Anda di halaman 1dari 9

Resume Buku

“Reformasi Administrasi : Prof. Soesilo Zauhar”

Disusun Oleh :
Siti Mukaromah (155030101111125)

Program Studi Ilmu Administrasi Publik


Minat Perencanaan Pembangunan
Jurusan Ilmu Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
2018
BAB I

Pandangan menganggap bahwa birokrasi pemerintah ibarat sebuah perahu


besar yang dapat menyelamatkan seluruh warga masyarakat dari ”bencana" banjir
ekonomi maupun politik. Dengan dilengkapi oleh militer dan partai politik yang
kuat, organisasi pemerintah merupakan dewa penyelamat dan merupakan satu-
satunya organ yang dikagumi masyarakat. Oleh karena itu mereka berkesimpulan
bahwa birokrasi pemerintah memegang peran utama, bahkan peran tunggal, dalam
pembangunan suatu negara.

Dengan latar belakang dan kondisi sebagaimana dipaparkan di atas, maka


kebutuhan akan perubahan dan adaptasi aparatur pemerintah sangatlah mendesak,
walaupun masalah yang mengitarinya terlalu kompleks dan rumit. Sebagai
konsekuensi logisnya, maka reformasi administrasi di negara sedang berkembang
menjadi keharusan atau Conditio Sine Quanon, dan menjadi perhatian utama
pemerintah negara sedang berkembang. Reformasi administrasi merupakan bagian
yang sangat penting dalam pembangunan di negara-negara sedang berkembang,
terlepas dari tingkat perkembangan atau kecepatan pertumbuhan dan arah serta
tujuannya. Semata-mata hanya karena kemampuan administratif dipandang
semakin penting artinya bagi terlaksananya kebijaksanaan dan rencana
pembangunan.

Istilah reformasi administrasi mengandung begitu banyak makna,


mempunyai fungsi yang beragam, menimbulkan begitu banyak harapan, tetapi juga
membawa "pertengkaran" yang tak kunjung usai di kalangan praktisi, pemerhati,
masyarakat dan kaum teoretisi. Apa pun makna dan tujuan yang melekat atau yang
dilekatkan, pada istilah itu, senantiasa ada nilai positifnya.

Konsep reformasi administrasi kebanyakan di dalam ilmu social yang


diartikan berbeda antar jenjang pendidikan satu dengan yang lain. Pendapat Gerald
E. Caiden (1969. P.43) yang menyatakan studi tentang reformasi administrasi
terhambat oleh tiadanya definisi yang dapat diterima secara universal. Perbedaan
pemakaian istilah menyebabkan kebingunan dan kesulitan baik dalam menentukan
parameter dalam penelitian maupun di dalam pengembangan teori. Takrif tentang
reformasi administrasi dari Caiden ini dikritik oleh John S.T. Quah Karen
mengandung 3 kelemahan pokok. Kelemahan yang dimaksud adalah:

1. Definisi Caiden tidak mengidentifikasikan tujuan reformasi administrasi.


Karena tidak kejelasannya sehingga tidak adanya tujuan reformasi administrasi
tersebut, maka Parroco, (1970, p. 327) menyebut definisi tersebut sebagai picik
dan tak komplit. Sehingga tidak dapat menjawab pertnyaan: Reformasi
Administrasi itu untuk apa?
2. Definisi Caiden tidak memadai karena istilah administrative transformation
yang dimana merupakan istilah atau konsepsi yang kabur dan tak memberi
penjelsan tentang isi reformasi administrasi
3. Definisi Caiden adalah asumsinya yang disederhanakan, yaitu bahwa resistensi
mengikuti proses reformasi administrasi. Resistensi di dalam reformasi
administrasi muncul karena ada ketidakpastian dan ketidakamanan individu dan
atau kelompok yang menginginkan kemapanan, kemandekan atau status quo.

Tujuan yang ingin dicapai oleh seorang pembaru administrasi yang juga
untuk merupakan tujuan reformasi administrasi adalah menyempurnakan kinerja
inidividu, kelompok, dan institusi. Sehat tidaknya administrasi dapat dilihat dari 3
prespektif, yaitu:
 Ideal Optimum, yaitu derajat pencapaian kesempurnaan administrasi.
 Practical Optimum, yaitu pencapaian derajat tertinggi dari suatu kinerja dalam
kondisi tertentu.
 Satisficing Optimum, yaitu pencapaian derajat kinerja yang memuaskan.

