SOSIAL MAHASISWA
E-mail : melisa1700001134@webmail.uad.ac.id
Abstrak
Mahasiswa saat ini merupakan kelompok yang masuk ketegori Z atau biasa disebut iGeneration yaitu generasi
yang lahir dalam rentang tahun 1995-2010, rata-rata generasi Z ini lebih disibukkan dengan smartphone dan ingin
terus terhubung dengan media sosial dibandingkan harus berinteraksi dengan lawan bicara secara langsung ( face
to face)dan mengabaikan orang disekitar kita maka muncul masalah baru yaitu perilaku Phubbing.Fenomena baru
seperti phubbing muncul atas ketergantungan manusia terhadap smartphone sehingga orang menjadi lebih apatis
terhadap lingkungan, karena terlalu fokus pada apa yang ada didalam genggamannya entah mereka yang menjadi
korban phubbing ataupun menjadi seorang phubber (sebutan untuk individu yang melakukan phubbing. Ketika
phubber saat perkuliahan, diskusi kelompok, rapat organisasi, berkumpul dengan sahabat dan temansaat terlibat
perbincangan sudah pasti ia tidak dapatmemahami isi pembicaraan secara maksimal dan sebagai akibatnya lawan
bicara harus mengulang pernyataan yang sama.jika jauh dari media sosial timbul kecemasan atau biasa disebut
FoMO (Fear of Missing Out)merupakan bentuk dari kecemasan terhadap media sosial yang ditandai dengan
cemas tertinggal informasi, atau tidak mau kalah saing dengan temannya yang memiliki banyak informasi yang
lebih baik,dan merasa gelisah ketika melihat temannya bersenang senang tanpa dirinya walaupun sedang
berkumpul dengan orang lain tanpa kita sadari orang disekitar kita sudah banyak yang merasakan kecemasan.
FoMO memiliki keterkaitan yang signifikan dengan perilaku Phubbing sehingga memberikan dampak terhadap
kualitas interaksi sosial di kalangan mahasiswa. Interaksi sosial suatu hubungan yang terjalin antara seseorang
dengan orang lain yang dapat mempengaruhi satu sama lainnya sehingga terdapat hubungan sosial yang
mempunyai sifat posistif dan sifat negatif, individu tidak akan dapat hidup normal tanpa kehadiran manusia lain.
Abstract.
Students currently are in the Z category or commonly called iGeneration, a generation born in the 1995-2010
range. On average, this Z generation is preoccupied with smartphones and wants to continue to connect with
social media rather than having to interact with the interlocutors directly ( face to face) and ignoring people
around us then a new problem arises, namely the behavior of phubbing. New phenomena such as phubbing arise
from human dependence on smartphones so that people become more apathetic to the environment, because they
are too focused on what is in their grasp, whether they are victims of phubbing or become a phubber (the term
for individuals who do phubbing. When phubber during lectures, group discussions, organizational meetings,
gathering with friends and friends when involved in conversation is certain he can not understand the contents of
the conversation to the fullest and as a result the other person must repeat the same statement. if far from social
media arises anxiety or commonly called FoMO (Fear of Missing) Out) is a form of anxiety towards social media
which is characterized by anxiety of being left behind by information, or not wanting to lose competitiveness with
friends who have a lot of better information, and feel uneasy when seeing their friends having fun without
themselves even though they are gathering with others without us knowing there are many people around us who
feel anxiety. FoMO has a significant relationship with the behavior of Phubbing so it has an impact on the quality
of social interaction among students. Social interaction of a relationship that exists between a person and others
that can influence each other so that there are social relationships that have a positive and negative nature,
individuals will not be able to live a normal life without the presence of other humans.
