Di sebelah atas ginjal terdapat kelenjar
adrenal. Ginjal dan kelenjar adrenal dibungkus oleh fasia gerota
(Azmi, 2013).
Saluran structural dan fungsional ginjal yang terkecil disebut
nefron. Tiap nefron terdiri atas badan malpighi yang tersusun dari
kapsul bowman, glomerulus yang terdapat dibagian korteks, serta
tubulus-tubulus yaitu tubulus kontertus proksimal, tubulus kontertus
distal, tubulus pengumpul dan lengkung henle yang terdapat dibagian
medulla. Lengkung henle ialah bagian saluran ginjal yang
melengkung pada daerah medulla dan berhubungan dengan tubulus
proksimal maupun tubulus didaerah korteks. Pada orang dewasa
panjang seluruh tubulus kurang lebih 7,5 sampai 15 km (Cuningham,
2002 dalam Aji, 2018).
Nefron ginjal dapat berjumlah lebih dari satu juta buah dalam
satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai
regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan
cara menyaring darah, kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul
yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan ko-transpor. Hasil akhir yang
kemudian diekskresikan disebut urine. Sebuah nefron terdiri dari
sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau badan
Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus). Setiap
korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang
disebut glomerulus yang berada dalam kapsula Bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen. Dinding kapiler
dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau penyaringan.
Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah
yang mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke
dalan tubulus ginjal. Darah yang telah tersaring akan meninggalkan
ginjal lewat arteri eferen (Azmi, 2013).
Ginjal dilindungi oleh lemak, dan selain itu terdapat arteri
ginjal yang menyerupai darah. Ginjal mengendalikan potensial air
pada darah yang melewatinya. Substansi yang menyebabkan ketidak
seimbangan potensial air pada darah akan dipisahkan dari darah dan
diekskresikan dalam bentuk urine. Contoh : sisa nitrogen hasil
pemecahan asam amino dan asam nukleat (Cuningham, 2002 dalam
Aji, 2018).
B. Fungsi Ginjal
1. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme
tubuh
2. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
3. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan
oleh bagian tubulus ginjal
4. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh manusia
5. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan
mematangkan sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
6. Mempertahankan cairan ekstraseluler dengan cara mengeluarkan
air bila berlebih
C.  Tahap Pembentukan Urin
Di dalam ginjal terjadi rangkaian proses filtrasi, reabsorbsi, dan
augmentasi/sekresi.
1. Penyaringan (filtrasi)
Filtrasi terjadi pada kapsul Bowmen dan glomerulus.
Dinding terluar kapsul Bowmen tersusun dari satu lapis sel
epitelium pipih. Antara dinding luar dengan dinding dalam
terdapat ruang kapsul yang berhubungan dengan lumen tubulus
kontortus proksimal. Dinding dalam kapsul Browman tersusun
dari sel-sel khusus yang disebut podosit. (Thoyyibah, 2014)
Ketika darah masuk ke glomerulus, tekanan darah
menjadi tinggi sehingga mendorong air dan komponen-
komponen yang tidak dapat larut melewati pori-pori endotelium
kapiler, glomerulus, kemudian menuju membran dasar, dan
melewati lempeng filtrasi, lalu masuk ke dalam ruang kapsul
Bowman. Hasil filtrasi dari glomerulus dan kapsul Bowman
disebut filtrat glomerulus atau urin primer. (Thoyyibah, 2014)
Komposisi urin primer dapat dilihat di Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Komposisi Utama Urin Primer
Molekul Kadar per gram
Air 900
Protein 0
Glukosa 1
Asam amino 0,5
Urea 0,3
Ion organik 7,2

2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)


Penyarapan terjadi di tubulus kontortus proksimal,
lengkung Henle, dan sebagian tubulus kontortus distal.
Reabsorpsi dilakukan oleh sel-sel epitelium diseluruh tubulus
ginjal. Banyaknya zat yang di reabsorpsi tergantung kebutuhan
tubuh saat itu. Zat-zat yang direabsorpsi antara lain adalah air,
glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca2+, Cl-, HCO3-,
HbO42- dan sebagian urea.
Reabsorpsi terjadi secara transpor aktif dan transpor
pasif. Glukosa dan asam amino direabsorpsi secara transpor
aktif di tubulus proksimal. Reabsorpsi Na+, HCO3-, dan H2O
terjadi di tubulus kontotus distal.
Tahapan terjadinya reabsorpsi adalah sebagai berikut:
Urin primer masuk dari glomerulus ke tubulus kontortus
proksimal. Urin ini bersifat hipotonis dibanding plasma darah.
Kemudian terjadi reabsorpsi glukosa dan 67% ion Na+ , selain
itu juga terjadi reabsorpsi air dan ion Cl- secara pasif.
Bersamaan dengan itu, filtrat menuju lengkung Henle. Filtrat ini
telah berkurang volumenya dan bersifat isotonis dibandingkan
cairan pada jaringan di sekitar tubulus kontortus proksimal. Pada
lengkung Henle tarjadi sekresi aktif ion Cl- ke jaringan
disekitarnya. Reabsorpsi dilanjutkan di tubulus kontortus distal.
Pada tubulus ini terjadi reabsorpsi Na+ dan air dibawah kontrol
ADH (hormon autidiuretik). Disamping reabsorpsi, di tubulus
ini juga terjadi sekresi H+ , NH4+, urea, kreatinin, dan obat-
obatan yang ada pada urin. Hasil reabsorpsi ini berupa urin
sekunder yang mengandung air, garam, urea dan pigmen
empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin.
(Thoyyibah, 2014)
3. Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea
yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin
yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,
2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu
yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin.
Urin sekunder dari tubulus kontortus distal akan turun
menuju tubulus pengumpu. Pada tubulus pengumpul ini masih
terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah
urin sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urin dibawa ke
pelvis renalis. Dari pelvis renalis, urin mengalir melalui ureter
menuju vesika urinaria (kantong kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan sementara urin. (Thoyyibah, 2014)
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik.
Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan
interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi
ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang
tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang
keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat
diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan
dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
2. Paru-Paru
Paru-paru (Bahasa Inggris: Lung, dari kata Latin pulmones untuk
paru-paru.) adalah organ utama pada sistem pernapasan (respirasi) dan
berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) dan juga sistem
ekskresi. Fungsinya adalah untuk menukar oksigen dari udara dengan
karbon dioksida dari darah atau sering disebut “bernapas”. Pada umumnya
paru-paru terdapat pada hewan mamalia termasuk juga manusia.
1. Struktur

