Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN

Disusun oleh kelompok 3 :


-Andini putri Siswandi
-Bunga lestari
-Bunga Rahayu
-Ira sapitri
-Rima Aprillia Dwi Astuti
-Tera Julian
-Widi rahmania nurpratiwi

SMK KESEHATAN EFARINA PURWAKARTA


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
makalah sistem perkemihan. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari
beliaulah kita dapat merasakan alamyang penuh dengan pengetahuan dan
teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Purwakarta, 06 November 2021


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A . LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B . RUMUSAN MASALAH......................................................................................1
C . TUJUAN...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2
A . Pengertian sistem perkemihan.......................................................................2
B . Uraian..............................................................................................................2
C . Proses berkemih.............................................................................................3
D . Faktor yang mempengaruhi proses berkemih................................................4
E . Penuaan pada sistem perkemihan..................................................................5
a)Teori Biologis....................................................................................................5
b)Teori wear and tear..........................................................................................6
c)Teori Rantai silang.............................................................................................6
d)Teori Imunitas...................................................................................................6
e)Teori lipofusin dan radikal bebas......................................................................7
f)Teori neuroendokrin.........................................................................................8
F . Perubahan sistem perkemihan.......................................................................9
BAB III PENUTUP................................................................................................10
A . Kesimpulan...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Urin adalah ampas metabolisme yang harus dikeluarkan oleh tubuh, karena
sebagai tanda bahwa ginjal telah bekerja dan membuang ampasnya yang
berwujud cair.
Ginjal memproses zat-zat yang terkandung dalam asupan dari luar tubuh,
kemudian membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Sistem
perkemihan merupakan suatu sistem yang penting bagi tubuh karena apabila
tubuh sistem perkemihan terganggu akan sulit berkemih, maka akan terjadi
berbagai penyakit ataupun dapat merusak organ-organ tubuh. Berkemih
melalui proses filtrasi, reabsorbsi dan augmentasi di dalam ginjal, faktorfaktor
yang menyebabkan tubuh melakukan proses berkemih dan penuaan pada
sistem perkemihan.
B . Rumusan masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimanakah anatomi fisiologi
sistem perkemihan manusia?
C . Tujuan
Untuk menjelaskan proses berkemih dan faktor-faktor yang mempengaruhi
proses berkemih serta penuaan pada sistem perkemihan dalam tubuh
manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A . Pengertian sistem perkemihan
Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Susunan sistem perkemihan terdiri dari:
dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari
ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), satu vesika urinaria (kandung kemih)
adalah tempat urin dikumpulkan, dan satu urethra adalah saluran untuk urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.
B . Uraian
Proses Berkemih Mikturisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan
dan dapat ditahan oleh pusa-pusat persarafan yang lebih tinggi, gerakkannya
oleh kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam rongga dan
berbagai organ yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya
(Syaifuddin, 1995). Reflek berkemih adalah reflek medula spinalis yang
seluruhnya bersifat otomatis. Selama kandung kemih terisi penuh dan
menyertai kontraksi berkemih, keadaan ini disebabkan oleh reseptor regang
sensorik pada dinding kandung kemih sampai reseptor pada urethra posterior
ketika mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal
sensorik dari reseptor kandung kemih ke segmen sakral medula spinalis
melalui nervus pelvikus kemudian secara reflek kembali lagi ke kandung kemih
melalui syaraf parasimpatis (Syaifuddin, 2001). Berkemih pada dasarnya
merupakan reflek spinal yang akan difasilitasi dan dihambat oleh pusat-pusat
susunan syaraf yang lebih tinggi. Urin yang memasuki kandung kemih tidak
