Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KEBUTUHAN ELIMINASI”
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Basic Human Needs

Dosen Pengampu:
Ibu Sondang Manurung S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh:
Abidah Azka Aqlia 012311015

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Sondang Manurung
S.Kp.,M.Kep sebagai dosen pengampu mata kuliah Basic Human Needs yang telah
membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan.

Jakarta,28 Oktober 2023

Abidah Azka Aqlia


DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………
1.4 Tujuan Makalah …………………………………………………..........
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Definisi Eliminasi .……………..............................................................
2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Proses
Eliminasi dan Fekal …………………………………………………
2.3 Proses Perkemihan…………………………………………………...
2.4 Faktor yang Mempengaruhi
Eliminasi Urine dan Eliminasi Fekal ……………………………..
………………………….......
2.5 Masalah Pada Pola Berkemih
……………………………………………………………
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...
3.2 Saran…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik
berupa urine atau feses. Proses eliminasi yang teratur dari sisa-sisa produksi
metabolisme penting untuk fungsi tubuh yang normal. Zat yang tidak dibutuhkan
dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Perubahan pada eliminasi
dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian tubuh yang lain.
Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola eliminasi
dan kebiasaan masing-masing orang. K lien sering mem inta pertolon gan dari pe rawat
untuk memel ihara kebiasaan eliminasi yang normal. Keadaan sakit dapat membuat
klien terganggu dalam melakukan proses eliminasi yang normal. Klien tidak
mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan fasilitas toilet yang normal
dilingkungan rumah yang biasa mereka gunakan. Untuk menangani masalah eliminasi
klien, perawa t h aru s men gerti proses eliminasi yang nor mal dan fak tor-fak tor
Yang mempengaruhi eliminasi.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud eliminasi?
b. Sistem tubuh apa yang berperan dalam proses eliminasi urine dan fekal?
c. Bagaimana proses berkemih pada manusia?
d. Faktor apa saja yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi fekal?
e. Apa masalah yang terjadi pada eliminasi urine?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui apa yang


dimaksud dengan eliminasi.
2. Untuk mengetahui
Sistem tubuh yang berperan
dalam proses eliminasi urine
dan
fekal.
3. Untuk mengetahui
cara/proses berkemih pada
manusia.
4. Untuk mengetahui Faktor
yang mempengaruhi eliminasi
urine dan eliminasi fekal.
5. Untuk mengetahui masalah
yang terjadi pada eliminasi
urine
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan eliminasi.
b. Untuk mengetahui Sistem tubuh yang berperan dalam proses eliminasi urine dan
fekal.
c. Untuk mengetahui proses berkemih pada manusia.
d. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine dan eliminasi fekal.
e. Untuk mengetahui masalah yang terjadi pada eliminasi urine
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Eliminasi

Eliminasi merupakan proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme dalam tubuh yang tidak
digunakan lagi. Eliminasi merupakan proses yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
manusia, karena fungsi tubuh yang normal di dapatkan dari proses eliminasi yang teratur dan
normal. Zat-zat yang dikeluarkan dari sisa-sisa metabolisme dapat melalui kulit, ginjal,
paru-paru, dan pencernaan. Proses eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam,
yaitu:

1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem
pencernaan (Dianawuri, 2009).

2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi
juga sering disebut dengan buang air kecil. Sistem tubuh yang berperan dalam
terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih,dan uretra.

2.2 Sistem Tubuh yang Berperan dalam Proses Eliminasi Urin dan Fekal

A. Eliminasi Urine

Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa
urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (VU) yaitu
tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra dimana urin dikeluarkan dari vesika urinaria

a) Ginjal

Ginjal merupakan organ yang mengeluarkan dan memproduksi urin dari dalam tubuh.
Ginjal merupakan sistem utama untuk mempertahankan homeostasis (kekonstanan
lingkungan internal). Ginjal memiliki fungsi dan peranan:

• Mengatur keseimbangan cairan tubuh


• Mengatur keseimbangan elektrolit
• Pengaturan konsentrasi garam dalam darah & keseimbangan asam-basa
• Ekskresi bahan buangan & hasil metabolisme
• Fungsi hormonal & metabolisme
B. Eliminasi Fekal

Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), Sistem tubuh yang memiliki peran dalam
eliminasi fekal adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi :

1) Usus Halus
Usus halus sering disebut dengan usus kecil karena ukuran diameternya lebih kecil
jika dibandingkan dengan usus besar. Usus 10 halus ini terbagi menjadi 3 bagian
yaitu duodenum, jejunum, serta ileum. Fungsi usus halus adalah menerima
sekresi hati dan pankreas, mengabsorbsi saripati makanan, dan menyalurkan sisa
hasil metabolisme ke usus besar.

2) Usus Besar atau Kolon


Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus halus.
Usus besar dibagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden, kolontransversum, dan
kolon desenden. Fungsi kolon adalah (Tarwoto & Wartonah, 2010) :
a. Menyerap air selama proses pencernaan.
b.Tempat dihasilkannya vitamin K dan vitamin H (Biotin) sebagai hasil
simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
c. Membentuk massa feses
d. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan (feses) keluar dari tubuh.

3) Rektum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses dari tubuh.Sebelum
dibuang lewat anus, feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian rektum.
Apabila feses sudah siap dibuang, maka otot sfingterrektum mengatur
pembukaan dan penutupan anus. Otot sfingter yang menyusun rektum ada 2 yaitu
otot polos dan otot lurik.
2.3 Proses Perkemihan

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung
kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, dikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis

Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau


menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf - saraf
yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi
kerusakan pada saraf - saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing
keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna. Peritonium melapis kandung kemih
sampai kira-kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat
digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi
penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian
distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan
limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilika lis

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine dan Eliminasi Fekal

- Eliminasi urine :
1. Diet
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain
itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine

2. Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat mempengaruhi pola
berkemih. Hal tersebut dapat ditemukan pada anak yang lebih mengalami
kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam
mengontrol buang air kecil.

3. Stress Psikologis
Meningkatnya stress dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih
dan jumlah urine yang diproduksi.
4. Tingkat Aktifitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.

5. Medikasi/Obat-obatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diuretic dapat
meningkatkan jumlah urine, sedangkan pemberian obat antikolinergik dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dapat memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVintra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah
asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi
dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine.

- Eliminasi fekal :

1. Usia
Pada usia anak-anak belumdapat mengontrol BAB sehingga sistem
neuromuskuler berkembang sedangkan pada usia tua perubahan
pengeluaran BAB karena atony, gerak peristaltic, fases keras, tonus otot
abdominal, dan tekanan pada saat BAB.

2. Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperluas
volume feses. Tidak semua makanan bias dicerna oleh tubuh, ketidak
mampuan untuk mencerna makanan berdampak pada gangguan
pencernaan. Makan dengan teratur dapat mempengaruhi mudahnya proses
defekasi.
3. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang
berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi
air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme
menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras.
Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan
chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan
dari chyme.

4. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan
buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada
waktu yang teratur. seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga
digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas
toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga
mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan
orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan
bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya

5. Obat-obatan
6. Stress
2.5 Masalah Pada Pola Berkemih
A. Perubahan eliminasi urine
Meskipun produksi urine normal, ada beberapa faktor atau kondisi yang dapat
mempengaruhi eliminasi urine. Beberapa perubahan yang terjadi pada pola
eliminasi urine akibat kondisi tersebut antara lain inkontinensia, retensi, enuresis,
frekuensi. urgensi, dan disuria.

a. Inkontinensia urine.
Inkontinensia urine adalah kondisi ketika dorongan berkemih tidak mampu
dikontrol oleh sfingter eksternal, Sifatmya bisa menyeluruh (inkontinensia
parsial).
Ada dua jenis inkontinensia, yakni inkontinensia stres dan inkontinensis
urgensi. a) Inkontinensia stres. Inkontinensia stres terjadi saat tekanan
intraabdomen meningkat dan menyebabkan kompresi kandung kemih. Kondisi ini
biasanya terjadi ketika seseorang batuk atau tertawa. Penyebabnya antara
lain peningkatan tekanan intraabdomen, perubahan degeneratif terkait usia,
dan lain-lain
b) Inkontinensia urgensi. Inkontinensia urgensi terjadi saat klien mengalami
pengeluaran urine involunter karena desakan yang kuat dan tiba-tiba untuk
berkemih. Penyebabnya antara lain infeksi saluran kemih bagian bawah.

