Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN KEKUASAAN DAN POLITIK ORGANISASI PADA DINAS

LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BINTAN

Disusun untuk melengkapi tugas kelompok dan memenuhi nilai

Mata kuliah : Perilaku Keorganisasian

Semester 5

Dosen Pengampu : Bapak Imran Ilyas, M.M.

DISUSUN OLEH :

ANGGOTA KELOMPOK 4 :

1. Dinda Meirany (21612079)


2. Edri Agus Sahputra (18612113)
3. M. Andra Maulana (21612268)
4. M. Harits Fadlurrahman (21612288)
5. Sigit Danianto (21612277)
6. Tegar Ahmad (21612107)
7. Triana Kurnia Sari (21612108)
8. Yuniati Nur Puspitasari (21612111)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


STIE PEMBANGUNAN TANJUNGPINANG
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Penerapan Kekuasaan dan Politik Dalam Organisasi Pada Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Makalah ini kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Perilaku
Keorganisasian pada Program Studi S1 Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Pembangunan Tanjungpinang, kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita dalam mengetahui kekuasaan dan
politik dalam organisasi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang.
Kami berharap siapa pun yang membaca makalah sederhana ini dapat
memahaminya. Sekiranya makalah yang telah disusun dapat bermanfaat bagi kita
maupun bagi yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan kedepannya.

Tanjungpinang, 14 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................ i


Daftar Isi ....................................................................................................................................ii
Bab I ........................................................................................................................................... 1
Pendahuluan ............................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Makalah.............................................................................................................. 3
Bab II ......................................................................................................................................... 4
Pembahasan................................................................................................................................ 4
2.1. Pengertian Kekuasaan Menurut Para Ahli ...................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Kekuasaan ...................................................................................................... 4
2.3 Pengertian Kekuasaan Dalam Organisasi......................................................................... 7
2.4 Taktik Kekuasaan ............................................................................................................. 8
2.5 Penyebab Ketergantungan Dan Kekuasaan ...................................................................... 8
2.6 Pengertian Politik Dalam Organisasi Menurut Para Ahli ................................................. 9
2.7 Perilaku Politik Dalam Organisasi ................................................................................. 11
2.8 Faktor-Faktor Perilaku Politik Dalam Organisasi .......................................................... 12
2.9 Implementasi Kekuasaan Dan Politik Organisasi Pada Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bintan ................................................................................................................. 14
Bab III ...................................................................................................................................... 18
Penutup .................................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 18
3.2 Saran ............................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap
organisasi, tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari dalam
perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku orang-orang
yang ada dalam organisasi.

Politik dan kekuasaan tidak hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga
terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok, bahkan pada
unit keluarga. Politik adalah suatu jaringan interaksi antarmanusia dengan kekuasaan
diperoleh, ditransfer, dan digunakan. Politik dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan
individu karyawan dan kepentingan manajer, serta kepentingan organisasi. Ketika
keseimbangan tersebut tercapai, kepentingan individu akan mendorong pencapaian
kepentingan organisasi.

Politik penting artinya dalam suatu organisasi, karena didalamnya terjadi suatu proses
berorganisasi yang mempunyai dampak terhadap perilaku setiap individu atau anggota yang
ada dalam organisasi. Politik dalam organisasi merupakan suatu proses dalam memahami
proses manajerial. Perilaku politik merupakan perilaku yang secara organisasional tidak ada
sanksinya,yang mungkin dapat merugikan bagi tujuan organisasi atau bagi kepentingan orang
lain dalam organisasi.

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah


laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo, 2003).
Studi tentang kekuasaan dan pengaruhnya sangat penting untuk dipahami bagaimana
organisasi melakukan aktivitasnya. Sangat memungkinkan untuk melibatkan kekuasaaan
(power) dalam setiap interaksi dan hubungan sosial pada organisasi. Orang cenderung untuk
mempengaruhi individu lain dan organisasi dalam setiap tindakan atau perilakunya dengan
melakukan social influence dan tindakan (Greenberg & Baron, 2000).

Kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi cara


berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya. Kekuasaan tersebut
dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan formal dan
kekuasaan personal. Kekuasaan biasanya identik dengan politik. Politik sendiri diartikan

1
sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan urusan
masyarakat.

Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan oleh pelaku politik
menimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik hanyalah untuk
mendapatkan kekuasaan. Padahal, pada hakekatnya penggunaan kekuasaan dalam politik
bertujuan untuk mengatur kepentingan semua orang yang ada dalam organisasi, bukan untuk
kepentingan pribadi ataupun kelompok. Untuk itu, adanya pembatasan kekuasaan sangat
diperlukan agar tumbuh kepercayaan anggota organisasi terhadap pemegang kekuasaan dan
terciptanya keadilan serta kenyamanan dalam kehidupan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dan bagaimana pendapat kekuasaan menurut
para ahli?
2. Apa saja jenis-jenis kekuasaan ?
3. Apa yang dimaksud dengan kekuasaan dalam organisasi?
4. Apa saja taktik kekuasaan?
5. Apa saja yang menyebabkan ketergantungan dan kekuasaan?
6. Apa yang dimaksud dengan politik dan bagaimana pendapat politik dalam organisasi
menurut para ahli?
7. Bagaimana perilaku politik dalam organisasi?
8. Apa saja faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi?
9. Implementasi terhadap kekuasaan dan politik organisasi di Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bintan

1.3 TUJUAN MAKALAH

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan
atau pengetahuan tentang kekuasaan, jenis-jenis kekuasaan, kekuasaan dalam organisasi, taktik
kekuasaan, penyebab ketergantungan dan kekuasaan, politik dan politik dalam organisasi,
perilaku politik dalam organisasi, faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi dan
implementasi kekuasaan dan politik organisasi di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan.

