Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KEKUASAAN POLITIK DAN KEADILAN”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Organizational Behaviour
Dosen Pengampu : Dr. Pardiman SE.,MM

Disusun Oleh :

1. Bela Sinta Wati (22101081100)


2. Dini Faizatul Munawaroh (22101081095)
3. Asyik Emilia Sandi (22101081097)
4. Dian Kharisma Sandi (22101081119)
5 Prasetyo Nova Hadiyasin (22101081123)
6. Nuraulia Rizky Ramadhani (22101081133)
7. Zakiyatul Rohmahdina (22101081139)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II .............................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
2.1 Sumber-Sumber Kekuasaan Politik dan Keadilan .............................................. 4
2.2 Jenis-Jenis Kekuasaan Politik dan Keadilan ....................................................... 5
2.3 Politik Perilaku dalam Politik dan Keadilan ....................................................... 6
2.4 Keadilan Organisasi ........................................................................................... 7
2.5 Etika dalam Perilaku Berpolitik ........................................................................ 10
2.6 Contoh Studi Kasus ...........................................................................................11
BAB III ........................................................................................................................... 12
KESIMPULAN .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Kekuasaan Politik dan
Keadilan” tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Organizational Behaviour. Dengan adanya makalah ini,
akan membantu dalam memberikan pemahaman tentang Manajemen Operasi.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas
dan petunjuk guna penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharap adanya saran, masukan maupun kritikan yang membangun guna melengkapi
kekurangan makalah ini.

Malang, 06 Juni 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Politik dan kekuasaan adalah sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan
setiaporganisasi, tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk dipelajari
dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat mempengaruhi perilaku
orang-orangyang ada dalam organisasi.Politik dan kekuasaan tidak hanya terjadi pada
sistem pemerintahan, namun politik jugaterjadi pada organisasi formal, badan usaha,
organisasi keagamaan, kelompok, bahkan padaunit keluarga.Politik adalah suatu jaringan
interaksi antarmanusia dengan kekuasaandiperoleh, ditransfer, dan digunakan.Politik
dijalankan untuk menyeimbangkan kepentinganindividu karyawan dan kepentingan
manajer, serta kepentingan organisasi. Ketikakeseimbangan tersebut tercapai,
kepentingan individu akan mendorong pencapaiankepentingan organisasi.

Politik dalam organisasi merupakan suatu proses dalam memahami proses


manajerial.Perilaku politik merupakan perilaku yang secara organisasional tidak ada
sanksinya,yangmungkin dapat merugikan bagi tujuan organisasi atau bagi kepentingan
orang lain dalamorganisasi.Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok
untuk mempengaruhi tingkahlaku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari
pelaku (Miriam Budiardjo,2003). Studi tentang kekuasaan dan pengaruhnya sangat
penting untuk dipahami bagaimanaorganisasi melakukan aktivitasnya.Sangat
memungkinkan untuk melibatkan kekuasaaan(power) dalam setiap interaksi dan
hubungan sosial pada organisasi. Orang cenderung untuk mempengaruhi individu lain
dan organisasi dalam setiap tindakan atau perilakunya denganmelakukan social influence
dan tindakan (Greenberg & Baron, 2000).

Kekuasaan merupakan kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi cara


berpikir dan berperilaku orang lain sesuai dengan yang diinginkannya. Kekuasaan
tersebutdapat diperoleh dari berbagai sumber yang dibedakan menjadi kekuasaan formal
dankekuasaan personal.Kekuasaan biasanya identik dengan politik.Politik sendiri
diartikan sebagai upaya untuk ikut berperan serta dalam mengurus dan mengendalikan
urusanmasyarakat.Penyalahgunaan kekuasaan pada dunia politik yang kerap dilakukan

1
oleh pelaku politikmenimbulkan pandangan bahwa tujuan utama berpartisipasi politik
hanyalah untukmendapatkan kekuasaan.Padahal, pada hakekatnya penggunaan
kekuasaan dalam politik bertujuan untuk mengatur kepentingan semua orang yang ada
dalam organisasi, bukan untukkepentingan pribadi ataupun kelompok.Untuk itu, adanya
pembatasan kekuasaan sangatdiperlukan agar tumbuh kepercayaan anggota organisasi
terhadap pemegang kekuasaan danterciptanya keadilan serta kenyamanan dalam
kehidupan

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sumber-sumber kekuasaan dalam kekuasaan Politik dan Keadilan ?

