Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE

DISUSUN OLEH :
1. I KETUT MUDIARSA (22089144027)
2. NI MADE SRI WIDIANINGSIH (22089144004)
3. PUTU INDAH UTAMI PUTRI ( 22089144029)
4. NI LUH PUTU IDAYANI (22089144033)
5. NI WAYAN MASTINI (22089144043)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas rahmat – Nya maka kami Tim Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine dengan lancar, dan selesai tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR
KRITIS di Prodi S1 Keperawatan STIKES BULELENG.
Dalam penulisan makalah ini kami Tim Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak - pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1. Dosen pembimbing mata kuliah PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR
KRITIS yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksaan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan
makalah ini.
2. Rekan – rekan proksus semua di STIKES BULELENG.
Dalam penulisan makalah ini kami Tim Penulis merasa masih banyak
kekurangan – kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Singaraja, 25 Desember 2022

Penulis

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................1
A. Konsep Dasar Eliminasi ..............................................................................................1
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan........................................................................10
BAB II.....................................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................17
A. Pengkajian...................................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................22
C. Intervensi Keperawatan.............................................................................................23
D. Implementasi Keperawatan.......................................................................................25
E. Evaluasi Keperawatan................................................................................................26
BAB III....................................................................................................................................27
PENUTUP...............................................................................................................................75
A. Kesimpulan..................................................................................................................27
B. Saran.............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29

ii
BAB I
TINJAUAN TEORI

I.Konsep Dasar Eliminasi Urine

A. DEFINISI

Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik


yang berupa urin maupun fekal. Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran
cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di glomerolus. Dari 180 liter darah
yang masuk ke ginjal untuk di filtrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin
sebagian besar hasil filtrasi akan di serap kembali di tubulus ginjal untuk di
manfaatkan oleh tubuh.
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urine tergantung
kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk
limbah dan darah untuk membentuk urine. Ureter mentranspor urine dan ginjal
ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan
ingin berkemih. Urine keluar dari tubuh melalui ureter. Semua organ sistem
perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan dengan
baik.

B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

1. Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi BAK disebabkan oleh :

• Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medullaspinalis

• Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang

• Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan tumor

• Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan patologi uretra,

trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.


2. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi urinasi :

a. Perubahan dan pertumbuhan

Bayi dan anak kecil tidak dapat memekatkan urine secara efektif. Bayi dan
anak-anak mengekresikan urine dalam jumlah yang besar dibandingkan
dengan ukuran tubuh mereka yang kecil. Seorang anak tidak dapat
1
mengontrol mikturisi secara volunter sampai usia 18-24 bulan. Orang dewasa
dalam kondisi normal mengekresikan 1500 sampai 1600 ml urine setiap hari.
Proses penuaan mengganggu mikturisi. Perubahan fungsi ginjal dan kandung
kemih juga terjadi seiring dengan proses penuaan.
b. Faktor sosiokultural

Pendekatan keperawatan terhadap kebutuhan eliminasi klien harus


mempertimbangkan aspek budaya dan kebiasaan sosial klien. Apabila
seorang klien menginginkan privasi, perawat berupaya untuk mencegah
terjadinya interupsi pada saat klien berkemih. Seorang klien yang kurang
sensitif terhadap kebutuhannya untuk mendapatkan privasi harus ditangani
dengan sikap yang berusaha memahami serta menerima klien.
c. Faktor psikologis

Ansietas dan stres emosional dapat menimbulkan dorongan untuk


berkemih dan frekuensi berkemih meningkat. Seorang individu yang cemas
dapat merasakan suatu keinginan untuk berkemih. Bahkan setelah buang air
beberapa menit sebelumnya.
d. Kebiasaan pribadi

Privasi dan waktu yang adekuat untuk berkemih biasanya penting untuk
kebanyakan individu. Beberapa individu memerlukan distraksi untuk rileks.
e. Tonus otot

Lemahnya otot abdomen dan otot dasar panggul merusak kontraksi


kandung kemih dan kontrol sfingter uretra eksterna. Kontrol mikturisi yang
buruk dapat diakibatkan oleh otot yang tidak dipakai, yang merupakan akibat
dari lamanya imobilitas, peregangan otot selama melahirkan, atrofi otot
setelah menopause, dan kerusakan otot akibat trauma.
f. Status volume

Apabila cairan dan kontsentrasi elektrolit serta solut berada dalam


keseimbangan, peningkatan asupan cairan dapat menyebabkan peningkatan
produksi urine. Cairan yang diminum akan meningkatkan plasma yang
bersirkulasi didalam tubuh sehingga meningkatkan volume filtrat glomerulus
dan ekskresi urine.
g. Kondisi penyakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkemih.

2
Adanya luka pada saraf perifer yang menuju ke kandung kemih menyebabkan
hilangnya tonus kandung kemih, berkurangnya sensasi penuh kandung
kemih, dan individu sulit untuk mengontrol urinasi.

h. Prosedur pembedahan

Analgesik narkotik dan anestesi dapat memperlambat laju filtrasi


glomerulus, mengurangi haluan urine. Pembedahan struktur panggul dan
abdomen bagian bawah dapat merusak urinasi akibat trauma lokal pada
jaringan sekitar.
i. Obat-obatan

Deuretik mencegah reabsorbsi air dan elektrolit tertentu untuk


meningkatkan haluan urine. Retensi urine dapat disebabkan oleh penggunaan
obat antikolinergik (sekelompok obat yang menghambat kerja
neurotransmitter asetilkolin terutama reseptor-reseptor muskarin yang
terdapat di SSP dan organ perifer).
3. Berikut adalah faktor risiko eliminasi urine, yaitu :

a. Retensi urine

Retensi urine merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih akibat


ketidakmampuan kandung kemih untuk mengosongkan kandung kemih. Hal
ini menyebabkan distensi vesika urinaria atau merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap.
Dalam keadaan distensi, vesika urinaria dapat menampung urine sebanyak
3000 – 4000 ml urine.
Gejala obstruktif pada saluran kemih yaitu mengedan ketika miksi (straining),
menunggu pada awal miksi (hesitancy), pancaran melemah (weakness), miksi
terputus (intermitten), dan tidak lampias setelah miksi. Sedangkan gejala
iritatif meliputi rasa ingin miksi yang tidak bisa ditahan (urgency), sering
miksi (frequency), sering miksi pada malam hari (nocturia), dan nyeri ketika
miksi (dysuria).
b. Inkontinensia urine

Inkontinensia urine merupakan ketidakmampuan otot sfingter eksternal


sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urine. Secara umum,

3
penyebab dari inkontinensia urine adalah proses penuaan, pembesaran
kelenjar prostat, serta penurunan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik.
Inkotinensia terdiri atas:
1) Inkotinensia dorongan : merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa
dorongan yang kuat untuk berkemih.
2) Inkontinensia total : merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
3) Inkontinensia stress : merupakan keadaan seseorang yang mengalami
kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan
abdomen.
4) Inkotinensia refleks : merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
5) Inkontinensia fungsional : merupakan keadaan seseorang yang mengalami

pengeluaran urine secara tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.


c. Enuresis

Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan


tidak mampu mengontrol sfingter eksternal. Biasanya, enuresis terjadi pada
anak atau orang jompo. Umumnya enuresis terjadi pada malam hari.
d. Perubahan pola eliminasi urine

Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan seseorang yang


mengalami gangguan pada eliminasi urine karena obstruksi anatomis,
kerusakan motorik sensorik, dan infeksi saluran kemih. Perubahan pola
eliminasi terdiri atas:
1) Frekuensi : merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari.
Peningkatan frekuensi berkemih dikarenakan meningkatnya jumlah
cairan yang masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa suatu tekanan asupan
cairan dapat disebabkan oleh sistisis (penyakit kronis yang
menyebabkan peradangan, nyeri dan tekanan di kandung kemih).
Frekuensi tinggi dapat ditemukan juga pada keadaan stres atau hamil.
2) Urgensi : perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jika tidak

berkemih. Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang


buruk dalam mengontrol sfingter eksternal. Biasanya, perasaan segera
4
ingin berkemih terjadi pada anak karena kurangnya pengontrolan pada
sfingter.
3) Disuria : rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih. Hal ini sering
ditemukan pada penyakit infeksi saluran kemih, trauma, dan striktur
uretra (menyempit).

4) Poliuria : merupakan produksi urine abnormal dalam jumlah besar


oleh ginjal, tanpa adanya peningkatan asupan cairan. Biasanya, hal ini
dapat ditemukan pada penyakit diabetes mellitus dan penyakit ginjal
kronis.
5) Urinaria supresi : berhentinya produksi urine secara mendadak. Secara

normal, urine diproduksi oleh ginjal pada kecepatan 60 – 120 ml/jam


secara terus – menerus.

C. MANIFESTASI KLINIS

1. Urine mengalir lambat

2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih

4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.

5. Pada retensi berat bisa mencapai 2000-3000 cc.

6. Hematuria

7. Edema ringan pada mata / seluruh tubuh

8. Edema berat mengakibatkan oliguria dan payah jantung


9. Hipertensi 60 – 70%
10. Gangguan GIT ( muntah dan diare )

11. Oliguria

D. PATOFISIOLOGI

Pengendalian kandung kemih dan sfingter diperlukan agar terjadi pengeluaran


urine secara kontinu. Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal diluar
kesadaran dan yang di dalam kesadaran yang dikoordinasi oleh refleks
5
urethrovesica urinaria.
Bila terjadi pengisian kandung kemih, tekanan didalam kandung kemih
meningkat. Otot detrusor (lapisan yang tiga dari dinding kandung kemih)
memberikan respon dengan relaksasi agar memperbesar volume daya tampung. Bila
titik daya tampung telah dicapai, biasanya 150 sampai 200 ml urin daya rentang
reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat rangsang. Stimulus
ditransmisi lewat serabut refleks eferen ke lengkungan pusat refleks untuk mikturisi.
Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferen dari lengkungan refleks ke
kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot detrusor.