2
1.4 MANFAAT MAKALAH

1. Dapat mengetahui pengertian dari kekuasaan dan bagaimana kekuasaan menurut para
ahli.
2. Dapat mengetahui apa saja jenis-jenis kekuasaan.
3. Dapat mengetahui pengertian dari kekuasaan dalam organisasi.
4. Dapat mengetahui apa saja taktik kekuasaan.
5. Dapat mengetahui penyebab dari ketergantungan dan kekuasaan
6. Dapat mengetahui pengertian politik dan politik dalam organisasi
7. Dapat mengetahui perilaku politik dalam organisasi.
8. Dapat mengetahui faktor-faktor perilaku politik dalam organisasi.
9. Dapat mengetahui implementasi tehadap kekuasaan dan politik organisasi di Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KEKUASAAN MENURUT PARA AHLI


Kekuasaan (Power) adalah kemampuan memengaruhi orang lain untuk bersedia untuk
melakukan sesuatu yang diinginkannya. Kemampuan untuk memengaruhi orang lain
merupakan inti penting dari Kepemimpinan. Pada dasarnya, Kekuasaan seseorang dalam suatu
perusahaan berasal dari posisi yang ditempatinya atau otoritas yang dimilikinya dalam
organisasi.

Kekuasaan menurut para ahli antara lain:

1. Max Weber mendefinisikan kekuasaan atau power sebagai peluang atau sarana bagi
seorang individu untuk dapat mencapai keinginannya sendiri bahkan sekalipun harus
menghadapi perlawanan dari orang lain, dalam hubungan sosialnya.
2. John Locke mendefinisikan kekuasaan sebagai suatu hal yang harus dipisah dan tidak
boleh berada dalam satu unsur yang sama. Definisi yang dikemukakan oleh John Locke
ini kemudian dikenal dengan nama teori pemisahan kekuasaan.
3. Menurut Harold D. Lasswell dan Abraham Kaplan, kekuasaan merupakan hubungan
yang terjalin antara individu atau sekelompok individu dengan lainnya, dalam hal
menentukan tindakan agar terarah sesuai dengan yang diinginkan oleh pihak tersebut.
4. Walter Nord menjelaskan kekuasaan sebagai kemampuan untuk mencapai tujuan
tertentu yang berbeda dari tujuan lainnya.
5. Ramlan Surbakti mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan individu atau
kelompok dalam mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku sesuai dengan yang
dikehendaki.

2.2 JENIS-JENIS KEKUASAAN


Dalam tanggapannya atas taksonomi jenis kekuasaan French Anda Raven, Douglas
Fairholm mengklasifikasi 10 jenis kekuasaan yang banyak diaplikasikan hingga saat ini,yang
menurutnya adalah:

1. Reward Power
adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan seseorang menyediakan keuntungan
bagi sesuatu atau orang lain. Kekuasaan mengalir dari individu yang mampu

4
menyediakan reward yang dibutuhkan orang lain. Kemampuan ini memungkinkan
pemilik kekuasaan mengendalikan perilaku orang lain dan mencapai hasil yang
diharapkan sejauh adanya kebutuhan orang lain tersebut akan reward yang disediakan
olehnya.
Penggunaan kekuasaan reward biasanya dilakukan oleh orang di tingkatan tertinggi
hirarki organisasi. Mereka biasanya punya akses pada material, informasi atau upah
psikologis (senyum, perhatian, pujian, kata-kata manis).
Manajemen tingkat menengah dan para supervisor juga biasanya memiliki jenis
kekuasaan ini. Sebaliknya, pekerja juga dapat menerapkan kekuasaan reward ini kepada
atasannya, dengan cara menerapkan energi dan skill yang mereka miliki guna
menyelesaikan pekerjaan yang diharapkan seorang manajer. Karena manajer
bergantung pada kinerja pekerja, maka pekerja dapat menyetir perilaku manajer agar
sesuai keinginan mereka.
2. Coercive Power
adalah kekuasaan yang didasarkan atas kemampuan seseorang menyediakan dampak
hukuman pada target akibat ketidakpatuhannya. Kekuasaan ini terletak pada
kemampuan seseroang untuk memerintahkan kepatuhan lewat cara fisik. Seperti
reward, kekuasaan jenis ini memungkinkan pemimpin mempengaruhi perilaku orang
lain akibat kemampuannya menerapkan hasil yang tidak diinginkan. Ketidakpatuhan
atas orang yang punya jenis kekuasaan koersif menghasilkan penerapan hukuman
dalam bentuk menahan reward yang diinginkan. Ini merupakan situasi kekuasaan
koersif, kekuasaan yang mengikuti model militer.
3. Expert Power
adalah kekuasaan yang didasarkan kemampuan dan pengetahuan khusus yang dimiliki
seseorang di mana target atau orang lain kerap menggunakan atau bergantung
kepadanya. Orang selalu menghargai kompetensi, dan sebab itu Expert Power
merupakan sumber kekuasaan yang penting untuk diterapkan. Kekuasaan mengalir dari
orang yang punya skill, pengetahuan, dan kemampuan yang dibutuhkan dan dihargai
oleh orang lain. Jika orang merengek agar seorang pekerja mau menggunakan skill yang
ia miliki untuk membantu mereka, maka pekerja tersebut punya kekuasaan.
4. Legitimate Power
adalah kekuasaan yang didasarkan atas perasaan orang lain bahwa pelaku kekuasaan
punya otoritas dan hak untuk mempengaruhi tindakan mereka. Perasaan ini merupakan
hasil yang diterima dari organisasi formal atau warisan historis. Kekuasaan hadir pada