begitu meningkatkan tekanan intravesika sampai terisi penuh. Pada kandung
kemih ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya isi organ tersebut,
tetapi jari-jari pun bertambah, oleh karena itu peningkatan tekanan hanya
akan sedikit saja, sampai organ tersebut relatif . kemih tidak begitu
meningkatkan tekanan intravesika sampai terisi penuh. Pada kandung kemih
ketegangan akan meningkat dengan meningkatnya isi organ tersebut, tetapi
jari-jari pun bertambah, oleh karena itu peningkatan tekanan hanya akan
sedikit saja,
2
3
bertambah,oleh karena itu penikatan tekanan hanya akan sedikit saja,sampai
organ tersebut relatif penuh.
C . Proses berkemih
Selama proses berkemih otot-otot perinium dan sfingter urethra eksterna
relaksasi, otot detrusor berkontraksi dan urin akan mengalir melalui urethra.
Kontraksi otot-otot perinium dan sfingter eksterna dapat dilakukan secara
volunter, sehingga mencegah urin mengalir melewati urethra atau
menghentikan aliran urin saat sedang berkemih (Guyton, 2006). Reflek
berkemih adalah reflek medula spinalis yang seluruhya bersifat autonomik,
tetapi dapat dihambat atau dirangsang di otak. Pusat yang lebih tinggi dapat
mencegah berkemih, bahkan ketika reflek berkemih muncul, yaitu dengan
membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung
kemih sampai mendapat waktu yang baik untuk berkemih. Jika sudah tiba saat
berkemih, pusat cortical dapat merangsang pusat berkemih untuk membantu
mencetuskan reflek berkemih dan dalam waktu yang bersamaan, menghambat
sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi
(Guyton, 2006). Pada kondisi tertentu, proses berkemih tidak dapat terjadi
secara normal, oleh karenanya diperlukan tindakan khusus untuk tetap dapat
mengeluarkan urin dari kandung kemih, yaitu dengan pemasangan kateter.
Pola eliminasi urin sangat tergantung pada individu, biasanya berkemih setelah
bekerja, makan atau bangun tidur. Normalnya dalam sehari sekitar lima kali.
Jumlah urin yang dikeluarkan tergantung pada usia, intake cairan dan status
kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1200-1500ml per hari atau 150600ml
per sekali berkemih. Proses pengosongan kandung kemih terjadi bila kandung
kemih terisi penuh. Proses miksi terdiri dari dua langkah utama :
A) Bladder Filling/Urine Storage. Kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang. Yang kemudian
mencentuskan langkah kedua.
B) Bladder Emptying/Voiding. Timbul reflek yang disebut reflek miksi yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau,jika ini gagal, setidaktidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun reflek
miksi adalah reflek autonomic medulla spinalis, reflek ini juga dihambat atau
ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
4
D . Faktor yang mempengaruhi proses berkemih
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkemih menurut Tarwoto & Wartonah
(2006) antara lain :
A) Pertumbuhan dan perkembangan Usia dan berat badan dapat
mempengaruhi jumlah pengeluaran urin. Pada usia lanjut volume kandung
kemih berkurang, perubahan fisiologis banyak ditemukan setelah usia 50
tahun. Demikian juga wanita hamil sehingga frekuensi berkemih juga akan
lebih sering.
B) Sosiokultural Budaya masyarakat dimana sebagian masyarakat hanya dapat
berkemih pada tempat tertutup dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat
berkemih pada lokasi terbuka.
C) Psikologis Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi
berkemih.
D) Kebiasaan seseorang Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet
sehingga ia tidak dapat berkemih menggunakan pot urin.
E) Tonus otot Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot
abdomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus otot,
dorongan untuk berkemih juga akan berkurang. Mekanisme awal yang
menimbulkan proses berkemih volunter belum diketahui dengan pasti. Salah
satu peristiwa awal adalah relaksasi otot-otot dasar panggul, hal ini mungkin
menimbulkan tarikan yang cukup besar pada otot detrusor untuk merangsang
kontraksi. Kontraksi otot-otot perineum dan sfingter eksterna dapat dilakukan
secara volunter sehingga mampu mencegah urin mengalir melewati urethra
atau menghentikan aliran urin saat sedang berkemih (Guyton, 2006).
F) Intake cairan dan makanan Alkohol menghambat anti diuretik hormon, kopi,
teh, coklat, dan cola atau yang mengandung kafein dapat meningkatkan
pembuangan dan ekskresi urin.
G) Kondisi penyakit Pada pasien yang deman akan terjadi penurunan produksi
urin karena banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit. Peradangan dan
iritasi organ kemih menyebabkan retensi urin.
H) Pembedahan Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus
sehingga produksi urin akan menurun.