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi pada era disebutFear of Missing Out(FoMO). Mereka
revolusi industri 4.0 menyebabkan hampir akan merasa tersingkir dari teman-teman ketika
segala sesuatu dilakukan serba digital. Salah tidak menggunakan media sosial
satu perkembangan teknologi pada era ini yaitu (Fullerton,2017). Tanpa kita sadari orang
perkembangan teknologi komunikasi. Dengan disekitar kita sudah banyak yang merasakan
semakin berkembangnya teknologi komunikasi kecemasan berbentuk FoMO ini didukung hasil
saat ini mulai mengalami perubahan, yaitu survey yang dilakukan oleh Cherenson (2015)
dengan menggunakan smartphone yang mendapati hasil survey terhadap 333 pelajar
dilengkapi dengan media sosial dan terkoneksi dan mahasiswa, bahwa responden dapat
dengan internet. Tawaran modernitas tidak lagi menyumbangkan 11 jam/hari untuk streaming
dapat kita dihindari. Awalnya, seseorang pada media sosial, guna tetap terhubung dengan
menggunakanalat komunikasi seperti aktivitas yang dilakukan orang lain. Ada
handphone adalah ketika dirinya ingin banyak faktor pendukung alasan seorang
menyampaikan sebuah informasi kepada orang individu mengalami FoMO. Menurut JWT
lain yang terkendala oleh jarak. Begitu juga Intelligence (2012), FoMO dipengaruhi oleh
dengan internet, seseorang memanfaatkannya enam factor pendorong yaitu keterbukaan
hanya untuk mengakses informasi-informasi infromasi di media sosial, usia, social one-
penting saja. Namun dengan berkembangnya upmanshipI, topic yang disebar melalui hastag,
zaman dan teknologi informasi, orang-orang kondisi deprivasi relative, dan banyaknya
telah dimanjakan oleh fasilitas smartphone. stimulus untuk mengetahui informasi.
Berdasarkan laporan Indografis 2019 total Sedangkan menurut Huang (2012) yang
penduduk Indonesia mencapai 268,2 juta jiwa menyatakan bahwa penyebab orang mengalami
sementara pengguna smartphone mencapai kecanduan media sosial yaitu karena tidak mau
355,5 juta yang artinya 1 orang memiliki 2 atau mampu menglola waktu luang yang ada,
lebih smartphone. Intensitas penggunaanya sehingga menimbulkan kebosanan dan memilih
mencapai 91% dan pengguna internet aktif untuk menghabiskan waktu luang tersebut
56%. Selain itu orang indonesia rata-rata dengan mengakses media sosial. Sehingga
berselancar internet menghabiskan waktu 8 jam dampak yang timbulkan dari FoMO yaitu
36 menit/hari, diskusi media sosial 3 jam 26 individu akan pasif di dunia nyata dan aktif di
menit. Seiring berjalannya waktu dari tahun dunia maya. Menurut Chaudry, 2015 bahwa
2018 mengalami perningkatan pengguna level FOMO yang tinggi pada individu seperti
internet tercatat 13%, media sosial 15%, dan putusnya hubungan no-virtual yang disebabkan
mobile media sosial 8,3%. Bahkan pengguna kurangnya atensi saat berkomunikasi.
internet di Indonesia menurut Assosiasi Dikarenakan generasi Z ini lebih disibukkan
Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII) pada dengan smartphone dan ingin terus terhubung
tahun 2017 tercatat sebanyak 143, 26 juta . dengan media sosial dibandingkan harus
Jumlah ini menempatkan Indonesia berada berinteraksi dengan lawan bicara secara
posisi empat dunia setelah Cina, India, dan langsung ( face to face)dan mengabaikan orang
Amerika dalam pengguna internet. disekitar kita maka muncul masalah baru yaitu
Remaja pada saat ini merupakan perilaku Phubbing.
kelompok yang masuk ketegori Z atau biasa Fenomena baru seperti phubbing
disebut iGeneration yaitu generasi yang lahir muncul atas ketergantungan manusia terhadap
dalam rentang tahun 1995-2010 (Benscik , smartphone sehingga orang menjadi lebih
Csikos & Juhaz, 2016). Hal ini berhubungan apatis terhadap lingkungan, karena terlalu fokus
dengan era revolusi industri 4.0 menuntut pada apa yang ada didalam genggamannya.
generasi Z agar dapat menjalani kehidupan Entah mereka yang menjadi korban phubbing
yang lebih kompleks, rumit dan lebih cepat ataupun menjadi seorang phubber (sebutan
akibatnya generasi Z tumbuh dan berkembang untuk individu yang melakukan phubbing.
