Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL RIVIEW

HAKEKAT MANUSIA KERJA DAN KETERASINGAN

OLEH :

REZA AR ROZAQ

NPM. 16011865030

SEKOLAH PASCASARJANA ILMU POLITIK

UNIVERSITAS NASIONAL JAKARTA

2019
CRITICAL REVIEW

JUDUL BUKU : Calhoun


PENULIS :
PENERBIT :
FOKUS KRITIK :

bagaimana Marx memandang keterasingan manusia. Bahwa dengan memahami penyebab


dari keterasingan manusia, maka setidaknya kita dapat memahami, bagaimana Marx melihat
keterasingan manusia dalam konsep pertentangan kelas.

Hakikat Kerja
Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktivitaas. Salah satu
aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja. Berkerja
mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan sebuah sebuah karya yang
dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan.

Faktor pendorong penting yanag menyebabkan manusia bekerja adalah adanya kebutuhan
yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja mengandung unsur suatu kegiatan sosial,
menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Namun
demikian di balik tujuan yang tidak langsung tersebut orang bekerja untuk mendapatkan
imbalan yang berupa upah atau gaji dari hasil kerjanya itu. Jadi pada hakikatnya orang
bekerja, tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi juga bertujuan
untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
Keterasingan Manusia dalam Pekerjaan :
- Pekerjaan sebagai kegiatan yang khas manusiawi
- Pekerjaan sebagai Obyektivasi diri manusia
- Pekerjaan dan sifat sosial manusia

Teori Sosiologis (Kemasyarakatan) – Karl Marx dan Friedrich Engels


Meskipun dia dikenal sebagai salah satu “founding fathers” (para pendiri Negara) dari
Sosiologi Modern, Karl Marx (1818-1883) bukan orang yang berpendidikan biasa/lazim,
ataupun seseorang yang secara langsung timbul/lahir di bidang sosiologi pada jamannya.
Marx memberikan jalan untuk mengerti koneksi antara hubungan ekonomi di antara
masyarakat dan gambaran (pola) besar dari tatanan social (social order) yang muncul dari
mereka di masa tertentu – sebuah argument yang dikenal sebagai “historical
materialism” (materialistis menurut sejarah). Dalam mengembangkan historical materialism,
Mark dan kolaboratornya Friedrich Engels (1820-1895) memberikan dasar/fondasi yang
kemudian menjadi terapan luas di Sekolah Ilmu Sosiologi. Saat ini, Marx terus membuat
kagum tidak hanya dari kecerdasaannya sebagai ahli filsafat dan memelopori ilmu
pengetahuan social, tapi juga karena dia mewakili para pelajar-aktifis yang, disimpulkan dari
Marx’s Theses on Feuerbach, dia tidak puas hanya dengan mengkritik dunia tapi dia mau
merubahnya.

First Premises of Materialist Method (Dasar pemikiran (tempat) pertama metode


materialis)
Dasar pemikiran (tempat) darimana kita memulai bukanlah sesuatu yang sewenang-wenang,
bukan dogma, tapi dasar pemikiran yang nyata dari pemikiran yang abstrak hanya bisa dibuat
di dalam khayalan (imajinasi). Mereka adalah individual yang nyata, aktifitas mereka dan
kondisi material dimana mereka hidup/tinggal, baik yang mereka temukan sudah ada dan
yang di produksi dari aktifitas mereka. Dasar pemikiran ini kemudian bisa di verifikasi secara
empiris murni.
Dasar pemikiran dari semua sejarah manusia, tentunya, dari adanya kehidupan manusia
secara individual. Lalu, fakta pertama yang perlu dibangun adalah organisasi fisik atas
individual-individual ini dan akibat dari relasi mereka kepada sifat dasarnya. Tentunya kita
tidak bisa melangkah kepada dasar fisik yang actual dari manusia, atau kepada kondisi alamat
(natural) dimana manusia menemukan dirinya – geological, oreohydrographical, iklim dan
sebagainya. Penulisan sejarah harus selalu berangkat dari dasar-dasar alami dan
modifikasinya dalam perjalanan sejarah melalui aksi manusia.

Manusia dapat dibedakan dari hewan oleh kesadaran, oleh agama atau apa pun lain yang
kamu suka. Mereka sendiri mulai membedakan diri dari binatang segera ketika mereka mulai
menghasilkan sarana sumber penghidupan (nafkah hidup) mereka, sebuah langkah yang
dikondisikan oleh organisasi fisik mereka. Dengan memproduksi sarana sumber penghidupan
mereka, manusia sudah benar-benar menghasilkan kehidupan material mereka yang
sebenarnya.