(sumber: Azmi, 2013)


Gambar 2.1 Paru-Paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada (mediastinum),
dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut
dibatasi oleh suatu sekat disebut diafragma. Berat paru-paru kanan
sekitar 620 gram, sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-
masing paru-paru dipisahkan satu sama lain oleh jantung dan
pembuluh- pembuluh besar serta struktur-struktur lain di dalam
rongga dada. Selaput yang membungkus paru-paru disebut pleura.
Paru-paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru
yang langsung membungkus paru.
2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada luar.
Antara kedua pleura ini terdapat ronggga (kavum) yang disebut
kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini hampa udara,
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaan
pleura, menghindari gesekan antara paru-paru dan dinding dada
sewaktu ada gerakan bernafas (Buduanto, 2005).
Paru-paru kanan sedikit lebih besar dari paru-paru kiri dan
terdiri atas tiga gelambir (lobus) yaitu gelambir atas (lobus superior),
gelambir tengah (lobus medius), dan gelambir bawah (lobus inferior).
Sedangkan paru-paru kiri terdiri atas dua gelambir yaitu gelambir atas
(lobus superior) dan gelambir bawah (lobus inferior). Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus
superior, dan lima buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai sepuluh segmen, yaitu lima buah segmen pada lobus
superior, dua buah segmen pada lobus medial, dan tiga buah segmen
pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus. Diantara lobulus satu dengan
yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah
bronkeolus. Di dalam lobulus, bronkeolus ini bercabang-cabang yang
disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2 – 0,3 mm (Azmi, 2013).
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar
terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli, atau alveolus). Pada
gelembung inilah terjadi pertukaran udara di dalam darah, O 2masuk ke
dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Gelembung alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya ± 90m2. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang
lebih 700juta buah. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi
anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran
alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I
berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab
untuk pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular,
tidak ikut serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang
memproduksi surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah
kolapnya alveolus (Azmi, 2013).
2. Fungsi Paru-paru
Fungsi paru-paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida. Pada pernapasan melalui paru-paru, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk
melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat dengan
darah di dalam kapiler pulmonaris. Hanya satu lapisan membran ,
yaitu membran alveoli-kapiler, memisahkan oksigen dari darah.
Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini, dipompa di dalam arteri
ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan
oksigen 100 mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen
jenuh oksigen. Di dalam paru-paru, karbon dioksida adalah salah satu
hasil buangan metabolisme, menembus membran alveoler-kapiler dari
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronkhial dan
trakhea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut (Azmi, 2013).
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia
sangat membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak
mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan kerusakan
pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bias menimbulkan kematian.
Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan kacau
pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang bekerja pada ruangan
yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap, dll. bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti menjadi
kebiru-biruan misalnya di bibir, telinga, lengan, dan kaki (sianosis)
(Azmi, 2013).
Ekskret dari paru-paru adalah CO2 dan H2O yang dihasilkan dari
proses pernapasan. Proses pengangkutan CO2 telah dibicarakan dalam
proses pernapasan. Pada prinsipnya, pengangkutan CO2 terjadi
melalui tiga cara, yaitu terlarut dalam plasma darah (7-10%),
berikatan dengan hemoglobin (20%), dan dalam bentuk ion HCO3-
(70%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida.
Mekanisme pertukaran klorida adalah sebagai berikut. Darah pada
alveolus paru-paru mengikat O2 dan mengangkutnya ke sel-sel
jaringan. Dalam jaringan, darah mengikat CO2 untuk dikeluarkan
bersama H2O yang dikeluarkan dalam bentuk uap air. Reaksi kimia
tersebut secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut. CO2 +H2O
H2CO3 HCO3-+H+ Ion H+ yang bersifat racun diikat oleh
hemoglobin, sedangkan HCO3- keluar dari sel darah merah dan
masuk ke dalam plasma darah. Sementara iru pula, kedudukan HCO3-
digantikan oleh ion Cl- (klorida) dan plasma darah (Thoyyibah, 2014).
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai
pada daerah pertukaran gas, tetapi tetap berada dalam saluran napas di
mana pada tempat ini tidak terjadi pertukaran gas, seperti pada hidung,
faring dan trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi, sebab tidak
berguna dalam proses pertukaran gas. Pada waktu ekspirasi, yang
pertama kali dikeluarkan adalah udara ruang rugi, sebelum udara di
alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang rugi merupakan
kerugian dari gas ekspirasi paru-paru. Ruang rugi dibedakan lagi
menjadi ruang rugi anatomik dan ruang rugi fisiologik. Ruang rugi
anatomik meliputi volume seluruh ruang sistem pernapasan selain
alveoli dan daerah pertukaran gas lain yang berkaitan erat. Kadang-
kadang, sebagian alveoli sendiri tidak berungsi atau hanya sebagian
berfungsi karena tidak adanya atau buruknya aliran darah yang
melewati kapiler paru-paru yang berdekatan. Oleh karena itu, dari segi
fungsional, alveoli ini harus juga dianggap sebagai ruang rugi dan
disebut sebagai ruang rugi fisiologis (Ganong, 1998).

3. Kulit
Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan
dermis. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan
memiliki tebal yang berbeda-beda: 400−600 μm untuk kulit tebal (kulit
pada telapak tangan dan kaki) dan 75−150 μm untuk kulit tipis (kulit selain
telapak tangan dan kaki, memiliki rambut) (Tortora dkk., 2006). Selain sel-
sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:
a. Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.
b. Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum
tulang yang merangsang sel Limfosit T. Sel Langerhans juga
mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam
imunologi kulit
c. Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris
dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus
d. Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling
dalam sebagai berikut:
- Stratum Korneum, terdiri atas 15−20 lapis sel gepeng, tanpa inti
dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin.
- Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik
yang sangat gepeng.
- Stratum Granulosum, terdiri atas 3−5 lapis sel poligonal gepeng
yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin..
- Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum
saling terikat dengan filamen.
- Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada
epidermis, terdiri atas selapis sel kuboid (Junqueira dan Carneiro, 2007).

Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Dermis terdiri atas


dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
a. Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri
atas jaringan ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast,
makrofag, dan leukosit yang keluar dari pembuluh (ekstravasasi).
b. Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas
jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa
turunan epidermis, yaitu folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea
(Djuanda, 2007). Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat
longgar yang disebut jaringan subkutan dan mengandung sel lemak yang
bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau panikulus adiposus
(Junqueira dan Carneiro, 2007).

Gambar Struktur pada kulit manusia.


A. Fungsi Kulit
Fungsi kulit antara lain sebagai berikut:
a. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai
berikut:
1. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan
zat kimia.
2. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit
dan dehidrasi, selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan
luar tubuh melalui kulit.
3. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan
rambut dari kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang
berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
4. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya.
Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke
sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik
dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan
baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka
dapat timbul keganasan.
5. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif.
Yang pertama adalah sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen
terhadap mikroba. Kemudian ada sel fagosit yang bertugas
memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel
Langerhans

b. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material
larut-lipid seperti vitamin A, D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen
dan karbon dioksida (Djuanda, 2007). Permeabilitas kulit terhadap
oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material
toksik dapat diserap seperti aseton, CCl4, dan merkuri Beberapa obat
juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu
berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat
peradangan. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya
kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antarsel atau melalui
muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar (Tortora dkk., 2006).

c. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua
kelenjar eksokrinnya, yaitu kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
1. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel
rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju
lumen (Harien, 2010). Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor
pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum
dikeluarkan ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum
tersebut merupakan campuran dari trigliserida, kolesterol, protein, dan
elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin (Tortora dkk., 2006).
2. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air
dapat keluar dengan cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari
(Djuanda, 2007). Seorang yang bekerja dalam ruangan
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang
aktif jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas,
keringat juga merupakan sarana untuk mengekskresikan garam,
karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein
yaitu amoniak dan urea.
Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan
kelenjar keringat merokrin.
1. Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan
pubis, serta aktif pada usia pubertas dan menghasilkan sekret yang
kental dan bau yang khas (Djuanda, 2007). Kelenjar keringat apokrin
bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-
sel mioepitel yang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan
menekan kelenjar keringat apokrin. Akibatnya kelenjar keringat
apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke permukaan
luar (Tortora dkk., 2006).
2. Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah telapak
tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien
organik, dan sampah metabolism . Kadar pH-nya berkisar 4,0−6,8 dan
fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah mengatur temperatur
permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari
agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik
(Djuanda, 2007).

d. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis (Djuanda, 2007). Terhadap rangsangan panas diperankan oleh
badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Terhadap dingin
diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan
taktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan,
demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis.
Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan Paccini di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di
daerah yang erotik (Tortora dkk., 2006).
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi) melalui dua cara: pengeluaran keringat dan
menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler (Djuanda, 2007). Pada
saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah
banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga
panas akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu
rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan
mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi
pengeluaran panas oleh tubuh (Harien, 2010).

f. Fungsi pembentukan vitamin D


Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7
dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet (Djuanda, 2007).
Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi prekursor dan menghasilkan
kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon yang
berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus
gastrointestinal ke dalam pembuluh darah (Tortora dkk., 2006).

4. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia dengan
berat hati kurang lebih 1,5 kg. Hati adalah organ viseral terbesar dan
terletak di bawah kerangka iga (Sloane, 2004).
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas
abdominalis tepat di bawah diaphragma. Sebagian besar hepar terletak di
profunda arcus costalis dextra dan hemidiaphragma dextra memisahkan
hepar dari pleura, pulmo, pericardium, dan cor. Hepar terbentang ke
sebelah kiri untuk mencapai hemidiaphragma sinistra (Snell, 2006).
Hepar tersusun atas lobuli hepatis. Vena centralis pada masing-
masing lobulus bermuara ke venae hepaticae. Dalam ruangan antara
lobulus- lobulus terdapat canalis hepatis yang berisi cabang-cabang arteria
hepatica, vena portae hepatis, dan sebuah cabang ductus choledochus
(triashepatis). Darah arteria dan vena berjalan di antara sel-sel hepar
melalui sinusoid dan dialirkan ke vena centralis (Sloane, 2004).
A. Fungsi Hati
Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan
glikogen dalam jumlah besar, mengkonversi galaktosa dan fruktosa
menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk banyak senyawa
kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.
b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain:
mengoksidasi asam lemak untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh
yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol, fosfolipid dan
lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.
c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino,
pembentukan ureum untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh,
pembentukan protein plasma, dan interkonversi beragam asam amino
dan membentuk senyawa lain dari asam amino.
d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat
penyimpanan vitamin, hati sebagai tempat menyimpan besi dalam
bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk
koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau
mengekskresikan obat-obatan, hormon dan zat lain.
2.3 Gangguan Sistem Ekskresi Pada Tubuh Manusia Beserta
Penyembuhannya
1. Ginjal
Ginjal manusia dapat mengalami gangguan dan kelainan, antara
lain karena serangan bakteri, tumor, abnormalitas bentuk ginjal atau
pembentukan batu ginjal. Kelainan dan gangguan fungsi ginjal antar
lain sebagai berikut (Thoyyibah, 2014).
1. Nefritis
Nefritis adalah kerusakan bagian glomerulus ginjal akibat
alergi racun kuman, biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus.
Nefritis menyebabkan seseorang mengalami uremia dan oedema.
Uremia adalah masuknya kembali asam urin dan urea ke pembuluh
darah. Oedema adalah penimbunan air di kaki karena reabsorpsi air
terganggu.
2. Batu ginjal
Batu ginjal terbentuk karena pengandapan garam kalsium
didalam rongga ginjal, saluran ginjal, atau kantong kemih.batu ginjal
ini berbentuk kristal yang tidak dapat larut. Kandungan batu ginjal
adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium kalsium fosfat.
Endapan garam ini terbentuk jika seseorang terlalu banyak
mengonsumsi garam mineral dan terlalu sedikit mengonsumsi air.
3. Diabetes Melitus
Diabetes melitus adalah penyakit yang muncul karena
pankreas tidak menghasilkan atau hanya menghasilkan sedikit sekali
insulin. Insulin adalah hormon yang mampu mengubah glukosa
menjadi glikogen sehingga mengurangi kadar gula dalam darah.
Selain insulin juga membantu jaringan tubuh menyerap glukosa
sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi. Diabetes melitus
juga dapat terjadi jika sel-sel hati, otot, dan lemak memiliki respons
rendah terhadap insulin. Kadar glukosa di urin dan darah penderita
diabetes melitus sangat tinggi. Ini menyebabkan sering buang air
kecil, cepat haus dan lapar, serta menimbulkan masalah pada
metabolisme lemak dan protein.
4. Diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang menyebabkan
penderita mengeluarkan urin terlalu benyak. Penyakit diabetes
insipidus adalah kekurangan hormon ADH. ADH ini dihasilkan oleh
kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika kekurangan ADH, jumlah
urin dapat naik 20-30 kali lipat dari keadaan normal. Komposisi urin
bervariasi tergantung jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Urin normal berwarna jernih transparan. Warna kuning muda urin
berasal dari zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin). Urin normal
pada manusia mengandung air, urea, asam urat, amonia, kreatin, asam
laktat, asam fosfat, asam sulfat, dan klorida. Selain itu, terdapat pula
garam-garam, terutama garam dapur, zat-zat yang berlebih di dalam
darah, misalnya vitamin C, dan obat-obatan.

