Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NEDIKA GIANTAMA

NPM : 1516011080

MATKUL: SOSIOLOGI KLASIK

REVIEW IDEOLOGI JERMAN

Buku “The German Ideology” karya Karl Marx (1818-1883) dan Friedrich Engels (1820-1895) yang ditulis
1845-1846,  ini menceritakan tentang ideologi Jerman yang pada waktu itu sudah kurang bisa
diandalkan dan tidak lagi bisa dijadikan panutan rakyat Jerman untuk maju. Maka Jerman telah menjadi
negara dengan ideologi yang jika dijabarkan secara logis hanya sekadar ilusi. Gereja sebagai institusi
agama bagi gerakan Young Hegelians dianggap terlalu kaku dan dogmatis yang tidak toleran dan terbuka
dengan keberadaan ataupun pendapat yang berbeda dari orang lain. Meski setuju dengan pendapat Old
Hegelians akan pentingnya institusi agama, Young Hegelians merumuskan bahwa manusia harus lepas
dari ikatan kaku agama.

Manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk membedakan dirinya dengan binatang.
Kemampuan itu adalah untuk melawan kondisi natural dan meningkatkan taraf hidupnya. Usaha-usaha
untuk itu kemudian melahirkan pembagian buruh. Individu yang dominan akan mempekerjakan buruh-
buruh untuk menjalankan usahanya, mulai dari era pertanian hingga industrialisasi. Masalah datang dari
adanya hak milik yang disahkan oleh kerajaan-negara kepada individu-individu tertentu yang kemudian
menjadi ajang eksploitasi buruh yang berkepanjangan. Hal ini mengikis adanya kepemilikan komunitas
yang bisa dimanfaatkan setiap anggota komunitas dengan setara. Masa-masa kehancuran Roman
Empire kemudian  merusak fasilitas produksi dan mengembalikan sistem kepemilikan komunal. Namun
sekali lagi ini menjadi ajang pertarungan antarkelas produksi. Di perkotaan sebaliknya muncul berbagai 
bentuk hak milik yang disahkan oleh pemerintahan feudal. Kemudian terjadilah dominasi kelas oleh the
haves terhadap the have lesser, begitulah adanya. Kaum Young Hegelian mencoba membalikkan premis
ideologi Jerman waktu itu yang heaven to earth menjadi earth to heaven. Artinya premis yang
dikembangkan datang dari fakta empirik, bukan sesuatu yang diandai-andaikan.

Fakta sejarah menunjukkan bahwa produksi pada awalnya dilakukan manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan sendiri untuk bertahan hidup. Kemudian kebutuhan terus meningkat seiring berkembangnya
hubungan sosial. Kehidupan masuk pada fase the forces of production, the state of society dan
consciousness. Meski demikian, harusnya ada pemikiran-pemikiran yang lahir untuk mengkritik division
of labour sejak awal dan menciptakan kehidupan produksi yang lebih adil. Pemikiran pada waktu itu
datang dari sesuatu yang ideal dan dilakukan oleh orang-orang yang terisolasi dari kenyataan (division of
labour).

Perbudakan bahkan hadir dalam level keluarga di mana istri dan anak-anak adalah budak suami. Hal ini
berangkat dari kenyataan bahwa suami memegang kekuasaan tertinggi dan tidak ada yang berani
mengkritiknya dalam keluarga. Power subordinating terjadi pada setiap level masyarakat dan
menciptakan kondisi di mana orang diperbudak oleh kekuatan di atasnya dan seterusnya. Pada akhirnya,
kekuatan yang memperbudak ini berpuncak pada sosok negara yang menghadirkan perbudakan
terstruktur melalui power dan legitimasinya. Melalui pemberian hak milik, negara telah menghilangkan
hak-hak komunal yang mensejahterakan semua rakyat. Komunisme adalah cara untuk mendobrak
struktur ini dan mengembalikan hak milik publik dan membela kelas proletar yang tidak punya properti.
Sebenarnya kaum proletar adalah massa yang besar dan terkait langsung dengan sejarah dunia. Namun
keterkaitan tersebut hanya bisa terasa jika kaum proletar dipandang sebagai komunisme. Komunisme
berusaha menghancurkan struktur yang sudah ada dan mengembalikan hak-hak proletar.

Sub-bab pertama dan bab I buku The German Ideology tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan
kondisi ideologis Jerman pada era tersebut dan mengkritik premis kaum idealis terhadap kondisi sosial
rakyat. Marx dan Engels mencoba mengurai akar masalah perbudakan terstruktur dengan menimpakan
kesalahan pada kaum pemikir sebelum mereka yang merumuskan ide-ide berdasarkan “pengandaian”,
bukan atas dasar sesuatu yang empirik. Premis yang ditawarkan Marx dan Engels sebenarnya bisa
diterima dengan baik dan menjadi kritik tajam pada sistem sosial-ekonomi yang ada, terutama di Jerman
pada waktu itu. Namun, Marx dan Engels terkesan memukul rata pendapat pemikir-pemikir sebelumnya
sebagai pendapat-pendapat yang salah dan harus disanggah validitasnya. Sebagai sebuah karya tulis
yang inspiratif, hal ini memang tidak ada salahnya karena merupakan strategi penarik simpati. Namun,
secara akademik, hendaknya kita sebagai pembaca lebih objektif dengan mencari data pembanding
berupa pemikiran-pemikiran yang oleh Marx dan Engels berusaha disanggah.

Terlepas dari itu, saya pribadi setuju dengan cara kritik dari Marx dan Engels. Marx dan Engels
berpendapat bahwa manusia belumlah manusia jika dia masih terikat pada sesuatu yang dogmatis dan
metafisis. Manusia tidak boleh terbuai dengan ide-ide yang di awang-awang dan harus memulai dari
sesuatu yang bisa dilihat dan dirasakan secara nyata. Saya rasa pendapat itu mewakili semangat ilmu
sosial yang menggali informasi  dari kondisi riil, bukan filosofis semata.

Anda mungkin juga menyukai