Dror mengklasifikasikan menjadi 6 kelompok, 3 bersifat intra-administrasi yang


bertujuan menyempurnakan administrasi internal, dan 3 lagi berkenaan dengan
masyarakat. Tiga tujuan internal reformasi administrasi yang dimaksud sebagai
berikut:
a) Efisiensi administrasi, dalam arti pengematan uang, yang dapat diapai melalui
penyederhanaan formulir, perubahan prosedur, penghilangan duplikasi dan
kegiatan organisasi metode yang lain
b) Penghapusan kelemahan atau penyakit administrasi seperti korupsi
c) Pengenalan dan penggalakan sistem merit, pemakaian PPBS, dll

Sedangkan tujuan yang berkenaan dengan masyarakat sebagai berikut:


a) Menyesuaikan sistem administrasi terhadap meningkatnya keluhan masyarakat
b) Mengubah pembagian pekerjaan antara sistem administrasi dan sistem politik,
seperti meningkatkan otonomi profesional dari sistem administrasi
c) Mengubah hubungan antara sistem administrasi dan penduduk, misalnya
melalui relokasi pusat-pusat kekuasaan, sentralisasi versus desentralisasi,
demokratisasi, dll
Pada sisi lain, terdapat beberapa kegiatan yang tidak diakui sebagai reformasi
administrasi yaitu :
1. Reformasi administrasi diperkenalkan ke banyak Negara sedang berkembang
sebagai suatu akibat dari adanya perubahan dalam system politik, dan dalam
batas-batas tertentu berkaitan dengan perubahan system hukum;
2. Reformasi administrasi yang termasuk sangat efektif adalah yang berkenaan
dengan perubahan institusi pemerintah. Penyelewengan administrasi yang
terjadi di kebanyakan Negara sedang berkembang dan yang secara luas telah
diakui, belum mampu menyadarkan pimpina politik Negara yang bersangkutan
untuk melakukan reformasi administrasi. Tidak hanya di Negara berkembang
saja, namun hal ini juga terjadi di Negara maju. Bahkan di Negara ini reformasi
administrasi sulit dilaksanakan, baik pada tahap persiapan maupun pelaksanaan,
Karena para pendukung reformasi administrasi seperti pimpinan politik,
birokrasi pemerintah dan lain-lain menghadapi banyak tantangan. Dalam
konteks ini ada 2 konsep yang dapat menjelaskan fenomena ini. Montgomery
menggunakan konsep Annoyance, yaitu mengansumsikan adanya reformasi
yang menciptakan adanya suatu krisis. Dalam kenyataannya banyak yang
mengklaim bahwa reformaasi administrasi memang dilaksanakan dalam situasi
semacam ini. Konsep kedua adalah risiko, dari adanya pertentangan antara dua
kutub yang berbeda. Kutub pertama adalah adanya risiko yang harus dihadapi
oleh para pemimpin politik dan pemerintahan di dalam mempertahankan
keberadaan aparatur pemerintah; dan
3. Reformasi administrasi mungkin diawali oleh pihak luar. Perbaikan
administrasi pemerintahan dilakukan melalui bantuan teknis. Namun,
sayangnya banyak kesalahan besar yang ditemui karena terlalu mengabaikan
kondisi khusus lingkungan setempat. Oleh karena itu para tenaga ahli dan
konsultan asing beserta counterpart-nya sudah harus mulai menerapkan
pendekatan yang realistis agar dapat memainkan perannya di dalam
perencanaan, prmograman dan implementasi reformasi administrasi.

BAB II

Menurut Groves (1971), reformasi administrasi setidaknya memiliki dua


arti. Pertama, disamakan dengan administrative change, yang berarti kegiatan yang
berkaitan dengan revisi praktek administrasi dan organisasi. Kedua, reformasi
administrasi dianggap sebagai pencangkokan teknologi administrasi yang berasal
dari Barat ke negara sedang berkembang. Reformasi administrasi adalah bagian
yang sangat penting dalam pembangunan di negara-negara yang sedang
berkembang. Studi kasus di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa
peran yang dimainkan oleh elite penguasa (militer, birokrasi, parpol, teknokrat, dan
pemimpin yang dominan) cukup menentukan di dalam pencapaian tujuan reformasi
administrasi.