2. Paru-Paru
Gangguan pada Paru-Paru, Penyebab utama yang membuat paru-paru
tidak berfungsi secara optimal adalah infeksi virus dan bakteri serta
polusi udara. Polusi udara disebabkan oleh asap pabrik, kendaraan,
pembakaran, dan asap rokok. Berikut contoh gangguan pada paru-paru
1. Asma

Asma dikenal dengan bengek yang disebabkan oleh


bronkospasme. Asma merupakan penyempitan saluran pernapasan
utama pada paru-paru. Gejala penyakit ini ditandai dengan susah
untuk bernapas atau sesak napas. Penyakit ini tidak menular dan
bersifat menurun. Kondisi lingkungan yang udaranya tidak sehat atau
telah tercemar akan memicu serangan asma.

Penyebab asma disebabkan penyempitan saluran udara di dalam


paru-paru. Pada sebagian besar anak, pemicu serangan adalah reaksi
alergi terhadap benda asing, atau alergen, yang dapat berupa partikel
kecil terhirup, seperti polen, jamur dari kotoran tungau debu rumah,
dan partikel-partikel dari rambut atau bulu hewan. Kasus lain
disebabkan oleh alergi makanan atau minuman, obat tertentu, stres,
infeksi saluran napas, dan aktivitas berat dalam cuaca dingin.

Langkah pencegahan tepat yang dapat dilakukan untuk


menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab
yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri. Setiap penderita
umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap hal-hal yang menjadi
pemicu serangan asmanya.

Pengobatan penyakit asma (Asthma) sampai saat ini belum dapat


diobati secara tuntas, ini artinya serangan asma dapat terjadi
dikemudian hari. Penanganan dan pemberian obat-obatan kepada
penderita asma adalah sebagai tindakan mengatasi serangan yang
timbul yang mana disesuaikan dengan tingkat keparahan dari tanda
dan gejala itu sendiri. Prinsip dasar penanganan serangan asma adalah
dengan pemberian obat-obatan baik suntikan (Hydrocortisone), syrup
ventolin (Salbutamol) atau nebulizer (gas salbutamol) untuk
membantu melonggarkan saluran pernafasan.

2. Tuberculosis ( TBC)

TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini menyerang paruparu
sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil. TBC dapat
menyebabkan kematian. Sebagianbesar orang yang terinfeksi oleh
bakteri tuberculosis menderita TBC tanpa mengalami gejala, hal ini
disebut latent tuberculosis. Apabila penderita latent tuberculosis tidak
menerima pengobatan maka akan berkembang manjadi active
tuberculosis. Active tuberculosis adalah kondisi di mana sistem
kekebalan tubuh tidak mampu untuk melawan bakteri tuberculosis
yang terdapat dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi terutama
pada bagian paru-paru.

Pencegahan

a. Pengguna vaksin BCG (Bacille Calmette-Guerin) Vaksin BCG


diberikan mulai dari bayi. Perlindungan yang diberikan oleh
vaksin BCG dapat bertahan untuk 10 - 15 tahun, sehingga pada
usia 12 - 15 tahun dapat dilakukan vaksinasi ulang.
b. Menghindari kontak dengan penderita TBC.
c. Tidak meggunakan peralatan terutama peralatan makan dengan
penderita TBC.

Pengobatan untuk TBC bila sudah diketahui sejak dini sebenarnya


tidak terlalu mahal dan mudah untuk disembuhkan karena sudah ada
obat yang disediakan pemerintah. Bila diperlukan, penderita TBC
dapat juga dikarantina di tempat khusus agar tidak menularkan
penyakitnya.Penyakit ini juga sebenarnya merupakan salah satu
penyakit yang sudah ditaklukan, tetapi belakangan kembali
menyerang. Salah satunya adalah karena penderita tuberkulosis ini
tidak menghabiskan obat mereka. Obat harus diminum secara teratur
selama 6 sampai 9 bulan untuk menyembuhkan penyakit ini. Tidak
menghabiskan obat dapat menyebabkan penderita tidak dapat sembuh
dan menyebabkan obat tidak mampu lagi melawan kuman karena
kuman menjadi kebal.

3. Pneumonia

Pneumonia adalah peradangan dari gelembung udara


mikroskopik paru-paru yaitu alveolus dan saluran udara terkecil yaitu
bronkiolus. Penyakit ini menyebabkan oksigen susah masuk karena
alveolus dipenuhi oleh cairan.

Penyebab utama infeksi bakteri, sering kali dari jenis


Streptococcus pneumoniae. Pneumonia dapat dipicu menjadi
permasalahan sekunder oleh infeksi virus di saluran pernapasan atas,
seperti flu.

