Anda di halaman 1dari 17

TEORI GERAKAN SOSIAL BARU

(NEW SOCIAL MOVEMENT)

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Gerakan Sosial

Dosen pengampu: H. Engkos Koswara, M.Ag

Disusun oleh:

Muhammad Ali Fikri (1198030154)

Muhammad Iqbal Ismail (1198030169)

Muhammad Rahman Almajid (1198030171)

Nad’ul Karimah (1198030186)

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2020 M / 1441 H
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-
Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Gerakan Sosial
dengan judul “Teori Gerakan Sosial Baru (New Social Movement)”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandung, 8 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep tentang Gerakan Sosial Baru.............................................3


2.2 Karakteristik Gerakan Sosial Baru.................................................4
2.3 Tipologi Gerakan Sosial Baru........................................................7
2.4 Teori Orientasi Identitas (The Identity Oriented Theory)..............9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................11
3.2 Saran...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................iii

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan sosial atau disebut juga dengan social movement ini merupakan
aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan
kelompok informal yang berbentuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang
secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan
melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial. Maka
dapat dikatakan bahwa gerakan sosial merupakan gerakan non-formal atau
gerakan yang tidak diakui oleh negara pada mulanya yang menginginkan
perubahan dengan melakukan aksi protes terhadap kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh negara.1

Singh (2001:111) mengklasifikasikan tradisi teoritis tentang gerakan sosial


ke dalam tiga klasifikasi, yakni: (1) Klasik, (2) Neo-Klasik, dan (3) Gerakan
Sosial Baru. Pada makalah ini kami hanya akan membahas mengenai Gerakan
Sosial Baru. Gerakan Sosial Baru (New Social Movements) atau Gerakan Sosial
Kontemporer, muncul sekitar era tahun 1960-an dan 1970-an terutama di
kalangan masyarakat Eropa dan Amerika. Tujuan-tujuan dan nilai-nilai dari
gerakan ini secara esensial bersifat universal, yakni diarahkan untuk memberikan
perlindungan dan mempertahankan kondisi kehidupan manusia ke arah yang lebih
baik.

Pada makalah ini kami akan membahas mengenai konsep, karakteristik,


tipologi serta teori Gerakan Sosial Baru yang menurut kami sangat bermanfaat
untuk dipelajari terutama bagi kami sebagai mahasiswa sosiologi yang nantinya
akan mengkaji berbagai fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Oleh karena
itu, kami tertarik untuk membahas materi mengenai Gerakan Sosial Baru.

1
Wikipedia, “Gerakan Sosial”, https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep tentang Gerakan Sosial Baru?
2. Bagaimana karakteristik Gerakan Sosial Baru?
3. Bagaimana tipologi Gerakan Sosial Baru?
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Teori Orientasi Identitas (the
Indentity Oriented Theory)?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep tentang Gerakan Sosial Baru.


2. Untuk mengetahui karakteristik Gerakan Sosial Baru.
3. Untuk mengetahui tipologi Gerakan Sosial Baru.
4. Untuk mengetahui maksud dari Teori Orientasi Identitas (the Identity
Oriented Theory).

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tentang Gerakan Sosial Baru (New Social Movement)

Teori Gerakan Sosial Baru (New Social Movement Theory) merupakan


suatu pendekatan teoritis terbaru yang menjelaskan tentang perubahan karakter
dari Gerakan Sosial (Social Movements). New Social Movements Theory
menekankan ciri khas gerakan sosial dalam perkembangan masyarakat pasca-
industri (post-industrial) di Amerika Utara dan Eropa Barat. Teori Gerakan Sosial
Baru (GSB) berakar dari tradisi Eropa Kontinental tentang teori sosial dan filsafat
politik. Teori ini merupakan suatu pendekatan sebagai respons terhadap
kelemahan Marxisme klasik dalam menganalisis tindakan kolektif (collective
action).

Bagi para teoritisi Gerakan Sosial Baru (GSB), dua tipe tentang paham
reduksi (reductionism) Marxisme klasik harus dicegah dari bentuk tindakan
kolektif. Pertama, paham reduksi ekonomi Marxisme yang menganggap semua
faktor signifikan politik dari tindakan sosial berasal dari logika ekonomi
fundamental tentang produksi kapitalis dan logika yang lainnya yang membentuk
tindakan tersebut. Kedua, paham reduksi kelas Marxisme yang menganggap
bahwa hal yang paling penting dari aktor-aktor sosial didefinisikan oleh relasi-
relasi kelas (class relationship) yang berakar dalam proses produksi dan identitas
sosial lainnya yang membentuk aktor-aktor kolektif.