Sfingter internal yang dalam keadaan normal menutup, serentak bersama-sama


membuka dan urin masuk ke uretra posterior. Relaksasi sfingter eksternal dan
otot perincal mengikuti dan isi kandung kemih keluar. Pelaksanaan kegiatan refleks
bisa mengalami interupsi dan berkemih ditangguhkan melalui dikeluarkannya
impuls inhibitori dari pusat kortek yang berdampak kontraksi diluar kesadaran dari
sfingter eksternal. Bila salah satu bagian dari fungsi yang komplek ini rusak, bisa
terjadi inkontinensia urine.

6
Pathway

7
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pielogram Intravena/ Intravenous Pyelography : adalah pemeriksaan
(IVP)
radiografi dari traktus urinarius (renal, ureter, kandung kemih, uretra) dengan
memasukkan bahan media kontras kedalam traktus urinary melalui pembuluh
darah vena untuk mendapatkan informasi anatomi dan patologi.
2. Computerized Axial Tomography : merupakan prosedur sinar X terkomputerisasi

yang digunakan untuk memperoleh gambaran terperinci mengenai struktur


bidang tertentu dalam tubuh. scanner tomografi adalah sebuah mesin besar yang
berisi komputer khusus serta sistem pendeteksi sinar X yang berfungsi secara
simultan untuk memfoto struktur internal berupa potongan lintang transversal
yang tipis.
3. Ultra Sonografi (USG) : merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang
berharga dalam mengkaji gangguan perkemihan. Alat ini menggunakan
gelombang suara yang tidak dapat didengar, berfrekuensi tinggi, yang
memantul dari struktur jaringan.
4. Prosedur Invasif

a. Sistoscopy : sistocopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak


fleksibel tapi ukurannya lebih besar sistoscopy di insersi melalui uretra
klien. Instrumen ini memiliki selubung plastik atau karet. Sebuah obturator
yang membuat skop tetap kaku selama insersi. Sebuah teleskop untuk
melihat kantung kemih dan uretra, dan sebuah saluran untuk menginsersi
kateter atau instrumen bedah khusus.
b. Biopsi Ginjal : menentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal.
Prosedur ini dilakukan dengan mengambil irisan jaringan korteks ginjal
untuk diperiksa dengan tekhnik mikroskopik yang canggih. Prosedur ini
dapat dilakukan dengan metode perkutan (tertutup) atau pembedahan
(terbuka).
c. Angiography (arteriogram) : merupakan prosedur radiografi invasif
yang mengevaluasi sistem arteri ginjal. Digunakan untuk memeriksa arteri
ginjal utama atau cabangnya untuk mendeteksi adanya penyempitan atau
okulasi dan untuk mengevaluasi adanya massa (contoh: neoplasma atau
kista)

8
5. Sitoure Terogram Pengosongan (volding cystoureterogram) : pengisian
kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto saluran kemih
bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung kemih.
Kegunaannya untuk mencari adanya kelainan uretra (misal: stenosis) dan untuk
menentukan apakah terdapat refleks vesikoreta.
6. Arteriogram Ginjal : memasukan kateter melalui arteri femonilis dan
aorta abdominis sampai melalui arteria renalis. Zat kontras disuntikan pada
tempat ini, dan akan mengalir dalam arteri renalis dan kedalam cabang-
cabangnya. Indikasi :
a. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hipertensi

b. Mendapatkan gambaran pembuluh darah suatu neoplasma

c. Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah


korteks, untuk pengetahuan pielonefritis kronik (infeksi ginjal).
d. Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan
transplantasi ginjal.
7. Pemeriksaan Urine : hal yang dikaji adalah warna, kejernihan dan bau urine.
Untuk melihat kejanggalan dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dll.
8. Tes Darah : hal yang di kaji BUN, bersih kreatinin, nitrogen non protein,
sistoskopi,intravenus, pyelogram.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pengumpulan urine untuk bahan pemeriksaan. Mengingat tujuan pemeriksaan


berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-bedakan sesuai
dengan tujuannya.
2. Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal. Menolong
BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan
membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri dikamar kecil dengan
menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui
kelainan urine berupa warna dan jumlah urine yang dikeluarkan pasien.
3. Melakukan kateterisasi. Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya
kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni
atau urine.

