Anda di halaman 1dari 36

TUGAS KELOMPOK

MATAKULIAH DASAR ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

TOPIK “Konsep dasar dan teori kebijakan"

Dosen :

1. Asmaripa Ainy, S.Si, M.Kes


2. Iwan Stia Budi, S.KM., M.Kes

Nama Mahasiswa (NIM): 1. Auri Willyaldo (10011182025013)

2. Tiana Zahratul Azizah (10011182025021)

3. Fadilah Nedya Rahmi (10011282025076)

4. Retta Patresia Sianturi (10011282025078)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

April 2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II. ISI.......................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Kebijakan.............................................................................................................4
2.2 Jenis-Jenis Kebijakan.............................................................................................................5
2.3 Pengertian Kebijakan Kesehatan...........................................................................................7
2.4 Sejarah Perkembangan dan Evolusi Analisis Kebijakan.....................................................11
2.4.1 Awal Munculnya Analisis Kebijakan............................................................................11
2.4.2 Perkembangan pada Masa Pertengahan........................................................................12
2.4.3 Masa Revolusi Industri..................................................................................................12
2.4.4 Masa Abad ke-19...........................................................................................................12
2.4.5 Masa Abad ke-20...........................................................................................................13
2.5 Ideologi Kebijakan Kesehatan.............................................................................................13
2.6 Ciri-Ciri Kebijakan..............................................................................................................14
2.7 Penyusunan Kebijakan Kesehatan.......................................................................................16
2.8 Elemen dalam Sistem Kebijakan.........................................................................................18
2.9 Ruang Lingkup Kebijakan Kesehatan..................................................................................20
2.10 Tujuan Kebijakan Kesehatan.............................................................................................23
2.11 Implementasi Kebijakan Kesehatan...................................................................................24
2.12 Perjalanan Rancangan Undang-Undang Kebijakan Kesehatan.........................................25
2.13 Tingkatan dalam Kebijakan Kesehatan..............................................................................27
ii
BAB III. PENUTUP......................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................29
3.2 Saran.....................................................................................................................................30
KEPUSTAKAAN..........................................................................................................................30

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut terminologi, “administrasi” yang dalam bahasa Belanda “adminisratie”
dengan artian semua kegiatan yang mencakup tulis-menulis, ketik-mengetik, surat-
menyurat atau korespondensi, arsip, agenda, serta pekerjaan yang berkaitan dengan tata
usaha perkantoran. Dalam administrasi terdapat suatu bagian penting yang juga turut
dipelajari yaitu kebijakan. Kebijakan disini merupakan hal yang penting dalam
administrasi karena dijadikan fokus pada pelaksanaan kegiatan, contohnya untuk
kebijakan publik yang menjadi fokus dalam ilmu administrasi negara.

Indonesia merupakan sebuah negara hukum, yang mana hampir di setiap


pelaksanaan kegiatan diatur dalam suatu kebijakan baik itu dengan unsur hukum atau
peraturan biasa. Pada dasarnya kebijakan memang sangat diperlukan guna menjadi tolak
ukur pelaksanaan program baik itu dalam organisasi ataupun kelompok. Kebijakan dibuat
untuk diimplementasikan oleh semua anggota pada setiap organisasi maupun kelompok.

Tidak main-main, kebijakan dibuat berasarkan keputusan bersama, bukan hanya


dari satu pihak yang mendominasi, melainkan dari seluruh bagian dari organisasi
tersebut. Hal ini membuat kebijakan dijadikan acuan dalam organisasi sebab realisasinya
memang dibuat secara bersama-sama tanpa ada paksaan dari pihak tertentu.

Dalam kebijakan biasanya akan ditemukan teori-teori serta konsep dasar yang
mendorong kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan optimal, pengembangan kebijakan
juga didasari dari hal-hal mendasar seperti teori. Banyak sekali teori yang dapat
ditemukan dalam membangun suatu kebijakan. Konsep dasar biasanya akan memuat
secara umum informasi mengenai kebijakan tersebut, sedangkan teori akan lebih
menekankan pada alsan-alasan terbentukan kebijakan dan termasuk ke dalam kebijakan
apakah yang sedang dibuat dalam suatu organisasi.

Membiasakan para individu dalam suatu organisasi untuk dapaat memahami


kebijakan dan memadukannya dengan proses pelaksanaan kegiatan tentunya akan
memberikan dorongan kuat dalam organisasi tersebut. Suatu kelompok dengan kebijakan
yang baik akan membawa hal yang positif dan tentunya dapat dijadikan katalisator dalam
kemajuan organisasi.

Kenyataannya memang belum semua organisasi dapat mengimplementasikan


kebijakan yang telah ada di dalam organisasi, tetapi memang peran dari semua anggota
yang ikut membangun organisasi itu sangat diperlukan. Pelaksanaan kebijakan tidak bisa
hanya dilakukan oleh satu atau dua orang saja. Maka dari itu penting sekali untuk
menjelaskan makna dari kebijakan yang ada ini kepada semua anggota dalam kelompok
atau organisasi.

1
Dalam hal ini kami mengambil contoh kebijakan yang sangat erat hubungannya
dengan kita yaitu kebijakan kesehatan. Kebijakan kesehatan disinyalir menjadi yang
cukup penting dalam pelaksanaan program kesehatan di lapangan, hal ini dikarenakan
banyaknya prosedur kesehatan yang tidak bisa dijalankan tanpa ada aturan atau kebijakan
yang mendasari pelaksanaan dari program kesehatan tersebut. Untuk itu peran kebijakan
kesehatan sangatlah diperlukan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah yang menjadi persoalan dalam pembahasan
mengenai konsep dasar dan teori-teori kebijakan khususnya kebijakan kesehatan antara
lain :

1. Mengapa kebijakan kesehatan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan


program di bidang kesehatan ?

2. Mengapa kebijakan kesehatan dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam suatu
organisasi kesehatan ?

3. Apakah elemen-elemen dalam kebijakan sangat berpengaruh terhadap laju


pengorganisasian di bidang kesehatan ?

4. Apakah peran kebijakan kesehatan juga bergantung terhadap kinerja anggota dalam
organisasi di bidang kesehatan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembahasan mengenai konsep dasar dan teori-teori kebijakan
khususnya kebijakan kesehatan dirumuskan sebagai berikut :

1. Memahami keterkaitan antara kebijakan kesehatan dengan proses pelaksanaan


kegiatan di bidang kesehatan.

2. Mengetahui tentang kebijakan kesehatan yang dapat dijadikan acuan dan tolak ukur
keberhasilan dalam suatu organisasi kesehatan.

3. Mengetahui hubungan laju pengorganisasian kesehatan dengan elemen-elemen


kebijakan kesehatan yang ada.

4. Memahami peran kebijakan kesehatan yang bergantung terhadap kinerja anggota


dalam suatu organisasi kesehatan.

2
1.4 Manfaat
Beberapa pembahasan mengenai konsep dasar dan teori kebijakan khususnya
kebijkan kesehatan juga dinilai memberikan manfaat bagi banyak pihak diantaranya :

1. Penyusun

Bagi penyusun makalah ini manfaatnya adalah dapat membantu menambah


pengetahuan terkait bidang yang diampuh dalam mata kuliah dasar administrasi
kebijakan kesehatan, tidak hanya itu manfaat lain juga sangat kami rasakan sebagai
penyusun yaitu dapat menyalurkan ilmu yang kami miliki kepada banyak orang dan
dapat menyelesaikan penugasan ini hingga selesai.

2. Pembaca

bagi para pembaca manfaat dari makalah ini adalah dapat menjadi referensi bacaan
untuk materi yang berkaitan dengan apa yang kami bahas, selain itu pembaca juga
bisa menambah wawasan setelah membaca makalah ini. Terlebih dapat memahami
materi terkait yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dapat kami bahas dalam
makalah ini.

3
BAB II. ISI

2.1 Pengertian Kebijakan


Menurut para ahli, kebijakan kesehatan merupakan salah satu komponen lembaga
serta kekuatan sektor politik yang dapat memebrikan efek baik langsung maupun tidak
kepada masyarakat di berbagai kalangan. Kebijakan kesehatan juga bisa dikatakan
sebagai alat dari sektor ekonomi sehingga timbul dampak berupa investasi di berbagai
bidang dunia kesehatan. Namun ada yang beranggapan bahwa kebijakan kesehatan ikut
serta dalam menentukan hidup dan mati manusia, hal ini dikarenakan kebijakan
merupakan alat pertimbangan bagi para tenaga medis dalam mengambil keputusan
tindakan terhadap pasien.

Dalam mempelajari materi kebijakan kesehatan, sebaiknya kita melakukan


analisis mengenai konsep kebijakan terlebih dahulu. Kebijakan merupakan kata yang
sudah tidak asing lagi bagi kita. Kata kebijakan berasal dari bahasa inggris “policy” yang
memiliki makna yaitu proses penyampaian maksud, tujuan dan cara sampai membentuk
langkah kegiatan yang jelas dan terstuktur. Jika kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), kebijakan memiliki arti susunan materi dan hukum yang menjadi inti
dan landasan rencana dalam suatu organisasi. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai
produk dari sebuah keputusan para penentu kebijakan.
Terdapat beragam definisi dari kebijakan menurut beberapa ahli, seperti menurut
Harold D. Laswell dan Abraham Kaplan, kebijakan merupakan suatu rencana untuk
menggapai target, niali serta praktek yang jelas. Selain itu ada Carl J. Friedrick yang
menjelaskan bahwa kebijakan merupakan sederetan gersakan yang disarankan oleh
berbagai pihak seperti individu hingga pimpinan dalam suatu organisasi denga berisikan
hak serta kewajiban yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kewajiban tersebut sehingga
organisasi dapat mencapai target atau tujuan tertentu. Ada juga menurut James E.
Anderson yang berpendapat bahwa kebijakan adalah kumpulan aktivitas untuk mencapai
tujuan tertentu dan dilakukan oleh berbagai pihak dalam sebuah organisasi sebagai
pemecah suatu permasalahan tertentu. Terkahir ada Amara Raksasataya yang
berpandangan bahwa kebijakan merupakan suatu cara atau jalan yang bisa mengarahkan
kita dalam menggapai target. Amara juga berpendapat bahwa kebijakan memiliki 3 (tiga)
buah elemen. Berikut adalah elemen kebijakan yang di paparkan oleh Amara :
a) Pengenalan akan target atau sasaran yang ingin dituju
b) Jalan atau trik yang akan digunakan dalam menggapai tujuan tertentu
c) Ketersediaan masukan dari berbagai pihak agar rencana dari jalan yang telah
dirancang dapat terealisasikan.
Keberagaman pandangan para ahli mengenai definisi kebijakan tersebut bukan
menjadi halangan atau hambatan untuk mengetahui inti dari pengertian kabijakan itu
sendiri. Banyaknya pendapat justru bisa membuat kita semakin mengerti pengertian
kebijakan secara luas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijaka merupakan aktivitas

4
yang berupa hasil keputusan para penentu kebijakan, baik yang dilaksanakan maupun
tidak dilaksanakan oleh berbagai pihak dalam organisasi atau perkumpulan .
Kebijakan kesehatan merupakan suatu deretan atau jalinan rancangan kode etik
serta hasil keputusan berupa aturan dari berbagai pihak dalam suatu organisasi atau
lembaga kesehatan yang pada umumnya dijadikan panduan atau petunjuk dasar dalam
menjalankan aktivitas. Hal ini memiliki tujuan untuk mencapai kondisi yang sebanding
dan tidak statis baik secara wujud, mental, sosial hingga spiritual yang diperhitungkan
dengan tidak terdapat keluhan maupun gejala penyakit atau abnormalitas sehinga
masyarakat mampu melanjutkan hidupnya dengan lebih baik secara sosial dan ekonomi.

2.2 Jenis-Jenis Kebijakan


Terdapat beberapa ahli yang menyatakan pandangannya terhadap jenis kebijakan
publik. Salah satunya adalah James Ansderson yang dibahas kemabali oleh Suharno
(2010). Menurut James ada beberapa kelompok atau jenis dari kebijakan publik,
kelompok tersebut diantaranya adalah:

1. Kebijakan substantif versus kebijakan prosedural

Kebijakan substantive dan kebijakan procedural merupakan dua hal yang saling
berikatan satu sama lain. Dimana, kebijakan substantif merupakan serangkaian
aturan yang memiliki kaitan dengan segala tindakan pemerintah. Selanjutnya
kebijakan procedural merupakan cara atai proses kebijakan procedural berlangsung.

2. Kebijakan distributif versus kebijakan regulatori versus kebijakan redistributif

Kebijakan distributive, berkaitan dengan penyebaran jasa atau hal yang


menguntungkan bagi kalangan masyarakat atau pihak lainnya. Kebijakan regulatori
adalah kebijakan berupa aturan yang mengontrol atau menahan tindakan para pelaku
ataupun anggota organisasi pelaksana. Selanjutnya, kebijakan redistributif yang
memiliki sifat memerintah atau menata kewajiban hingga hak dalam organisasi
pelaksana

3. Kebijakan materal versus kebijakan simbolik

Kebijakan materal merupakan kebijakan yang mampu mengamalkan laba yang


bermanfaat pada organisasi. Sebaliknya kebijakan simbolik yaitu kebijakan yang
dapat memberikan efek yang secara tidak langsung bagi organsisasi.

4. Kebijakan yang barhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang
privat (privat goods)

Kebijakan public goods yaitu kebijakan yang berdifat mampu menata sokongan atau
sumbangan yang bersumber dari publik. Sedangkan, kebijakan privat goods adalah

5
kebijakan yang dapat mengendalikan pemasokan barang atau jasa untuk kalanagan
umum.

Selain James Anderson, Sholichin Abdul Wahab juga ikut menyatakan


pandangannya mengenai jenis kebijakan public. Menurut Sholichin, dalam
memahami esensi dari kebijakan public diperlukan klasifikasi. Terdapat beberapa
kelompok klasifikasi kebijakan public menurut Sholchin. Diantaranya adalah:

Tuntutan kebijakan (policy demands)

Merupakan kategori kebijakan public yang berupa gagasan atau ide dari berbagai
pihak, baik dari swasta maupun pemerintah dan disampaikan kepada para petinggi
negara. Pada umumnya kebijakan ini bersifat politik yang bertujuan agar perilaku
tertentu dapat dihentikan atau tidak dalam suatu persoalan. Selai nitu, gagasan yang
disampakan tersebut sangat beragam. Ada yang bersifat harus terlaksana dan ada
yang bersifat sebaliknya.

Keputusan kebijakan (policy decisions)

Adalah kebijakan yang berupa hasil pertimbangan oleh para petinggi negara, dengan
tujuan dapat memberikan pengarahan dalam proses terealisasinya suatu kebijakan
public. Kebijakan ini pada umumnya dapat mencakup berbagai jenis bentuk
keputusan yang dibuat pemerintah, baik itu berbentuk ketetapan hingga aturan yang
berlaku dalam negara.

Pernyataan kebijakan (policy statements)

Yaitu suatu pernyataan yang bersifat formal atau sah perihal kebijakan public
tertentu yang berlaku. Misalnya ketetapan MPR, Keputusan presiden, hingga
keputusan menteri maupun pembicaraan para petinggi negara yang memperlihatkan
keinginan, cita – cita dan apapun yang dilakukan petinggi negara dalam
mendapatkan keinginan tersebut.

Keluaran kebijakan (policy outputs)

Merupakan salah satu bentuk dari kebijakan publik yang dapat dirasakan dan
tereallisasikan secara konkit atau nyata. Hal ini disebabkan karena, kebijakan ini
mengandung atau berisikan sesuatu rangkaian rencana kebijakan yang terdapat
dalam pernyataan kebijakan. sederhananya, kebijakan ini merupakan hal yang telah
direncanakan untuk direalisasikan pemerintah.

Hasil akhir kebijakan (policy outcomes)

Adalah dampak – dampak atau efek yang bisa dirasakan secara langsung dikalangan
masyarakat. Walaupun terkadang ada kenyataannya tidak semua kebijakan dapat
6
terealisasikan secara baik. Namun, dengan adanya hasil akhir kebijakan masyarakat
dapat melihat bukti konsekuensi persoalan dalam berbagai bidang yang terjadi di
masyarakat.

2.3 Pengertian Kebijakan Kesehatan


Kebijakan merupakan suatu kesepakatan atau persetujuan pencetus atau yang
merumuskan untuk mengurangi permasalahan serta mencapai tujuan tertentu dan nilai-
nilai tertentu serta dijadikan pedoman utama untuk pelaksanaan suatu program. Untuk
kebijakan publik pengertiannya yaitu arahan atau pergerakan guna melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu sehingga dapat menciptakan prubahan pada suatu kelompok
yang terkena dampak dari kebijakan tersebut.

Ada pula yang mengatakan bahwa kebijakan sebagai ketetapan dalam


menyelesaikan permasalahan serta pemenuhan kepentingan kelompok atau kepentingan
bersama. Sedangkan untuk kebijakan kesehatan adalah kebijakan yang memiliki lingkup
berupa usaha serta aktivitas pengambilan kepastian atau ketetapan dalam bidang yang
merupakan faktor – faktor medis, pelayanan kesehatan. Hingga keikutsertaan pelaksana
kegiatan dari berbagai pihak yang berdampak dalam dunia kesehatan

Dalam realitasnya kelompok tertentu membuat kebijakan untuk dijadikan sebagai


persetujuan bersama atas peraturan yang dibuat di dalam organisasi dan diharapkan
dapat diterima oleh semua anggota. Tidak hanya itu maksud dari dibuatnya kebijakan ini
bukan hanya untuk memajukan suatu organisasi atau kelompok, melainkan untuk
membuat para anggota dapat berkomitmen dengan baik serta disiplin terhadap kebijakan
dan organisasinya. Suatu organisasi perlu memiliki kebijakan yang diakui oleh semua
pihak di dalamnya. Keterkaitan kebijakan dengan proses keberlangsungan organisasi
sangatlah kuat kaitannya. Kebijakan menjadi salah satu penunjang keberhasilan
organisasi yang dicerminkan melalui pelaksanaan kebijakan oleh para anggota organisasi
dan kelompok tersebut.

Kebijakan juga merupakan ketentuan yang berupa hasil pertimbangan atau


ketetapan suatu organisasi untuk mengatur seluruh bagian organisasi yang bersifat
terikat/memaksa untuk mencapai tujuan organisasi tersebut (united nations, 1975),
secara sederhana kebijakan adalah produk dari suatu keputusan yang dibuat agar
organisasi/komunitas tersebut dapat berjalan dengan baik.

Kebijakan adalah kumpulan dari dasar atau konsep yang mejadi landasan dalam
pelaksanaan proses kegiatan, kepemimpinan, serta dalam melakukan suatu tindakan baik
itu di organisasi atau kelompok tertentu. Kebijakan di sini memang penting sekali
perananya, kebijakan ini juga memerlukan banyak sekali pertimbangan, biasanya akan
dibahas dalam rapat di organisasi. Mengadakan suatu kebijakan dalam suatu organisasi
tidaklah mudah banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menghadirkan
kebiajakn dalam suatu kelompok tertentu.

7
Kebijakan kesehatan merupakan suatu deretan atau jalinan rancangan kode etik
serta hasil keputusan berupa aturan dari berbagai pihak dalam suatu organisasi atau
lembaga kesehatan yang pada umumnya dijadikan panduan atau petunjuk dasar dalam
menjalankan aktivitas. Hal ini memiliki tujuan untuk mencapai kondisi yang sebanding
dan tidak statis baik secara wujud, mental, sosial hingga spiritual yang diperhitungkan
dengan tidak terdapat keluhan maupun gejala penyakit atau abnormalitas sehinga
masyarakat mampu melanjutkan hidupnya dengan lebih baik secara sosial dan ekonomi.

Kebijakan kesehatan juga merupakan serangkaian tindakan pemerintah yang


ditetapkan melalui suatu keputusan-keputusan yang saling berkaitan sehingga dapat
membentuk suatu strategi atau pendekatan untuk mempengaruhi faktor-faktor penentu di
sektor kesehatan dengan isu-isu strategis yang dapat meningkatkan dan mensejahterakan
kesehatan masyarakat Indonesia.

Dalam terlaksananya tujuan dimana dalam kondisi yang setara dan tidak statis
baik secara wujud, mental, sosial, hingga spiritual menjadi alat ukur untuk mengetahui
derajat kesehatan diakibatkan oleh beberapa aspek, yang dimana menurut pandangan
Bloom yang berpendapat terdapat empat (4) elemen yang memberikan dampak terhadap
alat ukur serajat kesehatan, diantaranya:

1. Keturunan (genetic) sebesar 10%

2. Pelayanan kesehatan (health services) sebesar 20%

3. Perilaku atau gaya hidup (life style) sebesar 30%

4. Lingkungan (environment) sebesar 40%

8
Oleh sebab itu, kebijakan kesehatan harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan tersebut sehingga derajat kesehatan masyarakat
Indonesia dapat optimal sehingga kebijakan kesehatan yang telah di laksanakan dapat
berjalan dengan lancer dan mendapatkan hasil yang optimal pula.

Kebijakan kesehatan sendiri memiliki makna segala sesuatu yang mempengaruhi


faktor-faktor dalam sektor kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat. Maka dari itu peran dan fungsinya sangat menunjang keberhasilan suatu
program kesehatan yang ditujukan guna peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
Dalam hal ini kebijakan kesehatan juga menjadi tolak ukur tercapainya tujuan dari suatu
organisasi contohnya dalam bidang kesehatan yaitu puskesmas dan rumah sakit.

Pada hakikatnya, kebijakan kesehatan merupakan arahan dalam pengambilan


keputusan pada suatu permasalahan dikesehatan itu sendiri, baik dalam memilih
tekhonologi kesehatan yang akan digunakan bahkan dikembangkan, pengelolaan dan
pembiayaan pelayanan kesehatan, atau berbagai jenis peralatan dan perbekalan dalam
penanganan pelayanan kesehatan itu sendiri.

Makna-makna kebijakan kesehatan itu sendiri berimplikasi pada hal-hal sebagai


berikut :

9
1. Kebijakan kesehatan merupakan pernyataan (yang terbentuk dalam penulisan)
dan tindakan (yang terbentuk dalam suatu gerakan atau pelaksanaan) atas
suatu yang terdapat didalam pernyataan yang mengarah pada upaya
peningkatan derajat kesehatan dalam bentuk keputusan atau ketepatan
pemerintah yang bersifat mengikat.

2. Kebijakan kesehatan pada hakikatnya terdiri atas keputusan-keputusan yang


diambil dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang dan suatu tindakan-
tindakan yang telah dilaksanakan oleh pihak yang berwenang, misalnya dalam
mengatur pendayagunaan tenaga kesehatan, penataan system pelayanan
kesehatan, pengaturan jaminan kesehatan, dan lain sebagainya.

3. Kebijakan kesehatan itu sendiri ditujukan kepada seluruh masyarakat


Indonesia dengan mempriotaskan kepada masyarakat-masyarakat yang rentan
terhadap suatu penyakit. masyarakat-masyarakat yang rentan tersebut adalah
masyarakat yang memiliki kondisi tubuh atau imun tubuh yang dimilikinya
rentan terhadap suatu penyakit karena adanya gangguan pada sistem tubuhnya
(seperti : bayi, balita, ibu hami, ibu yang baru melahirkan, usia lanjut dan
sebagainya) tak hanya dikarenakan oleh sistem imun tubuh, tetapi juga
kerentanan terhadap tidak atau kurangnya akses terhadap pelayanan kesehatan
(seperti : orang yang tinggal nya jauh dari lembaga pelayanan kesehatan baik
puskesmas atau rumah sakit, orang yang dengan perekonomian rendah, warga
yang terisolir, warga yang bertempat tinggal di daerah kepulauan dan
perbatasan) serta kerentanan (memiliki gangguan) dari segi atau dimensi
lainnya.

Secara sederhana konsep dari kebijakan publik tidak jauh berbeda dengan
kebijakan kesehatan hanya saja keberlakuannya berbeda sektor.

Beberapa ciri dari sektor kesehatan yang dapat membedakan kebijakan publik dengan
kebijakan kesehatan antara lain :

1. Pada sektor kesehatan terbilang lebih kompleks karena menyangkut hidup orang
banyak dan kepentigan masyarakat.

2. Pada sektor kesehatan terdapat sifat ketidakpastian, hal ini berkaitan dengan
finansial dan kebutuhan akan pelayanan yang sama sekali tidak ada
hubungannya. Siapapun dari kalangan apapun dapat menerima pelayanan
kesehatan.

3. Adanya eksternalitas atau dalam arti lain keuntungan yang dinikmatiatau


kerugian yang diderita oleh masyarakat karena tindakan kelompok masyarkat
lain.

2.4 Sejarah Perkembangan dan Evolusi Analisis Kebijakan


10
Perkembangan dan perubahan yang dialami guna melihat kegunaan dan perjalanan dari
analisis kebijakan hingga menjadi seperti yang dipergunakan saat ini adapun beberapa
tahapan dimana sejarah perkembangan dan perubahan analisis kebijakan mulai dari awal
terbentuk hingga saat ini.

2.4.1 Awal Munculnya Analisis Kebijakan


Analisis suatu kebijakan didasarkan pada gaya hidup yang ada di masyarakat.
Selain itu, pengetahuan punya pengaruh sangat penting mengenai kebijakan yang dibuat.
Kebijakan tersebut dibuat secara langsung penyampaiannya sehingga maksud dan tujuan
dapat dikemukakan secara jelas. Pengujian kebijakan juga dilakukan secara reflektif,
artinya ada pertimbangan di setiap kebijakan yang telah diajukan dan didiskusikan
bersama. Awal mula munculnya kebijakan tidak diketahui dengan pasti. Jika dilihat dari
perkembangannya, analisis kebijakan sudah mulai diterapkan oleh negara-negara
maritim yang memiliki wilayah sangat luas.

Dokumen kuno yang terkenal dan dipercaya sebagai awal mula implementasi
kebijakan adalah dokumen di Mesopotamia (Hammurabi), yang didalamnya terdapat
fakta-fakta perjalanan pemerintahan, dan kehidupan politik. Dokumen ini dibuat oleh
penguasa Babilonia sekitar abad 18. Selain membahas pemerintahan, dokumen tersebut
berisi keinginan penguasa untuk membentuk suatu kebijakan yang adil dan membentuk
persatuan berbagai negara kecil yang berkembang. Hammurabi yang merupakan kode
dokumen ini memiliki kesamaan dengan hukum yang ada pada zaman Musa, yaitu
persyaratan ekonomi dan sosial yang bersesuaian sosial dan berdasar pada hak dan
tanggung jawab. Selain itu, ada juga proses kriminal, kehidupan berkeluarga, dan
kesehatan.

Sejarah tentang analisis kebijakan public ini dapat ditelusuri juga hingga abad ke-
4 sebelum masehi. Misalnya, di negara India yang salah satu ajarannya yaitu
Arthashastra mengandung ajaran-ajaran penyusunan kebijakan, dan berbagai ilmu
ekonomi yang ditulis hingga 300 SM. Kautilya merupakan orang yang berjasa dalam
pembuatan kebijakan tersebut. Kautilya ketika itu menjabat sebagai penasihat kerajaan
India Utara. Karya Kautilya ini menunjukkan bahwa ia bisa dibandingkan dengan para
ilmuwan terkenal dunia, seperti Plato, Aristoteles, maupun Machiavelli yang juga
terlibat dalam penyusunan kebijakan meskipun pekerjaan mereka lebih kepada pemikir
dan sosial.

Berbeda dengan Kautilya, plato mengabdi sebagai penasihat di Sisilia, sementara


Aristoteles tidak mengabdi sebagai penasihat melainkan seorang pengajar. Aristoteles
yang juga memikirkan kehidupan sosial dan politik, mengemukakan pernyataan bahwa
politik yang sederhana menerima suatu kedudukan/jabatan dengan harapan bisa
digunakan sebagai solusi dalam memecahkan berbagai permasalah yang ada pada
masyarakat.

2.4.2 Masa Pertengahan


11
Perluasan dan penurunan dengan tersusun pada peradaban kota selama masa abad
pertengahan. Pada masa tersebut juga berlangsung adanya strukturokupasi yang
membuat perubahan edukasi menjadi tidak sulit. Beragam ahli atau ilmuwan dalam
bidang kebijakan mengalami kenaikan pangkat oleh para petinggi dengan harapan agar
mereka bisa memberikan nasihat serta bantuan kepada para petinggi dalam bidang yang
belum bisa dikuasai oleh para petinggi atau pemimpin tersebut. Misalnya dalam
menentukan dekrit atau ketetapan oleh para pemimpin dibutuhkan saran dari para ahli.
Perkembangan “politisi professional” mendapatkan tingkatan yang berbeda di dunia.
Seperti dalam negara maju sekarang ini dahulunya negara – negara tersebut para
penasihat merupakan individu yang termasuk kedalam kaum pelajar.

Para cendikiawan atau kaum individu yang berilmu pada masa modern menjadi
pihak yang memiliki kewenangan dalam menulis lektur presiden yang memiliki dampak
dalam pemyusunan kebijakan. Pada negara inggris kaum bangsawan kelas rendah serta
para penanam modal dijadikan pengendali tingkat kota untuk keperluan mereka sendiri.
Namun, para ilmuwan di bidang hukum tetap mempunyai kewenangan untuk
penyusunan kebijakan.

2.4.3 Masa Revolusi Industri

Pada masa dahulu seiring bertumbuhnya kognitif secara konkret secara alami
kebijakan juga turut serta mengalami perkembangan. Namun, seiring berjalannya waktu
hingga sekarang masa revousi industry, ilmu pengetahuan atau bidang kognitif dan
kebijakan menjadi dua hal yang saling berhubungan. Dimana, kebijakan sebagai
kegiatan yang lebih bersifat indipenden sesuai dengan karakternya yang terpisah dari
kebutuhan atau keperluan politik. Masa revolusi industry merupakan masa ketika
perkembangan manusia lebih bergantung kepada Ilmu Pengetahuan serta teknologi
(IPTEK) termasuk para penentu kebijakan.

Untuk saat ini, pengembangan serta pemeriksaan ilmu- ilmu yang bersifat ilmiah
di kalangan masyarakat berangsur –angsur telah dipercayai sebagai jalan dalam
menuntaskan permasalahan sosial yang adaserta dihadapi. Pengaruh mistis ataupun
magic kini sudah dilepaskan masyarakat. Masa kini juga telah terdapat adanya bidang
kognitif dimana memiliki hubungan atas kebijakan.

2.4.4 Masa Abad ke-19

Abad ke-19 di negara eropa telah tercipta generasi atau beru, dimana angkatan
tersebut mampu memproduksi ilmu menegenai kebijakan, dari hal yang melandaskan
keefektivan unutk arsip yang bersifat sistematik hingga produk dari suatu percobaan. Saat
ini juga, pengumpulan bukti nyata yang bersifat sistematik banyak dilakukan dengan
beragam gaya. Contohnya, dengan perkembangan ilmu studi perangkaan dan penyusunan
dijadikan suatu bidang keilmuwa. Sehingga timbul organisasi – organisasi yang memiliki
ketertarikan terhadap ilmu yang mempunyai kerikatan terhadap kebijakan. organisasi –
12
organsasi tersebut juga berupaya untuk mengatur pola fikir kuno yang masih dimiliki
oleh individu dalam melewati atau memecahkan permasalahan sosial.

Pada abad ini, langkah agar dapat memproduksi ilmu yang berhubungan dengan
kebijakan mengalami perkembangan kemajuan yang cukupbesar. Ilmu yang membahas
tentang alam dan masyarakat bukan menjadi hal yang dapat dipilih berdasarkan adat atau
ritual, tetapi dapat dilihat dari tingkat konsisten dalam penelitiannya. Perkembangan
kemajuan tersebut bukan semata – mata produk dari kewajiban terhadap aturan – aturan
yang telah melewati proses ilmiah saja, melainkan juga merupakan hasil perkembangan
dari masa transisi.

2.4.5 Masa Abad ke-20

Pada abad ini, kebijakan mulai dijalankan dengan lebih solid, semua bidang yang
berkaitan dengan pembuatan kebijakan seperti ilmu poltik, administrasi negara,
sosiologi, dan ilmu sosial lainnya mulai menggambarkan profesionalitas masing-masing.
Para peneliti kebijakan pada abad ini tidak lagi dikelompokkan menjadi kelompok yang
berbeda-beda. Pengendalian terhadap lembaga statistik dan lembaga peneitian dalam
perumusan kebijakan masih diterapkan seperti abad sebelumnya.

Peneliti sosial memiliki manfaat utama yaitu melakukan perumusan dan analisis
persoalan kebijakan untuk menemukan solusi yang tepat jika ada masalah yang dihadapi,
terutama yang menyangkut perang dunia dan penyesuaian kembali pasca perang. Ilmu
kebijakan tidak dibatasi ilmu pengetahuan saja, tetapi juga pengembangan pelaksanaan
kebijakan tersebut secara demokrasi. Kebijakan tidak hanya bertujuan pada pengambilan
keputusan dari pihak yang berkuasa, tetapi lebih kepada pemberian ilmu pengetahuan
jangka panjang untuk pengembangan pelaksanaan yang bisa disetujui oleh semua pihak.

2.5 Ideologi Kebijakan Kesehatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi memiliki arti sekelompok ide
atau pikiran yang memiliki sistem dan bisa dijagikan sebagai asas sehingga dapat
memberikan pengarahan untuk kelangsungan hidup. Pada masyarakat atau kalangan
umum mengartikan ideology sebagai kumpulan gagasan, kepercayaan serta keyakinan
yang memiliki karakter dinamis. Ada juga yang berpendapat bahwa ideology merupakan
suatu perspektif yang memiliki tujuan untuk membangun karakter berpikir dalam
mewujudkan keinginan atau cita – cita.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ideologi memiliki fungsi penting


dalam kehidupan seperti fungsi kognitif dan fungsi orientasi dasar. Untuk itu dalam
ideologi dimiliki oleh berbagai segi bidang salah satunya bidang kesehatan. Sebelumnya
dalam bidang kesehatan mengalami problematika dalam menentukan ideologi apa yang
akan dianut. Namun, kini ideologi telah menemukan pedoman dalam penetapan
kebijakan kesehatan di Indonesia yaitu ideologi yang berbasis pasar. Hal ini dibutktikan
dengan dengan adanya kebijakan yang mengatur fasilitas kelas dalam pelayanan

13
kesehatan di Indonesia. Kebijakan kesehatan memerlukan pengelolaan dan kontrol yang
tepat. Karena hal ini dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan terhadap seluruh pihak
Penggunaan ideologi berbasis pasar ini berkaitan juga dengan pedoman sebagai
gambarannya yaitu penggunaan jaminan kesehatan.

Ideologi berbasis pasar ini sebenarnya mengurangi peranan pemerintah dalam


pelaksanaan kebijakan kesehatan tetapi dalam beberapa tahun belakang terjadi
penguatan peranan pemerintah dalam merealisasikan ideologi yang tidak menyerahkan
ke basis pasar. Contohnya adalah program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
yang pendanaanya dari pemerintah pusat serta berfungsi membayar premi asuransi
kesehatan terhadap orang miskin

Jika dilihat dari ketujuh reformasi terdapat ideologi berbasis pasar dan sosialis
sekaligus. Butir lebih menonjol pada daerah tertinggal dan pemerataan mencerminkan
ideologi sosial liberal namun “world class health care” lebih berbasis pada intervensi
pemerintah terhadap pasar dengan cara memberikan bantuan agar dapat bersaing dalam
pasar kesehatan Asia Tenggara yang semakin meluas dengan adanya ideologi yang
berbasis pasar ini, diharapkan agar bidang atau sektor kesehatan dalam negri dapat
menjadi lebih baik. Baik dimata masyarakat dalam negri hingga dunia.

Ideologi yang dijadikan sebagai pedoman dalam penetapan kebijakan kesehatan


di Indonesia merupakan ideologi berbasis pasar. Kebijakan kesehatan ini memerlukan
pengelolaan dan kontrol yang tepat. Penggunaan ideologi berbasis pasar ini berkaitan
juga dengan pedoman sebagai gambarannya yaitu penggunaan jaminan kesehatan.
Ideologi berbasis pasar ini sebenarnya mengurangi peranan pemerintah dalam
pelaksanaan kebijakan kesehatan tetapi dalam beberapa tahun belakang terjadi penguatan
peranan pemerintah dalam merealisasikan ideologi yang tidak menyerahkan ke basis
pasar. Contohnya adalah program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang
pendanaanya dari pemerintah pusat serta berfungsi membayar premi asuransi kesehatan
terhadap orang miskin

Jika dilihat dari ketujuh reformasi terdapat ideologi berbasis pasar dan sosialis
sekaligus. Butir lebih menonjol pada daerah tertinggal dan pemerataan mencerminkan
ideologi sosial liberal namun “world class health care” lebih berbasis pada intervensi
pemerintah terhadap pasar dengan cara memberikan bantuan agar dapat bersaing dalam
pasar kesehatan Asia Tenggara yang semakin meluas.

2.6 Ciri-Ciri Kebijakan

Landasan dari kebijakan publik sendiri bisa diasumsikan seperti terdapat saah satu
negara yang kuat dan mempunyai wewenang serta legitimasi, di mana mewakili suatu
penduduk dengan menggunakan administrasi dan teknik yang berkualitas terhadap
keuangan dan penerapan dalam mengatur kebijakan.

14
Kebijakan kerap kali dijadikan pedoman dalam organisasi, pelaksanaan kegiatan
organisasi tidak lepas dengan adanya kebiajakan yang dibuat bersama, tidak heran juka
kebijkan memiliki ciri dalam pengorganisasiannya. Ciri atau tanda yang menerangkan
suatu kebijakan antara lain :
1. Semua kebijakan dipastikan memiliki tujuan untuk dicapai, dimaksudkan agar
pembuatan kebijakan tidak asal atau main-main serta karena kebetulan.
2. Kebijakan tidak berdiri sendiri (dependen) karena berkaitan dengan berbagai
peraturan dan kebijakan lain serta berorienasi pada proses pelaksanaan,
kesimpulan serta penegakkan peraturan yang ada. Kebijakan adalah suatu hal
yang dilakukan oleh suatu lembaga organisasi baik itu besar ataupun kecil.
3. Kebijakan dapat berupa larangan atau pengarahan dan juga pelaksanaan atau
anjuran.
4. Kebijakan berlandaskan hukum karena terdapat kewenangan memaksa terhadap
tiap-tiap anggota dalam lembaga organisasi.
5. Semua kebijakan dipastikan memiliki tujuan untuk dicapai, dimaksudkan agar
pembuatan kebijakan tidak asal atau main-main serta karena kebetulan.
6. Kebijakan tidak dapat berdiri sendiri (dependen) karena berkaitan dengan
berbagai peraturan dan kebijakan lain serta berorienasi pada proses pelaksanaan,
kesimpulan serta penegakkan peraturan yang ada. Kebijakan adalah suatu hal
yang dilakukan oleh suatu lembaga organisasi baik itu besar ataupun kecil.
7. Kebijakan dapat berupa larangan atau pengarahan dan juga pelaksanaan atau
anjuran.
8. Kebijakan berlandaskan hukum karena terdapat kewenangan memaksa terhadap
tiap-tiap anggota dalam lembaga organisasi.

Dari beragam ciri – ciri kebijakan tersebut kita bisa melihat bahwa, kebijakan merupakan
unsur yang penting dalam suatu organisasi. Kebijakan memiliki sifat yang wajib dan tidak dapat
diubah tanpa keputusan bersama. Untuk itu, penting sekali semua pihak untuk ikut serta dalam
membuat kebijakan agar tidak terjadi ketimpang tindihan antar pihak karena kebijakan tersebut.
Walaupun, hanya beberapa pihak yang dapat mengesahkan kebijakan. namun, dalam pembuatan
kebijakan sebelum disahkan dibutuhkan keterbukaan untuk menerima saran dari berbagai pihak
baik dari anggota hingga pimpinan organisasi. Sehingga tidak menimbulkan rasa kerugian dari
masing – masing pihak.

2.7 Penyusunan Kebijakan Kesehatan

15
Gambaran yang paling banyak digunakan dalam pembuatan kebijakan adalah
model linear. Proses pembuatan kebijakan adalah suatu proses penyelesaian masalah
yang rasional, seimbang, obyektif, dan bersifat analitik. Pada gambaran ini, sebuah
keputusan dibuat dengan beberapa susunan pelaksanaan yang diawali mengenali
masalah dan berakhir dengan program yang berisi aktivitas yang bertujuan untuk
memecahkan masalah.

Susunan pelaksanaan yang dimaksud sebagai berikut:

a) Mengenali dan menentukan suatu masalah


16
b) Mencari suatu rangkaian aktivitas yang nantinya akan dilakukan sesuai dengan
masalah yang ditentukan

c) Penghitungan antara keuntungan dan kerugian dari setiap cara lain pemecahan
masalah

d) Menentukan suatu pilihan yang akan memberikan solusi terbaik

e) Menerapkan kebijakan

f) Menilai keluaran

Dalam struktur ini, yang membuat kebijakan melaksanakan pendekatan yang


rasional, dengan melewati beberapa proses, dan berhati-hati dalam memikirkan
semua informasi yang pasti. Ketika kebijakan tidak berjalan dengan baik, maka
kesalahan bukan ditujukan pada kebijakan yang dijalani tetapi menyorot kegagalan
politik dan manajerial dalam penerapan suatu kebijakan. Kegagalan ditujukan karena
tidak adanya keinginan politik, kurang baiknya manajemen atau kurangnya sumber
daya.

Namun pada realitasnya, gambaran ini sulit untuk diterapkan karena pada
gambaran liniear terdapat pemisahan antara kebijakan dengan penerapan kebijakan.
Hal ini dapat dikatakan berbahaya karena dikhawatirkan penyusun kebijakan
condong menghindari tanggung jawab.

perluasan kebijakan dan peraturan dilakukan supaya dilaksanakan melalui


beberapa langkah. Langkah-langkah yang dimaksud sebagai berikut:

a) Mengumpulkan suatu informasi

b) Mengembangkan strategi yang dipilih

c) Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan para stakeholder

d) Menyusun naskah

e) Menyebarluaskan naskah secara luas

Proses-proses di atas pasti akan membuahkan sebuah hasil maupun manfaat sebagai
berikut:

a) Undang-Undang yang cocok dengan tujuan, biaya yang pas, dan dapat diterapkan
di kebijakan

17
b) Strategi dan sumber daya guna melaksanakan peraturan

c) Adanya rasa sadar dan kepemilikan pada masyarakat yang berprinsip terhadap
pelaksaan peraturan dan para stakeholder yang terkena akibat dan pada
penyusunannya harus dipikirkan apakah setelah disahkan Undang-Undang tersebut
dapat selalu terlaksana dengan optimal dalam jangka masa yang panjang.

2.8 Elemen dalam Sistem Kebijakan

Dalam menentukan tingkatan mutu atau nilai dari suatu kebijakan kesehatan,
maka kebijakan kesehatan tersebut haruslah memenuhi delapan elemen berikut ini:

a. Pendekatan holistic, yaitu segala aspek kebijakan kesehatan telah diperhitungkan


keselurahannya dan saling bergantung satu sama lain. Sehingga kesehatan dapat
diartikan suatu hal yang memiliki sifat tidak stabil dan saling melengkapi dalam
segala aspek.

b. Partisipatori, adalah paham yang menyatakan bahwa sistem pembangunan


membutuhkan adanya keikutsertaan masyarakat. Kegiatan bersama masyarakat ini
diharapkan dapat menjadi motivasi dalam pengaplikasian kebijakan dan pemecah
masalah.

c. Kebijakan publik yang sehat, kebijakan kesehatan diharapkan dapat berkontribusi


dalam pembangunan kesehatan yang mengarah ke masyarakat.

d. Ekuitas, sistem pelayanan kesehatan diwajibkan untuk dapat bersifat merata pada
setiap kalangan masyarakat (tidak memandang bulu).

e. Efesiensi, pelayanan kesehatan harus bertindak aktif serta mampu menggunakan


biaya & teknologi kesehatan semaksimal mungkin.

f. Kualitas, kebijakan kesehatan juga diwajibkan untuk memberikan fasilitas


pelayanan kesehatan dengan kualitas terbaik. Hal ini, juga dapat menjadi alat
negaraguna melawan dampak globalisasi di bidang kesehatan serta persaingan
pasar bebas.

g. Pemberdayaan masyarakat, pelayanan kesehatan haruslah bersifat merata namun


pada kenyataanya di desa yang jauh dari pusat kota masih belum memadai karena
kurangnya sumber daya . Untuk itu penting diadakannya pemberdayaan
masyarakat yang dapat meningkatkan sumber daya sehingga dapat terjadi
pemerataan pelayanan kesehatan.

18
h. Self-reliant, diharapkan kebijakan kesehatan mampu meningkatkan rasa
kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berada disekitarnya.
Sehingga masyarakat dapat menggunakan fasilitas kesehatan semaksimal
mungkin.

Selain elemen-elemen tersebut, kebijakan kesehatan juga memiliki nilai-nilai yang


berorientasi pada humaniora, yaitu :

1. Bermanfaat, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan ditujukan kepada seluruh


masyarakat Indonesia sehingga kebijkan tersebut dapat menjamin kebutuhan
masyarakat pada bidang kesehatan yang dimana hal tersebut untuk meningkatkan
dan mensejahterakan kesehatan masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat
Indonesia dapat hidup produktif baik secara sosial atau ekonomi maupun
keduanya.

2. Cerdas, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan merupakan keputusan yang baik
dalam upaya penanganan permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia dan
dapat dipertanggungjawabkan baik dari aspek manfaat, kualitas maupun dari segi
akuntabilitasnya.

3. Bijaksana, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan tidak diadakan untuk


memperumit keadaan melainkan untuk mempermudah keadaan (dapat menjadi
acuan dalam pengambilan keputusan).

4. Portabilitas, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan dapat mendorong setiap


penduduk untuk memiliki akses terhadap lembaga pelayanan kesehatan (baik
puskesmas maupun rumah sakit) kapanpun dan dimanapun.

5. Harapan, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan mampu memberikan harapan


atau keinginan kepada seluruh masyarakat Indonesia bahwa dengan adanya
kebijakan kesehatan ini seluruh masyarakat Indonesia dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.

6. Berorientasi kepada penanganan preventif dan promotif, yang berarti bahwa


kebijakan kesehatan lebih mempriotaskan aspek pencegahan terhadap suatu
penyakit dan pemilharaan terhadap kesehatan dengan perspektif masyarakat akan
terhindar dari penyakit, tetapi juga tidak meninggalkan aspek kuratif (pengobatan)
dan rehabilitative (pemulihan).

7. Prioritas, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus mengutamakan


masyarakat-masyarakat yang rentan terhadap suatu penyakit (seperti : bayi, balita,
ibu hami, ibu yang baru melahirkan, usia lanjut dan sebagainya) dan kelompok
masyarakat yang memiliki kerentanan terhadap perekonomian dan kerentanan
terhadap dimensi lainnya.

19
8. Kepentingan publik, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan semata-mata hanya
untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia bukan untuk kepentingan pribadi
maupun kelompok lainnya.

9. Responsivitas, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan merupakan jawaban yang


diberikan kepada seluruh masyarakat Indonesia terhadap permasalahan kesehatan
yang sedang dihadapi.

10. Motivator, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dapat meotivasi seluruh
masyarakat Indonesia dan pihak yang berkepentingan agar dapat berjalan dengan
baik.

11. Produktif, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dapat mendorong
keproduktivitasan seluruh masyarakat Indonesia yang efektif dan efisien.

12. Memadai, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus memiliki sumber daya
yang memadai.

13. Kemandirian, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dapat mendorong
kemandirian seluruh masyarakat Indonesia agar dapat mencapai derajat kesehatan
yang optimal.

14. Adil, yang berarti bahwa kebijakan kesehatan harus dijalankan dengan seadil-
adilnya yang tanpa pandang bulu, sehingga tidak terjadinya deskriminatif
ditengah-tengah masyarakat.

2.9 Ruang Lingkup Kebijakan Kesehatan

Pada materi sebelumnya telah dijelaskan bahwa kebijakan merupakan suatu


kesepakatan dari sebuah organisasi, dan salah satu bentuk kebijakan diantaranya adalah
kebijakan kesehatan. Kebijakan kesehatan adalah kebijakan yang berorientasi terhadap
bidang studi yang memiliki fokus pada output dan outcome. Pada kenyataannya
kebijakan kesehatan juga memiliki proses pembuatan yang tidak ada akhir. Hal ini
disebabkan karena permasalah kebijakan kesehatan tidak akan pernah habis/berakhir
sempurna melainkan akan terus berlangsung. Output hingga outcome kebijakan
kesehatan sendirilah yang dapat memberikan dampak pada kebijakan kesehatan
berikutnya.

20
Kebijakan memiliki 3 (tiga) komponen utama yaitu; pelaku kebijakan, lingkungan
kebijakan serta kebijakan yang berlaku. Untuk membuat suatu kebijakan komponen –
komponen tersebut haruslah saling berinteraksi. Pelaku kebijakan akan menyampaikan
saran untuk perumusan kebijakan. Interaksi komponen – komponen tersebut secara
sederhananya dapat diasumsikan secara pendekatan input-output-impact.Pada gambar di
21
atas institusi dan individu berperan sebagai pelaku kebijakan. Peristiwa yang tejadi di
masyarakat menjadi input dimana akan diolah dengan interaksi pelaku kebijakan sebagai
output kebijkan. Jika dilihat pada gambar bagian ide serta minat pelaku kebijakan
sebagai input.

Permasalahan publik dalam bidang kesehatan mempengaruhi gagasan pelaku


kebijakan yang didorong sistem kesehatan daerah. Berikutnya setiap input akan masuk ke
dalam proses kebijakan, di dalam prosses ini terjadi interaksi para pelaku kebijakan yang
berujung pada kesepakatan yang akan diresmikan oleh anggota legislatif sehingga dapat
dihasilkan kebijakan. Dalam kebijakan kesehatan output dalam adalah tata tertib hukum
yang mendorong terjadinya desentralisasi kesehatan.

Kebijakan kesehatan di suatu Negara tidak dapat dilepaskan dari suatu sistem,
yang dimana sistem tersebut adalah Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Sistem
Kesehatan Nasional (SKN) di Indonesia telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden
Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem Kesehatan Nasional, berikut gambarannya.

22
Pada rencana penyusunan dalam waktu menengah nasional negara terbentuk.
Sistem kesehatan ini dapat berjalan dengan sempurna jika sarana dan prasarana
kesehatan, seperi SDM kesehatan, obat-obatan, dan alat kesehatan memadai. Selain itu,
penelitian dan pengembangan, serta pemberdayaan masyarakat perlu diperhatikan dengan
sebaik-baiknya. Hal itu dilaksanakan guna mengurangi banyak masalah sampai saat ini
sulit untuk diatasi dan terus dilakukan upaya peningkatan kesehatannya. Permasalahan
yang dimaksud yaitu kesehatan ibu hami, bayi/balita, peningkatan kesehatan anak usia
sekolah, bimbingan kesehatan pada remaja, dan pemberantasan penyakit menular seksual
pada remaja, dan pasangan usia subur.

2.10 Tujuan Kebijakan Kesehatan

Analisis dari kebijakan umumnya bersifat retrospektif yaitu dalam pencarian


bagaimana memasukkan agenda determinan determinan kebijakan dan apa kontennya,
adapub diperoleh pemantauan dan koreksi, serta kebijakan tersebut mendapatkan
sasaran atau tidak. Pengecekkan dari kebijakan memiliki sifat prospektif dari
memerhatikan ke arah selanjutnya perihal yang berkaitan. Misalnya, mungkin yang
dapat terjadi jika salah satu kebijakan ditumbuhkan. pandangan strategi ke depan, yang
kerap kali memakai advokasi dan lobi.

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan yang didasari oleh kebijakan tentunya terdapat
tujuan untuk melakukan analisis dari kebijakan yaitu antara lain :

23
a. Agar bisa memahami proses kebijakan yang dikembangkan dan
diterapkan

b. Agar bisa mengetahui tujuan dan motivasi di balik kebijakan yang


diterapkan termasuk fokus pada pendekatan taraf kehidupan dan
kemiskinan suatu keluarga

c. Agar bisa memahami cara kebijakan tersebut berpengaruh terhadap area


taraf hidup keluarga

d. Agar bisa memahami area-area yang potensial untuk diintervensi dalam


proses kebijakan.

Pada hakikatnya tujuan kesehatan itu sendiri memiliki makna sebagai penyediaan
pola kesehatan yang berfokus pada pencegahan terhadap penyakit (preventive),
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pemeliharaan terhadap kesehatan (promotif),
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pengobatan terhadap penyakit (curative),
pelayanan kesehatan yang berfokus pada pemulihan terhadap kesehatan (rehabilitative)
dan perlindungan terhadap kaum yang rentan terhadap suatu penyakit baik yang menular
maupun yang tak menular.

Oleh sebab itu, kebijakan kesehatan yang baik adalah kebijakan yang berpihak
kepada masyarakat-masyarakat yang rentan terhadap suatu penyakit dan bertujuan
jangka panjang, hal ini dikarenakan agar kebijakan tersebut dapat berhasil dalam
mensejahterakan kesehatan masyarakat Indonesia.

2.11 Implementasi Kebijakan Kesehatan

Implementasi adalah suatu tingkatan krusial di dalam sebuah proses kebijakan


khususnyan kebijakann kesehatan. Dalam menjalankan suatu program kita perlu
mengimplementasikan kebijakan yang telah kita rancang untuk menghadirkan dampak
dari tujuan yang kita inginkan dalam suatu organisasi. Pencapaian dari tujuan tentunya
tidak lepas dari peran implementasi kebijakan.

Pada hakikatnya implementasi kebijakan kesehatan memiliki tujuan untuk


pencapaiannya sedangkan Implementasi atau pelaksanaan kebijakan publik adalah
susunan kegiatan setelah suatu kebijakan dibuat.Tanpa suatu implementasi,suatu
kebijakan yang telah dibuat akan sia-sia saja. Maka dari itu, implementasi kebijakan
memiliki tempat yang penting di dalam kebijakan publik maupun kebijakan.

Dalam implementasi kebijakan ini jelas mengatakan dengan pasti mengenai acuan
atau titik sasaran yang nantinya akan dicapai melalu banyak cara dalam
mengimplementasikannya. Adapun proses pengimplementasian kebijakan yang dinilai
cukup kompleks sebagaimana di rumuskan :

24
a. Perumusan kebijakan
b. Pelaksanaan kebijakan
c. Monitoring kebijakan
d. Evaluasi kebijakan
e. Penetapan agenda

Hal-hal terkait di atas akan terjadi berulang layaknya siklus dalam mengimplementasikan
suatu kebijkan terkhusus kebijakan kesehatan.
Adapun yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan pada dasarnya
merupakan cara untuk mencapai tujuan, tidak kurang dan tidak lebih. Dalam
pengimplementasian kebijakan tak jarang kita temui beberapa pemicu yang dapat
menghambat lajunya suatu kebijakan antara lain sebagai berikut :

1. Terdapat ketidak patuhan yang selektif terhadap hukum yang ditegakkan sebagai
landasan dari suatu kebijakan.
2. Anggota kerap kali memiliki sudut pandang yang berbeda dalam menyikapi
kebijakan yang telat dibuat bersama.
3. Ditemukan keinginan untuk mencari keuntungan sepihak dalam merealisasikan
kebijakan yang dibuat biasanya untuk memanipulasi para anggota lain.
4. Ketidak pastian hukum yang bertentangan dengan kebijkan itu sendriri sehingga
menjadi sumber dari ketidak patuhan yang ada.
5. Penentangan dalam kebijakan yang berlebihan biasanya menimbulkan pro dan
kontra sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi distraksi antar anggota di
dalam organisasi tersebut.

Hal-hal yang menjadi pemicu dalam menghambat suatu kebijakan khususnya


kebijakan kesehatan di atas tentunya dapat ditekan atau diminimalisasi dengan cara yang
efektifsalah satunya adalah menjalin komunikasi yang baik antar anggota sehingga kecil
kemungkinan terjadinya kesalah pahaman dalam pembentukkan suatu kebijakan dan
akhirnya kebijakan tersebut dapat diterima sepenuhnya oleh semua anggota atau sektor di
bidang kesehatan yang lain.

2.12 Perjalanan Rancangan Undang-Undang Kebijakan Kesehatan

Peraturan kesehatan merupakan suatu perangkat yang digunakan guna


pelaksanaan kebijakan kesehatan. Dalam hal ini Undang-Undang dapat dilaksanakan dan
boleh direalisasikan atas dasar acuan kebijakan yang jelas dan diperoleh oleh Undang-
Undang tersebut. Penegakkan peraturan sebagai perangkat untuk penerapan kebijakan
kesehatan antara lain :

a. Terdapat tujuan yang jelas dan akan dicapau oleh Undang-Undang


Kesehatan yang ada.

25
b. Peraturan wajib dijadikan acuan yang krusial guna tercapainya acuan dari
kebijakan kesehatan tersebut.

Peraturan di sini juga berperan sebagai penurunan tersdtruktur pada kesehatan


masyarakat serta ketersediaan lembaga hukum yang merupakan bagian terpenting dalam
suatu susunan asksi kesehatan masyarakat.

Dalam upaya peningkatan kesehatan mayarakat kita memerlukan masukan pada


kebijakan kesehatan. Kebijakan kesehatan ini mempunyai dua macam sumber yang
mendasari yakni kebijakan publik (eksternal) serta kebijkan swasta (internal). Dua
kebijakan tersebut bertujuan untuk menaikkan derajat kesehatan masyarakat. Untuk
mengupayakan kesehatan semua pihak harus berkontribusi dengan baik dari segi aspek
pemerintah maupun masyarakat.

26
Salah satu contohnya adalah ketika penduduk berkemauan menekan jumlah
perokok, sehingga acuannya akan lebih cepat terwujud jika sekolah memfasilitasi
pengetahuan tentang ancaman dari merokok, petugas medis berusaha mengetahui pasien
yang merokok dan melakukan sebuah anjuran untuk menghentikan kebiasaan merokok,
dan adanya gejala berhenti merokok di tempat-tempat umum.

Pada upaya peningkatan kesehatan masyarakat melalui kebijakan


public(eksternal) terdiri dari beberapa macam, seperti badan legislatif(state legislatif),
negara bagian dewan pengawas(country boards of supervisors), negara bagian dewan
kota(city counsil), departemen kesehatan negara/kota(country/city health department),
dan papan sekolah(school board). Melalui badan legislative, kebijakan dapat dibuat
dalam bentuk undang-undang yang terkait dengan bidang kesehatan. Seperti yang kita
ketahui, bahwa salah satu badan legislative yaitu dpr, memiliki kesempatan untuk
memaparkan pendepat dari rancangan undang-undang. Bagian dewan pengawas(country
boards supervisors) yang bergerak di bidang kesehatan, seperti dewan pengawas yang
berada di instansi kesehatan. Tugas dari dewan pengawasan ini adalah sebagai penentu
arah kebijakan, menyetujui implementasi rencana strategis, dan mengawasi pelaksanaan
kebijakan. Kementerian kesehatan yang termasuk ke dalam departemen kesehatan
negara(country/city health department) berfungsi untuk merumuskan kebijakan yang
telah dirancang dan disetujui bersama, serta kebijakan teknisnya. Selain sektor
pemerintahan, sektor pendidikan dalam bentuk papan sekolah(school board) juga
membantu dalam pelaksanaan/implementasi kebijakan. Kebijakan ini, tentu saja
dilakukan untuk membentuk lingkungan sekolah yang sehat, sehingga membentuk
generasi yang kuat yang berfungsi bagi bangsa dan negara.

Sedangkan, pada upaya peningkatan kesehatan melalui kebijakan


swasta(internal), terdiri dari organisasi berbasis komunitas(community based
organization), perusahaan(corporate employer), organisasi keagamaan(faith based
organization), rumah sakit(hospital), dan bisnis lokal(local business). Pihak-pihak swasta
ini kebanyakan membantu bagian pendanaan dalam implementasi kebijakan yang
memerlukan dana besar dan jangkauan yang luas, serta pelaksanaan rencana
implementasi kebijakan.

2.13 Tingkatan dalam Kebijakan Kesehatan


Dalam pelaksanaannya, kebijakan kesehatan dilaksanakan pada (4) tingkatan,
yaitu :

1. Tingkat Sistemik, adalah tingkatan dasar yang menekankan sistem kesehatan


dengan utuh. contoh keterlibatan institusi publik, fungsi umum atau swasta
serta kaitannya dengan lembaga-lembaga lainnya.

2. Tingkatan Program, merupakan penetapan utama dalam penanganan


pemberian pelayanan kesehatan, kegiatan (tindakan-tindakan) kesehatan yang
realistis dan semua sumber daya harus dapat disalurkan (operasional
kegiatan).
27
3. Tingkatan Organisasi, merupakan penunjukan dan penetapan upaya yang
dijalankan agar semua sumber daya bisa digunakan dan dinikmati dengan
produktif, efektif serta efisen dan dapat menghadirkan mutu pelayanan
kesehatan yang baik.

4. Tingkat Instrumental, yaitu tahapan yang dijadikan pada pertumbuhan


instrument organisasi yang baik, layaknya pada penrtumbuhan sumber daya
manusia, manajemen kesehatan, pembiayaan kesehatan dan lainnya.

28
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebijakan merupakan suatu kesepakatan atau persetujuan pencetus atau yang


merumuskan untuk mengurangi permasalahan serta mencapai tujuan tertentu dan nilai-
nilai tertentu serta dijadikan pedoman utama untuk pelaksanaan suatu program. Untuk
kebijakan publik pengertiannya yaitu arahan atau pergerakan guna melakukan atau tidak
melakukan tindakan tertentu sehingga dapat menciptakan prubahan pada suatu kelompok
yang terkena dampak dari kebijakan tersebut.

Kebijakan kesehatan juga merupakan serangkaian tindakan pemerintah yang


ditetapkan melalui suatu keputusan-keputusan yang saling berkaitan sehingga dapat
membentuk suatu strategi atau pendekatan untuk mempengaruhi faktor-faktor penentu di
sektor kesehatan dengan isu-isu strategis yang dapat meningkatkan dan mensejahterakan
kesehatan masyarakat Indonesia.

Dilihat dari sejarahnya, kebijakan mengalami beberapa perubahan dari


perkembangannya. Mulai dari awal munculnya kebijakan publikdi Mesopotamia,yang
berupa fakta-fakta pemerintahan dan politik, sampai pada abad 19-abad 20, dimana
sudah mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih.
Kebijakan memiliki ciri-ciri dalam kegiatan pengorganisasiannya, seperti
memiliki tujuan, dijalankan oleh instansi baik kecil maupun besar, dapat berupa larangan
maupun anjuran, dan sama halnya dengan hukum yang bersifat memaksa.
Penyusunan kebijakan dimulai dari pembangunan visi misi para penentu
kebijakan, dilanjutkan dengan pengumpulan data, penetapan tujuan, tahap perencanaan,
dan implementasi/pelaksanaan.
Dalam sistem kebijakan, terdapat elemen-elemen yang menentukan mutu
kebijakan antara lain, pendekatan holistik, partisipatori, kebijakan public yang sehat,
ekuitas, efisiensi, kualitas, pemberdayaan masyarakat, dan self reliant. Selain elemen-
elemen tersebut, terdapat nilai-nilai humaniora didalamnya, seperti, kebermanfaatan,
cerdas, bijaksana, portabilitas, harapan, penanganan preventif, dan promotif, prioritas,
kepentingan publik, reposifitas, motivator, produktif, memadai, kemandirian, dan adil.
Kebijakan kesehatan memiliki tiga komponen utama, yaitu pelaku kebijakan,
lingkungan kebijakan, dan kebijakan yang diberlakukan. Ketiga komponen ininsaling
berinteraksi, untuk menghasilkan input-output kebijakan. Selain itu, kebijakan kesehatan
juga memiliki tingkatan, mulai dari tingkatan sistemik, program, implementasi, hingga
ke tingkatan instrumental.

29
Ketika melakukan kegiatan pelaksanaan/implementasi kebijakan, terdapat
beberapa proses yang harus dilalui, yaitu perumusan kebijakan, pelaksanaan kebijakan,
monitoring kebijakan, evaluasi kebijakan, dan penetapan agenda.

3.2 Saran

Menurut pandangan kami, kebijakan merupakan kumpulan atau rangkaian aturan


tindakan dalam sebuah organisasi maupun perkumpulan individu. kebijakan juga
merupakan hasil keputusan yang melibatkan berbagai pihak dengan memiliki tujuan agar
organisasi pelaksana bersifat jelas dan terstruktur. Bidang kesehatan memerlukan adanya
kebijakan, hal ini dikarenakan bidang kesehatan membutuhkan sesuatu yang bisa
mengatur setiap permasalahan dalam dunia kesehatan. Mulai dari pelayanan kesehatan
hingga tenaga para medis. Dan pada kenyataannya pelayanan kesehatan merupakan
sektor yang cukup penting, untuk itu diperlukan adanya kebijakan yang bisa mengatur hal
tersebut sehingga dapat meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan dan mampu bersaing dengan bidang medis di dunia.

30
KEPUSTAKAAN

Abdal. 2015. Kebijakan Publik. Diakses pada 10 April 2021, dari


https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://digilib.uinsgd.ac.id/31734/1/Buku%2520Daras
%2520Kebijakan%2520Publik.pdf&ved=2ahUKEwjusp-
72Z7wAhWV6nMBHf8eDgoQFjAAegQIAxAC&usg=AOvVaw3rzi7mTqgLHGJuU3G
DtYAw.
Abdoellah, Awan Y. & Yudi Rusfiana. 2016. Teori dan Analisis Kebijakan Publik.
Bandung : Alfabeta, CV. Tersedia dari http://eprints.ipdn.ac.id/2476/.
Bofe, Jellyta H., dkk. 2018. Implementasi Kebijakan Kesehatan Penyelam di Kecamatan
Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 13(1),
1 – 10.
Dachi, Rahmat Alyakin. 2017. Proses dan Analisis Kebijakan Kesehatan. Yogyakarta :
Deepublish. Tersedia dari https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=NlNBDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR7&dq=info:rFaymOePu9cJ:scholar.g
oogle.com/&ots=NsQNXlDYfY&sig=-
mqV5ysWaxBuPzpklwx9zWYiiNk&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false.
Gani, Ascobat. 2012. Kebijakan Kesehatan. Diakses pada 24 April 2021, dari
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://kebijakankesehatanindonesia.net/images/2012/srby/
asco_ANALISIS_KEBIJAKAN_KESEHATAN.pdf&ved=2ahUKEwiZr-
SI1J7wAhVHOSsKHTRYDRoQFjADegQICRAC&usg=AOvVaw3Sdkf1-
Ns5y97ep8QRIA8J
Hasibuan, Rapotan. 2020. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan. Diakses pada 14 April
2021, dari https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://kesmas.uinsu.ac.id/page/143/administrasi-dan-
kebijakan-
kesehatan&ved=2ahUKEwil1Lz4yp7wAhVVfSsKHcnkDKQQFjAJegQICBAC&usg=A
OvVaw1Jqy9tB_wypyDL_u6h_0Gi&cshid=1619532080880.
Heryana, Ade. 2020. Analisis Kebijakan Kesehatan. Diakses pada 24 April 2021, dari
https://www.researchgate.net/publication/341477623.
Prodi Administrasi Rumah Sakit. 2019. Kerangka Kebijakan Kesehatan Konteks, Proses
dan Pelaku. Diakses pada 14 April 2021, dari http://fikes.almaata.ac.id/kerangka-
kebijakan-kesehatan-konteks-proses-dan-pelaku/.
Siyoto, Sandu & S. Supriyanto. 2015. Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Yogyakarta
: CV. Andi Offset. Tersedia dari https://books.google.co.id/books?
id=yAyCCwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0
#v=onepage&q&f=false.
Trisnantoro, Laksono. 2010. Ideologi Apa yang dianut Oleh Kebijakan Kesehatan di
Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, 13(4), 167 - 168.
Widodo, Joko. 2021. Analisis Kebijakan Publik. Malang : MNC Publishing. Tersedia dari
https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=1zQXEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=info:ogAf6XGSmBEJ:scholar

31
.google.com/&ots=NjI4Zf49zC&sig=8vgSTdpvyLkt544IagwMRMMXOjc&redir_esc=y
#v=onepage&q&f=false.
Yuningsih, Rahmi. 2014. Analisis Segitiga Kebijakan Kesehatan dalam Pembentukan
Undang-undang Tenaga Kesehatan. Diakses pada 14 April 2021, dari
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.dpr.go.id/index.php/aspirasi/article/view/459
/356&ved=2ahUKEwiUoY-
Nz57wAhUe4XMBHSsSCyEQFjALegQIBxAC&usg=AOvVaw2ENy6kSWOFcKXQgI
cNf1dd.

32
33

Anda mungkin juga menyukai