Dalam bagian ini dijelaskan bagaimana perubahan lingkungan yang begitu cepat
mempengaruhi pembangunan dan keberlangsungan hidup suatu negara. Bagaimana kejayaan
masa lalu, tidak menjamin kelangsungan hidup di masa depan. Sebagai konsekuensinya,
pembelajaran terus menerus sangat diperlukan untuk membantu memperbarui pola piker serta
pandangan mengenai masa depan. Hal ini hanya bisa dilakukan dibawah sebuah tata kelola
pemerintahan yang dinamis (efektif saja tidak cukup). Melalui tata kelola pemerintahan yang
dinamis, inovasi merupakan leverage dalam perumusan program-program pemerintah. Inovasi
sendiri merupakan hasil pemikiran adaptif atas praktik-praktik terbaik yang
dikontekstualisasikan dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat tertentu.
Pemerintahan yang dinamis, seperti Singapura, digambarkan sebagai suatu organisasi yang
cepat, fleksibel, responsif, kreatif, enerjik, dan terus berubah. Adaptasi berkelanjutan
merupakan identitas utama sebagai respon atas ketidakpastian lingkungan yang berubah
dengan cepat. Untuk mendukung ini, diperlukan kepemimpinan politik dan sektor publik dalam
pembuatan kebijakan dan implementasi yang efektif. Kepemimpinan politik memiliki peran
dalam merumuskan arah dan pilihan kebijakan, sementara sektor publik menjalankan institusi
publik yang diperlukan untuk mengimplementasikan kebijakan. Tata kelola pemerintahan yang
dinamis menggambarkan suatu pendekatan proaktif di dalam perumusan dan implementasi
kebijakan. Dengan demikian, mereka mengakui bahwa pemerintah dan masyarakat harus terus
belajar dan menyesuaikan pola pikirnya dalam mengantisipasi kompleksitas dan perubahan
lingkungan yang cepat.
Kemampuan dinamis sebagai penopang diperlukan sebagai bentuk kapasitas yang mengubah
rutinitas dan sumber daya untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan lingkungan.
Kemampuan dinamis adalah upaya untuk menciptakan ketahanan strategis. Sementara
ketahanan sendiri adalah tentang memilih kapasitas untuk berubah sebelum perubahan itu
benar-benar terjadi. Kemampuan dinamis ini memungkinkan Singapura untuk terus menerus
melakukan transformasi yang berasal dari orientasi yang kuat atas masa depan, kemampuan
berpikir secara sistemik, serta pendekatan jangka panjang sekaligus pragmatis untuk
menyelesaikan masalah.
Review Chapter 2
Poin penting pertama dalam pemerintahan dinamis yang dibahas pada bagian ini adalah
perlunya pemisahan fungsi antara kepemimpinan politik dan sektor publik. Hal ini sejalan
dengan ide dasar dari model new public management yang disampaikan oleh Osborne dan
Plastrik (1998).1 Mereka mengatakan bahwa pemisahan fungsi menjadi bagian penting dalam
transformasi pelayanan sektor publik. Pemisahan fungsi pengarahan dan pelaksanaan
kebijakan akan mendukung pemerintah untuk memusatkan dan menkoordinir fungsi
pengarahannya sekaligus memberikan wewenang yang cukup kepada fungsi pelaksana untuk
memperbaiki fungsi layanan. Dengan memecah model organisasi ini, rantai komando menjadi
lebih pendek dan memperkuat akuntabilitas dalam pelaksanaan kebijakan. Upaya ini
sesungguhnya ditujukan untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya perubahan
yang diperlukan.
Kemampuan dinamis Singapura sangat terlihat dalam dinamika perang dagang antara China
dan Amerika serta perkembangan ekonomi digital. Pada Bulan Mei 2019 Industri pelayaran
dan pelabuhan Singapura sebagai salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi
mengalami penurunan yang drastis akibat perang dagang. Di Singapura, jumlah kedatangan
kapal di bulan Mei 2019 adalah sebesar 11.697 kedatangan dibandingkan dengan Mei 2018
sejumlah 12.225 kedatangan (Rohman, 2019).2 Namun, kondisi justru membuat Singapura
untuk berkomitmen membuat pilihan baru dalam menentukan masa depannya dalam industi
semiconductor yang menjadi tulang punggung ekonomi berbasis digital di seluruh dunia.