dengan sebuah ketergantungan yang besar pada Ketika phubber sedang berkumpulbersama
teknologi digital dan internet. Akibatnya dengan keluarga, pasangan, sahabat dan
seseorang ingin terus menerus terkoneksi ke temansaat terlibat perbincangan sudah pasti ia
media sosial, ketika seseorang tidak terhubung tidak dapat memahami isi pembicaraan secara
dengan aktivitas yang orang lain lakukan di maksimal dan sebagai akibatnya lawan bicara
media sosial atau ketinggalan informasi maka harus mengulang pernyataan yang sama.
akan timbul sebuah kecemasan yang biasa Menurut Robert Kaunt (dalam Sparks,
2013:261) menyatakan bahwa indvidu yang manusia lainnya. Padahal salah satu bentuk
mengunakan handphone-nya secara berlebihan indikator suatu komunikasi dikatakan efektif
akan mengalami shortattention span atau adalah kesamaan pemahaman antara pengirim
gangguan pemusatanperhatian.. Efek jangka dengan penerima pesan (DeVito, 2015: 7).
panjang dari penggunaan smartphone secara Berdasarkan hasil peninjauan Asosiaasi
berlebihan adalah mereka akan mengalami Penyelenggara Jasa Internet (APJII) di
gangguan kesehatan. Indonesia yang paling banyak menggunakan
Hal ini tentunya akan sangat ironi jika smartphone adalah usia 19-34 tahun yaitu
kita melihat bahwa masyarakat Indonesia persentase 49, 52%. Ini berarti yang paling
merupakan masyarakat yang dikenal santun banyak menggunakan smartphone adalah
dalam berbicara dan begitu menghormati serta mahasiswa sampai ke usia produktif (Bohang,
menghargai lawan bicara. Tetapi kenyataannya 2018). Jika melihat kondisi tersebut, maka hal
fenomena ini seakan ingin merekonstruksi ini yang membuat kita tertarik untuk melakukan
bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia penelitian mengenai keterkaitan FoMO
terutama generasi Z yang tinggal di perkotaan denganPhubbing terhadap kualitas interaksi
lebih memperlakukan smartphone sebagai sosial khususnya pada mahasiswa.
teman sejatinya daripada memanusiakan
PEMBAHASAN
1. Interaksi Sosial
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Kecemasan sosial (fomo) sudah sering terjadi
mengenai anlisis keterkaitan fomo dengan disekitar kia, dimana jika seseorang yang
phubbing terhadap interaksi sosial mahasiswa, kurang update akan informasi di media sosial
maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa maka dia akan merasa cemas, pernyataan ini
interaksi sosial pada era 4.0 sekarang sudah diperkuat dengan adanya penelitian dari
berbeda, dimana seharusnya jika individu satu Cherenson (2015) yang menyatakan bahwa ada
bertemu dengan inividu lain berinteraksi secara 333 pelajar / mahasiswa dapat menyumbangkan
face to face namun sudah tersisihkan dengan waktu 11 jam untuk streming di media sosial.
adanya media sosial sperti whatsapp, telegram, Dengan demikian sering terjadi perilaku yang
facebook, dll. perilaku phubbing dapat mengabaikan seseorang disekitar kita dan lebih
menyebabkan perasaan penolakan di antara memilih menyibukkan diri dengan
lawan bicara padahal bentuk komunikasi efektif menggunakan smarthphone atau disebut
yaitu dua arah dan adanya timbal balik, dimana dengan istilah phubbing, dalam hal ini akan ada
lawan bicara dapat memahami makna dari yang menjai korban dari perilaku phubbing
pesan yang disampaikan seseorang seta oran yaitu phubbed yang akan merasa terabaikan.
tersebut dapat memberikan respon (feedback).
belum, dan mengahargai lawan bicara kita
Saran ketika sedang berkomunikasi untuk tetap
Berdasarkan pada kesimpulan tersebut maka mempertahankan kualitas interaksi sosial,
terdapat beberapa saran, yaitu : kepada sehigga tidak mendekatkan yang jauh dan
individu/ mahasiswa yang sering menjadi menjauhkan yang dekat. Diharapkan hal ini
pelaku phubbing dapat mengurangi memegang dapat mengurangi sedikit dari perilaku phbbing
smarthphone jika sudah bertemu dengan dengan mengetahui dampak yang ditimbulkan.
individu lain baik yang sudah dikenal atau
REFERENSI