5
I) Pengobatan Penggunaan diuretik meningkatkan output urin, anti kolinergik
dan antihipertensi menimbulkan retensi urinPenggunaan diuretik
meningkatkan output urin, anti kolinergik dan antihipertensi menimbulkan
retensi urin.
J) Pemeriksaan diagnostik Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake
sebelum prosedur untuk mengurangi output urin. Eliminasi urin atau mikturisi
biasanya terjadi tanpa nyeri dengan frekuensi lima sampai enam kali sehari,
dan kadang-kadang sekali pada malam hari. Rata-rata individu memproduksi
dan mengeluarkan urin sebanyak 1200-1500ml dalam 24 jam. Jumlah ini
tergantung asupan cairan, respirasi, suhu lingkungan, muntah atau diare.
Proses berkemih pada seseorang dapat mengalami gangguan sehingga tidak
dapat berjalan dengan normal. Kondisi umum yang terjadi sebagian besar
adalah ketidakmampuan individu untuk berkemih karena adanya obstruksi
urethra. Pada kondisi ini perlu dilakukan intervensi untuk mengosongkan
kandung kemih yaitu dengan pemasangan kateter. J) Pemeriksaan diagnostik
Intravenus pyelogram dimana pasien dibatasi intake sebelum prosedur untuk
mengurangi output urin. Eliminasi urin atau mikturisi biasanya terjadi tanpa
nyeri dengan frekuensi lima sampai enam kali sehari, dan kadang-kadang sekali
pada malam hari. Rata-rata individu memproduksi dan mengeluarkan urin
sebanyak 1200-1500ml dalam 24 jam. Jumlah ini tergantung asupan cairan,
respirasi, suhu lingkungan, muntah atau diare. Proses berkemih pada
seseorang dapat mengalami gangguan sehingga tidak dapat berjalan dengan
normal. Kondisi umum yang terjadi sebagian besar adalah ketidakmampuan
individu untuk berkemih karena adanya obstruksi urethra. Pada kondisi ini
perlu dilakukan intervensi untuk mengosongkan kandung kemih yaitu dengan
pemasangan kateter.
E . Penuaan pada sistem perkemihan
a) Teori Penuaan Teori Biologis
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik
penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan,
panjang usia dan kematian (Christofalo dalam Stanley). Perubahan yang terjadi
di dalam
tubuh dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit
dilakukan mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama.
Teori biologis mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan
perubahan yang terjadi pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses
6
menua dari waktu ke waktu serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia
panjang, perlawanan terhadap organisme dan kematian atau perubahan
seluler.
b)Teori Wear And Tear (Dipakai dan Rusak) Teori Wear And Tear mengajukan
akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA.
August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik nomal memiliki
kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya.
Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori
wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang
tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
c) Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molecular normal yang
dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai
silang yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal, dengan
bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah,
dan proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya
menyebabkan adalah mutasiakumulasi silang senyawa pada sel,
ketidakmampuanyang untuk menghilangkan sampah metabolik. Riwayat
Lingkungan Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat
membawa perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut
merupakan karsinogen dari industri, cahaya matahari,trauma dan infeksi.
d) Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lansia
akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem imun ini
diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya
keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh
menurun. Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang
terjadi merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem
imun itu sendiri.
e)Teori Lipofusin dan Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas
7
akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh.
Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan bermotor,
radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada
proses penuaan. Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu,
radikal bebas dapat menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan
produkproduk limbah yang menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika
Radikal kerusakan bebas membranmenyerang sel; molekul,penuaanakan
diperkirakanterjadi karena
Kerusakan sel akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi. Dukungan
untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah berpigmen
yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusinpada penuaanmungkin
kemampuannya untuk
Mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin, yang menyebabkan
bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh karena itu
tampaknya terkait dengan radikal bebas.
f)Teori Neuroendokrin Teori neuroendokrin
merupakanteori yang mencoba menjelaskan tentang terjadinya proses
penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan
dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf. Hormon
dalam tubuh berperan dalam mengorganisasi organorgan tubuh melaksanakan
tugasnya dan menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi gangguan dalam
tubuh. Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga
merespon tingkat hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal.
Pada lansia, hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan
sebagai reseptor yang mendeteksi hormon individu menjadi kurang sensitif.
Olehkarena itu, pada lansia banyak hormon yang tidak dapat dapat disekresi
dan mengalami penurunan keefektivitasan. Penerunan kemampuan
hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol dihasilkan dari kelenjar
adrenal (terletak di ginjal) dan kortisol bertanggung jawab untuk stres. Hal ini
dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang meningkat dengan usia.
Jika kerusakan kortisol

8
hipotalamus, maka seiring waktu hipotalamus akan mengalami kerusakan.
Kerusakanini kemudian dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon
sebagai hipotalamus kehilangan kemampuan untuk mengendalikan sistem.
F . Perubahan sistem perkemihan
Perubahan Sistem Perkemihan Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria
Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal, bladder,
uretra, dan sisten nervus yang berdampak pada proses fisiologi terkait
eliminasi urine. Hal ini dapat mengganggu kemampuan dalam mengontrol
berkemih, sehingga dapat mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki
konsekuensi yang lebih jauh. Perubahan pada Sistem Renal Pada usia dewasa
lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron dan memiliki
banyak ketidak normalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap
dekade, mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun.
Nefron bertugas sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan
mempengaruhi kerja nefron dan akhirnya mempengaruhi fungsi pengaturan,
ekskresi, dan matabolik sistem renal. Berikut ini merupakan perubahan yang
terjadi pada sistem renal akibat proses menua:
a. Membrana basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area
fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, 12 Panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang, dan penurunan aliran darah renal.
Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, sehingga secara
fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah dengan kecepatan
125 mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau kurang) dan
menyaring protein dan eritrosit menjadi terganggu, nokturia.
b. Penurunan massa otot yang tidak berlemak, peningkatan total lemak tubuh,
penurunan cairan intra sel, penurunan sensasi haus, penurunan kemampuan
untuk memekatkan urine. Implikasi dari hal ini adalah penurunan total cairan
tubuh dan risiko dehidrasi.
c. Penurunan hormon yang penting untuk absorbsi kalsium dari saluran
gastrointestinal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko osteoporosis.
Perubahan pada Sistem Urinaria Perubahan yang terjadi pada sistem urinaria
akibat proses menua, yaitu penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-
400mL), peningkatan volume residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung
9
kemih yang tidak di sadari, dan atopi pada otot kandung kemih secara umum.
Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko inkotinensia.
BAB III
PENUTUP
A . Kesimpulan
1. Sistem perkemihan merupakan suatu sistem proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan lagi oleh tubuh dikeluarkan berupa urin.
2. Reflek berkemih merupakan reflek medula spinalis yang bersifat autonomik,
tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh otak. Jika sudah tiba saat
berkemih, pusat cortical dapat merangsang pusat berkemih untuk membantu
mencetuskan reflek berkemih dan dalam waktu yang bersamaan, menghambat
sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi berkemih adalah – Pertumbuhan dan
perkembangan – Sosiokultural – Psikologis – Kebiasaan seseorang – Tonus otot
– Intake cairan dan makanan – Kondisi penyakit – Pembedahan – Pengobatan –
Pemeriksaan diagnostik.
4. Penuaan pada sistem perkemihan meliputi perubahan pada sistem renal
dan urinaria karena seiring bertambahnya usia, kemudian perubahan pada
perubahan sistem renal akibat berkurangnya jumlah nefron dan perubahan
pada sistem urinaria akibat proses meinkotinensi.
10

DAFTAR PUSTAKA
Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan. http://digilib.unimus.ac.id.
Unimus Soesilowati Bab II. http://eviesetya.wordpress.com.
Tugas III Proses Pembentukan Urine dan Proses Miksi.
http://prastiwisp.files.wordpress.com.
Teori Penuaan dan Perubahan Fisiologis Lansia.

11

Anda mungkin juga menyukai