spasme kandung kemih, overdistensi, penurunan kapasitas kandung kemih,


peningkatan konsumsi kafem atau alkohol, serta peningkatkan konsentrasi
urine (Taylor, 1989).

b. Retensi Urine
Retensi urine adalah kondisi tertahannya urine di kandung kemih akibat
terganggunya proses pengosongan kandung kemih sehingga kandung kemih
menjadi regang. Kondisi ini antara lain disebabkan oleh obstuksi (Misal:
hipertrofi prostat), pembedahan, otot sfingter yang kuat, peningkatan tekanan
uretra akibat otot detrusor yang lemah.

c. Enuresis (mengompol)
Enuresis adalah peristiwa berkemih yang tidak disadari pada anak yang
usianya melampaui batas usia normal kontrol kandung kemih seharusnya
tercapai. Enuresis lebih banyak terjadi pada anak-anak di malam hari (enuresis
nokturnal). Faktor penyebabnya antara lain kapasitas kandung kemih yang
kurang dari normal, infeksi saluran kemih, konsumsi makanan yang banyak
mengandung garam dan mineral, takut keluar malam, dan gangguan pola
miksi.
d. Sering Berkemih (Frekuensi)
Sering berkemih (frekuensi) adalaah meningkatnya frekuensi berkemih tanpa
disertai peningkatan asupan cairan. Kondisi ini biasanya terjadi pada wanita
hamil (tekanan rahim pada kandung kemih), kondisi stres, dan infeksi saluran
kemih.

e. Urgensi
Urgensi adalah perasaan yang sangat kuat untuk berkemih. Ini biasa terjadi
pada anak-anak karena kemampuan kontrol sfingter mereka yang lemah.
Gangguan ini biasanya muncul pada kondisi stres psikologis dan iritasi uretra.

f. Disuria
Disuria adalah rasa nyeri dan kesulitan saat berkemih. Ini biasanya terjadi pada
kasus infeksi uretra, infeksi saluran kemih, trauma kandung kemih

B. Perubahan produksi urine


Selain perubahan elimunasi urine, masalah lain yang kerap dijumpai pada
pola berkemih adalah perubahan produksi urine Perubahan tersebut meliputi
poliuna. oliguria, dan anuria.

a. Poliuria
Poliuria adalah produksi urine yang melebihi batas normal tanpa disertai
peningkatan asupan cairan. Kondisi ini dapat terjadi pada penderita diabetes,
ketidakseimbangan hormonal (misal: ADH), dan nefritis kronik. Poliuria
dapat menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan yang mengarah
pada dehidrasi.

b. Oliguria dan Anuria


Oliguria adalah produksi urine yang rendah, yakni 100- 500 ml/24 jam.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh asupan cairan yang sedikit atau pengeluaran
cairan yang abnormal, dan terkadang ini mengindikasikan gangguan
pada aliran darah menuju ginjal. Sedangkan anuria adalah produksi urine
kurang dari 100 ml 24 jam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Urin dikeluarkan
melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan.

2. Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter
yangmembawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria
(VU),tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

3. Faktor yang mempengaruhi eliminasi urine yaitu diet dan asupan (intake), respons
keinginanawal untuk berkemih, gaya hidup, stres psikologis, tingkat , aktivitas,tingkat
perkembangankondisi penyakit, sosiokultural, kebiasaan seseorang, tonus otot,
pengobatan,dan pemeriksaan diagnostik.

3.3 Saran

1. Kita harus lebih memperhatikan kebutuhan eliminasi uri dalam kehidupan kita sehari-
hari.
2. Menjaga kebersihan daerah tempat keluarnya urine.

Anda mungkin juga menyukai