9
II.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, dan diagnosa medis.
b. Data keluhan utama merupakan keluhan yang sering menjadi alasan pasien
untuk meminta bantuan kesehatan, seperti pada gangguan sistem perkemihan,
meliputi keluhan sistemik, antara lain gangguan fungsi ginjal (sesak nafas,
edema, malaise, pucat, dan uremia) atau demam disertai menggigil akibat
infeksi/urosepsis, dan keluhan lokal pada saluran perkemihan antara lain
nyeri akibat kelainan pada saluran perkemihan, keluhan miksi (keluhan iritasi
dan keluhan obstruksi), hematuria, inkontinensia, disfungsi seksual, atau
infertilitas. Keluhan utama pada subjek retensi urin adalah sensasi penuh pada
kandung kemih, disuria/anuria, dan distensi kandung kemih (Muttaqin, 2011).
c. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
Frekuensi berkemih tergantung pada kebiasaan dan kesempatan.
d. Pola berkemih

1) Frekuensi berkemih menentukan berapa kali individu berkemih


dalam waktu 24 jam.
2) Urgensi dimana perasaan seseorang untuk berkemih seperti
seseorang ke toilet karena takut mengalami inkotinensia jika tidak
berkemih.
3) Disuria dimana keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih.
4) Poliuria dimana keadaan produksi yang abnormal.
5) Urinaria supresi adalah keadaan produksi urine yang berhenti secara
mendadak.
e. Volume urine menentukan berapa jumlah urine dalam waktu 24 jam.

f. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih seperti berikut:

1) Diet dan asupan (diet tinggi protein dan natrium)


2) Gaya hidup

10
3) Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih
4) Tingkat aktivitas
g. Keadaan urine meliputi :

1) Warna
2) Bau
3) Berat jenis
4) Kejernihan
5) pH
6) Protein
7) Darah
8) Glukosa
h. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti retensi urine, inkontinensia
urine.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Retensi urine b/d blok spingter dibuktikan dengan (d.d) pasien mengalami
sensasi penuh pada kandung kemih, disuria/ anuria, distensi kandung kemih,
dribbling, inkontinensia berlebih, dan residu rin 150 ml atau lebih (D.0050)
2. Inkontinensia urin fungsional b/d gangguan fungsi kognisi, faktor perubahan
lingkungan, gangguan psikologi, kelemahan struktur panggul, keterbatasan
neuromuskular (D.0044)
3. Inkontinensia urin berlebih b/d disenergia sfingter eksternal, obstruksi ureter,
program pengobatan (D.0043)
4. Inkontinensia urin refleks b/d gangguan neurologis diatas lokasi pusat
mikturisi pontine dan mikturisi sakral (D.0045)
5. Inkontinensia urin stres b/dndefisiensi sfingter uretra intrinsik, peningkatan
tekanan intraabdomen (D.0046)
6. Inkontinensia urin urgensi b/d infeksi kandung kemih, program pengobatan
(D.0047)

11
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) (L.08066) Tindakan :
Definisi : Setelah dilakukan • Identifikasi respon nyeri non verbal
pengalaman tindakan keperawatan • Identifikasi faktor yang memperberat
sensorik atau 3x24 jam diharapkan nyeri
emosional yang pasien mempunyai • Monitor efek samping penggunaan
berkaitan dengan kriteria hasil : analgetik
kerusakan
• Keluhan nyeri • Berikan teknik nonfarmakologis
jaringan aktual
• Kesulitan tidur untuk mengurangi rasa nyeri
atau fungsional
• Pola tidur • Kompres hangat/ dingin
dengan onset
• Meringis • Fasilitasi istirahat dan tidur
mendadak atau
lambat dan • Gelisah • Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
berintensitas
ringan hingga • Anjurkan menggunakan analgetik
berat yang secara tepat
berlangsung
kurang dari 3
bulan.
Retensi Urin Eliminasi Urine Perawatan Kateter Urine (I.04164)
(D.0050) (L.04034) Obsevasi:
Definisi : Setelah dilakukan • Monitor kepatenan kateter urine
pengosongan perencanaan • Monitor tanda dan infeksi saluran
kandung kemih keperawatan selama 2 kemih
yang tidak x 24 jam, maka • Monitor tanda dan gejala obstruksi
eliminasi urine aliran urine.

12
• Monitor kebocoran kateter, selang
lengkap. membaik, dengan dan kantung urine.
kriteria hasil: • Monitor input dan output cairan
1.Disuria menurun (jumlah dan karakteristik)
2.Mengompol menurun Terapeutik:
• Gunakan teknik aseptik selama
perawatan kateter urine.
• Pastikan selang kateter dan kantung
urine terbebas dari lipatan.
• Pastikan kantung urine diletakkan di
bawah ketinggian kandung kemih dan
tidak dilantai.
• Lakukan perawatan perineal (perineal
hygiene) minimal 1 kali sehari.
• Kosongkan kantung urine jika
kantung urine telah terisi setengahnya
• Ganti kateter dan kantung urine
secara rutin sesuai protokol atau
sesuai indikasi
• Lepaskan kateter urine sesuai
kebutuhan.
• Jaga privasi selama melakukan
tindakan
Gangguan Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine
Eliminasi Urine (L.04034) (I.04152)
(D. 0040) Setelah dilakukan Tindakan :
Definisi : keadaan tindakan keperawatan • Identifikasi tanda dan gejala retensi
dimana seorang selama 3x24 jam atau inkontinensia urine
individu diharapkan pasien • Monitor eliminasi urine
mengalami atau mempunyai kriteria • Catat waktu-waktu dan haluaran
resiko hasil : berkemih
ketidakmampuan
• Sensasi • Batasi asupan cairan
untuk berkemih. berkemih
• Ajarkan tanda dan gejala infeksi
• Desakan saluran kemih
berkemih • Ajarkan mengukur asupan cairan
• Berkemih tidak dan haluaran cairan
tuntas
• Ajarkan terapi modalitas penguatan
• Mengontrol otot – otot panggul/ berkemih
• Frekuensi • Anjurkan mengurangi minum
BAK menjelang tidur
• Kolaborasi pemberian obat
supositoria, jika perlu

13
Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
Ansietas (D.0080) (L.09093) Tindakan :
Definisi : kondisi Setelah dilakukan • Identifikasi saat tingkat ansietas
emosi dan tindakan keperawatan berubah
pengalaman selama 3x24jam • Monitor tanda – tanda ansietas
subyektif individu diharapkan pasien • Ciptakan suasana terapeutik untuk
terhadap objek mempunyai kriteria menumbuhkan kepercayaan
yang tidak jelas hasil : • Pahami situasi yang membuat
dan spesifik • Verbalisasi ansietas
akibat antisipasi kebingungan
• Gunakan pendekatan yang tenang
bahaya yang • Perilaku dan meyakinkan
memungkinkan gelisah • Jelaskan prosedur termasuk sensasi
individu • Frekuensi nadi yang dialami
melakukan • Pola tidur • Anjurkan keluarga untuk tetap
tindakan untuk
• Pola berkemih bersama pasien
menghadapi
• Anjurkan mengungkapkan perasaan
ancaman.
dan persepsi
• Latih teknik relaksasi

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
a. Memahami arti eliminasi urine
b. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
c. Mencegah infeksi
d. Mempertahankan integritas kulit
e. Memberikan rasa nyaman
f. Mengembalikan fungsi kandung kemih
g. Memberikan asupan secara tepat
h. Mencegah kerusakan kulit
i. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
Rencanakan Tindakan :
• Monitor/observasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan
eliminasi urine, retensi dan urgensi
• Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
• Monitor terus perubahan retensi urine
• Lakukan kateterisasi urine
1. Inkontinensia dorongan
a) Pertahankan hidrasi secara optimal
b) Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih
c) Ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih
yang tidak biasa)

14
d) Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan
fisik, mandi
e) Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih

f) Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih

2. Inkontinensia total

a) Pertahankan jumlah cairan dan berkemih

b) Rencanakan program kateterisasi intermitten apabila ada indikasi

c) Apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan


untuk pemasangan indweeling urinary catheter.
3. Inkontinensia stres

a) Ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan


kelemahannya saat melakukan latihan
b) Untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba
menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan
dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10
kali dan lakukan 4 kali sehari
c) Meningkatkan tekanan abdomen dengan cara :

• Latih untuk menghindari duduk lama

• Latih untk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam.

4. Inkontinensia fungsional

a) Ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang

b) Anjurkan pasien untuk posisi setengah duduk


c) Mengetuk kandung kemih secara langsung dengan rata-rata 7–8 kali
setiap detik
d) Gunakan sarung tangan

e) Pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan


posisi saling berhasil lakukan hingga aliran baik
f) Tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong

g) Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah
tidak ada lagi yang dikeluarkan.

15
D.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau perencanaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya
(Koizer et al., 2011). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan perencanaan
keperawatan. Tindakan-tindakan pada perencanaan keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP, 2018). Fase
pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi
rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua
merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase
ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah implementasi
keperawatan selesai dilakukan.

E.EVALUASI
Evaluasi keperaatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1. Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai
dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan
obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter.
2. Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurangnya distensi,
volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3. Mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya
infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar
4. Mempertahankan integritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal
kering tanpa inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering.
5. Memberikan rasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak
ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang.
6. Melakukan bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi
inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.

16
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “S” DENGAN GANGGUAN ELIMINASI URINE

1 Pengkajian
Tanggal pengkajian :15 Oktober 2021
Tanggal MRS :15 oktober 2012
NO Register :-
DX medis :GEA
A. Identitas klien
 Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : jl. dipoenogoro
Identitas penanggung jawab
 Nama : Ny. S
Hubungan dengan pasien : Istri

1. Riwayat Keluarga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
2. Status Kesehatan

i. Status kesehatan saat ini

1) Keluhan utama saat MRS :

Klien masuk rumah sakit dengan nyeri saat berkemih, kencing sedikit
tapi sering, nyeri timbul dari abdomen bawah sampai ke punggung,nyeri
seperti di tususk-tusuk.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Klien mengatakan nyeri saat berkemih,kencing sedikit tapi sering

P (Propokatif) : Klien mengatakan nyeri bertambah buang air


kecil
Q (Quality) : Klien mengatakan nyeri seperti di tususk-tusuk

R (Radiation) : Klien mengatakan nyeri timbul dari abdomen


bawah sampai ke punggung

(Severity) : Skala nyeri yang dirasakan


6 (sedang)

17
 T (Time) : Klien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5-10 menit 
3) Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pada tanggal 15 Oktober 2021pada pukul 15.30wita klien masuk
rumah sakit dengan keluhan nyeri saat berkemih, kencing sedikit tapi
sering, nyeri timbul dari abdomen bawah sampai ke punggung,nyeri
seperti di tususk-tusuk.Nyeri hilang timbul selama 5-10 menit. Klien
mengatakan minum +4 gelas (+1000cc/hari).
4)  Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan tidak melakukan upaya apa-apa untuk mengatasi sakitnya
di rumah
 b.  Riwayat Kesehatan yang lalu
1)  Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit appun sebelumnya.