Partai politik yang dapat menjadi elemen kekuatan penting di negara yang
sedang berkembang adalah partai politik yang dapat mengorganisir sejumlah besar
anggotanya yang merupakan basis kekuatannya. Pada umumnya, mereka
menggunakan berbagai macam teknik seperti penerapan ideologi dan disiplin
kepartaian saat mengorganisir pengikutnya.

Namun, pada umumnya para pemimpin partai politik di negara berkembang


hanya sedikit sekali yang memberikan prioritas pada usaha reformasi administrasi.
Hal itu disebabkan mereka lebih berkepentingan terhadap program-program yang
substansif atau mereka disibukkan dengan usaha untuk memelihara atau
mengkonsolidasikan kekuatan politiknya. Oleh karena itu, seperti halnya militer,
partai politik juga dapat menjadi kekuatan yang mendukung, namun dapat pula
menjadi kekuatan yang menghambat terhadap usaha reformasi administrasi.
Sikap yang tidak konsisten dari partai politik terhadap usaha pembaruan
administrasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Partai politik pada umumnya lebih menyukai sistem patronage dalam


recruitment, seleksi, dan promosi. Hal ini bertentangan dengan gerakan
pembaruan administrasi yang cenderung menggunakan sistem merit.
2. Partai politik cenderung untuk mementingkan pembaruan yang substantif atau
yang hasilnya dapat dirasakan langsung. Tidak seperti pembaruan administrasi
yang hasilnya tidak dapat dirasakan secara langsung

Birokrasi dapat menjadi pemrakarsa reformasi administrasi, dan sebaliknya


juga dapat menjadi penentang usaha reformasi itu sendiri. Birokrasi mudah
terpengaruh ole horde politik dikarenakan adanya hubungan yang sangat erta antara
birokrasi dan penguasa. Para teknokrat terutama di negara yang sedang
berkembang, menyadari bahwa banyak rencana pembangunan di negara-negara
yang bersangkutan gagal untuk dilaksanakan dikarenakan kondisi politik dan
administrasi yang kurang mendukung. Atas dasar pengalaman tersebut, para
teknokrat cenderung memberikan dukungan terhadap usaha reformasi administrasi.
Keberhasilan reformasi administrasi biasanya terjadi pada tipe pemimpin/ rezim
yang tidak menggantungkan hubungannya kepada massa, akan tetapi lebih
menggantungkan kepada golongan elit.

Suatu usaha reformasi administrasi tidak akan diimplementasikan jika


reformasi administrasi dipandang tidak konsisten dengan kebutuhan politik suatu
bangsa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelemahan institusi politik dalam
masyarakat transisi atau pada negara sedang berkembang menjadi penyebab
langsung maupun tidak langsung terhadap kegagalan reformasi administrasi.

BAB III

Reformasi administrasi negara harus berusha dengan keras


menyempurnakan apa yang ingin dicapai oleh pemerintah. Kejelasan tujuan ini
untuk kebanyakan negara sedang berkembang dianggap lebih mendesak dan lebih
penting ketimbang di negara maju. Alsannya adalah karena, tidak dapat dipungkiri
bahwa pembangunan nasional merupakan merupakan tujuan utama negara sedang
berkembang. Semua itu akan membawa implikasi terhadap tugas yang harus
diemban oleh reformasi administrasi dan peran administrator di negara sedang
berkembang. Sudah barang tentu tentu tugas yang harus diemban oleh administrator
di negara sedang berkembang sangat berbeda dengan tugas rekan mereka yang ada
di negara maju dan negara terbelakang. Karena tujuan merupakan hal yang sangat
esensisal dalam reformasi administrasi, maka perlu kiranya dipaparkan kembali
tujuan reformasi administrasi yang dikaitkan dengan tipe reformasi dan sekaligus
kaitannya dengan tipe-tipe birokrasinya.