2. Apa saja jenis-jenis kekuasaan dalam kekuasaan Politik dan Keadilan ?

3. Apa pengertian dari Politik Perilaku ?

4. Apa itu pengertian dari Keadilan Organisasi ?

5. Apa saja aspek-aspek dari Keadilan Organisasi ?

6. Apa saja faktor-faktor dari Keadilan Organisasi ?

7. Apa pengertian etika dalam berperilaku politik ?

8. Apa contoh studi kasus dalam kekuasaan Politik dan Keadilan ?

1.3 Tujuan

1. Untuk memberi pemahaman mengenai macam macam sumber kekuasaan dalam


kekuasaan Politik dan Keadilan

2. Untuk memberi pemahaman mengenai jenis-jenis kekuasaan dalam kekuasaan


Politik dan Keadilan

3. Untuk memberi pemahaman mengenai Politik Perilaku

4. Untuk memberi pemahaman mengenai Keadilan Organisasi

5. Untuk memberi pemahaman mengenai aspek-aspek dari Keadilan Organisasi

6. Untuk memberi pemahaman mengenai faktor-faktor dari Keadilan Organisasi

7. Untuk memberi pemahaman mengenai Etika dalam Berperilaku Politik

2
8. Untuk memberi pemahaman mengenai contoh studi kasus dalam kekuasaan
Politik dan Keadilan

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sumber-Sumber Kekuasaan Politik dan Keadilan

Lima bentuk kekuasaan menurut French dan Raven

French dan Raven membagi 5 bentuk kekuasaan sesuai dengan pendekatan melalui
pengamatan, dan sejauh mana kekuasaan tersebut berdampak, akan bergantung pada
kondisi struktural. Ketergantungan mengacu pada tingkat internalisasi yang terjadi di
antara individu yang tunduk pada kontrol sosial. Lima bentuk kekuasaan ini adalah

 Coercive Power
Bentuk kekuasaan ini adalah bersumber dari tindakan pemaksaan. Artinya, pemimpin
memiliki kekuatan untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan keinginannya. Tujuan utama pemaksaan adalah kepatuhan dan kekuasaan dengan
mengandalkan ancaman dalam gaya manajemennya. Seringkali bentuk kekuasaan ini
menimbulkan tanggapan negatif dan cenderung disalahgunakan. Contoh pemimpin yang
menggunakan coercive power adalah Adolf Hitler, pemimpin partai Nazi yang terkenal
otoriter.

 Reward Power
Bentuk kekuatan ini didasarkan pada gagasan bahwa sebagai masyarakat, kita lebih
cenderung melakukan sesuatu dengan baik ketika kita mendapatkan balasan yang kita
sukai. Bentuk paling populer dari kekuatan ini adalah menaikkan gaji, memberi promosi,
atau memberi pujian. Namun, kekuasaan tipe ini akan melemah apabila reward yang
diberikan tidak memiliki nilai kepuasan yang cukup bagi orang lain. Contoh pemimpin
yang menerapkan reward power adalah Sundar Pichai yang memberikan
banyak reward bagi karyawan google.

 Legitimate Power
Bentuk kekuasaan ini adalah membuat anggota merasa bertanggung jawab dan
menghormati posisi tertentu. Pemimpin yang menggunakan legitimate power akan
dipatuhi oleh anggotanya. Kekuasaan ini biasanya didasarkan pada suatu peran, sehingga

4
dapat dengan mudah diatasi segera setelah seseorang kehilangan posisi. Contoh
pemimpin yang menerapkan legitimate power adalah Steve Jobs, mantan CEO Apple
yang terkenal dengan gaya memimpin otokratis.

