Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang kami membuat makalah dengan judul Hipertrofi dan
Atrofi adalah karena banyak sekali sekarang masyarakat yang berlatih demi
mendapatkan ukuran tubuh khususnya bagian tertentu untuk di perbesar
terutama hal ini telah banyak dilakukan oleh kaum pria hal ini membuat kami
bertanya-tanya apa saja yang membuat mereka melakukan hal seperti itu dan
factor apa saja yang mempengaruhi pembesaran itu. Selain pembesaran kami
juga akan mencari tahu mengenai pertumbuhan abnormal lainnya yaitu atrofi hal
ini disebabkan karena dalam setiap organ atau jaringan, peningkatan atau
penurunan pertumbuhan berada pada lingkup fisiologikal dan patologikal
sebagai bagian respon penyesuaian atau adaptasi sel sesuai perubahan
permintaan pertumbuhan

B. Ruang Lingkup
Dalam makalah ini kami hanya membahas masalah-masalah mengenai
hipertrofi dan atrofi dari pengertian, jenis-jenisnya, etiologi, beserta tanda dan
gejalanya.

C. Tujuan
Tujuan kami menulis makalah ini adalah kami ingin mengetahui dan
memahami mengenai hal-hal yang menyangkut atrofi dan hipertrofi .

BAB II
PEMBAHASAN
A. HIPERTROFI
1. Pengertian Hipertrofi

Hipertrofi adalah salah satu penyakit kelainan progresif yaitu suatu


kelainan yang disebabkan oleh bertambahnya volume suatu jaringan alat

Hipertrofi dan Atrofi | 1


tubuh, Bertambah besarnya alat tubuh terjadi oleh karena masing-masing sel
yang membentuk alat-alat tubuh tersebut membesar yang diakibatkan
peningkatan ukuran sel-sel pembentuknya.hipertrofi juga dapat diartikan
penambahan jumlah organel,(misalnya miofilamen) dan ukuran sel yang
mengakibaatkan peningkatan ukuran organ. jadi Hipertrofi dapat
didefinisikan sebagai pembesaran jaringan atau organ karena pembesaran
sel, selain itu hipertrofi juga menyakan peningkatan ukuran sel didalam
perubahannya meningkatkan ukuran alat tubuh. Hipertrofi dapat dilihat pada
berbagai jaringan, tetapi khususnya sangat mencolok terdapat pada berbagai
jenis otot. Peningkatan beban pekerjaan pada otot merupakan rangsang yang
sangat kuat bagi Hipertrofi.

Pada penonjolan otot bisep pada atlet angkat besi merupakan contoh
Hipertrofi otot yang nyata dapat kita lihat. Hal yang sama juga dapat terjadi
akibat respon adaptasi yang penting pada miokardium. Jika seseorang
mempunyai katud jantung abnormal yang menimbulkan beban mekanik
yang luar biasa pada ventrikel kiri atau jika ventrikel memompa melawan
tekanan darah sistemik yang meninggi, akibat hipertrofi miokardium disertai
penebalan dinding ventrikel. Fenomena yang serupa dapat terjadi pada otot
polos yang dipaksa bekerja melawan beban yang meningkat. Suatu ginjal
juga dapat menjadi Hipertrofi bila ginjal lainnya sejak semula tetap kecil
karena aplasi atau hipoplasi. Pembesaran ginjal yang terjadi pada keadaan
ginjal lainnya kecil disebut atrofi kompensatorik.

Hipertrofi dapat berupa fisiologis maupun patologis dan disebabkan oleh:


 Peningkatan kebutuhan konfensional, misalnya hipertrofi otot lurik pada
binaragawan (fisiologi) atau otot jantung pada penyakit jantung
(patologis)
 Stimulus hormonal spesifik misalnya hipertrofi uterus selama kehamilan

2. Etiologi hipertrofi
Penyebab terjadinya hipertrofi adalah perubahan adaptif terhadap
peningkatan beban kerja atau pengaruh rangsang hormone yang bersifat
khas. Bertambahnya jaringan atau alat tubuh yang disebabkan oleh

Hipertrofi dan Atrofi | 2


masing-masing sel membesar sehingga membentuk jaringan atau organ
tubuh untuk beradaptasi dengan fungsi alat tubuh yang terlalu berat.
Selain itu hipertrofi juga dapat terjadi karena dipicu oleh
membran sel yang melipputi faktor mekanis ( regangan) dan zat kimia
trofik ( faktor dan zat vasoaktif). Hal ini menyebabklan peristiwa intra
seluler diatur gen yang meliputi tidak hanya penambahan organel sel tetapi
juga perubahan fenotipik pada sel yang hipertrofi. Pada jantung misalnya
ada perubahan isoform dari miosis kerantai berat beta dan dari akin
kebentuk skeletal alfa. Keduanya menghasilkan perlambatan kontraksi
yang baik bagi serat otot yang hipertrofik.hipertrofi pada akhirnya akan
mencapai suatu batas, dan saat itu terjadi perubahan degeneratif di sel serta
jantung sehingga terjadilah gagal jantung.
3. Klasifikasi hipertrofi dan tempat terjadinya

Hipertrofi dapat terjadi pada semua jaringan atau alat-alat tubuh


tempat sel-selnya tidak dapat memperbanyak diri diantaranya pada otot,
jantung, ginjal, kelenjar endokrin dan otot-otot polos serta pada bagian alat-
alat dalam yang berlumen dan berongga seperti usus dan ureter.

Berikut macam-macam hipertrofi:

a. Hipertrofi otot rangka (skeletal muscles)


Hipertrofi ini disebabkan oleh Peningkatan diameter dari serat-
serat glikolitik-cepat yang direkrut selama otot berkontraksi kuat. Sebagian
besar serat menebal sebagai akibat peningkatan sintesis filamen aktin dan
miosin, yang memungkinkan peningkatan kesempatan jembatan silang
berinteraksi dan meningkatkan kekuatan kontraktil otot
Pada Hipertrofi yang terjadi pada otot rangka (skeletal muscles) sangat
jelas contohnya, misalnya terdapat pada otot tungkai pengemudi becak, hal
ini disebakan adanya peningkatan beban pekerjaan otot yang kuat.
b. Hipertrofi pada serabut otot jantung ventrikel kiri
Hipertrofi ini terjadi apabila jantung dituntut untuk bekerja lebih
keras untuk melawan tahanan yang lebih besar agar darah dapat dipompa
keseluruh tubuh pada sinus aorta, sama halnya jika seseorang mempunyai
katub jantung abnormal yang menimbulkan beban mekanik yang luar biasa
pada ventrikel kiri, atau jika ventrikel memompa melawan tekanan darah

Hipertrofi dan Atrofi | 3


sistemik yang meninggi akibatnya Hipertrofi miokardium disertai
penebalan dinding ventrikel. Hipertrofi pada jantung ini dapat
menyebabkan payah jantung atau biasa disebut dengan hipertropi
kardiomegali.
c. Hipertrofi pada kelenjar endokrin
Hipertrofi ini dapat terjadi pada berbagai endokrinofatilai, seperti
pada tyhroid dan hipofisis, pada keadaan ini ditemukan sel yang
bertambah besar dan mengalami pembentukan sel baru.bila pada alat tubuh
yang berongga timbul obstruksi maka otot-otot polos pada dinding
proksimal terhadap tempat obstruksi menjadi hipertropik, sebagai suatu
usaha agar dapat mendorong isinya ketempat yang lebih distal.
d. Hipertrofi pada otot-otot bisep
Hipertrofi pada otot bisep ini sering terdapat pada penonjolan otot
bisep pada atlet angkat besi yang dapat kita lihat nyata. Hal ini diakibatkan
oleh peningkatan beban yang diangkat atau dilakukan.
e. Hipertrofi pada ginjal
Hipertrofi ginjal dapat terjadi dan dapat menjadi hipertrofik pada
ginjal lainnya. Sejak semula tetap kecil karena aplasi atau hipoplasi.
Pembesaran pada ginjal dapat diakibatkan oleh adanya penambahan epitel
tubulus dan kapiler glomerulus pada masing-masing nefron, hal itulah
yang menyebabkan hipertrofi.
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertrofi sebenarnya berbeda-beda hal ini
dilihat dari alat tubuh yang mengalami hipertrofi, tetapi pada umumnya
tanda dan gejalanya sebagai berikut:
 Panas, berkeringat dan menggigil
 Peningkatan jumlah miofibril, filamen aksin dan miosin
 Otot menjadi tegang
 Penigkatan elastisitas
 Nyeri dada, pingsan dan sesak napas