Gejala utama adalah batuk dengan dengan dahak berdarah, sesak


napas, nyeri dada, dan demam tinggi dengan kesadaran menurun.
Pengobatan apabila telah menderita pneumonia, biasanya
disembuhkan dengan meminum antibiotik.

4. Emfisema

Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus.


Alveolus sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam
paru-paru. Pada penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar
dibandingkan dengan orang yang sehat karena karbondioksida yang
seharusnya dikeluarkan dari paru-paru terperangkap didalamnya, lebih
sedikit oksigen yang diserap ke dalam darah. Asap rokok dan
kekurangan enzim alfa-1-antitripsin adalah penyebab kehilangan
elastisitas pada paru-paru.

Meskipun kerusakan akibat emfisema biasanya ireversibel (tak


bisa kembali), berhenti merokok kadang dapat memperlambat
perkembangan penyakit dan memungkinkan silia untuk pulih kembali.
Silia sendiri adalah rambut-rambut kecil di permukaan lapisan saluran
udara paru-paru.

Gejala sesak napas, mengi, sesak dada, mengurangi kapasitas


untuk kegiatan fisik, batuk kronis, kehilangan nafsu makan dan berat,
serta kelelahan. Pencegahan penyakit dengan menghindari asap rokok
adalah langkah terbaik untuk mencegah penyakit ini. Berhenti
merokok juga sangat penting.

5. Bronkitis

Penyakit bronkitis disebabkan oleh peradangan pada bronkus


(saluran yang membawa udara menuju paru-paru). Penyebabnya bisa
karena infeksi kuman, bakteri atau virus. Penyebab lainnya adalah
asap rokok, debu, atau polutan udara.

Pada bronkitis kronis, bronkus, saluran udara utama menuju


paru-paru, meradang, membengkak, dan menyempit akibat iritasi oleh
asap tembakau, infeksi berulang, atau paparan lama terhadap zat
polutan. Saluran udara yang meradang mulai menghasilkan dahak
berlebihan, awalnya menyebabkan batuk mengganggu di waktu
lembap dan dingin, lalu berlanjut sepanjang tahun.

Pada bronkitis kronis, bronkus, saluran udara utama menuju


paru-paru, meradang, membengkak, dan menyempit akibat iritasi oleh
asap tembakau, infeksi berulang, atau paparan lama terhadap zat
polutan. Saluran udara yang meradang mulai menghasilkan dahak
berlebihan, awalnya menyebabkan batuk mengganggu di waktu
lembap dan dingin, lalu berlanjut sepanjang tahun.

Gejala seperti suara serak, mengi, dan sesak napas juga timbul.
Akhirnya si penderita merasa sesak napas bahkan di saat sedang
istirahat. Jika terjadi infeksi saluran napas sekunder, dahak dapat
berubah warna dari bening atau putih menjadi kuning atau hijau.

Pencegahan

a. Meningkatkan daya tahan tubuh merupakan salah satu


pencegahan yang dapat dilakukan.
b. Sedangkan untuk mencegah bronkitis kronik adalah dengan
menghentikan kebiasaan merokok juga menghindari asap rokok
agar tidak menjadi perokok pasif yang sangat berbahaya.

Pengobatan untuk pengobatan bila disebabkan oleh bakteri atau


kuman dapat diatasi dengan meminum antibiotik sesuai anjuran
dokter. Bila disebabkan oleh virus, biasanya digunakan obat-obatan
untuk meringankan gejala.
6. Asbestosis

Asbestosis dalah suatu penyakit saluran pernafasan yang di


sebabkan oleh menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru
terbentuk jaringan parut yang luas. Asbestos terdiri dari serat silikat
mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat
asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalanpleura (selaput
yang melapisi paru-paru).

Pencegahan asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar


serat dan debu asbes di lingkungan kerja. Karena industri yang
menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu, sekarang ini lebih
sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi
pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu.

Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah


membuang lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural
drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk
mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui
sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang
di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru.
Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan
pengangkatan tumor tidak menyembuhkan kanker.

7. Paru-paru Hitam

Paru-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk


batubara dalam jangka waktu yang lama. Merokok tidak
menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam, tetapi
bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru.
Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan
luasnya pemaparan terhadap debu batubara.
Pencegahan dengan menghindari debu batubara pada
lingkungan kerja. Pekerja tambang batubara harus menjalani
pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini dapat
ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan penyakit, maka pekerja
tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya
rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.

Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk


mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis
paru). Jika terjadi gangguan pernapasan, maka diberikan bronkodilator
dan ekspektoran. Tetapi adalah penting untuk menghindari pemaparan
lebih lanjut.

8. Sinusiti

Sinusitis adalah infeksi dalam rongga sinus yaitu rongga berisi


udara yang letaknya dalam rongga kepala di sekitar hidung. Infeksi
atau peradangan sinus umumnya terjadi sebagai kelanjutan infeksi
hidung. Setiap kondisi dalam hidung yang menghambat aliran keluar
cairan hidung cenderung menyebabkan infeksi dari sinus. Seperti
adanya infeksi virus, bakteri atau benda asing penyebab alergi dapat
menimbulkan pembengkakan selaput lendir hidung dan hal yang sama
juga terjadi pada sinus sehingga menutup hubungan antara sinus dan
hidung. Alergen yang terhirup seperti debu, spora jamur, bulu
binatang, serbuk sari bunga, dan lain-lain menimbulkan reaksi alergi
dan pembengkakan yang dapat berpengaruh atas timbulnya serangan
sinusitis.

Pencegahan infeksi virus dan bakteri harus dihindari dengan


meningkatkan daya tahan tubuh misalnya istirahat dan gizi yang
cukup serta olahraga yang teratur. Hindari juga alergen seperti debu,
asap rokok dan polusi lain serta obat-obatan dan jenis makanan
tertentu yang dapat menimbulkan alergi. Jenis alergennya harus
diketahui agar reaksi selanjutnya dapat dihindari atau dikurangi.
Menyelam dan berenang juga harus dihindari karena air dapat masuk
ke dalam sinus sehingga menimbulkan sumbatan atau infeksi.
9. Pleuritis

Pleuritis adalah peradangan pada pleura, yang merupakan, lembab


berlapis ganda membran yang mengelilingi paru-paru dan garis tulang
rusuk. Kondisi ini dapat membuat napas sangat menyakitkan. Kadang-
kadang dikaitkan dengan kondisi lain yang disebut efusi pleura, di
mana kelebihan cairan mengisi daerah antara lapisan membran itu.

