Dosen :
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
April 2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II. ISI.......................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Kebijakan.............................................................................................................4
2.2 Jenis-Jenis Kebijakan.............................................................................................................5
2.3 Pengertian Kebijakan Kesehatan...........................................................................................7
2.4 Sejarah Perkembangan dan Evolusi Analisis Kebijakan.....................................................11
2.4.1 Awal Munculnya Analisis Kebijakan............................................................................11
2.4.2 Perkembangan pada Masa Pertengahan........................................................................12
2.4.3 Masa Revolusi Industri..................................................................................................12
2.4.4 Masa Abad ke-19...........................................................................................................12
2.4.5 Masa Abad ke-20...........................................................................................................13
2.5 Ideologi Kebijakan Kesehatan.............................................................................................13
2.6 Ciri-Ciri Kebijakan..............................................................................................................14
2.7 Penyusunan Kebijakan Kesehatan.......................................................................................16
2.8 Elemen dalam Sistem Kebijakan.........................................................................................18
2.9 Ruang Lingkup Kebijakan Kesehatan..................................................................................20
2.10 Tujuan Kebijakan Kesehatan.............................................................................................23
2.11 Implementasi Kebijakan Kesehatan...................................................................................24
2.12 Perjalanan Rancangan Undang-Undang Kebijakan Kesehatan.........................................25
2.13 Tingkatan dalam Kebijakan Kesehatan..............................................................................27
ii
BAB III. PENUTUP......................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................29
3.2 Saran.....................................................................................................................................30
KEPUSTAKAAN..........................................................................................................................30
iii
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam kebijakan biasanya akan ditemukan teori-teori serta konsep dasar yang
mendorong kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan optimal, pengembangan kebijakan
juga didasari dari hal-hal mendasar seperti teori. Banyak sekali teori yang dapat
ditemukan dalam membangun suatu kebijakan. Konsep dasar biasanya akan memuat
secara umum informasi mengenai kebijakan tersebut, sedangkan teori akan lebih
menekankan pada alsan-alasan terbentukan kebijakan dan termasuk ke dalam kebijakan
apakah yang sedang dibuat dalam suatu organisasi.
1
Dalam hal ini kami mengambil contoh kebijakan yang sangat erat hubungannya
dengan kita yaitu kebijakan kesehatan. Kebijakan kesehatan disinyalir menjadi yang
cukup penting dalam pelaksanaan program kesehatan di lapangan, hal ini dikarenakan
banyaknya prosedur kesehatan yang tidak bisa dijalankan tanpa ada aturan atau kebijakan
yang mendasari pelaksanaan dari program kesehatan tersebut. Untuk itu peran kebijakan
kesehatan sangatlah diperlukan.
2. Mengapa kebijakan kesehatan dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam suatu
organisasi kesehatan ?
4. Apakah peran kebijakan kesehatan juga bergantung terhadap kinerja anggota dalam
organisasi di bidang kesehatan ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembahasan mengenai konsep dasar dan teori-teori kebijakan
khususnya kebijakan kesehatan dirumuskan sebagai berikut :
2. Mengetahui tentang kebijakan kesehatan yang dapat dijadikan acuan dan tolak ukur
keberhasilan dalam suatu organisasi kesehatan.
2
1.4 Manfaat
Beberapa pembahasan mengenai konsep dasar dan teori kebijakan khususnya
kebijkan kesehatan juga dinilai memberikan manfaat bagi banyak pihak diantaranya :
1. Penyusun
2. Pembaca
bagi para pembaca manfaat dari makalah ini adalah dapat menjadi referensi bacaan
untuk materi yang berkaitan dengan apa yang kami bahas, selain itu pembaca juga
bisa menambah wawasan setelah membaca makalah ini. Terlebih dapat memahami
materi terkait yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dapat kami bahas dalam
makalah ini.
3
BAB II. ISI
4
yang berupa hasil keputusan para penentu kebijakan, baik yang dilaksanakan maupun
tidak dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam organisasi atau perkumpulan .
Kebijakan kesehatan merupakan suatu deretan atau jalinan rancangan kode etik
serta hasil keputusan berupa aturan dari berbagai pihak dalam suatu organisasi atau
lembaga kesehatan yang pada umumnya dijadikan panduan atau petunjuk dasar dalam
menjalankan aktivitas. Hal ini memiliki tujuan untuk mencapai kondisi yang sebanding
dan tidak statis baik secara wujud, mental, sosial hingga spiritual yang diperhitungkan
dengan tidak terdapat keluhan maupun gejala penyakit atau abnormalitas sehinga
masyarakat mampu melanjutkan hidupnya dengan lebih baik secara sosial dan ekonomi.