 Referent Power
Bentuk kekuasaan ini adalah tentang manajemen yang didasarkan pada kemampuan
untuk memberikan rasa penerimaan kepada seseorang. Pemimpin yang memiliki
kekuasaan ini sering dilihat sebagai panutan yang dikagumi, sering memberikan apresiasi,
dan berpengaruh kuat dalam kelompok karena kepribadiannya. Contoh pemimpin yang
menggunakan referent power adalah Mark Zuckerberg, pendiri Facebook yang
karismatik.

 Expert Power
Bentuk kekuasaan ini didasarkan pada pengetahuan yang mendalam. Para pemimpin ini
seringkali sangat cerdas dan percaya pada kekuatan keahlian untuk memenuhi peran dan
tanggung jawab organisasi. Anggota menghargai pemimpin karena kecakapannya dalam
suatu hal tertentu. Contoh pemimpin yang menggunakan expert power adalah Bill Gates,
pendiri Microsoft yang terkenal dengan kecerdasannya.

Lima bentuk kekuasaan ini mungkin saja dimiliki pemimpin dalam situasi formal dan
nonformal sesuai dengan situasi yang sedang terjadi. Namun, kembali lagi bahwa
kekuatan setiap bentuk kekuasaan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi yang terjadi dalam
masing-masing kelompok.

2.2 Jenis-Jenis Kekuasaan Politik dan Keadilan

Ada beberapa pendapat mengenai macam-macam kekuasaan negara. Filsuf Inggris,


John Locke membagi kekuasaan negara menjadi tiga, yakni;

1. Kekuasaan legislatif: kekuasaan untuk membuat peraturan dan undang-undang;

2. Kekuasaan eksekutif: kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan di


dalamnya termasuk kekuasaan mengadili pelanggaran undang-undang

3. Kekuasaan federatif: kekuasaan yang meliputi segala tindakan terkait pelaksanaan


hubungan luar negeri.

5
Menurut Locke, ketiga kekuasaan ini terpisah satu sama lain. Filsuf Prancis, Montesquieu
kemudian mengembangkan lebih lanjut pemikiran Locke. Montesquieu membagi
kekuasaan negara menjadi tiga, yaitu:

1. Kekuasaan legislatif: kekuasaan untuk membuat undang-undang

2. Kekuasaan eksekutif: kekuasaan yang meliputi penyelenggaraan undang-undang

3. Kekuasaan yudikatif: kekuasaan untuk mengadili segala pelanggaran undang-


undang.

Teori pembagian kekuasaan negara Montesquieu ini dikenal dengan Trias Politica.
Berbeda dengan Locke yang memasukkan kekuasaan yudikatif ke dalam eksekutif,
Montesquieu berpendapat kekuasaan yudikatif sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri.
Montesquieu juga memasukkan kekuasaan terkait hubungan luar negeri, yang oleh Locke
disebut kekuasaan federatif, ke dalam kekuasaan eksekutif. Dalam teorinya, Montesquieu
menyebut, kemerdekaan individu dari tindakan sewenang-wenang penguasa hanya
mungkin tercapai jika diadakan pemisahan mutlak antara ketiga kekuasaan tersebut.
Namun, pada perkembangannya, diperlukan jaminan agar setiap kekuasaan tidak
melampaui batas kekuasaannya masing-masing. Oleh karena itu, dibuatlah sistem
pengawasan dan keseimbangan atau checks and balances di mana antar kekuasaan dapat
saling mengawasi.

2.3 Politik Perilaku dalam Politik dan Keadilan

Politik perilaku mengacu pada pendekatan dalam ilmu politik yang menganalisis
tindakan dan perilaku politik individu dan kelompok dalam konteks politik. Pendekatan
ini berfokus pada studi tentang apa yang memotivasi individu dan kelompok untuk
bertindak secara politik, bagaimana interaksi politik terjadi, dan bagaimana perilaku
politik dapat diprediksi dan dijelaskan. Politik perilaku didasarkan pada beberapa asumsi
dasar, termasuk asumsi bahwa individu memiliki kepentingan politik yang beragam dan
mencoba memaksimalkan kepentingan mereka melalui partisipasi politik. Pendekatan ini
juga mengasumsikan bahwa individu dan kelompok bertindak rasional dalam mencapai
tujuan politik mereka.

Beberapa konsep kunci dalam politik perilaku termasuk partisipasi politik,


preferensi politik, identitas politik, dan proses pengambilan keputusan.

6
1. Partisipasi politik melibatkan keterlibatan aktif individu dalam kegiatan
politik, seperti pemilihan umum, kampanye politik, dan gerakan sosial.
2. Preferensi politik merujuk pada preferensi dan prioritas individu dalam hal
kebijakan politik atau kandidat yang mereka dukung.
3. Identitas politik mencakup afiliasi partai politik, kelompok sosial, dan nilai-
nilai politik yang membentuk identitas politik seseorang. Identitas politik dapat
mempengaruhi perilaku politik individu dan kelompok, termasuk preferensi
politik dan partisipasi politik.
4. Proses pengambilan keputusan dalam politik perilaku melibatkan analisis
tentang bagaimana individu dan kelompok membuat keputusan politik mereka.
Hal ini melibatkan pertimbangan tentang informasi yang tersedia, persepsi
terhadap kepentingan mereka sendiri, dan pengaruh lingkungan sosial dan
politik.

Politik perilaku juga menggabungkan metode ilmiah dan data empiris untuk
memahami dan menjelaskan perilaku politik. Pendekatan ini menggunakan berbagai
metode penelitian, termasuk survei, eksperimen, dan analisis statistik untuk
mengumpulkan dan menganalisis data tentang perilaku politik.
Secara keseluruhan, politik perilaku membantu memahami dan menjelaskan
tindakan politik individu dan kelompok dalam konteks politik. Dengan mempelajari
motivasi, preferensi, identitas, dan proses pengambilan keputusan politik, pendekatan ini
memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana dan mengapa perilaku politik
terjadi.

2.4 Keadilan Organisasi

Pengertian Keadilan Organisasi

Menurut Greenberg, (1990) dalam Lestiyanie & Yanuar (2019), keadilan


organisasi sebagai suatu konsep yang menyatakan persepsi pekerja berkenaan dengan
sebesar apa keberadaan mereka dibutuhkan dalam perusahaan serta persepsi mereka
dalam memberikan andil terhadap hasil perusahaan.

Keadilan organisasi menekankan kepada keputusan manajer, persamaan yang


dirasakan, efek keadilan dan hubungan antara individu dengan lingkungan kerjanya serta

7
menggambarkan persepsi individu mengenai keadilan di tempat kerja. Keadilan
organisasi berpusat pada dampak dari pengambilan keputusan manajerial, persepsi
kualitas, efek keadilan, hubungan antara faktor individu dan situasional serta menjelaskan
persepsi keadilan individu dalam organisasi.

Aspek-Aspek Keadilan Organisasi

Disampaikan lebih lanjut oleh Robbins dan Judge (2008) bahwa aspek-aspek keadilan
organisasi diantaranya:

a. Keadilan distributif,
didefinisikan sebagai keadilan jumlah dan penghargaan yang dirasakan diantara
individu-individu. Hal ini menunjukan bahwa seberapa besar keadilan yang
diterima dan dirasakan individu mengenai jumlah dan penghargaan atas apa yang
diberikan kepada perusahaan yang berupa gaji, pengakuan, bonus, rewards, dan
lain-lain.
b. Keadilan prosedural,
didefinisikan sebagai keadilan yang dirasakan dari proses yang digunakan untuk
menentukan distribusi imbalan. Hal ini berkaitan dengan imbalan yang diterima
individu atas usaha yang telah dilakukan berupa proses promosi, proses
pemutusan hubungan kerja, dan proses kenaikan gaji;
c. keadilan interaksional,
didefinisikan sebagai persepsi individu tentang tingkat sampai dimana seorang
karyawan diperlakukan dengan penuh martabat, perhatian, dan rasa hormat. Hal
ini berkaitan dengan perlakuan perusahaan terhadap semua karyawan untuk
mendapatkan keadilan yang sama dalam berbagai hal berupa perlakuan terhadap
karyawan yang penuh hormat dan martabat, peduli dengan hak-hak karyawan
dalam pengambilan keputusan, penyampaian keputusan yang jelas dan logis.

Indikator Keadilan Organisasi

Indikator yang digunakan untuk mengungkap persepsi keadilan organisasi yaitu


berupa kesesuaian penerimaan upah sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab,
mendapatkan apresiasi ketika mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik, pemerataan
pemberian bonus pada seluruh karyawan sesuai beban kerja yang ada, pemberian rewards

8
sesuai dengan prestasi kerja pada karyawan, proses promosi yang jelas sesuai dengan
penilaian dan kemampuan karyawan, proses pemutusan hubungan kerja yang sesuai
dengan aturan yang berlaku, proses kenaikan gaji yang sesuai dengan tingkat tanggung
jawab, prestasi dan beban kerja yang ada, perlakuan penuh hormat, martabat dan tidak
membeda-bedakan antar karyawan satu dengan karyawan yang lain, memberikan hak-
hak karyawan sesuai dengan hak karyawan, penyampaian keputusan yang jelas dan
transparan.

Faktor yang Mempengaruhi Keadilan Organisasi

Faktor yang mempengaruhi keadilan organisasi menurut Farlin dan Sweeney (1992)
adalah:

a. karakteristik tugas,
artinya sifat dari pelaksanaan tugas karyawan beserta segala konsekuensi yang
diterimanya dan adanya kejelasan dari karakteristik tugas dan proses evaluasinya
yang akan meningkatkan persepsi karyawan terhadap keadilan organisasi.
b. Tingkat kepercayan bawahan,
artinya sejauhmana kepercayaan karyawan terhadap atasan misalnya semakin
tinggi kepercayaan karyawan pada atasan maka akan meningkatkan persepsi
karyawan terhadap keadilan organisasi
c. frekuensi feedback,
artinya semakin sering feedback dilakukan maka akan semakin meningkatkan
persepsi karyawan terhadap keadilan organisasi
d. kinerja manajerial,
artinya sejauh mana peraturan yang ada diterapkan secara fair dan konsisten serta
menghargai karyawan tanpa ada bias personal, sehingga akan semakin
meningkatkan persepsi karyawan terhadap keadilan organisasi.
e. budaya organisasi,
artinya persepsi mengenai sistem dan nilai yang dianut dalam suatu organisasi
juga akan berpengaruh pada meningkatnya persepsi karyawan terhadap keadilan
organisasi.

9
2.5 Etika dalam Perilaku Berpolitik

Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan
kesanggupan seseorang secara sadar untuk menaati ketentuan dan norma yang berlaku
dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi. Aristoteles menyatakan bahwa
manusia pada dasarnya adalah hewan yang berpolitik, maksudnya didalam sebuah
masyarakat yang berpolitik umat manusia untuk menjalani kehidupan yang lebh baik.
Dari sudut pandang inilah politik berarti sebuah aktifitas etis yang berkenaan dengan
usaha menciptakan sebuah masyarakat yang adil, inilah yang disebut Aristoteles sebagai
ilmu pengetahuan pokok. Kekuasaan dan politik banyak digambarkan sebagai sesuatu
yang buruk.