Pengobatan suntikan anti alergi. Menghindari pencetus alergi.


Semprotan hidung yang mengandungkortikosteroid untuk membantu
mengurangi bengkak di rongga sinus, terutama karena adanya polip
ataupun karena alergi. Tindakan operasi untuk membersihkan dan
mengeringkan rongga sinus mungkin diperlukan terutama bagi pasien
yang mengalami peradangan yang berulang.

10. Kanker paru-paru

Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak


terkendali dalam jaringan paru. Jika dibiarkan pertumbuhan yang
abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik yang dekat dengan
paru maupun yang jauh misalnya tulang, hati, atau otak. Penyakit
kanker paru-paru lebih banyak disebabkan oleh merokok (87%),
sedangkan sisanya disebabkan oleh zat asbes, radiasi, arsen, kromat,
nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven arang bisa
menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi
pada pekerja yang juga merokok.

Penyebaran Kanker paru-paru dapat menyebar (metastasis) ke


bagian tubuh lain. Metastasis ke tulang dapat menimbulkan rasa nyeri
dan patah tulang. Dalam otak menyebabkan sakit kepala dan
penurunan kesadaran, serta dalam hati menyebabkan penurunan berat
badan dan ikterus di mana kulit menjadi berwarna kekuningan.

Pencegahan berhenti dan hindari merokok.

Pengobatan beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah

1) Tindakan operasi pembedahan mengangkat sell kanker


2) Tindakan Therapy Radiasi
3) Tindakan Therapy Kemotherapy
4) Tindakan penyuntikan {Photodynamic (PTD)}
5) Pemberian Nutrisi dan supplement dapat mengurang gejala yang
disebabkan oleh kanker paru. Vitamin D dan Fe sangat baik untuk
diberikan oleh penderita penyakit kanker paru, Begitu pula dengan
makanan antioxidant seperti blueberri, cherri, dan buah tomat.
3. Kulit
Kelainan dan penyakit yang berhubungan dengan kulit sering kita temukan
dalam kehidupan sehari-hari. Ada penyakit yang tidak berbahaya dan
berbahaya. Gangguan kulit yang biasa terjadi adalah sebagai berikut:
1. Ringworm
Ringworm adalah sejenis jamur yang menginfeksi kulit. Infeksi ini
ditandai dengan timbulnya bercak lingkaran di kulit. Pencegahan
penyakit ini dilakukan dengan menjaga agar kulit tetap kering dan
tidak lembab. Pengobatannya dilakukan dengan mengkonsumsi obat
anti jamur.
2. Jerawat
Jerawat adalah benjolan-benjolan yang terjadi pada kulit wajah yang
timbul akibat terjadinya peradangan dari kelenjar unit pilosebaseus
dan disertai adanya penyumbatan keratin pada kulit, Jerawat terjadi
dan dan disertai adanya keratin yang terlepas dan tertumpuk di kulit
yang menyebabkan tersumbatnya muara kelenjar unit pilosebaseus.
Penyebab :
1. Kelebihan produksi kelenjar minyak.
2. Penyumbatan saluran pembuangan kelenjar minyak pada
permukaan kulit.
3. Bakteri yang menyebabkan terjadinya infeksi ( bakteri
Propionibacterium)
Pencegahan :
1. Perbanyak minum air putih.
2. Banyak mengonsumsi makanan segar dan alami.
3. Hindari makanan yang mengandung bahan pengawet.
4. Olahraga secara teratur.
5. Hindari alkohol dan rokok.
6. Gunakan sabun pencuci wajah yang sesuai dengan jenis kulit.
7. Jangan menggunakan make up yang berlebihan.
8. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin A (wortel, ubi
jalar, bayam, kol peterseli, dan apricot).
9. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin B2 (ikan, susu,
daging, telur, sayur hijau, dan buah).
10. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin B3 (telur, kacang
tanah, daging dan hati).
11. Banyak mengonsumsi vitamin C dan makanan yang mengandung
zinc.
12. Hindari stres.
13. Rajin berolahraga.
3. Biduran
Biduran disebabkan oleh udara dingin, alergi makanan dan alergi
bahan kimia. Biduran ditandai dengan timbulnya bentol-bentol yang
tidak beraturan dan terasa gatal. Biduran dapat berlangsung beberapa
jam dan dapat juga berlangsung berhari-hari.
Pencegahan : Bagi penderita biduran, pencegahan dapat dilakukan
dengan menghindari faktor-faktor penyebab tim bulnya bidur. Seperti
udara dingin, makanan dan bahan kimia.
Pengobatan : Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan resep
obat yang diberikan oleh dokter.
4. Cacar
Cacar adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus Varicella zoster. Gejala : pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang
lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut
atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan
dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau
gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan
maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang
nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih
gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar
sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas
lagi.
5. Campak (Rubella)
Campak adalah penyakit kulit menular yang diakibatkan oleh virus
dan umumnya menginfeksi anak-anak. Gejala : demam, bersin, pilek,
sakit kepala, badan lesu, berkurangnya nafsu nafsu makan, timbul
ruam merah diseluruh tubuh.
6. Bisul ( Furunkel)
Bisul adalah penyakit kulit berupa benjolan, berwarna merah dan akan
membesar. Benjolan bisul tersebut berisi nanah, berdenyut, terasa
panas dan bisa tumbuh di hampir semua bagian tubuh. Tetapi
umumnya lebih sering tumbuh pada bagian yang lembab seperti sela
bokong, lipatan paha, leher, kepala dan ketiak.Bisul ini disebabkan
karena infeksi bakteri Stafilokokus aueus di kulit lewat folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar minyak yang bisa menibulkan infeksi lokal.
Penyebab : kebersihan yang buruk, infeksi luka, kosmetik yang
membuat pori tersumbat.
Pencegahan : selalu menjaga kebersihan di daerah hal yang sensitive
untuk
7. Kurap
Penyakit Kurap merupakan suatu penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh fungsi. Gejala kurap mulai dapat dikenali ketika
terdapat baian kecil yang kasar pada kulit dan dikelilingi lingkaran
merah muda.
Pencegahan :
1. Mencuci tangan yang sempurna.
2. Menjaga kebersihan tubuh.
3. Mengindari kontak dengan penderita.
Pengobatan : Dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung
mikonazol dan kloritomazol dengan benar dapat menghilangkan
infeksi.
8. Panu
Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit panau ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit
disertai rasa gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bisa
berwarna putih, coklat atau merah tergantung warna kulit si penderita.
Beda halnya dengan jerawat yang terlihat menonjol di kulit, panu
justru tidak menonjol dan biasanya akan terasa gatal apalagi bila
terkena keringat. Jamur yang menyebabkan panau adalah Candida
albicans.
Panu paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun
begitu panau juga bisa ditemukan pada penderita berumur tua.
Penyakit ini biasanya menyerang kulit di daerah yang menghasilkan
banyak keringat. Biasanya panau terdapat pada bagian atas dada,
lengan, leher, perut, kaki, ketiak, lipatan paha, muka dan kepala.
Panau terutama ditemukan di daerah yang lembab dan dilindungi
pakaian. Selain menyebakan gatal pada kulit, panu juga membuat
penderitanya menjadi tak percaya diri.
Pencegahan :
Menjaga kebersihan badan, usahakan agar kulit dalam keadaan kering
dan tidak lembab.pakaian dan handuk mandi jangan sampai lembab,
karena pakaian yang lembab memicu tumbuhnya jamur.angan
menggunakan pakaian atau peralatan mandi dengan penderita panu.
Pengobatan :
Panu dapat diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih
yang dicampur dengan kapur sirih dan dioles pada kulit yang terserang
Panu. Atau juga dapat digunakan obat-obat yang di jual di pasaran
seperti Pandas dan Kalpanax.