Tujuan dilakukan reformasi administrasi menurut Been Lee (1971) dapat


dkategorikan sebagai berikut: a) penyempurnaan tatanan; b) penyempurnaan
metode; dan c) penyempurnaan unjuk kerja. Untuk mencapai penyempurnaan
tatanan jelas diperlukan tipe reformasi administrasi yang berbeda satu sama lain,
maka tipe reformasi yang dilakukan pun harus berbeda. Baik dalam masyarakat
tradisional maupun dalam masyarakat modern, order atau keteraturan merupakan
kebijakan yang melekat dalam pemerintahan. Reformasi administrasi sudah
selayakanya diarahkan pada penciptaan prosedur dan membangun rutinitas. Jika
penyempurnaan tatatnan merupakan produk dari adanya kekacauan, maka
dorongan untuk melakukan penyempurnaan metode biasanya merupakan hasil
stimulans dari pihak luar. Sedikit banyak, para administrator haruslah merupakan
pekerja teknis yang mengetahui banyak tentang teknik dan metode kerja. Sebagai
akibatnya maka harus fanatik terhadap metode. Tetapi sebaliknya, apabila
masyarakat semakin berorientasi pada status, maka semakin berkurang tuntutan
terhadap administrator yang fanatik terhadap metode. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa administrator publik dalam masyarakat yang sudah maju secara
teknologi, dituntut semakin lebih fanatik terhadap metode daripada administrator
publik di negara yang kurang maju secara teknologis. Penyempurnaan metode
sebagai tujuan adalah berorientasi pada teknis, tetapi yang perlu diingat bahwa di
dalam administrasi negara teknik itu sendiri tidak bernilai tanpa adanya pihak lain
yang menggunakannya.
Penyempurnaan unjuk kerja lebih bernuansa tujuan dalam substansi
program kerjanya daripada penyempurnaan keteraturan maupun penyempurnaan
metode teknis administratif. Fokus utamanya adalah pada pergeseran dari bentu ke
substansi, pergeseran dari efisiensi dan ekonomis ke efektivitas kerja, pergeseran
dari kecakapan birokrasi ke kesejahteraan masyarakat. Penekanna baru terhadap
unjuk kerja program hanya ada jika pemerintah negara sedang berkembang betul-
betul menginginkan pembangunan sosial ekonomi yang sungguh-sungguh.

Tipologi birokrasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dilihat dari
perspektif sumber otoritasnya, dikenal adanya birokrasi tradisional, karismatik dan
birokrasi legal-rasional. Dari perspektif derajat keterbukaan, Lee
mengklasifikasikannya ke dalam birokrasi terbuka, campuran dan tertutup. Derajat
keterbukaan birokrasi terbuka dapat dilihat dari aksesibilitas masyarakat untuk
berhubungan dengan birokrasi, luasnya pelaksanaan recruitment, kebebasan
kelompok lain untuk untuk memasuki jajaran eselon birokrasi tingkat menengah
dan tingkat tinggi serta derajat ketersediaan birokrasi untuk mendistribusikan
kekuasaannya kepada kelompk lain. Birokrasi tertutup, ditandai dengan ciri elitis di
kalangan birokrasi dan mereka menjadi anggota birokrasi. Jadi apabila ada
gelombang, perubahan sosial yang mengakibatkan kelompok baru berkuasa,
birokrasilah satu-satunya kekuatan yang menentangnya. Mereka yang duduk dalam
jajaran birokrasi secara tertutup menentang lahirnya kelompok baru atau paling
tidak menghalangi kelompok lain melakukan kegiatan politik sehingga kelompok
lain tidak bisa maju dan tidak bisa menentang birokrasi. Birokrasi campuran
merupakan tipe birokrasi yang merupakan hasil kontak yang sangat terbatas antara
birokrasi dengan masyarakat.

Reformasi pada dasarnya merupakan suatu gerakan yang menjadikan


administrasi sebagai instrumen yang lebih baik dalam mencapai tujuan umum
masyarakat. Dengan demikian maka konskeuensinya adalah tersedianya beragam
alternatif pilihan terhadap alat instrumen untuk mencapai tujuan tersebut. Birokrasi
di kebanyakan negara berkembang pada umumnya tergolong ke dalam birokrasi
tertutup. Menjamurnya bentuk birokrasi campuran di negara sedang berkembang
adalah sebagai akibat dari adanya kontak yang begitu intens antara birokrasi dengan
masyarakat yang sedang mengalami perubahan.
Usaha untuk mengaitkan reformasi administrasi dengan model-model birokrasi,
akan melahirkan beberapa pertanyaam kunci yang berkaitan dengan strategi
reformasi administrasi.

Anda mungkin juga menyukai