Perilaku mementingkan yang tidak disetujui oleh oleh organisasi adalah tema
umum dalam definisi politik organisasi. Meskipun konotasi negatif kata "politik" dan
keniscayaan politik organisasi itu tidak selalu tidak berfungsi. Dalam hal ini Morgan
(1997 hal. 154) mengamati bahwa arti aslinya ide politik berasal dari pandangan pada
kepentingan masyarakat yang berbeda untuk menyediakan sarana yang memungkinkan
bagi individu untuk mendamaikan perbedaan meskipun dengan konsultasi dan negosiasi.
Ammeter et al. (2002) melihat perilaku politik sebagai rancangan kegiatan untuk
meminimalkan jumlah besar ambiguitas yang terjadi dalam organisasi dan memberi
makna fenomena ketidakpastian organisasi.

Henisz dan Zelner (2010 p. 91) menawarkan perspektif yang saling melengkapi
bahwa "penguasaan politik dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif dan cara untuk
menghindari kerugian”

Bukti menunjukkan hubungan yang sagat kuat akan mengindikasikan, misalnya


bahwa persepsi politik organisasi secara negatif terait dengan kepuasan kerja (Robbin),
persepsi politik juga cenderung meningkatkan kecemasan pekerja dan tekanan,
kemungkinan karena pekerja mengira dia telah kehilangan kesempatan dibandingkan
orang lain yang aktif bermain politik atau sebaliknya, karena mereka merasakan tekanan
akibat memasuki dan bersaing dalam kencah politik. Politik dapat mengarahkan pada
penurunan kinerja pekerja yang dilaporkan sendiri, mungkin karena pekerja memandang
lingkungan kerja yang berpolitik tidak adil, sehingga dapat menurunkan motivasi mereka.

10
Tidak mengejutkan ketika permainan politik menjadi terlalu banyak untuk ditangani, hal
ini dapat mengarahkan pekerja untuk mengundurkan diri.

Ketidakpastian dalam berorganisasi baik langsung maupun tidak langsug


berpengaruh alam mencapai tujuan organisasi, politik memberikan kontribusi positif dan
negatif dalam berorganisasi, namun demikian apakah mungkin politik dihilangkan atau
terbebas dari politik, kita bisa mengakatan "ya" jika seluruh anggota organisasi
memegang tujuan dan kepentingan yang sama, jika sumber daya organisasi tidak langka,
serta jika hasil kinerja benar-benar jelas dan objektif. Tetapi organisasi seperti itu tidak
ada dalam kehidupan kita yang sebenarnya. Untuk itu ada beberapa tawaran etika politik
organisasi yang menekankan pada nilai-nilai dasar manusia.

2.6 Contoh Studi Kasus

Lapindo Brantas Inc. Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan.


Perusahaan ini memperoleh izin dari negara untuk melakukan penambangan minyak dan
gas di daratan di desa Porong Kabupaten Sidoharjo.Pada saat melakukan pengeboran
yang dikoordinasikan oleh pemenang tender yaitu PT TMMJ (Tiga Musim Masa Jaya) di
tempat tersebut terjadi keadaan yang tidak diinginkan berupa semburan lumpur cair yang
menyembur ke permukaan daratan.Berdasarkan berita Harian Surya edisi 30/06/2006,
sehari sebelumsemburan gas terjadi, salah satu pekerja pengeboran telah melaporkan
bahwa terdapat kemungkinan kebocoran lumpur apabila pengeboran tetap dipaksakan
kepada Lapindo Brantas tapi hal tersebut diabaikan.
Dalam situasi dan kondisi bagaimana pun, jika seseorang berusaha untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, maka aktivitas seperti itu telah melibatkannya ke
dalam aktivitas kekuasaan. Kekuasaan yang dimiliki oleh para petinggi Lapindo Brantas
juga mempengaruhi jalannya kasus dan tuntutan yang mengarah pada kasus lumpur
lapindo. Hal tersebut merupakan gambaran kekuasaan dan politik dalam kaitannya
dengan elemen lingkungan di luar organisasi.
Adapun hubungan dominant coalition dengan anggota dalam organisasi pasti
sangat ditentukan oleh direktur dan pemegang saham di Lapindo Brantas sebagai pihak
yang menguasai sumber daya dari Lapindo Brantas Inc.Didalam kasus ini penggunaan
kekuasaan dan politik untuk mengelola suatu organisasi sangat menentukan arah dari
organisasi yang bersangkutan. Terlihat bahwa kaitan antara organisasi, politik, dan
kekuasaan menunjukkan adanya pengaruh kuat dari politik, kekuasaan dari dominant
coalition di Lapindo Brantas Inc. Seorang pemimpin menggunakan kekuasaannya untuk
mencari keuntungan sendiri dengan cara mengabaikan laporan dari seorang pekerja I akan
kemungkinan terjadinya kebocoran lumpur. Sikap pemimpin dalam menggunakan
kekuasaannya adalah penyebab utama terjadinya konflik dalam kasus ini. Kasus seperti
ini perlu dibawah pada proses hukum.

11
BAB III

KESIMPULAN

Lima bentuk kekuasaan politik dan keadilan mungkin saja dimiliki pemimpin dalam
situasi formal dan nonformal sesuai dengan situasi yang sedang terjadi. Namun, kembali
lagi bahwa kekuatan setiap bentuk kekuasaan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi yang
terjadi dalam masing-masing kelompok.

Teori pembagian kekuasaan negara Montesquieu ini dikenal dengan Trias Politica.
Berbeda dengan Locke yang memasukkan kekuasaan yudikatif ke dalam eksekutif,
Montesquieu berpendapat kekuasaan yudikatif sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri.
Montesquieu juga memasukkan kekuasaan terkait hubungan luar negeri, yang oleh Locke
disebut kekuasaan federatif, ke dalam kekuasaan eksekutif.

Dan Politik perilaku mengacu pada pendekatan dalam ilmu politik yang menganalisis
tindakan dan perilaku politik individu dan kelompok dalam konteks politik. Pendekatan
ini berfokus pada studi tentang apa yang memotivasi individu dan kelompok untuk
bertindak secara politik, bagaimana interaksi politik terjadi, dan bagaimana perilaku
politik dapat diprediksi dan dijelaskan.

Keadilan organisasi menekankan kepada keputusan manajer, persamaan yang


dirasakan, efek keadilan dan hubungan antara individu dengan lingkungan kerjanya serta
menggambarkan persepsi individu mengenai keadilan di tempat kerja.

Etika adalah suatu sikap dan perilaku yang menunjukkan kesediaan dan
kesanggupan seseorang secara sadar untuk menaati ketentuan dan norma yang berlaku
dalam suatu kelompok masyarakat atau suatu organisasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

A, L. D., & Yanuar. (2019). PENGARUH BUDAYA ORGANISASI, KEADILAN


TERHADAP OCB, KOMITMEN SEBAGAI INTERVENING PADA CV.
CEMPAKA. Jurnal Manajerial Dan Kewirausahaan, 191-198.

Alif. (2015). PENGARUH MOTIVASI KERJA PENGEMBANGAN KARIR DAN


LINGKUNGAN KERJA TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP
BEHAVIOR (OCB) DENAGN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING PERUSAHAAN TERMINAL LPG. Jurnal Ilmiah Manajemen.

Kovach, M. (2020). Leader Influence: A Research Review of French & Raven’s (1959)
Power Dynamics. The Journal of Values-Based Leadership.

Nihayawati, N. (2017). HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN


KEADILAN ORGANISASI PADA KARYAWAN DI PDAM TIRTA WIJAYA
KABUPATEN CILACAP. Jurnal Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Richardson, S. N. (2014). ORGANIZATIONAL LEADERS AS POLITICAL.

Stephen, R. P. (2014). ORGANIZATIONAL BEHAVIOR.

Ulum, M. C. (2016). Perilaku Organisasi Menuju Orientasi Pemberdayaan. Malang,


Indonesia: UB Press.

Vliet. (2019, January 17). Five forms of power by french & raven, a leadership theory |
toolshero. ToolsHero. https://www.toolshero.com/leadership/five-forms-of-
power-french-raven/ Diakses pada 17 Desember 2020

13

Anda mungkin juga menyukai