Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEKUASAAN POLITIK DAN KEADILAN

DOSEN PENGAMPU:
Rois Arifin S.E.,M.M

Disusun Oleh :
Anggita Valentina 21901081089
Alvina Putri Damayanti 21901081099
Titis Rohdhiana 21901081107

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


MANAJEMEN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan perlindungan-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini, dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas Perilaku Organisasi.
Dalam makalah ini kami membahas tentang “Kekuasaan Politik dan Keadilan”,
yang mana dalam menjalankan aktivitas perpolitikan baik di tingkat nasional
maupun internasional pastilah memiliki konsep-konsep tertentu yang dapat
menunjang keberhasilan dari aktivitas politik tersebut.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menjadi suatu bahan
pembelajaran bagi kita terkait dengan pemahaman akan Kekuasaan politik dan
keadilan, dan juga kami berharap makalah ini dapat menjadi sebuah bahan
pembelajaran bagi kami dalam penyusunan karya tulis kedepannya.
 
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang..........................................................................................
1.2Rumusan masalah.....................................................................................
1.3Tujuan.......................................................................................................
BAB II
ISI
2.1 Sumber sumber kekuasaan........................................................................
2.2 Jenis-jenis kekuasaan................................................................................
2.3Politik perilaku...........................................................................................
2.4 Keadilan organisasi...................................................................................
2.5 Etika dalam berperilaku politik.................................................................
2.6 Contoh kasus.............................................................................................
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan...............................................................................................
3.2 Saran.........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang   
Study tentang Kekuasaan dan Politik dalam organisasi cuma sedikit.
Beberapa studi justru menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Kekuasaan
dan Politik merupakan sesuatu yang ada dan dialami dalam kehidupan setiap
organisasi tetapi agak sulit untuk mengukurnya akan tetapi penting untuk
dipelajari dalam perilaku keorganisasian, karena keberadaannya dapat
mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam organisasi.
Pada saat individu mengadakan interaksi untuk mempengaruhi tindakan
satu sama lain, maka yang muncul dalam interaksi tersebut adalah pertukaran
kekuasaan. Kekuasaan merupakan kualitas yang melekat dalam satu interaksi
antara dua atau lebih individu.
Politik bukan hanya terjadi pada sistem pemerintahan, namun politik juga
terjadi pada organisasi formal, badan usaha, organisasi keagamaan, kelompok,
bahkan pada unitkeluarga. Politik merupakan suatu jaringan interaksi
antarmanusia dengan kekuasaan diperoleh, ditransfer, dan digunakan.
Politik yang dijalankan untuk menyeimbangkan kepentingan individu
karyawan dan kepentingan manajer,  serta kepentingan organisasi. Ketika
keseimbangan tersebut tercapai,maka kepentingan individu akan mendorong
pencapaian kepentingan organisasi.

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latara belakang yang telah dikemukakan maka rumusan
masalah yang ditekankan adalah:
1. Sumber sumber kekuasaan
2. Jenis jenis kekuasaaan
3. Politik perilaku
4. Keadilan organisasi
5. Etika dalam perilaku politik
6. Contoh kasus

1.3Tujuan
1.Dapat mengetahui pengertian dan sumber-sumber kekuasaan
2.  Dapat mengetahui Jenis kekuasaan
3.  Dapat mengetahui politik perilaku
4.  Dapat mengetahui keadilan organisasi
5.  Dapat mengetahui etika dalam perilaku politik
6.  Dapat mengetahui contoh kasus

BAB II

2.1 Sumber-sumber Kekuasaan


Kekuasaan politik adalah kemampuan menggunakan sumber dari
pengaruh untuk mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan
politik sehingga menguntungkan dirinya, kelompoknya atau masyarakat secara
umum.

Sumber-sumber kekuasaan :

 Sumber kekuasaan dapat juga berupa kekayaan. Misalnya seorang


pengusaha kaya mempunyai kekuasaan atas seorang politikus atau
seorang bawahan yang mempunyai utang yang belum dibayar kembali.
 Kekuasaan dapat pula bersumber pada kepercayaan atau agama.
Dibanyak tempat alim ulama mempunyai kekuasaan terhadap umatnya,
sehingga mereka dianggap sebagai pemimpin informal yang perlu
diperhitungkan dalam proses pembuatan keputusan di tempat itu.

2.2 Jenis-jenis Kekuasaan

1. Kekuasaan Legislatif
Ini adalah kekuasaan untuk membentuk undang-undang untuk mengatur
dalam sebuah negara. Dalam hal ini kekuasaan legislatif di Republik
Indonesia dipegang oleh DPR.
2. Kekuasaan Eksekutif
Ini adalah kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan kekuasaan
ini dipegang oleh Presiden.
3. Kekuasaan Yudikatif
Ini adalah kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan demi tegaknya
hukum dan keadilan. Pemegang kekuasaan yudikatif adalah Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi.
2.3 Politik Perilaku
Politik perilaku adalah tindakan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam
kegiatan politik. Ramlan Surbakti (1992), mengemukakan
bahwa perilaku politik adalah sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses
pembuatan dan keputusan politik. Perilaku politik meliputi tanggapan internal
seperti persepsi, sikap, orientasi dan keyakinan serta tindakan-tindakan nyata
seperti pemberian suara, protes, lobi dan sebagainya.