Kebijakan substantive dan kebijakan procedural merupakan dua hal yang saling
berikatan satu sama lain. Dimana, kebijakan substantif merupakan serangkaian
aturan yang memiliki kaitan dengan segala tindakan pemerintah. Selanjutnya
kebijakan procedural merupakan cara atai proses kebijakan procedural berlangsung.
4. Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang
privat (privat goods)
Kebijakan public goods yaitu kebijakan yang berdifat mampu menata sokongan atau
sumbangan yang bersumber dari publik. Sedangkan, kebijakan privat goods adalah
5
kebijakan yang dapat mengendalikan pemasokan barang atau jasa untuk kalanagan
umum.
Merupakan kategori kebijakan public yang berupa gagasan atau ide dari berbagai
pihak, baik dari swasta maupun pemerintah dan disampaikan kepada para petinggi
negara. Pada umumnya kebijakan ini bersifat politik yang bertujuan agar perilaku
tertentu dapat dihentikan atau tidak dalam suatu persoalan. Selai nitu, gagasan yang
disampakan tersebut sangat beragam. Ada yang bersifat harus terlaksana dan ada
yang bersifat sebaliknya.
Adalah kebijakan yang berupa hasil pertimbangan oleh para petinggi negara, dengan
tujuan dapat memberikan pengarahan dalam proses terealisasinya suatu kebijakan
public. Kebijakan ini pada umumnya dapat mencakup berbagai jenis bentuk
keputusan yang dibuat pemerintah, baik itu berbentuk ketetapan hingga aturan yang
berlaku dalam negara.
Yaitu suatu pernyataan yang bersifat formal atau sah perihal kebijakan public
tertentu yang berlaku. Misalnya ketetapan MPR, Keputusan presiden, hingga
keputusan menteri maupun pembicaraan para petinggi negara yang memperlihatkan
keinginan, cita – cita dan apapun yang dilakukan petinggi negara dalam
mendapatkan keinginan tersebut.
Merupakan salah satu bentuk dari kebijakan publik yang dapat dirasakan dan
tereallisasikan secara konkit atau nyata. Hal ini disebabkan karena, kebijakan ini
mengandung atau berisikan sesuatu rangkaian rencana kebijakan yang terdapat
dalam pernyataan kebijakan. sederhananya, kebijakan ini merupakan hal yang telah
direncanakan untuk direalisasikan pemerintah.
Adalah dampak – dampak atau efek yang bisa dirasakan secara langsung dikalangan
masyarakat. Walaupun terkadang ada kenyataannya tidak semua kebijakan dapat
6
terealisasikan secara baik. Namun, dengan adanya hasil akhir kebijakan masyarakat
dapat melihat bukti konsekuensi persoalan dalam berbagai bidang yang terjadi di
masyarakat.
Kebijakan adalah kumpulan dari dasar atau konsep yang mejadi landasan dalam
pelaksanaan proses kegiatan, kepemimpinan, serta dalam melakukan suatu tindakan baik
itu di organisasi atau kelompok tertentu. Kebijakan di sini memang penting sekali
perananya, kebijakan ini juga memerlukan banyak sekali pertimbangan, biasanya akan
dibahas dalam rapat di organisasi. Mengadakan suatu kebijakan dalam suatu organisasi
tidaklah mudah banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menghadirkan
kebiajakn dalam suatu kelompok tertentu.
7
Kebijakan kesehatan merupakan suatu deretan atau jalinan rancangan kode etik
serta hasil keputusan berupa aturan dari berbagai pihak dalam suatu organisasi atau
lembaga kesehatan yang pada umumnya dijadikan panduan atau petunjuk dasar dalam
menjalankan aktivitas. Hal ini memiliki tujuan untuk mencapai kondisi yang sebanding
dan tidak statis baik secara wujud, mental, sosial hingga spiritual yang diperhitungkan
dengan tidak terdapat keluhan maupun gejala penyakit atau abnormalitas sehinga
masyarakat mampu melanjutkan hidupnya dengan lebih baik secara sosial dan ekonomi.