Singapura terus bergerak untuk mengarahkan kebijakannya dalam menjadikan Singapura
sebagai global semiconductor industry hub. Atau dengan kata lain, Singapura tidak lagi
bergantung pada sumber pendapatan masa lalu (logistic hub). Hal ini tercermin dari pidato
Deputi Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Heng Swee Keat sebagai berikut.3
To remain relevant as a semiconductor hub... Singapore will need to build on its strong
foundations of good connectivity, a pro-business environment and a skilled and adaptable
workforce," he said."We will need to continue to strengthen our semiconductor ecosystem.
This includes closer collaboration between semiconductor manufacturers and their suppliers,
1
Osborne, D. dan Plastrik, P (1998). Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for Reinventing Government.
Plume Book
2
https://analisis.kontan.co.id/news/efek-perang-dagang-ke-industri-pelayaran-1?page=2
3
https://www.straitstimes.com/business/companies-markets/glodal-semiconductor-demand-remains-strong-
in-long-term-singapore-well
many of which are small and medium-sized enterprises... We must continue to invest for the
longer term and strengthen our ecosystem. This way, we will be ready to harness new
opportunities when the global demand picks up."
Pada keterangan ini kita dapat menafsirkan bagaimana upaya Singapura dalam melakukan
adaptasi atas perubahan lingkungan (dinamika perang dagang) dan potensi pertumbuhan
ekonomi digital. Singapura berupaya melakukan transformasi kapabilitas rutinnya sebagai
logistic hub menjadi semiconductor hub untuk menciptakan ketahanan strategis di tengah
kompleksitas yang ada.
Chapter 7
“Singapore is a case in point where its merit system was part of the legacy of British
colonialism bundled with the intent to select only the best and brightest in the confucious
paradigm”
Dengan demikian, dapat diartikan bahwa model meritokrasi sektor publik di Singapura bersifat
sangat elitis dalam arti mencari para teknokrat dari kelas elit sebagai bagian dari rezim
pemerintahan. Hal ini konsisten dengan perkataan Lee Kuan Yew dalam buku ini bahwa
“Singapura harus mendapatkan lulusan yang terbaik setiap tahun…dari universitas yang
memiliki level yang tinggi yang akan memberi tahu anda kekuatan analisisnya”. Kita tahu
Singapura hanya memiliki satu rulling party yang memiliki kuasa penuh atas segala kebijakan
dan aktivitas di sektor publik. Sebagai akibatnya, praktik meritokrasi di Singapura sangat
rentan menempatkan nilai moral keadilan dan kesetaraan kesempatan di bawah kepentingan
untuk mengendalikan pegawai negeri sipil. Tentu saja, praktik seperti ini tidak lazim pada
sistem meritokrasi yang berakar pada nilai-nilai demokratis.
Fokus kedua soal talenta sebagai salah satu komponen penting transformasi dinamis Singapura
dalam mewujudkan kesejahteraan pembangunan sampai saat ini juga tetap menjadi prioritas.
Hal ini ditunjukkan oleh Chan Cun Sing sebagai Menteri perdagangan Singapura dalam
pidatonya di event Decode 20195. Ia mengatakan
“For a country like Singapore, being connected to the global world is not just an option but it is a
must. We are very small thus the only way to survive is by increasing our connectivity. While it was
being translated into air, sea and physical connectivities decades ago, it is now transcending greater
aspects: physical, financial and talent connectivities. It is increasingly important for us to be the
pool of best talents. We strive our efforts to attract the best from East Asia, Japan and Australia.
4
Poochaoren, O. dan Briliantes, A. (2013). Meritocracy in Asia Pacific : Status, Issues, and Challenges. Review
of Public Personnel Administration 33 (2) 140-163. Sage Publication
5
Pidato ini disampaikan pada Acara Decode 2019 Transformation @Scale yang diselenggarakan oleh McKinsey
& Co pada tanggal 03 Juli 2019 di Singapura.
And from public policy perspective this disruptive technology should be accompanied with a better
rule and regulation, agility and progressive busines environment”
Dalam teks pidato ini tergambar jelas bagaimana, di tengah perkembangan disrupsi global,
Singapura berusaha secara aktif untuk menarik talenta-talenta terbaik dari beberapa negara
untuk mengeksploitasi potensi yang dimilikinya (yang sebenarnya juga terbatas) untuk terus
menuju kebijakan publik yang membawa dampak positif bagi negaranya. Poin pidato ini juga
menjadi penting, bagaimana Singapura memiliki kapasitas kepemimpinan publik yang
memiliki kepekaan dan kesadaran yang tinggi atas kondisi yang ada serta pandangan strategis
yang luas di tengah perubahan global yang terus terjadi.