PENDAHULUAN
Dunia politik kerap kali diidentikkan dengan seorang aktor politik, dimana
seorang aktor politik menjadi sorotan tersendiri dalam menarik apresiasi dan
dukungan dari rakyat. Fenomena ini selalu dibuktikan adanya, pada tiap periode
pemilu di suatu Negara Demokrasi. Partai yang unggul dalam perolehan suara
pemilu, umumya karena memboyong satu atau dua figur yang memiliki elektabilitas
tinggi di masyarakat. Berkaca pada pemilu-pemilu sebelumnya di Indonesia, partai
yang berada di urutan teratas perolehan suara merupakan partai besar dengan
popularitas figur-figur mereka.
Pada tahun 2014, kemenangan partai dalam pemilu pun faktanya tak lepas
dari peran serta figur aktor politik yang membangun pencitraan untuk mendongkrak
suara partainya. Hal ini dibuktikan dengan kemunculan sosok-sosok seperti Jokowi
sebagai pemimpin yang terkenal dengan keluguannya, dan kedekatannya dengan
rakyat, membuat PDIP tak luput dari ikon sang jokowi dalam setiap kampanyenya.
Atau sosok Prabowo yang tahun ini sukses mendongkrak suara Partai Gerindra
dengan begitu signifikan dari periode pemilu sebelumnya, ditambah sosok Soeharto
dengan pencitraan keberhasilannya sebagai presiden RI di era orde baru, masih tak
lepas menjadi figur sorotan di partai Golkar.
Aktor politik tentu saja berperan sangat penting dalam suatu lembaga
politik, aktor politik harus mampu menarik simpatisan masyarakat dari segala
golongan untuk memperkuat dirinya sebagai seorang yang sangat berpengaruh
untuk memobilisasi masyarakat dalam setiap kegiatan politik. Tak sampai disitu
biasanya partai politik menggunakan popularitas seorang tokoh politik untuk
memenangkan suatu partai politik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan apenulisan
BAB II
LANDASAN TEORITIS
KEKUATAN POLITIK
Adapun sumber kekuatan politik di era reformasi yang bisa dilihat terdiri dari :
Sarana paksaan fisik seperti senjata, teknologi dan lain-lain.
Kekayaan seperti uang, tanah, bankir, pengusaha.
Normatif seperti pemimpin agama, kepala suku atau pemerintah yang
diakui.
Popularitas pribadi, seperti bintang film, pemain sepakbola.
Jabatan keahlian seperti pengetahuan, teknologi, keterampilan.
Massa yang terorganisir seperti organisasi buruh, petani, guru.
Informasi seperti pers yang punya kemampuan membentuk opini publik.
‘moderat’:
Golongan Radikal
BAB III
PEMBAHASAN
Aktor politik harus mampu menguasai Ilmu retorika, dialektika, dan public
speaking karena hal ini mengenai penyampaian pesan-pesan politik kepada
masyarakat agar seorang aktor politik mampu memberikan pengaruh atau dapat
mempengaruhi masyarakat lewat kata-kata yang diucapkannya lewat pidato atau
kampanye politiknya.
C. KESIMPULAN
1
Wasesa (2011:4)
Aktor politik berarti pelaku yang mempunyai kekuasan dalam sistem
politik. Berbicara mengenai politik tidak terlepas dari para Aktor. Aktor
didefinisikan sebagai mereka yang berhubungan atau memiliki posisi penting.
Aktor politik adalah pribadi unggul yang mempunyai kecerdasan, dan kedewasaan
yang akan membimbing warga negaranya menjadi lebih maju dan mandiri. Aktor
berkaitan dengan seberapa kekuasaan seseorang berpengaruh pada pembuatan
kebijakan pemerintah. Disini peran aktor adalah bagaimana mempengaruhi proses
pembuatan kebijakan agar kebijakan tersebut berpihak pada kepentingan aktor dan
bukan kepentingan public.
Aktor politik tak akan lepas dari sebuah partai politik, karena partai
politiklah yang kemudian melahirkan kader-kader atau calon aktor politik yang
kemudian akan berkecimpung dalam dunia politik. Peranan aktor politik sangat
penting guna menghimpun kekuatan politik suatu partai, karena biasanya sosok
seorang tokoh politik yang sudah tergambar bagus citranya di masyarakat
cenderung akan mudah dimobilisasi oleh seorang aktor politik. Begitu halnya
ketika seorang aktor politik suatu partai politik terjerat suatu kasus yang kemudian
akan memperburuk citranya di mata masyarakat, maka secara tidak langsung hal
itu juga akan berdampak kepada partai politik. Artinya seorang aktor politik
merupakan kunci keberhasilan atau malah menjadi awal penyebab keterpurukan
sebuah partai politik, karena aktor politik mempunyai posisi yang fital dalam
suatu partai politik.
Aktor politik biasanya tidak akan lepas dari citra atau pribadi mereka
dimata khalak umum, karena sebagai aktor politik mereka mempunyai peran yang
fital dalam kehidupan bernegara.
Pencitraan politik adalah pencitraan atau penggambaran panjang yang
mengikut sertakan nilai-nilai partai politik suatu aktor sebagai pemberi solusi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk membangun pencitraan politik
dibutuhkan waktu setiap hari, ukan dilakukan 5 bulan sekali. Pada sisi lain tidak
sedikit seorang aktor mengartikan pencitraan adalah kedekatan dengan wartawan.
Misalkan pendapat seorang tokoh atau aktor politik yang kemudian berindikasi
pro terhadap rakyat yang dimuat oleh wartawan atau kebiasaan baik seorang aktor
politik yang didokumentasikan olehh seorang wartawan untuk memberikan
informasi kepada masyarakat bahwa aktor tersebut adalah orang yang merakyat
dan sebagainya. Maka saat itulah citra seorang aktor politik akan melonjak naik
dan akan populer, hal ini tentu saja menjadi kekuatan politik dimana ketika aktor
tersebut mampu mempengaruhi atau memobilisasi masyarakat dengan citra yang
mereka buat baik dimata masyarakat. Sehingga dengan mudah seorang aktor
politik dapat menghimpun massa yang dapat menjatuhkan lawan-lawan
politiknya.
DAFTAR PUSTAKA
http://politik.kompasiana.com/2014/05/10/figur-tokoh-sebagai-pertarungan-
kekuatan-partai-politik-dalam-pemenangan-pemilu-2014-655495.html
http://putraguru.blogspot.com/2011/09/pengertian-dan-pentingnya-retorika-
seni.html
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas
makalah ini denga judul “Aktor Politik Sebagai Salah Satu Kekuatan Politik”
dikerjakan sebagai bahan penilain oleh mata kuliah Kekuatan-Kekuatan Politik.
Serta sebagai tugas wajib dalam perkuliahan.
Penulis
Makalah
Abd. Rahman n
E11113006
Universitas hasanuddin
2014-2015