Dalam terlaksananya tujuan dimana dalam kondisi yang setara dan tidak statis
baik secara wujud, mental, sosial, hingga spiritual menjadi alat ukur untuk mengetahui
derajat kesehatan diakibatkan oleh beberapa aspek, yang dimana menurut pandangan
Bloom yang berpendapat terdapat empat (4) elemen yang memberikan dampak terhadap
alat ukur serajat kesehatan, diantaranya:
8
Oleh sebab itu, kebijakan kesehatan harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan tersebut sehingga derajat kesehatan masyarakat
Indonesia dapat optimal sehingga kebijakan kesehatan yang telah di laksanakan dapat
berjalan dengan lancer dan mendapatkan hasil yang optimal pula.
9
1. Kebijakan kesehatan merupakan pernyataan (yang terbentuk dalam penulisan)
dan tindakan (yang terbentuk dalam suatu gerakan atau pelaksanaan) atas
suatu yang terdapat didalam pernyataan yang mengarah pada upaya
peningkatan derajat kesehatan dalam bentuk keputusan atau ketepatan
pemerintah yang bersifat mengikat.
Secara sederhana konsep dari kebijakan publik tidak jauh berbeda dengan
kebijakan kesehatan hanya saja keberlakuannya berbeda sektor.
Beberapa ciri dari sektor kesehatan yang dapat membedakan kebijakan publik dengan
kebijakan kesehatan antara lain :
1. Pada sektor kesehatan terbilang lebih kompleks karena menyangkut hidup orang
banyak dan kepentigan masyarakat.
2. Pada sektor kesehatan terdapat sifat ketidakpastian, hal ini berkaitan dengan
finansial dan kebutuhan akan pelayanan yang sama sekali tidak ada
hubungannya. Siapapun dari kalangan apapun dapat menerima pelayanan
kesehatan.
Dokumen kuno yang terkenal dan dipercaya sebagai awal mula implementasi
kebijakan adalah dokumen di Mesopotamia (Hammurabi), yang didalamnya terdapat
fakta-fakta perjalanan pemerintahan, dan kehidupan politik. Dokumen ini dibuat oleh
penguasa Babilonia sekitar abad 18. Selain membahas pemerintahan, dokumen tersebut
berisi keinginan penguasa untuk membentuk suatu kebijakan yang adil dan membentuk
persatuan berbagai negara kecil yang berkembang. Hammurabi yang merupakan kode
dokumen ini memiliki kesamaan dengan hukum yang ada pada zaman Musa, yaitu
persyaratan ekonomi dan sosial yang bersesuaian sosial dan berdasar pada hak dan
tanggung jawab. Selain itu, ada juga proses kriminal, kehidupan berkeluarga, dan
kesehatan.
Sejarah tentang analisis kebijakan public ini dapat ditelusuri juga hingga abad ke-
4 sebelum masehi. Misalnya, di negara India yang salah satu ajarannya yaitu
Arthashastra mengandung ajaran-ajaran penyusunan kebijakan, dan berbagai ilmu
ekonomi yang ditulis hingga 300 SM. Kautilya merupakan orang yang berjasa dalam
pembuatan kebijakan tersebut. Kautilya ketika itu menjabat sebagai penasihat kerajaan
India Utara. Karya Kautilya ini menunjukkan bahwa ia bisa dibandingkan dengan para
ilmuwan terkenal dunia, seperti Plato, Aristoteles, maupun Machiavelli yang juga
terlibat dalam penyusunan kebijakan meskipun pekerjaan mereka lebih kepada pemikir
dan sosial.
Para cendikiawan atau kaum individu yang berilmu pada masa modern menjadi
pihak yang memiliki kewenangan dalam menulis lektur presiden yang memiliki dampak
dalam pemyusunan kebijakan. Pada negara inggris kaum bangsawan kelas rendah serta
para penanam modal dijadikan pengendali tingkat kota untuk keperluan mereka sendiri.
Namun, para ilmuwan di bidang hukum tetap mempunyai kewenangan untuk
penyusunan kebijakan.
Pada masa dahulu seiring bertumbuhnya kognitif secara konkret secara alami
kebijakan juga turut serta mengalami perkembangan. Namun, seiring berjalannya waktu
hingga sekarang masa revousi industry, ilmu pengetahuan atau bidang kognitif dan
kebijakan menjadi dua hal yang saling berhubungan. Dimana, kebijakan sebagai
kegiatan yang lebih bersifat indipenden sesuai dengan karakternya yang terpisah dari
kebutuhan atau keperluan politik. Masa revolusi industry merupakan masa ketika
perkembangan manusia lebih bergantung kepada Ilmu Pengetahuan serta teknologi
(IPTEK) termasuk para penentu kebijakan.
