I. DESKRIPSI
A. Asal, Ciri dan Arti
Ada tiga teori yang coba menjelaskan asal usul partai politik. Pertama, teori
kelembagaan yang melihat ada hubungan antara parlemen dan timbulnya partai politik.
Kedua, teori situasi historik yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem
politik untuk mengatasi krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas.
Ketiga, teori pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial
ekonomi.
Teori pertama (kelembagaan) mengatakan partai politik dibentuk oleh kalangan
legislatif karena ada kebutuhan para anggota parlemen untuk mengadakan kontak dengan
masyarakat dan membina dukungan dari masyarakat. Teori Kedua (situasi historik)
menjelaskan bahwa krisis situasi historik terjadi makala suatu sistem politik mengalamai
masa transisi karena perubahan masyarakat dari bentuk tradisional yang berstruktur
sederhana menjadi masyarakat modern yang berstruktur kompleks. Pada situasi ini terjadi
berbagai perubahan, seperti pertambahan penduduk, perbaikan fasilitas kesehatan, perluasan
pendidikan, mobilitas okupasi, perubahan pola pertanian dan industri, partisipasi media,
urbanisasi, ekonomi berorientasi pasar, peningkatan aspirasi dan harapan-harapan baru dan
munculnya gerakan-gerakan populis. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan tiga
macam krisis, yakni legitimasi, integrasi dan partisipasi. Untuk mengatasi tiga permasalahan
inilah partai politik dibentuk.
Teori terakhir (pembangunan) melihat modernisasi sosial ekonomi, seperti
pembangunan teknologi komunikasi berupa media massa dan transportasi, perluasan dan
peningkatan pendidikan, industrialisasi, urbanisasi, perluasan kekuasaan negara seperti
birokratisasi, pembentukan berbagai kelompok kepentingan dan organisasi profesi, dan
peningkatan kemampuan individu yang mempengaruhi lingkungan, melahirkan suatu
1. Sosialisasi Politik
Dimaksud dengan sosialisasi politik ialah proses pembentukan sikap dan orientasi
politik para anggota masyarakat. Melalui proses inilah para anggota masyarakat
memperoleh sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam
masyarakat.
Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi dua yaitu
pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan proses dialogis
antara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini, para anggota masyarakat
mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik
negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik seperti sekolah, pemerintah dan
partai politik. Sedangkan indoktinasi politik merupakan proses sepihak ketika penguasa
2. Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan
seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem
politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya.
3. Partisipasi Politik
Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses
pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin
pemerintahan. Jadi partai politik merupakan wadah partisipasi politik.
4. Pemadu Kepentingan
Fungsi pemaduan kepentingan ialah kegiatan menampung, manganalisis dan
memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai
alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik. Fungsi ini sangat menonjol dalam sistem politik
demokrasi, karena dalam sistem politik totaliter kepentingan dianggap seragam. Partai
politik dalam sistem ini kurang melaksanakan fungsi pemaduan kepentingan.
5. Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi mengenai politik
dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.
6. Pengendalian Konflik
Konflik yang dimaksud disini ialah dalam arti yang luas, mulai dari perbedaan
pendapat sampai pada pertikaian fisik antar individu atau kelompok dalam masyarakat.
Dalam negara demokrasi, setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak
menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingannya sehingga konflik
menjadi gejala yang sukar dielakkan. Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi
berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang
berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-
pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan
perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.
D. Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian ialah pola perilaku dan interaksi diantara sejumlah partai politik
dalam suatu sistem politik. Maurice Duvarger menggolongkan sistem kepartaian menjadi
tiga, yaitu sistem partai tunggal, sistem dwi partai dan sistem banyak partai. Pertama sistem
partai tunggal merupakan contradictio in terminis karena dalam setiap sistem terdiri atas
lebih dari satu bagian. Oleh karena itu istilah yang tepat digunakan berupa bentuk partai
totaliter (komunis maupun fasis) dengan bentuk partai tunggal otoriter, seperti dapat ditemui
dalam banyak negara berkembang dan bentuk partai tunggal dominan (tidak totaliter dan
otoliter) seperti diterapkan di jepang. Untuk diketahui sejumlah negara tidak memiliki partai
politik, sebagaimana diterapkan dalam sistem politik otokrasi tradisional, seperti Brunei
Darussalam dan Arab Saudi. Penggolongan sistem kepartaian tersebut berdasarkan jumlah
partai saja.
1. Jumlah Partai
Penggolongan sistem kepartaian berdsasarkan jumlah partai dapat dikemukakan
sebagai berikut : (a) Partai tunggal otoriter ialah suatu sistem kepartaian yang di
dalamnya terdapat lebih dari satu partai tetapi terdapat satu partai besar yang digunakan
oleh penguasa sebagai alat memobilisasi masyarakat dan mengesahkan kekuasaannya,
sedangkan partai-partai lain kurang dapat menampilkan diri karena ruang gerak dibatasi
penguasa. Bentuk partai tunggal otoriter biasanya diterapkan negara-negara berkembang
yang menghadapi masalah integrasi nasional dan keterbelakangan ekonomi. Partai
tunggal otoriter digunakan sebagai wadah persatuan segala lapisan dan golongan
masyarakat dan sebagai alat memobilisasi masyarakat untuk mendukung kebijakan yang
dibuat penguasa. Selanjutnya bentuk partai tunggal dominan tetapi demokratis ialah
suatu sistem kepartaian yang di dalamnya terdapat lebih dari satu partai, namun satu
2. Jarak Ideologi
Ilmuwan politik asal Italia (Giovani Sartori) berpendapat tentang sistem kepartaian,
menurutnya penggolongan sistem kepartaian bukan maslaah jumlah partai, melainkan
jarak ideologi di antara partai-partai yang ada. Konkretnya penggolongan sistem
II. ANALISIS
Bab 7 buku memahami ilmu politik karya Ramlan Surbakti mencoba menjelaskan
kepartaian dalam sistem politik maupun partai politik itu sendiri. Ia mengatakan bahwa
keberadaan partai politik dilihat dari tiga teori, yaitu teori kelembagaan yang melihat ada
hubungan antara parlemen awal dan timbulnya partai politik, kemudian teori situasi historik
yang melihat timbulnya partai politik sebagai upaya suatu sistem politik untuk mengatasi
krisis yang ditimbulkan dengan perubahan masyarakat secara luas. Terakhir teori
pembangunan yang melihat partai politik sebagai produk modernisasi sosial ekonomi. Seperti
yang diungkapkan oleh Miriam Budiarjo1 partai politik terlahir mula-mula kegiatan politik
dipusatkan pada kelompok-kelompok politik dalam parlemen, yang kemudian berkembang di
luar parlemen dengan dibentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur pengumpulan
1
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Gramedia : Jakarta. Hal 397-399.
2
Muslim Mufti. 2012. Teori-Teori Politik. Pustaka Setia : Bandung. Hal 125.
3
Ibid. Hal 124.
4
Op Cit. Hal. 403-404.
III. KESIMPULAN
Dari uraian Ramlan Surbakti dalam bukunya, dapat disimpulkan bahwa partai politik
merupakan kelompok anggota terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan
dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan
kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif
kebijakan umum yang disusun. Partai politik memiliki fungsi untuk mencari dan
mempertahankan kekuasaan, serta fungsi-fungsi lain sebagai berikut :
1. Sosialisasi politik
2. Rekrutmen politik
3. Partisipasi politik
4. Pemadu Kepentingan
5. Komunikasi Politik
6. Pengendalian konflik
7. Kontrol Politik
5
Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Gramedia : Jakarta. Hal 405-414.
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik (Edisi Revisi). Gramedia : Jakarta.