4. Hati
Penyakit hati bisa disebabkan oleh infeksi virus, tidak bekerjanya hati
dan empedu. Kelainan dan penyakit yang berhubungan dengan hati
misalnya penyakit hepatitis dan kuning.
1) Hepatitis
Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus
hepatitis ada beberapa macam, misalnya virus hepatitis A dan hepatitis
B. Hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B lebih berbahaya
daripada hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis A.
Hepatitis dapat merusak fungsi organ hati dan kerja hati sebagai
penetral racun dan sistem pencernaan makanan dalam tubuh yang
mengurai sari-sari makanan untuk kemudian disalurkan ke seluruh
organ tubuh yang sangat penting bagi manusia
Hepatitis dibedakan menjadi 3 yaitu :
1) Hepatitis A adalah suatu penyakit yang menyerang hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis A. Hepatitis A dibagi menjadi 3
stadium yakni stadium pendahuluan (prodromal), stadium ikterik dan
stadium kesembuhan (konvaselensi).
2) Hepatitis B adalah suatu penyakit yang menyerang hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Seseorang dikatakan menderita
infeksi virus hepatitis B apabila dalam pemeriksaan ditemukan
HBsAg positif.
3) Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis
C (HCV= Hepatitis C virus). Virus Hepatitis C masuk ke sel hati,
menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus
Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.
Gejala :
• Kelelahan.
• Mual dan muntah.
• Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati
(pada sisi kanan bawah tulang rusuk).
• Kehilangan nafsu makan.
• Demam.
• Urin berwarna gelap.
• Nyeri otot.
• Menguningnya kulit dan mata (jaundice).
Pencegahan :
1) Hepatitis dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi.
2) Jarum untuk akupuntur atau tatto harus steril.
3) Hindari pemakaian alat-alat secara bersamaan seperti cukur,
sisir.
4) Hindari aktivitas sex dengan berganti-ganti pasangan.
5) Hindari mendapat donor darah yang tidak resmi.
Pengobatan Melalui kimiawi yang bertujuan untuk mematikan virus
hepatitis. Pengobatan suportif yang bertujuan untuk melindungi
sel hati dan membantu pemulihan sel hati yang rusak.

2. Penyakit Kuning
Penyakit kuning disebabkan oleh tersumbatnya saluran empedu
yang mengakibatkan cairan empedu tidak dapat dialirkan ke dalam
usus dua belas jari, sehingga masuk ke dalam darah dan warna darah
menjadi kuning. Kulitpenderita tampak pucat kekuningan, bagian
putih bola mata berwarna kekuningan, dan kuku jaripun berwarna
kuning. Hal ini terjadi karena di seluruh tubuh terdapat pembuluh
darah yang mengangkut darah berwarnakekuningan karena bercampur
dengan cairan empedu.
Ciri-ciri orang yang terserang penyakit kuning mudah terlihat
oleh mata telanjang. Adanya perubahan pada warna kulit dan warna
putih mata terlihat menguning. Perubahan warna kulit tubuh menjadi
kekuningan disebabkan oleh kadar bilirubin yang semakin meningkat
hingga mencapai 2-3 mg/dL. Peningkatan bilirubin ini kemudian akan
dibawa ke dalam organ hati sehingga menyebabkan terganggunya
fungsi kerja dari organ hati.
3. Kanker hati
Kanker hati terjadi apabila sel kanker berkembang pada jaringan
hati. Kanker hati yang banyak terjadi adalah Hepatocellular carcinoma
(HCC). HCC merupakan komplikasi akhir yang serius dari hepatitis
kronis, terutama sirosis yang terjadi karena virus hepatitis B, C dan
hemochromatosis.
Penyebab : Kanker hati terjadi ketika sel DNA hati mengalami
mutasi. Mutasi ini membuat sel tetap tumbuh dan berkembang,
sementara sel normal lain memiliki siklus hidup dan mati. Akumulasi
sel kanker mulut ini dapat membentuk tumor yang ganas.
Gejala :
• Penurunan berat badan
• Hilang nafsu makan
• Sakit pada area perut bagian atas
• Mual dan muntah
• Kelelahan dan lemah
• Pembesaran hati
• Bengkak pada area perut
• Kulit dan bagian putih mata menguning
Kanker hati primer yang berasal dari sel hati terbagi dalam beberapa
tipe, antara lain :
1) Hepatocellular carcinoma (HCC). Kanker hati yang paling umum
terjadi pada anak-anak dan orang dewasa. Kanker ini dimulai dari
hepatocytes yang merupakan tipe utama sel hati.
2) Cholangiocarcinoma. Kanker ini berasal dari saluran kantung
empedu.
3) Hepatoblastoma. Ini adalah tipe kanker langka yang menyerang
anak-anak berusia 4 tahun ke bawah. Tipe kanker ini banyak yang
berhasil disembuhkan.
4) Angiosarcoma dan hemangiosarcoma. Tipe kanker langka ini
dimulai di pembuluh darah di hati dan tumbuh dengan sangat cepat.
Pencegahan :
• Vaksinasi terhadap virus hepatitis B.
• Mencegah hepatitis C dengan cara :
• Ketahui kondisi kesehatan pasangan anda sebelum melakukan
hubungan seksual.
• Gunakan jarum suntik steril ketika menyuntikkan obat.
• Gunakan jarum steril ketika membuat tato.
• Minta pada dokter anda untuk memeriksa kondisi hati anda.