Untuk saat ini, pengembangan serta pemeriksaan ilmu- ilmu yang bersifat ilmiah
di kalangan masyarakat berangsur –angsur telah dipercayai sebagai jalan dalam
menuntaskan permasalahan sosial yang adaserta dihadapi. Pengaruh mistis ataupun
magic kini sudah dilepaskan masyarakat. Masa kini juga telah terdapat adanya bidang
kognitif dimana memiliki hubungan atas kebijakan.
Abad ke-19 di negara eropa telah tercipta generasi atau beru, dimana angkatan
tersebut mampu memproduksi ilmu menegenai kebijakan, dari hal yang melandaskan
keefektivan unutk arsip yang bersifat sistematik hingga produk dari suatu percobaan. Saat
ini juga, pengumpulan bukti nyata yang bersifat sistematik banyak dilakukan dengan
beragam gaya. Contohnya, dengan perkembangan ilmu studi perangkaan dan penyusunan
dijadikan suatu bidang keilmuwa. Sehingga timbul organisasi – organisasi yang memiliki
ketertarikan terhadap ilmu yang mempunyai kerikatan terhadap kebijakan. organisasi –
12
organsasi tersebut juga berupaya untuk mengatur pola fikir kuno yang masih dimiliki
oleh individu dalam melewati atau memecahkan permasalahan sosial.
Pada abad ini, langkah agar dapat memproduksi ilmu yang berhubungan dengan
kebijakan mengalami perkembangan kemajuan yang cukupbesar. Ilmu yang membahas
tentang alam dan masyarakat bukan menjadi hal yang dapat dipilih berdasarkan adat atau
ritual, tetapi dapat dilihat dari tingkat konsisten dalam penelitiannya. Perkembangan
kemajuan tersebut bukan semata – mata produk dari kewajiban terhadap aturan – aturan
yang telah melewati proses ilmiah saja, melainkan juga merupakan hasil perkembangan
dari masa transisi.
Pada abad ini, kebijakan mulai dijalankan dengan lebih solid, semua bidang yang
berkaitan dengan pembuatan kebijakan seperti ilmu poltik, administrasi negara,
sosiologi, dan ilmu sosial lainnya mulai menggambarkan profesionalitas masing-masing.
Para peneliti kebijakan pada abad ini tidak lagi dikelompokkan menjadi kelompok yang
berbeda-beda. Pengendalian terhadap lembaga statistik dan lembaga peneitian dalam
perumusan kebijakan masih diterapkan seperti abad sebelumnya.
Peneliti sosial memiliki manfaat utama yaitu melakukan perumusan dan analisis
persoalan kebijakan untuk menemukan solusi yang tepat jika ada masalah yang dihadapi,
terutama yang menyangkut perang dunia dan penyesuaian kembali pasca perang. Ilmu
kebijakan tidak dibatasi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga pengembangan pelaksanaan
kebijakan tersebut secara demokrasi. Kebijakan tidak hanya bertujuan pada pengambilan
keputusan dari pihak yang berkuasa, tetapi lebih kepada pemberian ilmu pengetahuan
jangka panjang untuk pengembangan pelaksanaan yang bisa disetujui oleh semua pihak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi memiliki arti sekelompok ide
atau pikiran yang memiliki sistem dan bisa dijagikan sebagai asas sehingga dapat
memberikan pengarahan untuk kelangsungan hidup. Pada masyarakat atau kalangan
umum mengartikan ideology sebagai kumpulan gagasan, kepercayaan serta keyakinan
yang memiliki karakter dinamis. Ada juga yang berpendapat bahwa ideology merupakan
suatu perspektif yang memiliki tujuan untuk membangun karakter berpikir dalam
mewujudkan keinginan atau cita – cita.
13
kesehatan di Indonesia. Kebijakan kesehatan memerlukan pengelolaan dan kontrol yang
tepat. Karena hal ini dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan terhadap seluruh pihak
Penggunaan ideologi berbasis pasar ini berkaitan juga dengan pedoman sebagai
gambarannya yaitu penggunaan jaminan kesehatan.
Jika dilihat dari ketujuh reformasi terdapat ideologi berbasis pasar dan sosialis
sekaligus. Butir lebih menonjol pada daerah tertinggal dan pemerataan mencerminkan
ideologi sosial liberal namun “world class health care” lebih berbasis pada intervensi
pemerintah terhadap pasar dengan cara memberikan bantuan agar dapat bersaing dalam
pasar kesehatan Asia Tenggara yang semakin meluas dengan adanya ideologi yang
berbasis pasar ini, diharapkan agar bidang atau sektor kesehatan dalam negri dapat
menjadi lebih baik. Baik dimata masyarakat dalam negri hingga dunia.
Jika dilihat dari ketujuh reformasi terdapat ideologi berbasis pasar dan sosialis
sekaligus. Butir lebih menonjol pada daerah tertinggal dan pemerataan mencerminkan
ideologi sosial liberal namun “world class health care” lebih berbasis pada intervensi
pemerintah terhadap pasar dengan cara memberikan bantuan agar dapat bersaing dalam
pasar kesehatan Asia Tenggara yang semakin meluas.
Landasan dari kebijakan publik sendiri bisa diasumsikan seperti terdapat saah satu
negara yang kuat dan mempunyai wewenang serta legitimasi, di mana mewakili suatu
penduduk dengan menggunakan administrasi dan teknik yang berkualitas terhadap
keuangan dan penerapan dalam mengatur kebijakan.
14
Kebijakan kerap kali dijadikan pedoman dalam organisasi, pelaksanaan kegiatan
organisasi tidak lepas dengan adanya kebiajakan yang dibuat bersama, tidak heran juka
kebijkan memiliki ciri dalam pengorganisasiannya. Ciri atau tanda yang menerangkan
suatu kebijakan antara lain :
1. Semua kebijakan dipastikan memiliki tujuan untuk dicapai, dimaksudkan agar
pembuatan kebijakan tidak asal atau main-main serta karena kebetulan.
2. Kebijakan tidak berdiri sendiri (dependen) karena berkaitan dengan berbagai
peraturan dan kebijakan lain serta berorienasi pada proses pelaksanaan,
kesimpulan serta penegakkan peraturan yang ada. Kebijakan adalah suatu hal
yang dilakukan oleh suatu lembaga organisasi baik itu besar ataupun kecil.
3. Kebijakan dapat berupa larangan atau pengarahan dan juga pelaksanaan atau
anjuran.
4. Kebijakan berlandaskan hukum karena terdapat kewenangan memaksa terhadap
tiap-tiap anggota dalam lembaga organisasi.
5. Semua kebijakan dipastikan memiliki tujuan untuk dicapai, dimaksudkan agar
pembuatan kebijakan tidak asal atau main-main serta karena kebetulan.
6. Kebijakan tidak dapat berdiri sendiri (dependen) karena berkaitan dengan
berbagai peraturan dan kebijakan lain serta berorienasi pada proses pelaksanaan,
kesimpulan serta penegakkan peraturan yang ada. Kebijakan adalah suatu hal
yang dilakukan oleh suatu lembaga organisasi baik itu besar ataupun kecil.
7. Kebijakan dapat berupa larangan atau pengarahan dan juga pelaksanaan atau
anjuran.
8. Kebijakan berlandaskan hukum karena terdapat kewenangan memaksa terhadap
tiap-tiap anggota dalam lembaga organisasi.
Dari beragam ciri – ciri kebijakan tersebut kita bisa melihat bahwa, kebijakan merupakan
unsur yang penting dalam suatu organisasi. Kebijakan memiliki sifat yang wajib dan tidak dapat
diubah tanpa keputusan bersama. Untuk itu, penting sekali semua pihak untuk ikut serta dalam
membuat kebijakan agar tidak terjadi ketimpang tindihan antar pihak karena kebijakan tersebut.
Walaupun, hanya beberapa pihak yang dapat mengesahkan kebijakan. namun, dalam pembuatan
kebijakan sebelum disahkan dibutuhkan keterbukaan untuk menerima saran dari berbagai pihak
baik dari anggota hingga pimpinan organisasi. Sehingga tidak menimbulkan rasa kerugian dari
masing – masing pihak.
