DISUSUN OLEH :
1. I KETUT MUDIARSA (22089144027)
2. NI MADE SRI WIDIANINGSIH (22089144004)
3. PUTU INDAH UTAMI PUTRI ( 22089144029)
4. NI LUH PUTU IDAYANI (22089144033)
5. NI WAYAN MASTINI (22089144043)
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
karena atas rahmat – Nya maka kami Tim Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan
gangguan Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine dengan lancar, dan selesai tepat
pada waktunya.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR
KRITIS di Prodi S1 Keperawatan STIKES BULELENG.
Dalam penulisan makalah ini kami Tim Penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang tak terhingga kepada pihak - pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1. Dosen pembimbing mata kuliah PROSES KEPERAWATAN DAN BERPIKIR
KRITIS yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksaan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan
makalah ini.
2. Rekan – rekan proksus semua di STIKES BULELENG.
Dalam penulisan makalah ini kami Tim Penulis merasa masih banyak
kekurangan – kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat kami harapkan, demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penulis
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR..............................................................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................................................II
BAB I.........................................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................1
A. Konsep Dasar Eliminasi ..............................................................................................1
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan........................................................................10
BAB II.....................................................................................................................................17
ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................17
A. Pengkajian...................................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................22
C. Intervensi Keperawatan.............................................................................................23
D. Implementasi Keperawatan.......................................................................................25
E. Evaluasi Keperawatan................................................................................................26
BAB III....................................................................................................................................27
PENUTUP...............................................................................................................................75
A. Kesimpulan..................................................................................................................27
B. Saran.............................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29
ii
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
• Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan lehervesika, batu kecil dan tumor
Bayi dan anak kecil tidak dapat memekatkan urine secara efektif. Bayi dan
anak-anak mengekresikan urine dalam jumlah yang besar dibandingkan
dengan ukuran tubuh mereka yang kecil. Seorang anak tidak dapat
1
mengontrol mikturisi secara volunter sampai usia 18-24 bulan. Orang dewasa
dalam kondisi normal mengekresikan 1500 sampai 1600 ml urine setiap hari.
Proses penuaan mengganggu mikturisi. Perubahan fungsi ginjal dan kandung
kemih juga terjadi seiring dengan proses penuaan.
b. Faktor sosiokultural
Privasi dan waktu yang adekuat untuk berkemih biasanya penting untuk
kebanyakan individu. Beberapa individu memerlukan distraksi untuk rileks.
e. Tonus otot
2
Adanya luka pada saraf perifer yang menuju ke kandung kemih menyebabkan
hilangnya tonus kandung kemih, berkurangnya sensasi penuh kandung
kemih, dan individu sulit untuk mengontrol urinasi.
h. Prosedur pembedahan
a. Retensi urine
3
penyebab dari inkontinensia urine adalah proses penuaan, pembesaran
kelenjar prostat, serta penurunan kesadaran, serta penggunaan obat narkotik.
Inkotinensia terdiri atas:
1) Inkotinensia dorongan : merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengeluaran urine tanpa sadar, terjadi segera setelah merasa
dorongan yang kuat untuk berkemih.
2) Inkontinensia total : merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang terus-menerus dan tidak dapat diperkirakan.
3) Inkontinensia stress : merupakan keadaan seseorang yang mengalami
kehilangan urine kurang dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan
abdomen.
4) Inkotinensia refleks : merupakan keadaan dimana seseorang mengalami
pengeluaran urine yang tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
5) Inkontinensia fungsional : merupakan keadaan seseorang yang mengalami
C. MANIFESTASI KLINIS
2. Terjadi poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan kandung
kemih tidak efisien
3. Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
4. Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK.
6. Hematuria
11. Oliguria
D. PATOFISIOLOGI
6
Pathway
7
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pielogram Intravena/ Intravenous Pyelography : adalah pemeriksaan
(IVP)
radiografi dari traktus urinarius (renal, ureter, kandung kemih, uretra) dengan
memasukkan bahan media kontras kedalam traktus urinary melalui pembuluh
darah vena untuk mendapatkan informasi anatomi dan patologi.
2. Computerized Axial Tomography : merupakan prosedur sinar X terkomputerisasi
8
5. Sitoure Terogram Pengosongan (volding cystoureterogram) : pengisian
kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto saluran kemih
bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung kemih.
Kegunaannya untuk mencari adanya kelainan uretra (misal: stenosis) dan untuk
menentukan apakah terdapat refleks vesikoreta.
6. Arteriogram Ginjal : memasukan kateter melalui arteri femonilis dan
aorta abdominis sampai melalui arteria renalis. Zat kontras disuntikan pada
tempat ini, dan akan mengalir dalam arteri renalis dan kedalam cabang-
cabangnya. Indikasi :
a. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hipertensi
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
9
II.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi :
a. Identitas pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, dan diagnosa medis.
b. Data keluhan utama merupakan keluhan yang sering menjadi alasan pasien
untuk meminta bantuan kesehatan, seperti pada gangguan sistem perkemihan,
meliputi keluhan sistemik, antara lain gangguan fungsi ginjal (sesak nafas,
edema, malaise, pucat, dan uremia) atau demam disertai menggigil akibat
infeksi/urosepsis, dan keluhan lokal pada saluran perkemihan antara lain
nyeri akibat kelainan pada saluran perkemihan, keluhan miksi (keluhan iritasi
dan keluhan obstruksi), hematuria, inkontinensia, disfungsi seksual, atau
infertilitas. Keluhan utama pada subjek retensi urin adalah sensasi penuh pada
kandung kemih, disuria/anuria, dan distensi kandung kemih (Muttaqin, 2011).
c. Kebiasaan berkemih
Pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan berkemih serta hambatannya.
Frekuensi berkemih tergantung pada kebiasaan dan kesempatan.
d. Pola berkemih
10
3) Stres psikologis dapat meningkatkan frekuensi keinginan berkemih
4) Tingkat aktivitas
g. Keadaan urine meliputi :
1) Warna
2) Bau
3) Berat jenis
4) Kejernihan
5) pH
6) Protein
7) Darah
8) Glukosa
h. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti retensi urine, inkontinensia
urine.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Retensi urine b/d blok spingter dibuktikan dengan (d.d) pasien mengalami
sensasi penuh pada kandung kemih, disuria/ anuria, distensi kandung kemih,
dribbling, inkontinensia berlebih, dan residu rin 150 ml atau lebih (D.0050)
2. Inkontinensia urin fungsional b/d gangguan fungsi kognisi, faktor perubahan
lingkungan, gangguan psikologi, kelemahan struktur panggul, keterbatasan
neuromuskular (D.0044)
3. Inkontinensia urin berlebih b/d disenergia sfingter eksternal, obstruksi ureter,
program pengobatan (D.0043)
4. Inkontinensia urin refleks b/d gangguan neurologis diatas lokasi pusat
mikturisi pontine dan mikturisi sakral (D.0045)
5. Inkontinensia urin stres b/dndefisiensi sfingter uretra intrinsik, peningkatan
tekanan intraabdomen (D.0046)
6. Inkontinensia urin urgensi b/d infeksi kandung kemih, program pengobatan
(D.0047)
11
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) (L.08066) Tindakan :
Definisi : Setelah dilakukan • Identifikasi respon nyeri non verbal
pengalaman tindakan keperawatan • Identifikasi faktor yang memperberat
sensorik atau 3x24 jam diharapkan nyeri
emosional yang pasien mempunyai • Monitor efek samping penggunaan
berkaitan dengan kriteria hasil : analgetik
kerusakan
• Keluhan nyeri • Berikan teknik nonfarmakologis
jaringan aktual
• Kesulitan tidur untuk mengurangi rasa nyeri
atau fungsional
• Pola tidur • Kompres hangat/ dingin
dengan onset
• Meringis • Fasilitasi istirahat dan tidur
mendadak atau
lambat dan • Gelisah • Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
berintensitas
ringan hingga • Anjurkan menggunakan analgetik
berat yang secara tepat
berlangsung
kurang dari 3
bulan.
Retensi Urin Eliminasi Urine Perawatan Kateter Urine (I.04164)
(D.0050) (L.04034) Obsevasi:
Definisi : Setelah dilakukan • Monitor kepatenan kateter urine
pengosongan perencanaan • Monitor tanda dan infeksi saluran
kandung kemih keperawatan selama 2 kemih
yang tidak x 24 jam, maka • Monitor tanda dan gejala obstruksi
eliminasi urine aliran urine.
12
• Monitor kebocoran kateter, selang
lengkap. membaik, dengan dan kantung urine.
kriteria hasil: • Monitor input dan output cairan
1.Disuria menurun (jumlah dan karakteristik)
2.Mengompol menurun Terapeutik:
• Gunakan teknik aseptik selama
perawatan kateter urine.
• Pastikan selang kateter dan kantung
urine terbebas dari lipatan.
• Pastikan kantung urine diletakkan di
bawah ketinggian kandung kemih dan
tidak dilantai.
• Lakukan perawatan perineal (perineal
hygiene) minimal 1 kali sehari.
• Kosongkan kantung urine jika
kantung urine telah terisi setengahnya
• Ganti kateter dan kantung urine
secara rutin sesuai protokol atau
sesuai indikasi
• Lepaskan kateter urine sesuai
kebutuhan.
• Jaga privasi selama melakukan
tindakan
Gangguan Eliminasi Urine Manajemen Eliminasi Urine
Eliminasi Urine (L.04034) (I.04152)
(D. 0040) Setelah dilakukan Tindakan :
Definisi : keadaan tindakan keperawatan • Identifikasi tanda dan gejala retensi
dimana seorang selama 3x24 jam atau inkontinensia urine
individu diharapkan pasien • Monitor eliminasi urine
mengalami atau mempunyai kriteria • Catat waktu-waktu dan haluaran
resiko hasil : berkemih
ketidakmampuan
• Sensasi • Batasi asupan cairan
untuk berkemih. berkemih
• Ajarkan tanda dan gejala infeksi
• Desakan saluran kemih
berkemih • Ajarkan mengukur asupan cairan
• Berkemih tidak dan haluaran cairan
tuntas
• Ajarkan terapi modalitas penguatan
• Mengontrol otot – otot panggul/ berkemih
• Frekuensi • Anjurkan mengurangi minum
BAK menjelang tidur
• Kolaborasi pemberian obat
supositoria, jika perlu
13
Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas (I.09314)
Ansietas (D.0080) (L.09093) Tindakan :
Definisi : kondisi Setelah dilakukan • Identifikasi saat tingkat ansietas
emosi dan tindakan keperawatan berubah
pengalaman selama 3x24jam • Monitor tanda – tanda ansietas
subyektif individu diharapkan pasien • Ciptakan suasana terapeutik untuk
terhadap objek mempunyai kriteria menumbuhkan kepercayaan
yang tidak jelas hasil : • Pahami situasi yang membuat
dan spesifik • Verbalisasi ansietas
akibat antisipasi kebingungan
• Gunakan pendekatan yang tenang
bahaya yang • Perilaku dan meyakinkan
memungkinkan gelisah • Jelaskan prosedur termasuk sensasi
individu • Frekuensi nadi yang dialami
melakukan • Pola tidur • Anjurkan keluarga untuk tetap
tindakan untuk
• Pola berkemih bersama pasien
menghadapi
• Anjurkan mengungkapkan perasaan
ancaman.
dan persepsi
• Latih teknik relaksasi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Tujuan :
a. Memahami arti eliminasi urine
b. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
c. Mencegah infeksi
d. Mempertahankan integritas kulit
e. Memberikan rasa nyaman
f. Mengembalikan fungsi kandung kemih
g. Memberikan asupan secara tepat
h. Mencegah kerusakan kulit
i. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional
Rencanakan Tindakan :
• Monitor/observasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan
eliminasi urine, retensi dan urgensi
• Kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah
• Monitor terus perubahan retensi urine
• Lakukan kateterisasi urine
1. Inkontinensia dorongan
a) Pertahankan hidrasi secara optimal
b) Ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih
c) Ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih
yang tidak biasa)
14
d) Anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan
fisik, mandi
e) Anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih
f) Lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih
2. Inkontinensia total
4. Inkontinensia fungsional
g) Apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah
tidak ada lagi yang dikeluarkan.
15
D.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau perencanaan yang sudah dilaksanakan sebelumnya
(Koizer et al., 2011). Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan perencanaan
keperawatan. Tindakan-tindakan pada perencanaan keperawatan terdiri atas
observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP, 2018). Fase
pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang validasi
rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase kedua
merupakan puncak implementasi keperawatan yang berorientasi pada tujuan. Fase
ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah implementasi
keperawatan selesai dilakukan.
E.EVALUASI
Evaluasi keperaatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara
umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :
1. Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai
dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan
obat, kompresi pada kandung kemih atau kateter.
2. Mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurangnya distensi,
volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase
3. Mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya
infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar
4. Mempertahankan integritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal
kering tanpa inflamasi dan kulit di sekitar uterostomi kering.
5. Memberikan rasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak
ditemukan adanya distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang.
6. Melakukan bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi
inkontinensia dan mampu berkemih di saat ingin berkemih.
16
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “S” DENGAN GANGGUAN ELIMINASI URINE
1 Pengkajian
Tanggal pengkajian :15 Oktober 2021
Tanggal MRS :15 oktober 2012
NO Register :-
DX medis :GEA
A. Identitas klien
Nama : Tn. S
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin
Agama : Hindu
Suku : Bali
Alamat : jl. dipoenogoro
Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. S
Hubungan dengan pasien : Istri
1. Riwayat Keluarga
Klien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga
2. Status Kesehatan
Klien masuk rumah sakit dengan nyeri saat berkemih, kencing sedikit
tapi sering, nyeri timbul dari abdomen bawah sampai ke punggung,nyeri
seperti di tususk-tusuk.
2) Keluhan utama saat pengkajian
Klien mengatakan nyeri saat berkemih,kencing sedikit tapi sering
17
T (Time) : Klien mengatakan nyeri hilang timbul selama 5-10 menit
3) Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini
Pada tanggal 15 Oktober 2021pada pukul 15.30wita klien masuk
rumah sakit dengan keluhan nyeri saat berkemih, kencing sedikit tapi
sering, nyeri timbul dari abdomen bawah sampai ke punggung,nyeri
seperti di tususk-tusuk.Nyeri hilang timbul selama 5-10 menit. Klien
mengatakan minum +4 gelas (+1000cc/hari).
4) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Klien mengatakan tidak melakukan upaya apa-apa untuk mengatasi sakitnya
di rumah
b. Riwayat Kesehatan yang lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang menderita penyakit yang sama
seperti yang ia rasakan.
18
b. Nutrisi/metabolik
Klien mengatakan tidak ada napsu makan hanya habis 2-3 sendok apabila
diberi makan perut terasa mual dan ingin muntah. Klien mengatakan tiap
hari minum+4 gelas (+1000cc/hari)..
c. Pola Eliminasi
Klien mengatakan nyeri saat berkemih, kencing sedikit tapi sering. Klien
mengatakan diare 4-5 perhari dengan konsistensi cair, warna kekuningan. Klien
mengatakan pada malam hari sebul masuk rumah sakit mengalami BAB
sebanyak 5 kali.
d. Oksigenasi
Pola pernapasan klien tidak terganggu
Klien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan terkait seksualitas i.
i. Pola peran-hubungan
Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi kesehatannya saat ini, klien
nampak gelisah dan sering ke meja perawat bertanya mengenai kondisinya,
klien berulang kali bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu
19
seperti apa.
k. Pola keyakinan-nilai
Klien mengatakan selama sakit tidak pernah lagi menjalankan ibadahnya
dan ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya.
d. Sistem Pernafasan
1) Inspeksi :
4) Auskultasi :
20
Bunyi napas vesicular pada perifer paru, bunyi napas bronchial diatas
trachea, bunyi broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan
e. Sistem kardiovaskular
Klien tidak mengalami nyeri dada dan palpitasi.
1) Inspeksi
Tidak nampak ada pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris
antara kiri dan kanan serta tidak ada sianosis.
2) Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid
klavikula kiri, CRT < 3 detik, dan tekanan vena jugular (jugularis venous
pressure/JVP) 7 cmH2O.
3) Perkusi :
Suara perkusi pekak pada ICS 4 dan 5 pada mid klavikula kiri.
4) Auskultasi :
Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, Bj1 dan Bj2 normal (lub-dub).
Bj1 terdengar bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis
f. Sistem Gastrointestinal
1) Inspeksi :
Mulut klien nampak bersih dengan mukosa lembab, tidak terdapat karies
gigi.
2) Auskultasi :
3) Perkusi :Suara perkusi timpani, pada perut tidak ada penumpukan cairan.
4) Palpasi :Ada nyeri tekan pada perut bagian bawah, pembesaran hepar (-)
g. Sistem Reproduksi
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit
dari posisi duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tahan terhadap tekanan, kekuatan otot 5 dimana klien
21
dapat melakukan rentang gerak penuh, dapat melawan gravitasi dan dapat
menahan tahanan penuh.
Klien tidak mengalami perdarahan pada gusi dan klien tidak mengalami
keletihan/kelemahan. Klien nampak lemah, dikarenakan memikirkan penyakit yang
sedang dialaminnya.
k. Sistem Endokrin
C. Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium :
Ureum
2,5 mg/dl
Creatinin
4,1 mg/dl
Kalium
5,1 mmol/L
D. Analisa data
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki
Diagnosa : GEA
22
NO TANGGAL TANDA DAN GEJALA PENYEBAB MASALAH
DO:
. Keadaan umum klien
lemah
Tanda – tanda vital TD :
110 /70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan
20 x/menit,suhu 36,5 0
skala nyeri 6
Hasil laboratorium :
Ureum 2,5 mg/dl
Creatinin 4,1 mg/dl
Kalium 5,1 mmol/L
2. Diagnosa keperawatan
23
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki
1. Gangguan Eliminasi Urine b.d infeksi saluran kemih ditandai dengan klien mengeluh nyeri
saat berkemih,kencing sedikit tapi sering, nyeri timbul dari abdomen bawah sampai ke
punggung, nyeri seperti ditusuk-tusuk dengan skala nyeri 6, dan nyeri hilang timbul selama
5-10 menit.
3. Intervensi keperawatan
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
24
obat supositoria uretra, jika
perlu
Terapeutik
1. Buka pakaian yang diperlukan
untuk memudahkan eliminasi
2. Dukung penggunaan
toilet/commode/pispot/urinal
secara konsisten
3. Jaga privasi selama eliminasi
4. Ganti pakaian pasien setelah
eliminasi, jika perlu
5. Bersihkan alat bantu
BAK/BAB setelah digunakan
6. Latih BAB/BAK sesuai
jadwal jika pelu
4. Implementasi Keperawatan
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki
Mengidentifikasi DS:
faktor yang Klien mengatakan minum
menyebabkan retensi air 4 gelas (1000cc/hari)
dan inkontinensia urine DO:
Keadaan umum klien lemah
Tanda – tanda vital TD : 110
/70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan 20
25
x/menit,suhu 36,5 0
skala nyeri 6
-
Mengannjurkan minum DS :
yang cukup, jika tidak Klien mengatakan sudah
ada kontraindilkasi minum 8 gelas (2000cc/hari)
DO :
Tanda – tanda vital TD : 110
/70 MnHg, nadi :
68x/menit,pernapasan 20
x/menit,suhu 36,5 0
- skala nyeri 6
5. Evaluasi Keperawatan
Nama : Tn. S
Umur : 42 th
Jenis kelamin: laki-laki
O:
- Keadaan umum ; sedang
26
- TD : 120/70 mmHg
- RR : 20X/menit
- Suhu : 36,5
- Nadi : 80x/menit
- Klien tampak tidak meringis
A:
- Tujuan tercapai sebagian
- Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Identifikasi tanda dan
gejala retensi atau
inkontinensia
- Identifikasi faktor yang
menyebabkan retensi dan
inkontinensia urine
- Monitor eliminasi urine
(mis. Frekuensi, konsistensi,
aroma, volume, dan warna)
- Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
- Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindilkasi
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh yang
bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa dari tubuh. Eliminasi urine tergantung
kepada fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Ginjal menyaring produk
limbah dan darah untuk membentuk urine. Ureter mentranspor urine dan ginjal
ke kandung kemih. Kandung kemih menyimpan urine sampai timbul keinginan
ingin berkemih. Urine keluar dari tubuh melalui ureter. Semua organ sistem
perkemihan harus utuh dan berfungsi supaya urine berhasil dikeluarkan dengan
baik.
Adapun Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Asuhan Keperawatan
Dengan Gangguan Eliminasi Urine Menurut SDKI
1 Retensi urine b/d blok spingter dibuktikan dengan (d.d) pasien
mengalami sensasi penuh pada kandung kemih, disuria/ anuria,
distensi kandung kemih, dribbling, inkontinensia berlebih, dan residu
rin 150 ml atau lebih (D.0050)
2 Inkontinensia urin fungsional b/d gangguan fungsi kognisi, faktor
perubahan lingkungan, gangguan psikologi, kelemahan struktur
panggul, keterbatasan neuromuskular (D.0044)
3 Inkontinensia urin berlebih b/d disenergia sfingter eksternal,
obstruksi ureter, program pengobatan (D.0043)
4 Inkontinensia urin refleks b/d gangguan neurologis diatas lokasi
pusat mikturisi pontine dan mikturisi sakral (D.0045)
5 Inkontinensia urin stres b/dndefisiensi sfingter uretra intrinsik,
peningkatan tekanan intraabdomen (D.0046)
6 Inkontinensia urin urgensi b/d infeksi kandung kemih, program
pengobatan (D.0047)
28
B.Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC
Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 7
Volume
2. Jakarta : EGC
Mubarok, Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Potter dan Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Volume 2.
Jakarta : EGC
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan
Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika
30