a.
Kolestasis merupakan keadaan akibat kegagalan memproduksi
dan pengeluaran empedu. Lamanya menderita kolestasis dapat
menyebabkan gagalnya penyerapan lemak dan vitamin A, D, E, K
oleh usus, juga adanya penumpukan asam empedu, bilirubin dan
kolesterol di hati. Adanya kelebihan bilirubin dalam sirkulasi darah
dan penumpukan pigmen empedu pada kulit, membran mukosa dan
bola mata disebut jaundice. Pada keadaan ini kulit penderita terlihat
kuning, warna urin menjadi lebih gelap, sedangkan faeces lebih
terang.
Penyebab cholestasis dibagi menjadi 2 bagian:intrahepatic
cholestasis dan ekstrahepatic cholestasi.Pada intrahepatic cholestasis
terjadi akibat gangguan pada sel hati yang terjadi akibat: infeksi
bakteri yang menimbulkan abses pada hati, biliary cirrhosis primer,
virus hepatitis, lymphoma, cholangitis sclerosing primer, infeksi tbc
atau sepsis, obat-obatan yang menginduksi cholestasis.
Pada extrahepatic cholestasis, disebabkan oleh tumor saluran
empedu, cista, striktur (penyempitan saluran empedu), pankreatitis
atau tumor pada pankreas, tekanan tumor atau massa sekitar organ,
cholangitis sklerosis primer. Batu empedu adalah salah satu penyebab
paling umum dari saluran empedu diblokir. Saluran empedu Diblokir
mungkin juga hasil dari infeksi, kanker atau jaringan parut internal.
Parut dapat memblokir saluran empedu, yang dapat mengakibatkan
kegagalan hati.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Sistem ekskresi merupakan sistem pengeluaran. Sistem ekskresi untuk
membuang keluar hasil pembakaran dan sisa metabolisme di dalam
tubuh, agar tidak meracuni tubuh. Zat sisa metabolisme yang harus
dikeluarkan antara lain: karbondioksida (CO2), urea, air (H2O), ammonia
(NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu.
2. Organ sistem ekskresi meliputi ginjal, hati, kulit, dan paru-paru
mempunyai karakteristiknya masing-masing dalam prosesnya dalam
tubuh manusia.
3. Gangguan organ ginjal antara lain karena serangan bakteri, tumor,
abnormalitas bentuk ginjal atau pembentukan batu ginjal, pada paru-paru
penyebab utama yang membuat paru-paru tidak berfungsi secara optimal
adalah infeksi virus dan bakteri serta polusi udara. Polusi udara
disebabkan oleh asap pabrik, kendaraan, pembakaran, dan asap rokok.
Dan organ hati penyakit hati bisa disebabkan oleh infeksi virus, tidak
bekerjanya hati dan empedu.

3.2. Kritik dan Saran


Atas dasar pembelajaran tentu makalah yang kami buat masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi substansi maupun sistematika
penyusunan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan untuk penyusunan makalah yang lebih baik di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, Djuanda. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Aryulina, Diah dkk. 2007. Biologi. Penerbit Erlangga : Jakarta

Azmi, R.A.N. 2013. Anatomi Fisiologi Manusia. Diakses melalui


https://id.scribd.com/ pada tanggal 28 Februari 2020

Basoeki, Soedjono. 1988. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Depdikbud :


Jakarta

Buduanto, A. 2005. Guidance to Anatomy II. Universitas Surabaya :


Jawa Timur

Campbell, Neil A. 2004. Biologi. Edisi Kelima Jilid 3. Erlangga : Jakarta

Ganong,W,F(1998). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed 17. EGC :


Jakarta

Guyton and Hall. 2008. Buku ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11. EGC :
Jakarta

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 11. EGC : Jakarta

Harien. 2010. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka.


Universitas Muhammadiyah Malang : Malang

Irianto, Koes. 2012. Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa. Alfabeta :


Bandung
Jayanti N. 2013. Perbandingan Kapasitas Vital Paru Pada Atlet Pria
Cabang Olahraga Renang dan Lari Cepat Persiapan Pekan
Olahraga Provinsi 2013 di Bandar Lampung. Majority
Journal. 2(5):113-118.

Junqueira,LC., 2007. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan


mikroskopik. Histology Dasar: teks dan atlas. Edisi 10.
EGC. 3 – 5 : Jakarta

Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo


Media Pratama.

Kurniati, Tuti. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung: Universitas Negeri


Sunan Gunung Jati.

Naila, N. K. 2013. Sistem Ekskresi. Diakses melalui


https://www.academia.edu/ pada tanggal 28 Februari 2020.

Sloane E. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. hlm. 291 :
Jakarta

Thoyyibah, N. 2014. Sistem Ekskresi. Diakses melalui


https://www.academia.edu/ pada tanggal 28 Februari 2020

Tortora, G. J., & Derrickson, B. 2009. Principles of Anatomy &


Physiology. John Wiley & Sons. Inc : USA

Anda mungkin juga menyukai