15
Gambaran yang paling banyak digunakan dalam pembuatan kebijakan adalah
model linear. Proses pembuatan kebijakan adalah suatu proses penyelesaian masalah
yang rasional, seimbang, obyektif, dan bersifat analitik. Pada gambaran ini, sebuah
keputusan dibuat dengan beberapa susunan pelaksanaan yang diawali mengenali
masalah dan berakhir dengan program yang berisi aktivitas yang bertujuan untuk
memecahkan masalah.
c) Penghitungan antara keuntungan dan kerugian dari setiap cara lain pemecahan
masalah
e) Menerapkan kebijakan
f) Menilai keluaran
Namun pada realitasnya, gambaran ini sulit untuk diterapkan karena pada
gambaran liniear terdapat pemisahan antara kebijakan dengan penerapan kebijakan.
Hal ini dapat dikatakan berbahaya karena dikhawatirkan penyusun kebijakan
condong menghindari tanggung jawab.
d) Menyusun naskah
Proses-proses di atas pasti akan membuahkan sebuah hasil maupun manfaat sebagai
berikut:
a) Undang-Undang yang cocok dengan tujuan, biaya yang pas, dan dapat diterapkan
di kebijakan
17
b) Strategi dan sumber daya guna melaksanakan peraturan
c) Adanya rasa sadar dan kepemilikan pada masyarakat yang berprinsip terhadap
pelaksaan peraturan dan para stakeholder yang terkena akibat dan pada
penyusunannya harus dipikirkan apakah setelah disahkan Undang-Undang tersebut
dapat selalu terlaksana dengan optimal dalam jangka masa yang panjang.
Dalam menentukan tingkatan mutu atau nilai dari suatu kebijakan kesehatan,
maka kebijakan kesehatan tersebut haruslah memenuhi delapan elemen berikut ini:
d. Ekuitas, sistem pelayanan kesehatan diwajibkan untuk dapat bersifat merata pada
setiap kalangan masyarakat (tidak memandang bulu).
18
h. Self-reliant, diharapkan kebijakan kesehatan mampu meningkatkan rasa
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berada disekitarnya.
Sehingga masyarakat dapat menggunakan fasilitas kesehatan semaksimal
mungkin.
2. Cerdas, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan merupakan keputusan yang baik
dalam upaya penanganan permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia dan
dapat dipertanggungjawabkan baik dari aspek manfaat, kualitas maupun dari segi
akuntabilitasnya.
19
8. Kepentingan publik, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan semata-mata hanya
untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia bukan untuk kepentingan pribadi
maupun kelompok lainnya.
10. Motivator, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dapat meotivasi seluruh
masyarakat Indonesia dan pihak yang berkepentingan agar dapat berjalan dengan
baik.
11. Produktif, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dapat mendorong
keproduktivitasan seluruh masyarakat Indonesia yang efektif dan efisien.
12. Memadai, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus memiliki sumber daya
yang memadai.
13. Kemandirian, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dapat mendorong
kemandirian seluruh masyarakat Indonesia agar dapat mencapai derajat kesehatan
yang optimal.
14. Adil, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dijalankan dengan seadil-
adilnya yang tanpa pandang bulu, sehingga tidak terjadinya deskriminatif
ditengah-tengah masyarakat.
20
Kebijakan memiliki 3 (tiga) komponen utama yaitu; pelaku kebijakan, lingkungan
kebijakan serta kebijakan yang berlaku. Untuk membuat suatu kebijakan komponen –
komponen tersebut haruslah saling berinteraksi. Pelaku kebijakan akan menyampaikan
saran untuk perumusan kebijakan. Interaksi komponen – komponen tersebut secara
sederhananya dapat diasumsikan secara pendekatan input-output-impact.Pada gambar di
21
atas institusi dan individu berperan sebagai pelaku kebijakan. Peristiwa yang tejadi di
masyarakat menjadi input dimana akan diolah dengan interaksi pelaku kebijakan sebagai
output kebijkan. Jika dilihat pada gambar bagian ide serta minat pelaku kebijakan
sebagai input.
Kebijakan kesehatan di suatu Negara tidak dapat dilepaskan dari suatu sistem,
yang dimana sistem tersebut adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) di Indonesia telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden
Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, berikut gambarannya.
22
Pada rencana penyusunan dalam waktu menengah nasional negara terbentuk.
Sistem kesehatan ini dapat berjalan dengan sempurna jika sarana dan prasarana
kesehatan, seperi SDM kesehatan, obat-obatan, dan alat kesehatan memadai. Selain itu,
penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan masyarakat perlu diperhatikan dengan
sebaik-baiknya. Hal itu dilaksanakan guna mengurangi banyak masalah sampai saat ini
sulit untuk diatasi dan terus dilakukan upaya peningkatan kesehatannya. Permasalahan
yang dimaksud yaitu kesehatan ibu hami, bayi/balita, peningkatan kesehatan anak usia
sekolah, bimbingan kesehatan pada remaja, dan pemberantasan penyakit menular seksual
pada remaja, dan pasangan usia subur.