2)  Pernah dirawat
Klien mengatahan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit.
3)  Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik pada makanan
maupun
 pada obat-obatan
4) Riwayat Transfusi
Klien mengatakan ia tidak memiliki riwayat tranfusi
5) Kebiasaan
Klien mengatakan tidak merokok dan tidak minum alkohol

3. Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama
seperti yang ia rasakan.

4. Diagnosa Medis dan Therapy

a. Diagnosa medis : GEA

b. Therapy yang diberikan

5. Pola Fungsi Kesehatan

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ia tidak terlalu memperhatikan


kesehatannya tetapi setelah masuk rumah sakit klien mengatakan ternyata
kesehatan sangatlah penting dan saat sakit sangatlah tidak nyaman.

18
 b.   Nutrisi/metabolik

Klien mengatakan tidak ada napsu makan hanya habis 2-3 sendok apabila
diberi makan perut terasa mual dan ingin muntah. Klien mengatakan tiap
hari minum+4 gelas (+1000cc/hari)..
c.   Pola Eliminasi

Klien mengatakan nyeri saat berkemih, kencing sedikit tapi sering. Klien
mengatakan diare 4-5 perhari dengan konsistensi cair, warna kekuningan. Klien
mengatakan pada malam hari sebul masuk rumah sakit mengalami BAB
sebanyak 5 kali.

d.   Oksigenasi
Pola pernapasan klien tidak terganggu

e.   Pola tidur dan istirahat

Klien mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami susah tidur


terutama pada malam hari dimana klien biasa tidur 8 jam setiap harinnya
tetapi pada saat sakit klien mengatakan susah untuk memulai tidur
dikarenakan memikirkan penyakit yang dialaminnya.
f.   Pola kognitif-perseptual

Klien sering menanyakan apakah penyakit yang dideritanya bisa


disembuhkan dan klien juga berpersepsi bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan dengan jalan lain selain proses pembedahan misalnya dengan
pengobatan tradisional.
g.   Pola persepsi diri/konsep diri

Klien mengatakan sudah mengetahui informasi tentang penyakitnnya, tetapi


klien merasa cemas memikirkannya. Klien mengatakan yang terpenting
sekarang adalah cepat sembuh dan menjalani aktivitasnya seperti semula.

h. Pola seksual dan produksi

Klien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan terkait seksualitas i. 

i. Pola peran-hubungan

Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan


perannya sebagai penopang perekonomian keluarga seperti
sebelum sakit.

j. Pola manajemen koping stress

Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini, klien
nampak gelisah dan sering ke meja perawat bertanya mengenai kondisinya,
klien berulang kali bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu

19
seperti apa.

k. Pola keyakinan-nilai
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan ibadahnya
dan ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya.

B.   Riwayat Kesehatan dan Pemeriksaan fisik


Keadaan umum pasien lemah dengan tingkat kesadaran sadar sepenuhnya
(composmentis).
Tanda-tanda vital: Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi : 68 x/menit, Suhu : 36,5 oC,
Pernapasan : 20 x/menit

a. Kulit, Rambut, dan Kuku


Distribusi rambut pasien nampak lebat, Tidak ada lesi, kulit kepala bersih,
warna kulit coklat gelap, akral hangat, turgor kulit baik, tidak ada oedem,
warna kuku pink.
b. Kepala dan Leher
Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan dan tidak tampak ada lesi
serta tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid.
c.   Mata dan Telinga
Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata,
pupil klien nampak isokor, konjungtiva klien tidak nampak anemis, sclera tidak
ikterus, klien tidak mengalami gangguan pendengaran dan tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.

d.   Sistem Pernafasan

Tidak ada batuk sesak

1) Inspeksi :

Pengembangan dinding dada simetris kiri-kanan (+)/(+), deformitas tulang


dada (-), trakea tidak mengalami deviasi, frequensi pernapasan normal dan
tidak mengunakan otot bantu pernapasan.
2)   Palpasi :
Tidak ditemukan adanya benjolan dan masa. Taktil fremitus seirama.
Nyeri

{crackles (-), whezing (-), mengi (-)}.


tekan (-).
3)   Perkusi :
Suara perkusi resonan dan tidak ada tanda-tanda penumpukan cairan.

4)   Auskultasi :

20
Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial diatas
trachea, bunyi broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan
e.   Sistem kardiovaskular
Klien tidak mengalami nyeri dada dan palpitasi.

1)  Inspeksi
Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris
antara kiri dan kanan serta tidak ada sianosis.
2)   Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid
klavikula kiri, CRT < 3 detik, dan tekanan vena jugular (jugularis venous
pressure/JVP) 7 cmH2O.
3)   Perkusi :
Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.

4)   Auskultasi :

Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, Bj1 dan Bj2 normal (lub-dub).
Bj1 terdengar bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis
f.   Sistem Gastrointestinal

1)  Inspeksi :

Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak terdapat karies
gigi.

2)  Auskultasi :

Peristaltik usus 15 x/menit.

3)  Perkusi :Suara perkusi timpani, pada perut tidak ada penumpukan cairan.

4)  Palpasi :Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembesaran hepar (-)

g. Sistem Reproduksi

Tidak ada keluhan dan tidak dilakukan pemeriksaan fisik . 


h. Sistem Saraf
GCS : 15 EYE : 4Verbal : 5 Motorik : 6
i. Sistem Muskuloskletal
1)  Inspeksi :

Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

2)  Palpasi

Tidak ada nyeri tekan, tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5 dimana klien

21
dapat melakukan rentang gerak penuh, dapat melawan gravitasi dan dapat
menahan tahanan penuh.

 j.  Sistem Imun

Klien tidak mengalami perdarahan pada gusi dan klien tidak mengalami
keletihan/kelemahan. Klien nampak lemah, dikarenakan memikirkan penyakit yang
sedang dialaminnya.
k.  Sistem Endokrin

Hasil pemeriksaan laboratorium klien tidak mengalami hiperglikemia dan


hipoglikemia serta tidak ada luka gangrene.

C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium :
Ureum
2,5 mg/dl

Creatinin
4,1 mg/dl

Kalium
5,1 mmol/L

D. Analisa data
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki
Diagnosa : GEA

22
NO TANGGAL TANDA DAN GEJALA PENYEBAB MASALAH

1 15 Oktober 2021 DS : Gangguan eliminasi


urine
Klien mengeluh nyeri saat Obstruksi saluran
berkemih nyeri timbul kemih
dari abdomen bawah
sampai ke punggung. Pengeluaran urine
inkomplit
P (propokatif ) : klien
mengatakan kencing Kapasitas urinaria
sedikit tapi sering
Gangguan eliminasi
Q (quality ) : klien urine
mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk.
R (Radiation) : klien
mengatakan nyeri
timbul dari abdomen
sampai ke punggung
selama 5-10 menit
S (SEVERITY) : skala
nyeri yang dirasakan 6
(sedang)
T (TIME) : Klien
mengatakan nyeri yang
dirasakan hilang timbul

DO:
. Keadaan umum klien
lemah
Tanda – tanda vital TD :
110 /70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan
20 x/menit,suhu 36,5 0

skala nyeri 6
Hasil laboratorium :
Ureum 2,5 mg/dl
Creatinin 4,1 mg/dl
Kalium 5,1 mmol/L

2. Diagnosa keperawatan

23
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki

1. Gangguan Eliminasi Urine b.d infeksi saluran kemih ditandai dengan klien mengeluh nyeri
saat berkemih,kencing sedikit tapi sering, nyeri timbul dari abdomen bawah sampai ke
punggung, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6, dan nyeri hilang timbul selama
5-10 menit.

3. Intervensi keperawatan
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


No
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. (D.0040) Gangguan Setelah dilakukan intervensi Manamjemen Eliminasi Urine
Eliminasi Urine b.d infeksi keperawatan selama 1 x 24 (I.04152)
saluran kemih ditandai jam, maka Eliminasi Urine
dengan klien mengeluh membaik (L.04034 dengan Observasi:
nyeri saat Kriteria Hasil: 1. Identifikasi tanda dan
berkemih,kencing sedikit 1. Sensasi berkemih gejala retensi atau
tapi sering, nyeri timbul meningkat (5)  inkontinensia
dari abdomen bawah 2. Desakan berkemih 2. Identifikasi faktor yang
sampai ke punggung, nyeri menurun (5)  menyebabkan retensi dan
seperti ditusuk-tusuk 3. Distensi kandung inkontinensia urine
dengan skala nyeri 6, dan kemih menurun (5)  3. Monitor eliminasi urine
nyeri hilang timbul selama 4. Berkemih tidak (mis. Frekuensi, konsistensi,
5-10 menit. tuntas (hesitancy) aroma, volume, dan warna)
menurun (5) 
5. Volume residu Terpeutik:
urine menurun (5)  1. Catat waktu dan
6. Urine menetes haluaran berkemih
(dribbling) menurun 2. Batasi asupan cairan,
(5)  jika perlu 
7. Nokturia menurun (5)  3. Ambil sampel urine
8. Mengompol menurun tengah (midstream) atau
(5)  kultur
9. Enuresis menurun (5) 
10. Dysuria menurun (5)  Edukasi:
11. Anuna menurun (5)  1. Ajarkan tanda dan gejala
12. Frekuensi BAK membaik infeksi saluran kemih
(5)  2. Ajarkan mengukur
13. Karakteristik membaik asupan cairan dan
(5)  haluaran urine
3. Ajarkan mengambil
specimen urine midstream
4. Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih
5. Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindilkasi 
6. Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur

Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian

24
obat supositoria uretra, jika
perlu 

Terapeutik
1. Buka pakaian yang diperlukan
untuk memudahkan eliminasi
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Ganti pakaian pasien setelah
eliminasi, jika perlu
5. Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah digunakan
6. Latih BAB/BAK sesuai
jadwal jika pelu

4. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki

TGL/ Diagnosa Nama/


No Implementasi Respon klien
JAM Keperawatan TTD
1. 15/10/ Gangguan Mengidentifikasi tanda DS :
2022 Eliminasi Urine dan gejala retensi atau Klien mengatakan nyeri saat
16.00 b.d infeksi inkontinensia BAK, BAK sedikit demi
saluran kemih sedikit, nyeri dari abdomen
bawah sampai kepunggung
DO :
.Keadaan umum klien lemah
Tanda – tanda vital TD : 110
/70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan 20
x/menit,suhu 36,5 0
skala nyeri 6
-

Mengidentifikasi DS:
faktor yang Klien mengatakan minum
menyebabkan retensi air 4 gelas (1000cc/hari)
dan inkontinensia urine DO:
Keadaan umum klien lemah
Tanda – tanda vital TD : 110
/70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan 20

25
x/menit,suhu 36,5 0
skala nyeri 6
-

Memonitor eliminasi DS:


urine (mis. Frekuensi, Klien mengatakan kencing
konsistensi, aroma, sedikit tapi sering, konsistesi
volume, dan warna) cair, aroma khas urine
Volume 100cc warna kuning
keruh
DO:
Tanda – tanda vital TD : 110
/70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan 20
x/menit,suhu 36,5 0
skala nyeri 6
-

Mengajarkan tanda dan DS : Klien mengatakan


gejala infeksi saluran mengetahui tanda dan gejala
kemih infeksi saluran kemih (nyeri
saat bak, nyeri perut bagian
bawah)
DO:
Tanda – tanda vital TD : 110
/70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan 20
x/menit,suhu 36,5 0
- skala nyeri 6

Mengannjurkan minum DS :
yang cukup, jika tidak Klien mengatakan sudah
ada kontraindilkasi  minum 8 gelas (2000cc/hari)

DO :
Tanda – tanda vital TD : 110
/70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan 20
x/menit,suhu 36,5 0
- skala nyeri 6

5. Evaluasi Keperawatan
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki

Hari/ Diagnosa TTD/


NO Evaluasi keperawatan
Tanggal/Jam keperawatan Nama
1. 16/10/21 Gangguan Eliminasi S:
16.00wita Urine b.d infeksi - Klien mengatakan nyeri saat
saluran kemih kencing berkurang, sensasi
berkemih meningkat, skala
nyeri 4 (0-10)

O:
- Keadaan umum ; sedang

26
- TD : 120/70 mmHg
- RR : 20X/menit
- Suhu : 36,5
- Nadi : 80x/menit
- Klien tampak tidak meringis

A:
- Tujuan tercapai sebagian
- Masalah teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
- Identifikasi tanda dan
gejala retensi atau
inkontinensia
- Identifikasi faktor yang
menyebabkan retensi dan
inkontinensia urine
- Monitor eliminasi urine
(mis. Frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
- Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
- Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindilkasi 

27
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urine tergantung
kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk
limbah dan darah untuk membentuk urine. Ureter mentranspor urine dan ginjal
ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan
ingin berkemih. Urine keluar dari tubuh melalui ureter. Semua organ sistem
perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan dengan
baik.
Adapun Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Eliminasi Urine Menurut SDKI
1 Retensi urine b/d blok spingter dibuktikan dengan (d.d) pasien
mengalami sensasi penuh pada kandung kemih, disuria/ anuria,
distensi kandung kemih, dribbling, inkontinensia berlebih, dan residu
rin 150 ml atau lebih (D.0050)
2 Inkontinensia urin fungsional b/d gangguan fungsi kognisi, faktor
perubahan lingkungan, gangguan psikologi, kelemahan struktur
panggul, keterbatasan neuromuskular (D.0044)
3 Inkontinensia urin berlebih b/d disenergia sfingter eksternal,
obstruksi ureter, program pengobatan (D.0043)
4 Inkontinensia urin refleks b/d gangguan neurologis diatas lokasi
pusat mikturisi pontine dan mikturisi sakral (D.0045)
5 Inkontinensia urin stres b/dndefisiensi sfingter uretra intrinsik,
peningkatan tekanan intraabdomen (D.0046)
6 Inkontinensia urin urgensi b/d infeksi kandung kemih, program
pengobatan (D.0047)

28
B.Saran

Tugas Kelompok dengan judul “ Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Eliminasi


Urine” masih banyak kekurangan dan masih perlu dilengkapi.Kami harapkan Bapak Dosen
memberikan masukannya dan melengkapi Tugas Kelompok kami agar menjadi lebih baik
dan bermanfaat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume
2. Jakarta : EGC
Mubarok, Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

30

Anda mungkin juga menyukai