Cara manusia menghasilkan sarana penghidupan mereka bergantung pada pertama-tama sifat
dari sarana sumber penghidupan (subsistence) yang sebenarnya mereka temukan dalam
keberadaan dan harus mereproduksi. Mode produksi ini tidak boleh dianggap hanya sebagai
produksi keberadaan fisik individu. Sebaliknya itu adalah bentuk yang pasti dari aktivitas
individu-individu ini, bentuk yang pasti untuk mengekspresikan kehidupan mereka, cara
hidup yang pasti dari bagian mereka. Sebagai individu mengekspresikan kehidupan mereka,
demikian juga mereka. Apakah mereka itu, oleh karena itu, bertepatan dengan produksi
mereka, baik dengan apa yang mereka hasilkan dan dengan bagaimana mereka menghasilkan.
Sifat individu alami itu tergantung pada kondisi material yang menentukan produksi mereka.

Alienation and Historial Materialism (Pengasingan dan Sejarah Materialistis)

First Premises of Materialist Method (Dasar pemikiran (tempat) pertama metode materialis)

Dasar pemikiran (tempat) darimana kita memulai bukanlah sesuatu yang sewenang-wenang,
bukan dogma, tapi dasar pemikiran yang nyata dari pemikiran yang abstrak hanya bisa dibuat
di dalam khayalan (imajinasi). Mereka adalah individual yang nyata, aktifitas mereka dan
kondisi material dimana mereka hidup/tinggal, baik yang mereka temukan sudah ada dan
yang di produksi dari aktifitas mereka. Dasar pemikiran ini kemudian bisa di verifikasi secara
empiris murni.

Pengertian Keterasingan

Alienisasi atau dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan menjadi proses menuju
keterasingan, adalah teori yang dikeluarkan oleh Karl Marx tentang munculnya sebuah
keadaan di mana buruh atau proletar mendapatkan sebuah keadaan yang terasing dari
kehidupanya. Ia percaya bahwa Alienisasi adalah hasil dari eksploitasi Kapitalisme
terhadap buruh dengan mengartikanya sebagai modal

Keterasingan atau alienasi berakar dalam kata Bahasa Latin alienatio yang berarti
penyerahan, pemindahan ke tangan lain, pemindahan hak, hal memisahkan diri, keadaan

tak sadarkan diri. Kata ini mempunyai pengertian yang berbeda dalam pelbagai sudut

pandang keilmuan seperti Ilmu Hukum, Ilmu Psikologi dan Ilmu Sosial. Dalam fisafat,

Hegel, justru melihat keterasingan secara positip, yakni suatu upaya untuk menemukan

identitas diri yang penuh.

Marx mendasarkan pengertiannya mengenai keterasingan

situasi konkrit yang terjadi pada zamannya. Pengertian keterasingan ditempatkannya

dalam analisisnya mengenai pekerjaan. Keterasingan manusia adalah sebuah keterasingan

manusia yang hidup pada kurun waktu tertentu dan tempat tertentu dalam pekerjaan.

Manusia sebagai makhluk pekerja (homo faber) seharusnya menjadi bebas, senang dan

bahagia dalam dan melalui pekerjaannya. Akan tetapi, pada masa Marx hidup justru

manusia manusia yang hidup dalam lilitan sistem Kapitalisme justru mengalami

keterasingan. Keterasingan yang dialami manusia dalam pekerjaannya ini juga

mengakibatkan keterasingan dalam bidang sosial dan ideologis. Keterasingan menurut

Marx adalah keterasingan manusia dalam kpekerjaan, yakni keadaan di mana manusia

sebagai makhluk pekerja tidak mengalami keutuhan dirinya dalam dan melalui pekerjaan.

Bentuk-bentuk Keterasingan

1. Agama

Marx melihat agama sebagai bentuk yang tampak dari keterasingan yang dialami

manusia. Ia melihat Allah hanyalah sebagai ciptaan angan-angan manusia. Agama

hanyalah sebagai pyoyeksi sifat-sifat manusia hakiki ke dalam surga, akan tetapi manusia

kemudian melupakan hal itu. Manusia lalu menjadi takut dan menyembah hasil

ciptaannya sendiri. Manusia seharusnya kuat, baik, adil dan tahu bukan
memproyeksikannya kepada “tuhan” yang merupakan ciptaannya sendiri. Bisa di katakan
mark melihat agama adalah candu dogma dogma agama mendoktrin tingkah laku manusia.