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan yang didasari oleh kebijakan tentunya terdapat
tujuan untuk melakukan analisis dari kebijakan yaitu antara lain :
23
a. Agar bisa memahami proses kebijakan yang dikembangkan dan
diterapkan
Pada hakikatnya tujuan kesehatan itu sendiri memiliki makna sebagai penyediaan
pola kesehatan yang berfokus pada pencegahan terhadap penyakit (preventive),
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pemeliharaan terhadap kesehatan (promotif),
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pengobatan terhadap penyakit (curative),
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pemulihan terhadap kesehatan (rehabilitative)
dan perlindungan terhadap kaum yang rentan terhadap suatu penyakit baik yang menular
maupun yang tak menular.
Oleh sebab itu, kebijakan kesehatan yang baik adalah kebijakan yang berpihak
kepada masyarakat-masyarakat yang rentan terhadap suatu penyakit dan bertujuan
jangka panjang, hal ini dikarenakan agar kebijakan tersebut dapat berhasil dalam
mensejahterakan kesehatan masyarakat Indonesia.
Dalam implementasi kebijakan ini jelas mengatakan dengan pasti mengenai acuan
atau titik sasaran yang nantinya akan dicapai melalu banyak cara dalam
mengimplementasikannya. Adapun proses pengimplementasian kebijakan yang dinilai
cukup kompleks sebagaimana di rumuskan :
24
a. Perumusan kebijakan
b. Pelaksanaan kebijakan
c. Monitoring kebijakan
d. Evaluasi kebijakan
e. Penetapan agenda
Hal-hal terkait di atas akan terjadi berulang layaknya siklus dalam mengimplementasikan
suatu kebijkan terkhusus kebijakan kesehatan.
Adapun yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan pada dasarnya
merupakan cara untuk mencapai tujuan, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam
pengimplementasian kebijakan tak jarang kita temui beberapa pemicu yang dapat
menghambat lajunya suatu kebijakan antara lain sebagai berikut :
1. Terdapat ketidak patuhan yang selektif terhadap hukum yang ditegakkan sebagai
landasan dari suatu kebijakan.
2. Anggota kerap kali memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi
kebijakan yang telat dibuat bersama.
3. Ditemukan keinginan untuk mencari keuntungan sepihak dalam merealisasikan
kebijakan yang dibuat biasanya untuk memanipulasi para anggota lain.
4. Ketidak pastian hukum yang bertentangan dengan kebijkan itu sendriri sehingga
menjadi sumber dari ketidak patuhan yang ada.
5. Penentangan dalam kebijakan yang berlebihan biasanya menimbulkan pro dan
kontra sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi distraksi antar anggota di
dalam organisasi tersebut.
25
b. Peraturan wajib dijadikan acuan yang krusial guna tercapainya acuan dari
kebijakan kesehatan tersebut.
26
Salah satu contohnya adalah ketika penduduk berkemauan menekan jumlah
perokok, sehingga acuannya akan lebih cepat terwujud jika sekolah memfasilitasi
pengetahuan tentang ancaman dari merokok, petugas medis berusaha mengetahui pasien
yang merokok dan melakukan sebuah anjuran untuk menghentikan kebiasaan merokok,
dan adanya gejala berhenti merokok di tempat-tempat umum.
28
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
29
Ketika melakukan kegiatan pelaksanaan/implementasi kebijakan, terdapat
beberapa proses yang harus dilalui, yaitu perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
monitoring kebijakan, evaluasi kebijakan, dan penetapan agenda.
3.2 Saran
30
KEPUSTAKAAN
31
.google.com/&ots=NjI4Zf49zC&sig=8vgSTdpvyLkt544IagwMRMMXOjc&redir_esc=y
#v=onepage&q&f=false.
Yuningsih, Rahmi. 2014. Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan
Undang-undang Tenaga Kesehatan. Diakses pada 14 April 2021, dari
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/459
/356&ved=2ahUKEwiUoY-
Nz57wAhUe4XMBHSsSCyEQFjALegQIBxAC&usg=AOvVaw2ENy6kSWOFcKXQgI
cNf1dd.
32
33