 Persepsi politik berkaitan dengan gambaran suatu obyek tertentu, baik


mengenai keterangan, informasi dari sesuatu hal, maupun gambaran
tentang obyek atau situasi politik dengan cara tertentu (Fadillah Putra,
2003).
 Sikap politik merupakan hubungan atau pertalian diantara keyakinan
yang telah melekat dan mendorong seseorang untuk menanggapi suatu
obyek atau situasi politik dengan cara tertentu.
Sikap dan perilaku masyarakat dipengaruhi oleh proses dan peristiwa historis
masa lalu dan merupakan kesinambungan yang dinamis. Peristiwa atau
kejadian politik secara umum maupun yang menimpa pada individu
atau kelompok masyarakat, baik yang menyangkut sistem politik atau ketidak
stabilan politik, janji politik dari calon pemimpin atau calon wakil rakyat yang
tidak pernah ditepati dapat mempengaruhi perilaku politik masyarakat.
Perilaku politik atau (Politic Behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh
insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai
insan Politik .Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk
melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik.
Contoh perilaku politik adalah:
 Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin
 Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai
politik atau parpol , mengikuti ormas
atau organisasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat
 Ikut serta dalam pesta politik
 Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
 Berhak untuk menjadi pimpinan politik
 Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai
insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara
baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku
Perilaku politik merupakan tingkah laku politik para aktor politik dan
warganegara atau interaksi antara pemerintah dan masyarakat,
lembaga- lembaga pemerintah, antara kelompok dan individu dalam masyarakat
dalam proses pembuatan, pelaksanaan dan penegakan keputusan politik. Aktor
politik ada dua macam :
Aktor bertipe pemimpin yang mempunyai tugas, tanggung
jawab, kewenangan untuk membuat dan melaksanakan keputusan politik.
Warga negara biasa yang memiliki hak sarta kewajiban untuk mengajukan
tuntutan dan dukungan terhadap aktor yang bertipe pemimpin.

Macam-macam perilaku politik :
1. Radikal : adalah perilaku tidak puas warganegara terhadap keadaan yang
ada serta menginginkan perubahan yang cepat dan mendasar, tidak kenal
kompromi dan tidak mengindahkan orang lain cenderung ingin menang
sendiri.
2. Moderat : adalah perilaku politik masyarakat yang telah cukup puas
dengan keadaan dan bersedia maju, tetapi tidak menerima sepenuhnya
perubahan apalagi perubahan yang serba cepat seperti kelompok radikal.
3. Status Quo : adalah sikap politik dari warga negara yang sudah puas
dengan keadaan yang ada/berlaku dan berusaha tetap mempertahankan
keadaan itu.
4. Konservatif : adalah sikap perilaku politik masyarakat yang sudah puas
dengan keadaan yang sudah ada dan cenderung bertahan dari perubahan.
5. Liberal : adalah sikap perilaku politik masyarakat yang berrpikir bebas
dan ingin maju terus. Menginginkan perubahan progresif dan cepat,
berdasarkan hukum atau kekuatan legal untuk mencapai tujuan.

2.4 Keadilan Organisasi


Menurut Greenberg (2010:201) keadilan organisasi adalah persepsi masyarakat
tentang keadilan dalam organisasi, yang terdiri dari persepsi tentang bagaimana
keputusan dibuat mengenai distribusi hasil (keadilan prosedural) dan keadilan
yang dirasakan orang-orang hasil-hasil itu sendiri (seperti yang dipelajari dalam
equity theory).
Menurut Kreitner dan Kinicki (2010:221) dalam bukunya yang berjudul
Organizational Behavior, keadilan organisasional mencerminkan sejauh mana
karyawan melihat bagaimana mereka diperlakukan secara adil di tempat kerja.
Dapat identifikasi dari tiga komponen yang berbeda dari keadilan organisasi
antara lain keadilan distibutif, keadilan prosedural dan keadilan interaksional.
Menurut Laghari dan Memon (2015) berpendapat bahwa keadilan organisasi
menjadi elemen utama yang berfokus pada keadilan yang terjadi di tempat kerja
dan kepuasan yang dirasakan oleh karyawan. Sehingga keadilan organisasi
didasari oleh bagaimana setiap karyawan menilai sikap dan perilaku karyawan
lain dan bagaimana perilaku organisasi terhadap mereka.
Menurut Ivancevich et al (2011:136), keadilan organisasional merupakan
penelitian ilmu organisasi yang berfokus pada persepsi dan penilaian oleh
karyawan mengenai kewajaran prosedur dasar dan keputusan organisasi
mereka. Inti keadilan adalah bahwa karyawan membandingkan usaha dan
penghargaan yang mereka terima dengan orang lain dalam situasi kerja yang
serupa.
2.5 Etika Dalam Berperilaku Politik
Pembahasan suatu politik organisasi tidaklah lengkap tanpa berbicara tentang
etika berpolitik dalam organisasi. Pertimbangan etis haruslah merupakan suatu
kriteria pengontrol dalam perilaku politik untuk mempengaruhi pihak tertentu.
Etik merupakan standar moral apakah suatu perilaku baik atau buruk menurut
norma masyarakat. Perilaku politik yang etis adalah suatu perilaku yang
bermanfaat untuk individu dan organisasi, sedangkan perilaku politik yang tidak
etis adalah perilaku yang bermanfaat untuk individu tetapi melukai organisasi.
Setidaknya ada terdapat tiga kriteria untuk menilai apakah cara kita bertindak
etis atau tidak etis yaitu prinsip utilitarianisme, hak dan keadilan. Prinsip
utilitarianisme mengajarkan bahwa keputusan yang telah kita ambil haruslah
’memberikan manfaat terbesar untuk jumlah orang terbesar’. Pandangan
demikian menekankan pada kinerja kelompok (kinerjaorganisasi). Dengan kata
lain, suatu pengambilan keputusan adalah dalam rangka efisiensi dan
produktivitas organisasi, bukan untuk mengambil keuntungan sepihak. Prinsip
’hak’ menekankan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk
mengemukakan pendapat dan berbicara,
Sebagaimana diatur dalam Piagam Hak Asasi Manusia. Prinsip ’keadilan’
mengisyaratkan individu untuk memberlakukan dan menegakkan aturan-aturan
secara adil dan tidak berat sebelah atau pilih kasih sehingga terdapat distribusi
manfaat dan biaya yang pantas.
Dalam melakukan tindakan politik, siapapun aktornya (bisa manajer atau staf)
haruslah mempunyai pedoman pada tiga kriteria etis tadi.

2.6Contoh Kasus:
Seorang Manajer sering memerintahkan anggota timnya untuk menjalankan
atau tidak menjalankan sesuatu. Dengan diberikannya perintah dari atasan itu
berarti pemimpin atau manajer tersebut telah menggunakan kekuasaanya dalam
sebuah organisasi. Pada dasarnya yang dimaksud dengan kekuaaan adalah
kemampuan memengaruhi orang lain untuk bersedia melakukan sesuatu yang
diinginkannya.  
Penggunaan kekuasaan oleh seorang pemimpin dalam menimbulkan dua
dampak yaitu dampak positif dan dampak negatif. Penggunaan kekuasaan yang
efektif akan meningkatkan motivasi bawahannya sehingga dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan baik, jika penggunaan kekuasaan yang tidak efektif oleh
seorang pemimpin akan mengakibatkan dampak negatif sehingga pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan baik.
BAB 3
PENUTUP
3.1Kesimpulan

Kekuasaan (Power) biasanya mengacu pada kemampuan yang dimiliki A untuk


memengaruhi perilaku B sehingga B bertindak sesuai dengan keinginan A.
Definisi tersebut mengimplikasikan sebuah potensi tidak perlu diaktualisasikan
agar efektif dan sebuah hubungan ketergantungan. Kemungkinan aspek
terpenting dari kekuasaan adalah bahwa hal ini merupakan fungsi
ketergantungan (dependency). apabila Semakin besar ketergantungan B pada A,
semakin besar pula kekuasaan A dalam hubungan tersebut.

Kekuasaan formal biasanya didasarkan pada posisis seorang individu


dalam sebuah organisasi. Kekuasaan formal dapat berasal dari kemampuan diri
sendiri untuk memaksa atau memberi imabalan, atau dari wewenang formal.
Sedangkan kekuasaan pribadi merupakan kekuasaan yang berasal dari
karakteristik individual mereka yang unik terdapat dua basis kekuatan Pribadi,
yaitu kekuasaan karena keahlian dan juga kekuasaan rujukan. Taktik Kekuasaan
merupakan cara-cara individu menerjemahkan landasan kekuasaan kedalam
tindakan-tindakan tertentu. Ada Terdapat Sembilan taktik pengaruh diantaranya
legitimasi, persuasi rasional, seruan inspirasional, konsultasi, tukar pendapat,
seruan pribadi, menyenangkan orang lain, tekanan, dan koalisi.
3.2Saran
Demikian makalah yang kami buat ,semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca .Apabila ada saran dan kritik yang disampaikan kepada kami. Apabila
terdapat kesalahan mohion dapat memaaafkan dan memakluminya ,karena kami
adalah hamba Allah yang tal luput dari salah, khilaf dan lupa.

Anda mungkin juga menyukai