5
mereka yang ditunjuk oleh organisasi untuk memberi perintah. Delegasi otoritas
melegitimasikan hak seseorang memaksakan kepatuhan pada mereka yang menyatakan
wajib untuk mentaati sumber kekuasaan (organisasi). Persepsi legitimasi di benak
target kekuasaan bersifat kritis. Baru setelah target ini yakin bahwa pemberi perintah
punya hak yang legitimate untuk memerintah sajalah mereka akan patuh.
5. Identification Power with Other
Hubungan seseorang dengan orang lain yang punya kekuasaan menular pada orang
yang berhubungan tersebut. Sebab itu, kekuasaan yang ada merujuk pada penguasa
lain. Jenis kekuasaan ini bisa datang lewat hubungan personal seperti sekretaris atau
asisten administrasi yang kerap kerja bareng boss eksekutif. Jika orang yang
mendekatkan diri dengan kekuasaan tersebut juga meniru gagasan, norma, metode, dan
tujuan dari orang berkuasa, kekuasaan orang tersebut akan bertambah.
6. Critical Power
Pada tingkat lain, seseorang berkuasa hingga derajat mana kontribusi orang tersebut
bersifat kritis bagi individu lain atau bagi organisasi. Bilamana orang lain berhasrat
pada energi, sumberdaya, dan keahlian seseorang, hingga derajat tersebut pula ia punya
kekuasaan atas mereka. Seseorang juga menerapkan kekuasaan sejauh orang tersebut
terhubung dengan sumber daya yang mereka kuasai.
7. Social Organization Power
Sumber kekuasaan lainnya adalah organisasi sosial. Kekuasaan juga diturunkan lewat
hubungan terstruktur di mana seseorang mengkombinasikan kekuatan individual
mereka guna memenuhi tujuan kelompok. James MacGregor Burns menyatakannya
dalam kata-kata “kekuasaan seorang pemimpin mengalir dari kekuasaan pengikut”.
Pencapaian tujuan hanya dapat terselenggara ketika satu individu berhasil memobilisasi
dan mentransformasi pengikut, yang pada gilirannya mentransformasikan kekuasaan
tersebut kepada pemimpin.
8. Power Using Power
Kekuasaan juga bisa bersumber tatkala seseorang menggunakan kekuasaan-nya.
Kekeliruan menerapkan kekuasaan dapat berakibat hilangnya kekuasaan. Sebaliknya,
penggunaan kekuasaan cenderung meningkatkan kekuasaan itu sendiri. Persepsi dari
orang lain seputar kekeliruan seorang pengguna kekuasaan bisa menghasilkan
berkurangnya dukungan. Kekeliruan bertindak atau sering melakukan kekuasaan secara
sembrono bisa mengikis kekuasaan dan dukungan dari orang lain yang kita butuhkan
agar kekuasaan kita langgeng. Kekuasaan, pada dirinya sendiri, adalah sumber bagi

6
kekuasaan lainnya.
9. Charismatic Power
Karisma yang digambarkan Max Weber dan Referent Power diidentifikasi
menyediakan dasar teoretis bagi dasar kekuasaan. Orang yang punya karisma biasanya
punya personalitas menyenangkan, menarik, dan mendorong orang mau mematuhi si
pemilik karisma. Orang yang punya kharisma biasanya ada di lingkar tengah klik-klik
berpengaruh dan punya akses pada orang-orang berpengaruh di dalam komunitas.
10. Centrality Power
Penempatan strategis individu ke dalam organisasi juga merupakan sumber kekuasaan.
Lokasi fisik di jantung kegiatan atau interaksi dengan orang-orang berkuasa menambah
perkembangan dan penggunaan efektif dari kekuasaan. Sentralitas kekuasaan ini
penting dalam konteks kekuasaan, baik secara fisik ataupun sosial.

2.3 PENGERTIAN KEKUASAAN DALAM ORGANISASI


Dalam konteks perilaku organisasi, John R. Schemerhorn et.al. mendefinisikan
kekuasaan sebagai “ ... kemampuan yang mampu membuat orang melakukan apa yang kita
ingin atau kemampuan untuk membuat hal menjadi kenyataan menurut cara yang kita
inginkan.” Kekuasaan biasanya dikaitkan dengan konsep kepemimpinan, di mana
kepemimpinan merupakan mekanisme kunci dari kekuasaan guna memungkinkan suatu hal
terjadi.

Esensi kekuasaan adalah kendali atas perilaku orang lain. Kekuasaan adalah kekuatan
yang kita gunakan agar sesuatu hal terjadi dengan cara disengaja, di mana influence (pengaruh)
adalah apa yang kita gunakan saat kita menggunakan kekuasaan. Seorang manajer
membiakkan kekuasaan dari aneka sumber, baik dari organisasi yang disebut sebagai “power
position” ataupun dari personalitasnya sendiri yang disebut “personal power.”

Richard L. Daft mengidentifikasi bahwa kekuasaan sebagai kekuatan di dalam


organisasi sulit untuk dicerap, tidak bisa dilihat, tetapi efeknya dapat dirasakan. Daft kemudian
juga menyatakan kekuasaan sebagai kemampuan potensial seseorang (atau departemen) untuk
mempengaruhi orang (atau departemen) lain untuk menjalankan perintah atau melakukan
sesuatu yang tidak bisa mereka tolak.

7
2.4 TAKTIK KEKUASAAN
Taktik kekuasaan adalah apa yang orang gunakan untuk menerjemahkan landasan
kekuasaan menjadi tindakan tertentu dengan kata lain, pilihan-pilihan apa saja yang dimiliki
seseorang untuk memengaruhi atasan, rekan kerja, atau karyawan mereka dan apakah ada dari
pilihan-pilihan tersebut yang paling efektif arti sebenarnya dari taktik kekuasaan yaitu cara
individu menerjemahkan landasan kekuasaan ke dalam tindakan-tindakan tertentu.

 Legitimasi. Mengandalkan posisi kewenangan seseorang atau menekankan bahwa


sebuah permintaan selaras dengan kebijakan atau ketentuan dalam organisasi.
 Persuasi rasional. Menyajikan argumen-argumen yang logis dan berbagai bukti faktual
untuk memperlihatkan bahwa sebuah permintaan itu masuk akal.
 Seruan inspirasional. Mengembangkan komitmen emosional dengan menyerukan nilai-
nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi sebuah sasaran.
 Konsultasi. Meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran
dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan
akan dijalankan.
 Tukar pendapatan. Memberikan imbalan kepada target atau sasaran berupa uang atau
penghargaan lain sebagai ganti karena mau menaati suatu permintaan.
 Seruan pribadi. Meminta kepatuhan berdasarkan persahabatan atau kesetiaan.
 Menyenangkan orang lain. Menggunakan rayuan, pujian, atau perilaku bersahabat
sebelum membuat permintaan.
 Tekanan. Menggunakan peringatan, tuntutan tegas dan ancaman.
 Koalisi. Meminta bantuan orang lain untuk membujuk sasaran atau menggunakan
dukungan orang lain sebagai alasan agar si sasaran setuju.

2.5 PENYEBAB KETERGANTUNGAN DAN KEKUASAAN


Aspek terpenting dari kekuasaan yaitu bahwa hal ini merupakan suatu fungsi
ketergantungan. Dalam hal ini, akan ditunjukkan betapa pentingnya pemahaman mengenai
ketergantungan dalam upaya untuk lebih lanjut memahami kekuasaan itu sendiri.

Apabila semakin besar ketergantungan B kepada A, maka semakin besar kekuasaan A


atas B. Ketika Anda sudah memiliki apa pun yang dibutuhkan orang lain dan hanya Anda
seorang dirilah yang mengendalikannya, Anda membuat orang lain itu bergantung kepada
Anda dan, karena itu, Anda berkuasa atasnya. Jadi, suatu ketergantungan berbanding terbalik

8
dengan sumber-sumber penawaran alternatif. Jika tidak akan meningkatkan kekuasaan Anda.
Jika setiap orang cerdas, kecerdasan sebagai suatu kualitas tidak memberikan keunggulan
istimewa. Demikian juga, diantara orang-orang super kaya uang bukan lagi menunjukkan
kekuasaan.

2.6 PENGERTIAN POLITIK DALAM ORGANISASI MENURUT PARA AHLI


Politik dapat didefinisikan sebagai kegiatan dimana individu atau kelompok terlibat
sedemikian rupa guna memperoleh dan menggunakan kekuasaan untuk mencapai
kepentingannya sendiri. Faktanya, kendatipun para manajer dan pekerja kerap menolak bahwa
politik mempengaruhi kegiatan organisasi, sebuah riset megindikasikan bahwa politik kantor
muncul dan ia punya dampak terukur dalam perilaku organisasi.

Politik Organisasi merupakan suatu kemampuan untuk mengidentifikasi peta kekuatan


di dalam organisasi, siapa yang dominan dalam pembuatan keputusan, serta aspek-aspek yang
tersembunyi di dalam organisasi.

Politik Dalam Organisasi menurut para ahli antara lain:

1. DuBrin pernah menyatakan, "Politik organisasi merujuk ke pendekatan-pendekatan


informal untuk memperoleh kekuasaan, melalui cara-cara di luar prestasi kerja dan
keberuntungan. Politik di sini dimainkan untuk mencapai kekuasaan, baik secara
langsung ataupun tidak langsung."
2. Robbins juga mengatakan bahwa "politik organisasi pada dasarnya berfokus pada
penggunaan kekuasaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi, atau berfokus pada perilaku-perilaku untuk melayani kepentingan diri
sendiri, yang bukan merupakan tugas atau arahan dari organisasi".
3. Richard L. Daft juga mendefinisikan politik organisasi sebagai “ [kegiatan yang]
melibatkan kegiatan memperoleh, mengembangkan dan menggunakan kekuasaan
(power) dan sumber daya lainnya guna mempengaruhi pihak lain serta menambah hasil
yang diharapkan tatkala terdapat ketidak menentuan ataupun ketidak setujuan seputar
pilihan-pilihan yang tersedia.” Dengan definisi ini, perilaku politik dapat menjadi
kekuatan positif ataupun negatif.

A. Dimensi Perilaku Politik


Kemunculan suatu politik dalam organisasi juga dikaitkan dengan adanya perilaku
politik di kalangan anggota organisasi. Perilaku tersebut yang membuka ruang yang besar bagi

9
individu dalam organisasi untuk melibatkan diri dalam politik. Eran Vigoda-Gadot telah
merinci 6 dimensi perilaku politik di diri individu yang mendorong munculnya kegiatan politik,
yaitu:
1. Otonomi Pekerjaan. Semakin independen karyawan dalam melakukan tugas, semakin
mahir kemampuannya dalam menerapkan pengaruh dengan tujuan mempromosikan
keinginannya;
2. Masukan Keputusan. Keterlibatan dan kerjasama dalam proses pengambilan
keputusan membuat karyawan merasa terhubung dengan organisasi, suatu perasaan
tanggung jawab agar ia berfungsi lebih jauh, dan keinginan menanam andil (jasa) guna
mempertahankan daya saing organisasi. Lebih jauh lagi, terbuka kesempatan yang
memungkinkan untuk memunculkan perilaku politik yang berupaya memaksimalkan
tujuan personal dan organisasi dan meraih prestasi lewat pemberian pengaruh atas
orang lain sehingga mereka akan membantunya dalam merealisasikan tujuan
individualnya maupun organisasi.
3. Kepuasan Kerja. Semakin puas seorang karyawan, maka semakin ia percaya pada
organisasi berikut seluruh proses di dalamnya sehingga keterasingannya dari pekerjaan
jauh berkurang. Kepuasan yang ia dapatkan di pekerjaan membentuk kepentingannya
sendiri yaitu memelihara status quo. Jika kepuasannya kurang maka itu akan membawa
individu bertindak dalam rangka mempengaruhi pihak lain untuk mengubah keputusan-
keputusan di dalam organisasi.
4. Status dan Prestise Pekerjaan. Status dan prestise pekerjaan berhubungan dengan
opini politik. Semakin besar keinginan untuk mengekspresikan opini, protes, dan secara
aktif mengutarakan ide-ide yang ia sukai. Tatkala pekerja punya status dan prestise
profesional yang tinggi, maka ia juga akan menuntut aset-aset yang butuh dukungan
dan perlindungan. Ia tidak hanya mengupayakan perubahan besar atas lingkungannya
dan menggunakan keahlian politiknya yang tinggi guna memelihara aset-aset
pribadinya.
5. Hubungan Kerja. Hubungan yang dekat di antara satu individu dengan individu
lainnya di lokasi kerja akan membawa pada merembeskan pandangan satu sama lain di
dalam organisasi, di mana terjadi adaptasi persepsi, sikap dan perilaku politik mereka.
6. Unionisasi. Serikat pekerja akan memutar gagasan dan ide, perilaku dan kebiasaan
politik dari tingkat lingkungan kerja hingga sistem politik nasional dan vice versa
(demikian sebaliknya). Orang yang cenderung terlibat dan aktif dalam komite pekerja
pada umumnya mahir pula dalam berpolitik.

10
B. Praktik politik dalam organisasi
Setiap aktor termasuk manajer akan menggunakan taktik dan strategi untuk mempengaruhi
aktor lain dengan menggunakan sumber kekuasaan yang dimiliki. Secara deskriptif, beberapa
taktik yang dipakai oleh para aktor adalah sebagai berikut:
 Membentuk koalisi dengan pihak yang lain untuk meningkatkan dukungan dan
sumber daya.
 Menciptakan suasana (seremoni dan simbol) untuk membentuk suatu persepsi dan
perilaku orang-orang sesuai dengan peran dan fungsinya
 Mentransformasikan kepentingan kita menjadi kepentingan pihak lain dengan
mengubah persepsi dan tindakan pihak lain
 Memperluas jumlah pemain yang terlibat dalam suatu isu yang menjadi kepentingan
kita untuk mendapatkan perhatian yang lebih luas
 Melakukan negosiasi dan tawar-menawar dengan pihak lain yang bersinggungan
dengan kepentingan kita untuk mendapatkan kompromi

2.7 PERILAKU POLITIK DALAM ORGANISASI


Perilaku Politik merupakan kegiatan yang tidak hanya dipandang sebagai bagian dari
peran formal seseorang didalam organisasi, tetapi yang memengaruhi, atau berusaha
memengaruhi, distribusi keuntungan dan kerugian di dalam organisasi. Serta terdapat faktor-
faktor yang berpengaruh atau berkontribusi terhadap perilaku politik yaitu faktor individu dan
faktor organisasi.

Bagi Robert Morgan, politik didalam organisasi (organizational politics),


memfokuskan perhatian pada tiga konsep yaitu interest (kepentingan), konflik, dan kekuasaan
(power).

a. Interest (kepentingan) adalah kecenderungan meraih sasaran, nilai, kehendak, harapan


dan kecenderungan lainnya yang membuat orang bertindak dengan satu cara ketimbang
lainnya.
b. Politik keorganisasian muncul tatkala orang berpikir dan bertindak secara berbeda yang
menciptakan ketegangan (tension) dan harus diselesaikan lewat cara politik, yaitu :
1) Autocratically (secara otokratik) “ kita lakukan dengan cara ini”.
2) Bureaucratically (secara birokratis) “kita disarankan melakukan cara ini.
3) Technocratically (secara teknokratis) “yang terbaik dengan cara ini”.
4) Democratically (secara demokratis) “bagaimana kita melakukannya.

11
c. Power atau kekuasaan mengekspresikan kapasitas individu untuk secara sengaja
menimbulkan dampak pada orang lain. Pengaruh (influence) adalah kemampuan
membuat orang menuruti kehendak pemberi pengaruh. Politik mendasarkan diri pada
kekuasaan, dan kekuasaan itu tidak dapat terdistribusi secara merata didalam
organisasi. Sebab itu, siapa pun yang menggenggam kekuasaan didalam organisasi
akan menggunakannya guna mempengaruhi (to influence) orang lain.

2.8 FAKTOR-FAKTOR PERILAKU POLITIK DALAM ORGANISASI


Wagner II and Hollenbeck mengidentifikasi sejumlah faktor yang mendorong kegiatan
politik di dalam organisasi. Faktor-faktor tersebut adalah : (1) Personalitas Individu; (2)
Ketidakmenentuan; (3) Ukuran Organisasi; (4) Level Hirarki; (5) Heterogenitas Anggota; dan
(6) Pentingnya Keputusan.

1. Personalitas Pribadi
Karakteristik kepribadian tertentu memungkinkan orang menunjukkan perilaku politik.
Contohnya, orang yang punya kebutuhan kekuasaan (nPow) tinggi dalam istilah
Charles McClelland. Orang ini terdorong hasrat politik dari dalam dirinya sendiri guna
mencari pengaruh atas orang lain, yang juga memotivasinya untuk menggunakan
kekuasaan demi hasil-hasil politik.
2. Ukuran Organisasi
Politicking lebih sering muncul pada organisasi skala besar ketimbang skala kecil.
Adanya orang dalam jumlah besar cenderung menyembunyikan perilaku seseorang,
memungkinkan mereka terlibat dalam politik tanpa takut diketahui (konspirasi).
3. Level Hirarki
Politik juga kerap ditemukan dalam manajer tingkat atas, karena kekuasaan yang
dibutuhkan untuk terlibat dalam politik biasanya terkonsentrasi diantara para manajer
tingkat atas tersebut.
4. Heterogenitas Anggota
Anggota dalam organisasi yang heterogen biasanya saling berbagi kepentingan dan
nilai yang sedikit dan lebih lanjut mencari sesuatu yang berbeda. Dalam kondisi ini,
proses-proses politik cenderung muncul dimana setiap anggota bersaing untuk
memutuskan kepentingan siapa yang terpuaskan dan siapa yang tidak.

12
5. Pentingnya Keputusan
Keputusan yang sifatnya penting lebih memancing aktivitas politik organisasi
ketimbang keputusan yang biasa-biasa saja. Ini diakibatkan sebuah keputusan penting
punya dampak besar dalam menarik perhatian para anggota organisasi.
Kemunculan politik dalam organisasi juga dikaitkan dengan adanya perilaku politik di
kalangan anggota organisasi. Perilaku tersebut membuka ruang yang besar bagi individu dalam
organisasi untuk melibatkan diri dalam politik. Eran Vigoda-Gadot merinci 6 dimensi perilaku
politik di diri individu yang mendorong munculnya kegiatan politik, yaitu:

1. Otonomi Pekerjaan

Semakin independen karyawan dalam melakukan tugas, semakin mahir kemampuannya dalam
menerapkan pengaruh untuk tujuan mempromosikan keinginannya.

2. Masukan Keputusan

Keterlibatan dan kerjasama dalam proses pembuatan keputusan membuat karyawan merasa
terhubung dengan organisasi, suatu perasaan tanggung jawab agar ia berfungsi lebih jauh, dan
keinginan menanam andil (jasa) guna mempertahankan daya saing organisasi. Lebih jauh lagi,
terbuka kesempatan yang mencukupi untuk memunculkan perilaku politik yang berupaya
memaksimalkan tujuan personal dan organisasi dan meraih prestasi lewat pemberian pengaruh
atas orang lain sehingga mereka akan membantunya dalam merealisasikan tujuan
individualnya maupun organisasi.

3. Kepuasan Kerja

Semakin puas seorang karyawan, semakin ia percaya pada organisasi berikut seluruh proses
di dalamnya sehingga keterasingannya dari pekerjaan jauh berkurang. Kepuasan yang ia
rasakan di pekerjaan membentuk kepentingannya sendiri yaitu memelihara status quo. Jika
kepuasan kurang akan membawa individu bertindak dalam rangka mempengaruhi pihak lain
untuk mengubah keputusan-keputusan di dalam organisasi.

4. Status dan Prestise Pekerjaan

Status dan prestise pekerjaan berhubungan dengan opini politik. Semakin besar keinginan
mengekspresikan opini, protes, dan secara aktif mengutarakan ide-ide yang ia sukai. Tatkala
pekerja punya status dan prestise profesional yang tinggi ia juga akan menuntut aset-aset yang
butuh dukungan dan perlindungan. Ia tidak mengupayakan perubahan besar atas

13
lingkungannya dan menggunakan keahlian politiknya yang tinggi guna memelihara aset-aset
pribadinya.

5. Hubungan Kerja

Hubungan yang dekat antara satu individu dengan individu lainnya di lokasi kerja membawa
pada merembeskan pandangan satu sama lain di dalam organisasi, di mana terjadi adaptasi
persepsi, sikap dan perilaku politik mereka.

6. Unionisasi

Serikat pekerja akan memutar gagasan, perilaku dan kebiasaan politik dari tingkat lingkungan
kerja hingga sistem politik nasional dan vice versa (demikian sebaliknya). Orang yang
cenderung terlibat dan aktif dalam komite pekerja umumnya mahir pula dalam berpolitik.

2.9 IMPLEMENTASI KEKUASAAN DAN POLITIK ORGANISASI PADA DINAS


LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BINTAN

A. Sumber kekuasaan Kepala Dinas beserta jajarannya.

Sumber kekuasaan kepala dinas lingkungan hidup kabupaten Bintan langsung dipilih
oleh Bupati Bintan. Kepala dinas merupakan perangkat daerah yang melaksanakan urusan
pemerintahaan yang menjadi kewenangan daerah. Dalam Peraturan Bupati Bintan Nomor 54
Tahun 2022 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta tata kerja dinas
daerah Dinas Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Sekretariat dipimpin oleh
Sekretaris yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang
dipimpin oleh Kepala Bidang yang yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Subbagian dipimpin oleh Kepala Subbagian yang berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris. Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

B. Taktik atau Strategi untuk melakukan pencapaian berdasarkan kekuasaan.

1. Seruan inspirasional yaitu mengembangkan komitmen emosional dengan menyerukan


nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan aspirasi sebuah sasaran. Kepala dinas lingkungan
hidup mengembangkan komitmen dalam menjalankan tugas dan wewenang untuk

14
menentukan nilai-nilai, kebutuhan yang diperlukan, harapan yang bakal tumbuh, dan
tepat sasaran dalam masa yang akan datang guna menciptakan lingkungan dan tata
ruang yang lebih efektif dan efisien.
2. Konsultasi yaitu meningkatkan motivasi dan dukungan dari pihak yang menjadi sasaran
dengan cara melibatkannya dalam memutuskan bagaimana rencana atau perubahan
akan dijalankan. Dalam menjalankan tugasnya kepala dinas dibantu oleh struktur
organisasi yang berada di elemen tersebut tidak hanya itu kepala dinas juga turut
bekerja sama dengan pihak ketiga seperti konsultan lingkungan hidup.

C. Penyebab ketergantungan dan Kekuasaan di Dinas Lingkungan Hidup

1. Sentralisasi kewenangan di tangan pemerintah pusat. Semakin banyak kewenangan


yang dipegang pemerintah pusat, semakin besar kekuasaan yang dimiliki dan semakin
tinggi ketergantungan masyarakat kepada pemerintah.
2. Lemahnya checks and balances antar lembaga negara. Tanpa adanya kontrol dan
keseimbangan dari lembaga-lembaga lain seperti DPR, maka kekuasaan cenderung
disalahgunakan.
3. Regulasi berlebihan dari pemerintah yang membatasi ruang gerak masyarakat dan
pelaku usaha. Regulasi yang berlebihan justru menciptakan ketergantungan untuk
meminta izin.
4. Budaya politik yang terlalu mengagungkan figur pemimpin. Hal ini membuat
pemerintah menjadi terlalu dominan dan masyarakat sangat tergantung kepada sosok
pemimpin.
5. Lemahnya partisipasi politik dan rendahnya kesadaran kritis masyarakat. Hal ini
menyebabkan masyarakat tidak mampu mengontrol dan mengimbangi kekuasaan
pemerintah.
6. Buruknya birokrasi yang lamban, rumit, dan rentan korupsi. Kondisi ini memaksa
masyarakat harus selalu bergantung kepada pejabat untuk mengakses layanan publik.
7. Kurangnya kemandirian dan anggaran dinas lingkungan hidup dalam melaksanakan
tugas, sehingga bergantung pada kewenangan dan anggaran dari pemerintah
pusat/daerah.
8. Tumpang tindih kewenangan dengan dinas/instansi lain dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
9. Lemahnya koordinasi dan kerjasama antar dinas/instansi terkait dalam pengelolaan

15
lingkungan hidup.
10. Belum optimalnya penegakan peraturan dan sanksi terhadap pelanggaran peraturan
lingkungan hidup.
11. Kurangnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
lingkungan hidup.
12. Masih lemahnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup

D. Perilaku Politik dalam Dinas Lingkungan Hidup Kab Bintan

1. Nepotisme - Pengutamaan kerabat atau kroni dalam penempatan posisi strategis di


dinas lingkungan hidup.
2. Kolusi - Kerjasama secara sembunyi-sembunyi antara pejabat dinas lingkungan hidup
dengan pihak tertentu untuk keuntungan pribadi. Misalnya dengan perusahaan
pencemar lingkungan.
3. Money politics - Praktik suap menyuap dalam proses pengambilan keputusan di dinas
LH, misalnya untuk mendapatkan izin lingkungan.
4. Intervensi politik - Campur tangan oknum politisi tertentu dalam kebijakan lingkungan
hidup untuk kepentingan bisnis atau politik.
5. Kroniame - Penempatan kerabat atau kroni di dinas LH berdasarkan kedekatan politik
bukan kompetensi.
6. Konflik kepentingan - Pejabat dinas LH terlibat bisnis yang berkaitan dengan
lingkungan sehingga kebijakannya bias.
7. Penyalahgunaan kewenangan - Pengambilan keputusan di dinas LH untuk
kepentingan/keuntungan pribadi atau golongan.

E. Faktor-faktor perilaku politik Dinas Lingkungan Hidup Kab Bintan.

1. Faktor regulasi dan kelembagaan


- Lemahnya aturan main dan sistem pengawasan internal yang jelas di dinas LH.
- Tumpang tindih kewenangan dinas LH dengan instansi lain.
- Buruknya koordinasi dan hubungan kerja antar dinas/instansi terkait LH.
2. Faktor SDM

- Rendahnya kompetensi pegawai dinas LH.


- Budaya birokrasi dan feudalisme yang masih kuat.

16
- Loyalitas pada atasan atau kelompok tertentu, bukan pada institusi.

3. Faktor politik dan kepentingan


- Intervensi dan tekanan politik dalam kebijakan lingkungan.
- Konflik kepentingan antara tugas dinas LH dengan kepentingan bisnis dan politik.
- Praktik KKN dan money politics dalam proses perizinan lingkungan.

4. Faktor eksternal
- Lemahnya pengawasan publik dan partisipasi masyarakat.
- Kurangnya akses informasi publik terkait kinerja dan anggaran dinas LH.
- Belum optimalnya peran media dalam mengawasi dinas LH.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kekuasaan memungkinkan seseorang memaksakan kehendaknya untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Perbedaan tujuan berbagai pihak yang terhimpun di dalam organisasi
akan mendorong pihak-pihak tersebut melakukan politik organisasi. Politik organisasi inilah
yang selanjutnya menimbulkan benturan-benturan atau konflik di dalam organisasi. Namun,
konflik tidak selalu membawa dampak buruk bagi organisasi, tetapi juga dapat membawa
dampak positif jika dikelola dengan benar.

Sumber kekuasaan kepala dinas lingkungan hidup kabupaten Bintan langsung dipilih
oleh Bupati Bintan. Dalam Peraturan Bupati Bintan Nomor 54 Tahun 2022 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Serta tata kerja dinas daerah Dinas Daerah dipimpin
oleh Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang dipimpin oleh Kepala Bidang yang yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian dipimpin
oleh Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris. Seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang. Kepala dinas lingkungan hidup mengembangkan komitmen
dalam menjalankan tugas dan wewenang untuk menentukan nilai-nilai, kebutuhan yang
diperlukan, harapan yang bakal tumbuh, dan tepat sasaran dalam masa yang akan datang guna
menciptakan lingkungan dan tata ruang yang lebih efektif dan efisien.

3.2 SARAN
Dari hasil pembahasan terkait dengan penerapan kekuasaan dan politik dalam
organisasi di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bintan sangat diperlukan saran dari para
pembaca untuk makalah ini agar makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi .
Karena dalam pembuatan makalah ini para penulis masih banyak memiliki kekurangan baik
dari segi manapun. Oleh karena itu Saran dari para pembaca sangat diperlukan.

18
DAFTAR PUSTAKA
https://ppid.bintankab.go.id/upload/dokumen/PERBUP_52_TAHUN_2022_TENTANG_TU
SI_DINAS_KAB__BINTAN.pdf
https://bapelitbang.bintankab.go.id/website/halaman/detail/visi-dan-misi
Dimas Haris Amarudin, dkk (2019). Makalah Kekuasaan Dan Politik Dalam Organisasi Di
Ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliahperilaku Keorganisasian.
La Ode Hasan (2018). Makalah Kekuasaan dan Politik dalam Organisasi ( PO ).
Vanya Kurnia Mulia Putri, Nibras Nada Nailufar (2021). Definisi Kekuasaan Menurut Para
Ahli. Diakses melalui
https://www.kompas.com/skola/read/2021/03/07/140026469/definisi-kekuasaan-
menurut-para-ahli.
Budi Jho (2018). Pengertian Kekuasaan (Power) dan 5 Jenis Kekuasaan dalam Organisasi.
Dikases melalui https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-kekuasaan-power-
dan-5-jenis-kekuasaan-dalam-organisasi/
Mohammad Roni. KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM ORGANISASI. Diakses melalui
https://www.academia.edu/8001275/KEKUASAAN_DAN_POLITIK_DALAM_OR
GANISASI

19

Anda mungkin juga menyukai