Gerakan Sosial Baru (GSB) memiliki terminologi yang berbeda tentang


tindakan kolektif yang menggantikan asumsi-asumsi dari Gerakan Sosial Lama
(Old Social Movement) tentang revolusi proletarian yang dihubungkan dengan
Marxisme Klasik. Meskipun teori Gerakan Sosial Baru (New Social Movement)
merupakan reaksi kritik terhadap Marxisme Klasik, namun beberapa teoritisi
Gerakan Sosial Baru berusaha meng-update dan merevisi asumsi-asumsi Marxis,

3
sementara teoritisi yang lainnya melakukan perubahan (Buechler, 1995:442)
dalam Sukmana (2016:118).

Meskipun istilah teori Gerakan Sosial Baru (New Social Movement) sudah
berlaku umum, namun terdapat variasi pandangan dari beberapa teoritisi. Berbagai
pandangan teoritisi Gerakan Sosial Baru tersebut dapat diidentifikasi tentang
pendekatan umum (general approach) tentang konsep Gerakan Sosial Baru,
sebagai berikut (Buechler, 1995:442).

Pertama, pada umumnya teori Gerakan Sosial Baru menggarisbawahi


tindakan simbolik dalam masyarakat sipil atau lingkungan kultural sebagai arena
untuk tindakan kolektif disamping tindakan instrumental dalam lingkungan politik
atau negara; Kedua, teoritisi Gerakan Sosial Baru menekankan pada pentingnya
proses yang mempromosikan autonomy dan self-determination, bukan pada
strategi untuk memaksimalkan pengaruh dan kekuasaan; Ketiga, beberapa
teoritisi Gerakan Sosial Baru, menekankan pada peranan nilai-nilai post-
materialist dalam banyak tindakan kolektif kontemporer, sebagai lawan terhadap
konflik atas sumber daya material; Keempat, teoritisi Gerakan Sosial Baru
cenderung mempersoalkan proses yang rapuh dari konstruksi identitas kolektif
dan identifikasi kelompok kepentingan, bukan pada asumsi bahwa konflik
kelompok dan kepentingan mereka ditentukan secara struktural; Kelima, teori
Gerakan Sosial Baru juga menekankan konstruksi sosial alami dari ketidakpuasan
dan ideologi (grievances and ideology), daripada asumsi bahwa mereka dapat
disimpulkan dari lokasi struktural kelompok; dan Terakhir, teori Gerakan Sosial
Baru mengakui adanya jaringan (network) yang bersifat tersembunyi, laten, dan
temporal yang seringkali mendasari tindakan kolektif, ketimbang memahami
bentuk organisasi yang terpusat (centralized) sebagai prasyarat keberhasilan
mobilisasi.

2.2 Karakteristik Gerakan Sosial Baru

4
Menurut Pichardo (1997:414) dalam Sukmana (2016:119), karakteristik khusus
dari Gerakan Sosial Baru dapat dilihat dari empat aspek, yaitu;

1. Ideology and goals (Tujuan dan Ideologi)


2. Tactics (Taktik)
3. Structure (Struktur)
4. Participants of contemporary movements (Partisipan dari Gerakan
Kontemporer)

1. Ideology and goals (Tujuan dan Ideologi)

Faktor sentral karakteristik dari Gerakan Sosial Baru adalah pandangan


ideologi yang berbeda. Paradigma Gerakan Sosial Baru mencatat bahwa Gerakan
Sosial kontemporer merepresentasikan keterputusan dari gerakan era industrial.
Bukan memfokuskan pada redistribusi ekonomi (Seperti yang dilakukan gerakan
kelas pekerja). Gerakan Sosial Baru menekankan perhatian kepada kualitas hidup
dan gaya hidup (quality of life and life-style concerns).

Sifat unik Gerakan Sosial Baru adalah sifat ideologi dari Gerakan Sosial
Baru yang merupakan karakter refleksi diri (self-reflective character). Hal ini
berarti bahwa partisipan selalu mempernyatakan makna dari apa yang sedang
dilakukan. Hal ini telah mengarahkan kepada pilihan sadar (conscious choices)
tentang struktur dan aksi (structure and action), pilihan kata untuk melambangkan
Gerakan Sosial Baru.

2. Tactics (Taktik)

Taktik dari Gerakan Sosial Baru merupakan cerminan orientasi ideologi.


Keyakinan dalam karakter yang tidak mewakili tentang demokrasi modern adalah
konsisten dengan orientasi taktik anti intuisi. Gerakan Sosial Baru lebih suka
untuk tetap berada diluar saluran politik normal menggunakan taktik menggangu
(disruptive tactics) dan memobilisasi opini publik (mobilizing public opinion)
untuk mendapatkan pengaruh politik. Mereka juga cenderung menggunakan

5
bentuk demonstrasi yang sangat dramatis dan direncanakan dengan representasi
simbol dan kostum (costumes and symbolic representations).

Namun demikian, tidak berarti bahwa Gerakan Sosial Baru tidak


melibatkan diri dalam politik, atau menghindar menjadi dilembagakan sendiri.
Seperti yang dikemukakan oleh Eder (1985) bahwa “Gerakan Sosial Baru suatu
wujud dari protes kelas menengah (middle-class protest) yang berkaitan dengan
upaya memberantas tekanan kelompok politik untuk gerakan sosial”.

3. Structure (Struktur)

Gerakan Sosial Baru memiliki struktur yang tidak kaku, bersifat mengalir,
untuk menghindari bahaya oligarkisasi, Hal itu diwujudkan dengan adanya upaya
rotasi kepemimpinan, melakukan voting untuk semua isu, memiliki organisasi
sementara yang tidak permanen. Gerakan sosial baru menciptakan struktur yang
lebih responsif terhadap kebutuhan individu, dalam bentuk struktur yang terbuka,
terdesentralisasi, dan non-hirarkis.

4. Participants (Partisipan)

Partisipan Gerakan Sosial Baru berasal dari berbagai basis sosial yang
beragam, semisal dalam aspek gender, pendidikan, okupasi, dan kelas. Gerakan
Sosial Baru tidak hanya identik dengan golongan tertentu seperti Gerakan Sosial
Lama. Partisipan gerakan sosial baru berjuang melintasi batas-batas sosial demi
kepentingan publik yang luas.

Pichardo (1997) menyatakan bahwa partisipan atau aktor dari Gerakan


Sosial Baru didominasi oleh individu-individu terdidik, seperti kaum akademis,
seniman, agen-agen pelayanan manusia. Menurut Claus Offe (1985) partisipan
Gerakan Sosial Baru tidak mengidentifikasikan diri pada basis-basis aliran mapan,
seperti liberal dan konservatif (dalam Suharko, 2006) partisipan atau aktor GSB
berasal dari tiga sektor yaitu; kelas menegah baru, unsur kelas menengah lama
(petani, pemilik modal), individu yang menempati posisi yang tidak terlalu terlibat
dalam pasar kerja (mahasiswa, ibu rumah tangga, dan pensiunan).2
2
Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing), hal.119-123

6
2.3 Tipologi Gerakan Sosial Baru

Menurut Buechler (1995:457) dalam Sukmana (2016:138), secara umum


teori-teori Gerakan Sosial Baru dapat di kelompokan kedalam 2 versi (tipe yang
berbeda, yakni versi politik (political version) dan versi kultural (cultural
version).

1. Versi Politik (Political Version)

Pandangan (versi) politik tentang teori Gerakan Sosial Baru merupakan


kategori pro-marxist. Seperti halnya semua teori gerakan sosial baru, versi politik
memiliki model dari totalitas sosial dimana gerakan sosial baru muncul, namun
versi ini lebih menekankan pada pemahaman sifat kapitalis yakni totalitas atas
yang lainnya. Versi politik tentang teori gerakan sosial baru secara umum lebih
berorientasi makro (macro oriented), dan secara khusus berorientasi pada negara
(state oriented). Mempertahankan perhatian dengan pertanyaan-pertanyaan
strategis dan tindakan instrumental menjadi tujuan utama dari gerakan sosial,
sambil mengakui pentingnya bentuk identitas, definisi keluhan dan artikulasi
kepentingan sebagai langkah-langkah antara (intermediate steps) dalam proses
aktivisme gerakan.

Dalam terminologi debat pertama atas kebaruan dari gerakan, versi politik
tentang teori gerakan sosial baru meyakini peran dari konstituen-konstituen baru
dalam aktivitas sosial yang berbasiskan ras, gender, nasionalitas atau
karakteristik-karakteristik lainnya, tetapi juga tidak mengabaikan potensi gerakan
berbasis kelas atau berbasis pekerja bersama kelompok-kelompok yang lainnya.

Dalam terminologi debat kedua atas orientasi gerakan, versi politik


memandang suatu potensi untuk perubahan proaktif dan progresif jika ada
kedekatan koalisi dan aliansi antara gerakan berbasis kelas dan gerakan berbasis
non-kelas dapat dipadukan. Dalam terminologi debat ketiga atas tantangan yang

7
ditimbulkan gerakan sosial baru, versi politik mengkritik tentang sifat politik dari
gerakan sosial baru yang lebih berorientasi kultural.

Dalam terminologi debat keempat atas basis sosial dari gerakan, versi
politik kemungkinan besar untuk mengidentifikasi basis sosial dari gerakan sosial
baru dalam terminologi kelas melalui upaya membangun kompleksitas teori
tentang struktur kelas kontemporer dan lokasi-lokasi yang bertentangan sebagai
latar bagi aktivitas sosial.

2. Versi kultural (Cultural Version)

Versi kultural dari teori gerakan sosial baru adalah post-marxist dalam hal
ini melampaui tradisi melalui pengajuan pemutusan radikal antara tipe dan bentuk
gerakan masyarakat masa lalu dan sekarang, daripada mungkin yang ditemukan
dalam versi politik. Versi kultural mengklaim tentang hubungan antara struktur
sosial dan bentuk gerakan dengan menekan sifat desentralisasi baik kekuasaan
maupun resistensi. Dengan demikian, hal ini secara tidak khusus berorientasi
makro atau berpusat pada negara tetapi di fokuskan kepada kehidupan sehari-hari,
masyarakat sipil, dan membangun ruang bebas antar negara dan masyarakat sipil.
Versi kultural menghindari pertanyaan-pertanyaan strategis dan tindakan
instrumental sebagai perangkap yang harus di hindari, sementara versi politik
menekankan ekspresi dan eksplorasi simbolik yang justru menantang logika
instrumental dari dominasi sistematik. Dari para teoritis umum, maka Melucci
lebih dekat dengan tipe ideal kultural, meskipun beberapa hasil kerja Habermas
juga bisa masuk ke dalam kategori ini.

Dalam terminologi debat pertama, versi kultural tentang teori gerakan


sosial baru tidak hanya menekankan pada konstituen-konstituen sosial baru akan
tetapi juga berpendapat bahwa konstituen yang berbasiskan pekerja lama untuk
aktivitas sosial telah melampaui bersama dengan kapitalisme industri.

Dalam terminologi debat kedua, versi kultural cenderung memandang


aktivitas sebagai reaksi defensif terhadap dominasi sistem. Dalam terminologi
debat ketiga, versi kultural menolak label apolitik yang seringkali menyerang

8
gerakan kulturalis melalui argumentasi bahwa gerakan politik adalah mudah untuk
dikooptasi dan kekuatan gerakan kultural pada medal simbolik dapat berbuat lebih
banyak mengekspos bentuk kontemporer dari kekuasaan dari pada gerakan politik
konvensional.

Dalam terminologi debat keempat, versi ini lebih memungkinkan untuk


mengidentifikasi basis sosial dari gerakan sosial baru dalam terminologi non-kelas
dengan mengacu kepada baik identitas dan status-status lain atau nilai-nilai dan
ideologi yang menentukan konstituen gerakan, bukan oleh lokasi kelas.3

2.4 Teori Orientasi Identitas (The Identity-Oriented Theory)

Teori berorientasi identitas (the identity-oriented theory) yang berakar dari


tradisi ilmu sosial di Eropa merupakan salah satu orientasi teori kontemporer
dalam gerakan sosial baru (Singh, 2001: 105). Teori Berorientasi-Identitas (the
Identity-Oriented Theory) sangat dominan di Eropa, sebagai oposisi atas
penjelasan (eksplanasi) rasionalitas tentang gerakan sosial kontemporer yang
umumnya dirumuskan dan dipraktekan oleh sarjana-sarjana di Amerika,
khususnya eksplanasi yang digambarkan oleh teori Mobilisasi Sumberdaya (the
Resource Mobilisation theory).

Menurut Singh (2001) dalam Sukmana (2016:142), teori berorientasi


identitas (the identity-oriented theory) tentang gerakan sosial kontemporer
(contemporary social movements) menjelaskan asumsi dasar sebagai kritik
terhadap perspektif teori Mobilisasi Sumberdaya (the Resource Mobilisation
Theory). Basis rasionalitas dari teori mobilisasi sumberdaya dianggap tidak cukup
memadai dalam menjelaskan gerakan sosial baru. Teori mobilisasi sumberdaya
dianggap gagal dalam menjelaskan beberapa ekspresi dari GSB, seperti: gerakan
feminis, gerakan lingkungan, gerakan damai, gerakan perlucutan senjata, dan
gerakan kebebasan lokal.

3
Oman Sukmana, Konsep dan Teori Gerakan Sosial (Malang: Intrans Publishing), hal.140-142

9
Teori Mobilisasi Sumberdaya yang memfokuskan dan terikat secara
signifikan dengan rasionalism dan materialism maka teori identitas secara umum
mempunyai sifat-sifat non-materialistik dan ekspresif. Teori identitas membahas
pertanyaan-pertanyaan tentang integritas dan solidaritas dari kelompok yang
terlibat dalam aksi kolektif. Teori identitas menolak usaha (dari teori Mobilisasi
Sumberdaya) untuk memaksakan model rasionalitas dari neo-utilitarian dan
voluntaristik dalam menjelaskan aksi kolektif dan gerakan sosial (Sukmana,
2016:142).

Paradigma teori Identitas, meskipun meletakkan pembahasan ke dalam


pertanyaan-pertanyaan tentang solidaritas dan integritas. Menurut pandangan teori
ini, baik konsep Durkhemian tentang anomi dan gangguan, atau pandangan
Smelserian tentang ketegangan, arus pendek, keyakinan umum, dan sebagainya,
dianggap kurang relevan untuk menjelaskan tentang perilaku kolektif.
Penyimpangan sosial sebagai gagasan tentang anomi atau gangguan sosial, tidak
bisa dijadikan jendela dalam memandang berbagai dimensi tentang gerakan sosial.

Dengan demikian, teori identitas merupakan teori yang berorientasi post-


Marxism sebagai cara (mode) berpikir kritis merupakan logika tentang bentuk-
bentuk sosial dari post-materialism, post-industrialism dan post-capitalism (Singh,
2001:114) dalam Sukmana (2016:143). Bentuk-bentuk sosial ini, merupakan sifat
yang muncul dari refleksi kritis kontemporer dan aplikasi empirisme ekspresif
sebagai metode dalam memahami konsepsi tentang post-society, post-sociology,
dan New Social Movements. Merupakan kesepakatan umum bahwa gerakan
berorientasi identitas dan tindakan kolektif merupakan ekspresi tentang upaya
penyelidikan tentang identitas, otonomi, dan pengakuan manusia.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Konsep Gerakan Sosial Baru diantaranya:

1. Teori Gerakan Sosial Baru menggarisbawahi tindakan simbolik dalam


masyarakat sipil atau lingkungan kultural sebagai arena untuk tindakan
kolektif.
2. Teoritisi Gerakan Sosial Baru menekankan pada pentingnya proses yang
mempromosikan autonomy dan self-determination.
3. Gerakan Sosial Baru menekankan pada peranan nilai-nilai post-materialist
dalam banyak tindakan kolektif kontemporer.
4. Teoritisi Gerakan Sosial Baru cenderung mempersoalkan proses yang rapuh
dari konstruksi identitas kolektif dan identifikasi kelompok kepentingan.
5. Teori Gerakan Sosial Baru juga menekankan konstruksi sosial alami dari
ketidakpuasan dan ideologi (grievances and ideology).
6. Teori Gerakan Sosial Baru mengakui adanya jaringan (network) yang
bersifat tersembunyi, laten, dan temporal yang seringkali mendasari tindakan
kolektif.

 Menurut Pichardo, karakteristik khusus dari Gerakan Sosial Baru dapat dilihat
dari empat aspek, yaitu:
1. Ideology and goals (Tujuan dan Ideologi)
2. Tactics (Taktik)
3. Structure (Struktur)
4. Participants of contemporary movements (Partisipan dari Gerakan
Kontemporer).

11
 Menurut Buechler, secara umum teori-teori Gerakan Sosial Baru dapat di
kelompokan kedalam 2 versi (tipe) yang berbeda, yakni versi politik (political
version) dan versi kultural (cultural version).
 Teori Orientasi Identitas (The Oriented-Identity Theory) menjelaskan asumsi
dasarnya melalui sebuah kritik terhadap teori yang sudah ada. Teori ini
bersifat non materialistik. Teori Orientasi Identitas meletakan pembahasan ke
dalam pertanyaan-pertanyaan seputar integrasi dan solidaritas kelompok yang
terlibat aksi kolektif.

3.2 Saran

Kelompok 3 sadar bahwa makalah ini jauh dari kondisi sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang konstruktif kami butuhkan dari teman-teman mahasiswa
jurusan sosiologi yang mengambil mata kuliah Gerakan Sosial dan dari Bapak H.
Engkos Koswara, M.Ag selaku dosen mata kuliah Gerakan Sosial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, “Gerakan Sosial”, https://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_sosial

Sukmana, Oman. 2016. Konsep dan Teori Gerakan Sosial. Malang: Intrans
Publishing.

iii

Anda mungkin juga menyukai