B. ATROFI
1. Pengertian Atrofi

Atrofi adalah salah satu penyakit kelainan progresif yaitu merupakan


berkurangnya ukuran suatu organ atau sel karena mengecilnya ukuran sel,
sering oleh mekanisme yang ikut serta pada apoptosis. Jaringan atau sel yang
mengalami atrofi disebut dalam keadaan atrofik atau atrophied. Atrofi

Hipertrofi dan Atrofi | 4


merupakan respon penyesuaian yang penting terhadap berkurangnya
permintaan tubuh berkaitan dengan fungsi organ atau selnya. Penting
diperhatikan bahwa terjadinya atrofi tidak hanya berhentinya pertumbuhan
tetapi juga pengukuran yang aktif dari ukuran sel dan jumlah yang diperantarai
oleh apoptosis. Definisi lain tetapi memiliki maksud yang sama yaitu keadaan
dengan mengecilnya sel-sel jaringan alat tubuh, sebagai akibat hilangnya
beberapa unsure penyusun intraseluler, menyebabkan mengecilnya alat tubuh
yang bersangkutan. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel-sel
spesifik, yaitu sel-sel parenchyma yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut
mengecil. Jadi bukan mengenai sel-sel jaringan ikat atau stroma alat tubuh
tersebut. Stroma tampaknya bertambah yang sebenarnya hanya relatif, karena
stroma tetap. Meskipin atrofi biasanya merupakan proses patologik juga sering
disebut patofisiologik. Beberapa alat tubuh dapat mengecil atau menghilang
sama sekali selama masa perkembangan/ kehidupan dan jika alat tersebut
sudah mencapai pada masa usia tertentu tidak menghilang maka dianggap
patologik. Misalnya: kelenjar thymus dan duktus thyroglossus. Atrofi kadang-
kandang juga terjadi akibat jumlah sel parenchyma berkurang biasanya disebut
dengan numeric

2. Etiologi atrofi
Atrofi memiliki vbanyak penyebabya diantaranya sebagai berikut:
Berkurangnya beban kerja
Hilangnya persarafan
Berkurangnya perbekalan darah
Nutrisi yang tidak memadai
Hilangnya rangsangan hormon
Iskemik kronik
Kurangnya suplai Oksigen pada klien/seseorang
Hilangnya stimulus/rangsangan saraf
Hilangnya stimulus/rangsangan endokrin
Kekurangan nutrisi
Disuse/inaktivitas (organ tidak sering digunakan, maka akan
mengakibatkan pengecilan organ tersebut).
Penyebab atrofi yang sering dijumpai adalah iskemia kronik.
Penyebab atrofi lain yang juga sering dijumpai, terutama yang
menyerang otot rangka adalah disuse antrophy. Jika tungkai yang patah
diletakkan dalam pembalut dari gips yang tidak dapat digerakkan dalam

Hipertrofi dan Atrofi | 5


waktu yang cukup lama maka masa ekstremitas tersebut akan berkurang
dengan bermakna disebabkan oleh aftrofi otot yang tidak digunakan.
3. Klasifikasi atrofi
a. Atrofi senilis
Atrofi Senilis juga sering disebut dengan istilah penuaan yang
sistemik atau menyeluruh. Sesungguhnya merupakan bentuk Atrofi
hormonal dan vaskuler oleh berkurangnya rangsangan endokrin dan
gangguan vaskularisasi karena artetiosclerosis. Dapat terlihat misalnya
kulit menjadi tipis dan keriput, tulang-tulang baik tulang panjang
maupun tulang tengkorak menjadi menipis dan ringan akibat
reabsorpsi, sehingga tulang- tulang ini menjadi berlubang-lubang,
ringan dan mudah patah oleh trauma ringan. Otak juga mengeci dan
mengisut, siklus-siklus melebar, susunan ventrikel membesar, sel
ganglion berkurang, sebaliknya sel glio bertambah atau sering disebut
gliosis. Perubahan otak menyebabkan kemunduran dalam kejiwaan
yang disebut dermantia senilis.
b. Atrofi fisiologik
Atrofi Fisiologik juga disebut involusi misalnya mengecil sampai
hilangnya kelenjar timus pada individu usia pubertas, pembentukan
ligamentum teres hepatis, obliterasi duktus arteri usus botalli dan
penutupan fosamer ovale jantung setelah anak lahir maupun hilangnya
duktus omphalomesentericus dan urakus. Bila onvolusi ini tidak
sempurna maka akan tersisa jaringan alat tubuh tersebut seutuhnya atau
sebagian dalam keadaan samar-samar rudimeter yang dapat pula
berakibat gangguan.
Bentuk involusi yang lain misalnya mengecilnya uterus setelah
melahirkan dan mengecilnya kembali payudara setelah melahirkan juga
dapat diambil sebagai contoh involusi.
c. Atrofi nutrisional
Atrofi nutrisional atau kelaparan (starvation atrophy) terjadi bila
tubuh tidak dapat mendapat makan untuk waktu yang lama, misalnya
terjadi pada orang yang sengaja berpuasa untuk waktu yang lama tanpa
berbuka puasa, orang yang memang tidak mendapat makanan sama
sekali karena terdampar dilaut atau padang pasir, oran yang menderita
gangguan pada saluran pencernaan. Misalnya karena terdapat

Hipertrofi dan Atrofi | 6


penyempitan (styrikura) esophagus pada penderita tersebut terakhir
mungkin mendapat makanan dan minuman yang cukup, tetapi makanan
ini tidak mencapai lambung dan usus karena disemprotkan kembali.
Karena itu, alat-alat tubuh tidak mendapat makanan yang cukup.
Atrofi Nutrisional ini dapat menyebabkan badan menjadi kurus
kering, mengalami emasiasi, serta inanisi. Pada penderita ini
menggunakan simpanan atau cadangan karbohidrat, lemak, dan protein
tubuhnya sebagai pengganti tenaga bagi kehidupannya.
d. Atrofi inaktivitas
Atrofi inaktivitas atau dengan kata lain disuse atrophy terjadi akibat
inaktivitas alat tubuh atau jaringan. Misalnya inaktivitas yang
menyebabkan otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang paling nyata
adalah bila terdapat kumpulan otot-otot tersebut mengecil. Atrofi yang
paling nyata adalah bila terdapat kumpulan otot akibat hilangnya
persyarafan seperti pada polimyelitis. Atrofi ini disebut juga atrofi
neorotrofik karena atrofi ini terjadi akibat hilangnya impuls tropik.
Tulang terjadi pada orang yang terkena suatu keadaan terpaksa
berbaring lama sehingga mengalami atrofi inaktivitas. Tulang tersebut
menjadi berlubang-lubang karena kehilangan kalsium sehingga tidak
dapat tumbuh dengan baik dan sel-sel kelenjar akan rusak apabila
saluran keluarnya tersumbat untuk waktu yang lama. Misalnya pada
pankreas, maka sel-sle asinus pankreas (eksorin) menjadi atrofi
e. Atrofi desakan
Atrofi desakan (preassure atrophy) dapat terjadi akibat desakan terus-
menerus atau desakan untuk waktu yang lama yang mengenai suatu alat
tubuh atau jaringan. Atrofi desakan fisiologik terjadi pada gusi akibat
desakan gig yang akan tumbuh.
Atrofi desakan patologik terjadi pada sternum akibat aneurisma aorta.
Karena desakan tinggi dan terus-menerus mengakibatkan sternum
menipis. Pada parenchyma ginjal juga dapat pada suatu alat tubuh
karena menerima desakan suatu tumor didekatnya yang makin lama
semakin membesar.
f. Atrofi setempat
Adalah atrofi yang terjadi pada sebagian jaringan atau lokal karena
sebab-sebab tertentu. Misal; stroke pada ekstremitas kanan atas.

Hipertrofi dan Atrofi | 7


g. Atrofi pada Testis
Testis mengalami atrofi karena berbagai hal. Kebanyakan, atrofi testis
diawali dengan orkitis yaitu peradangan pada testis yang disebabkan oleh
infeksi. Biasanya, infeksi tersebut ditandai dengan gejala pembengkakan
testis. Pada orkitis dapat terjadi kerusakan pembuluh darah pada korda
spermatic (saluran yang berisi pembuluh darah, persarafan, kelenjar
getah bening, dan saluran sperma) yang dapat menyebabkan atrofi testis.
Akibatnya, testis tersebut mengalami kegagalan fungsi untuk
memproduksi sperma. Sehingga akan terjadi gangguan dalam
menghasilkan keturunan.
h. Atrofi pada Otak, Penderita Alzheimer
Alzheimer termasuk salah satu kepikunan berbahaya yang dapat
menurunkan daya pikir dan kecerdasan seseorang. Fenomena alzheimer
ditandai dengan adanya kemunduran fungsi intelektual dan emosional
secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial
sehari-hari (Quartilosia, 2010). Secara anatomi, serebrum mengalami
atrofi, yaitu girus serebrum menjadi lebih kecil/menciut sedangkan
sulkusnya melebar.
Penderita Alzheimer biasanya akan sulit mengingat nama atau lupa
meletakkan suatu barang. Orang-orang di sekitar penderita, biasanya
akan mengalami kekhawatiran terhadap penderita alzheimer. Ini
merupakan akibat atrofi otak yang sangat mematikan, karena sel-sel saraf
pada otaknya mati.
i. Atrofi pada otot Bisep
Telihat dengan jelas bahwa lengan atasnya mengalami pengecilan. Pada
umumnya, kondisi ini disebabkan oleh inaktivitas/disuse otot lengan
tersebut. Lengan tersebut jarang digunakan untuk mengankat beban, atau
jarang digunakan untuk bekerja sehingga mengalami penyusutan. Atrofi
ini disebut atrofi inaktivitas patologik.
Seseorang yang mengalami atrofi otot akan mengalami penurunan
kekuatan bahkan yang lebih fatal yaitu dapat mengakibatkan
kelumpuhan. Namun, ada cara-cara mengatasinya diantaranya yaitu,

Hipertrofi dan Atrofi | 8


dilakukannya program olah raga rutin dengan pengontrolan terapis, perawat,
atau dokter; latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot; dan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang (obat-penyakit.com, 2010).

4. Tanda dan gejala atrofi


Adapun tanda dan gelajanya berbeda- beda pada setiap jenis
atrofi diantaranya sebagai berikut:
Pada atrofi senilis tanda-tandanya terlihat dari kulit menjadi tipis dan
keriput, tulang-tulang baik tulang panjang ataupun tulang tengkorak
menjadi menipis akibat reabsorbsi sehingga menjadi ringan ,berlubang
dan mudah patah. Gejalnya diakibatkan oleh penuaan.
Pada atrofi fisiologik tandanya terlihat dari pembentukan
ligamentusteres hepatis, obliterasi duktus arteri usus botalli dan
penutupan fosamer ovale jantung setelah anak lahir maupun hilangnya
duktus omphalomesentericus dan urakus. Gejala ini akibat involusi
Pada atrofi nutrisional atau kelaparan tandanya dapat terlihat dari badan
menjadi kurus kering, mengalami emasiasi, inasisi.
Pada atrofi inaktivitas tanda dan gejalanya dapat terlihat daritulangnya
menjadi berlubang karena kehilangan kalsium yang menyebabkan tidak
akan tumbuh dengan baik serta rusaknya sel-ssel kelenjar.
Pada atrofi desakan gejal dan tandanya dapat dilihat dari gusi apabila
akan ada gigi yang akan tumbuh selain menipisnya sternum akibat
aneurisma aorta

Pada atrofi setempat tanda dan gejalanya dapat terlihat daritekanan


darah yang tinggi akibat gejala stroke.

C. MORFOLOGI

1. Metaplasia adalah perubahan sel dari satu subtype ke subtype lainnya. Metaplasia
biasanya terjadi sebagai respons terhadap cedera atau iritasi kontinu yang
menghasilkan peradangan kronis pada jaringan. Dengan mengalami metaplasia, sel-
sel yang lebih mampu bertahan terhadap iritasi dan peradangan kronik akan
menggantikan jaringan semula.
Contoh metaplasia yang paling umum adalah perubahan sel saluran pernapasan
dari sel epitel kolumnar bersilia menjadi sel epitel skuamosa bertingkat sebagai

Hipertrofi dan Atrofi | 9


respons terhadap merokok jangka panjang.Contoh lain yang dapat kita amati pada
kasus kanker serviks. Pada perubahan sel kolumnar endoserviks menjadi sel
skuamosa ektoserviks terjadi secara fisiologis pada setiap wanita yang disebut sebagai
proses metaplasia. Karena adanya faktor-faktor risiko yang bertindak sebagai ko-
karsinogen, proses metaplasia ini dapat berubah menjadi proses displasia yang
bersifat patologis. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi
untuk menjadi ganas.
Jadi, intinya metaplasia bisa terjadi dalam bentuk fisiologis namun hanya sesaat saja
karena pasti akan ada factor yang menyebabkan metaplasia ini berubah sifat menjadi
patologis.
contoh kasus peradangan kronis pada jaringan
Salah satu contoh peradangan kronis misalnya pada penyakit gastritis. Gastritis adalah
suatu peradanganpada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster. Salah satu
etiologi terjadinya gastritis adalah Helycobacter pylory ( pada gastritis kronis ).
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronispada gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia.
Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu
dengan mengganti sel mukosa gaster misalnya dengan sek squamosa yang lebih kuat.
Karena sel squamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang. pada saat
mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel
penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya akan
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa
pada lapisan lambung, sehingga akan mengakibatkan kerusakan pembuluh darah
lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan.
Gastritis akut
gastritis akut yang bersifat peradangan terjadi di mukosa atau sub mukosa yang
bersifat iritasi lokal, gejala biasanya ringan seperti : rasa tidak enak di daerah
epigastrik, kram di perut / tegang juga dapat menimbulkan terjadinya perdarahan, di
samping itu pada gastritis dapat terjadi peningkatan yang dapat dapat menimbulkan
mual dan muntah juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCL dengan mukosa gaster.

Hipertrofi dan Atrofi | 10


2. Hiperplasia
Hiperplasia merupakan suatu kondisi membesarnya alat tubuh/organ tubuh karena
pembentukan atau tumbuhnya sel-sel baru (Saleh, 1973). Sama halnya dengan atrofi,
terdapat dua jenis hyperplasia, yaitu hyperplasia fisiologis dan patologis. Contoh yang
sering kita temukan pada kasus hyperplasia fisiologis yaitu bertambah besarnya
payudara wanita ketika memasuki masa pubertas. Sedangkan hyperplasia patologis
sering kita temukan pada serviks uterus yang dapat mengakibatkan kanker serviks. Sel-
sel pada serviks tersebut mengalami penambahan jumlah. Biasanya hyperplasia ini
diakibatkan oleh sekresi hormonal yang berlebihan atau faktor pemicu pertumbuhan
yang besar

Hipertrofi dan Atrofi | 11


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah yang kami siusun mengenai atrofi dan hipertrofi ini kami dapat
menyimpulkan hal- hal sebagai berikut:
Atrofi dan hipertrofi merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelainan
progresif yaitu suatu penyakit yang mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
seseorang yang tidak wajar.
Atrofi dan hipertrofi ini di sebabkan oleh sel dari suatu jaringan yang mengalami
penyusutan dan pembesaran
Hipertrofi biasanya banyak terjadi pada semua jaringan atau alat tubuh yang
selnya tidak dapat memperbanyak diri. Diantaranya pada otot, jantung, ginjal, kelenjar
endokrin serta pada otot polos dan bagian alat dalam yang berlumen, berongga seperti
usus , ureter.

B. SARAN
Dari makalah yang kami susun diatas kami hanya dapat menyarankan bahwa
pentingnya kita mengetahui tentang hipertrofi dan atrofi ini sehingga kita dapat
menngerti dan memahami hal ini sebab setiap manusia akan mengalami atrofi
khususnya atrofi sinilis ketiika kita berusia tua.

Hipertrofi dan Atrofi | 12


DAFTAR PUSTAKA

Prawiro A, Andoko. (1988). Catatan Kuliah PATOLOGI UMUM. Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta:
EGC

Vinay kumar, ramzi s. contran & Stanley I Robbins 2007. Buku ajar patologi
ed.7.jakarta: EGC

Kowalak, Jennifer P.2011.Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta :EGC

Hipertrofi dan Atrofi | 13

Anda mungkin juga menyukai