2. Negara
Menurut Marx negara bukanlah subyek yang unsur-unsurnya adalah keluarga dan masyarakat
luas, melainkan keluarga dan masyarakat luas adalah pengandaian-pengandaian, prasyarat,
bagi adanya negara. Marx hendak mengatakan bahwa dalam negaralah ditemui akar
keterasingan manusia, terutama dari sifatnya yang sosial. Negara seharusnya menjadi obyek
dari masyarakat. Di dalam negara, orang bekerja dan bekerja sama bukan karena
membutuhkan sesamanya , tetapi saling bersaing untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.
Marx sangat menghargai manusia, oleh karenanya negara sebagai lembaga penekan yang
memaksa manusia untuk bersifat sosial harus dihapus. Penghapusan ini akan diikuti dengan
terbentuknya masyarakat akhir “komunisme” di mana manusia akan baik dan bersifat sosial
dengan sendirinya.

Keterasingan manusia dalam pekerjaan


Sistem Hak Milik Pribadi, tahap kedua, membuat manusia mengalami keterasingan. Terhadap
siapa sajakah ia terasing?

A. Terasing dari diri sendiri


Hasil pekerjaan mengungkapkan kepada pekerja kecapannya, tentang siapa dirinya. Akan
tetapi sebagai buruh upahan, kebanggaan itu tidak dialami, karena ia tidak memiliki hasil
pekerjaannya. Tindakan bekerja hanya dilihat sebagai sarana memenuhi kebutuhan fisik
semata. Ini memiskinkan diri manusia. Maka, saat-saat yang paling dinantikan adalah waktu
pekerjaan di pabrik telah selesai dan ia dapat pulang ke rumah.
Tidak hanya buruh yang mengalami keterasingan, majikan juga diasingkan dari hakikatnya.
Majikan juga adalah manusia yang seharusnya mengembangkan dirinya. Pada kenyataannya
ia hanya secara pasif menikmati hasil pekerjaan orang lain. Bedanya keterasingan antara
majikan dan buruh adalah “majikan mengalami sudut madunya, sedangkan buruh
mengalami sudut pahitnya”.
B. Terasing dari orang lain
Dalam proses produksi, dalam kerja pada Sistem Ekonomi Kapitalis, manusia mengalami
keterasingan dari hakikatnya. Ia juga mengalami keterasingan dari sesamanya, keterasingan
manusia dari manusia. Oleh sebab itu, buruh dan majikan saling mengalami keterasingan.
Keterasingan juga terjadi antarburuh yang menginginkan untuk memperoleh pekerjaan dan
kedudukan yang dinginkannya dalam pabrik. Akibatnya hubungan antarmereka juga rusak.
Para pemilik modal juga terlibat persaingan agar pabrik atau perusahannya bertahan hidup
dan berkembang. Mereka terlibat persaingan. Hubungan mereka seperti yang digambarkan
Thomas hobbes “homo homini lupus”, manusia menjadi serigala bagi sesamanya.
Akibat dari saling teraasing inilah muncul masyarakat kelas. Masyarakat kelas adalah
golongan sosial. Masyarakat secara subyektif menyadi dirinya merupakan kelompok khusus
dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan sendiri dan berjuang untuk mewujudkan
kepentingannya tersebut.

C. Terbentuknya kelas borjuis dan kelas proletar


Kesadaran akan kepentingan yang berbeda inilah yang membuat manusia terkoptasi dalam
dua kelas yang saling berlawanan, yakni kelas borjuis, pemilik alat-alat produksi dan kelas
proletar, kelas buruh atau kelas bawah. Hubungan antara kelas borjuis dan kelas proletar
adala hubungan kekuasaan, yang satu berkuasa atas yang lain, Kekuasan yang dimaksud
adalah kemampuan kelas borjuis untuk meniadakan kesempatan untuk bekerja dan
memperoleh nafkah hidup kelas proletar. Akan tetapi, dalam masyarakat kapitalis, yang
memungkinkan hak milik pribadi secara hampir tak terbatas, manus justru mengalami
keterasingan dari diri sendiri dan orang lain. Manusia jatuh ke dalam kelas-kelas masyarakat,
borjuis dan proletar, yang secara hakiki saling berlawanan. Situasi seperti inilah yang disebut
Marx sebagai situasi keterasingan (entfremdung) yang dialami manusia.
DAFTAR PUSTAKA

H. Sabine, George. 1981. Teori-Teori Politik 2; Pertumbuhan dan Perkembangannya.


Bandung: Binacipta.

McDonald & Lee Cameron. 1968. Western Political Theory, Part 2&3. New York: Harcourt
Jovanovich.

Noer, Deliar. 1999. Pemikiran Politik Barat. Bandung : Mizan

Suhelmi, Ahmad. 2001. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran
Negara, Masyarakat dan Kekuasaan. Jakarta: Gramedia

Varma, S.P. 2010. Teori Politik Modern. Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai