Anda di halaman 1dari 9

1

REFORMASI ADMINISTRASI PUBLIK


Paulus Ngilawana

ABSTRACT

Government basically is a civil servant to his people. He can not be available to serve himself
only, but he is available to serve the people to create the possible condition that every people
develop their ability and creativity to get their goal together. Because of that he need public
administration reform.

Pendahuluan

Reformasi di Indonesia sedang berada dalam suatu gelombang yang cukup besar. Tantangan
akan adanya perubahan dan kritik datang bertubi-tubi. Selama lebih dari dua belas tahun setelah
Presiden Soeharto jatuh, pucuk pimpinan pemerintahan di Indonesia telah lima kali berganti
dengan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjabat untuk yang kedua kalinya dengan Wakil
Presiden yang berbeda. Kelemahan-kelemahan yang masih ada terutama pada posisi atau peran
administrasi publik dalam proses pengelolaan pemerintahan. Pengelolaan pemerintahan masih
kental terpengaruh oleh pendekatan bisnis daripada sebagai fungsi pelayanan publik. Hal ini
diakibatkan sejak dahulu administrasi publik di Indonesia tidak mendapat posisi yang signifikan
dalam proses pengelolaan pemerintahan, administrasi publik di Indonesia hanya dipandang
sebagai urusan kesekretariatan atau ketatausahaan belaka. Dengan demikian keahlian dalam
bidang administrasi publik belum dipandang sebagai suatu kemampuan profesional atau
keahlian, melainkan hanya dianggap sebagai suatu keterampilan yang tidak perlu didalami,
cukup dikembangkan berdasarkan pengalaman saja. Akibatnya, urusan-urusan publik ditangani
tidak secara profesional, melainkan secara common sense belaka. Salah satu contoh dari
pengabaian peran administrasi publik dapat dilihat pada belum adanya pengakuan bagi gelar
kesarjanaan ilmu administrasi publik (S.Sos, ini karena gelar sarjana administrasi publik sekedar
2
hanya digolongkan sebagai bagian dari sarjana ilmu sosial). Meskipun gelar pasca sarjana dari
luar negeri tetap diakui penggunaannya (MPA). Indikasi lain dari pengabaian profesionalisme
administrasi publik terlihat pada banyaknya jabatan publik yang tidak diduduki oleh para ahli
administrasi publik, sementara sarjana lain yang tidak punya keahlian di bidang administrasi
publik menduduki jabatan-jabatan lain di luar profesinya. Sebab itu tidak heran jika banyak
fungsi pelayanan dan tugas-tugas publik lainnya ditangani secara tidak profesional, dengan
organisasi dan prosedur yang centang-perenang. Karena itu, ketika pemerintah menghadapi
kesulitan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya, tidak terdapat aturan main yang tepat dan
baku untuk menanganinya. Satu-satunya yang dapat diandalkan adalah ketangguhan pribadi
presiden dan wakil presiden dan legitimasi politik yang diperoleh sebagai hasil dari pilihan
rakyat secara langsung. Ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian dalam tulisan ini, yaitu:
Pengertian Reformasi,Reformasi Administrasi Publik,Strategi Reformasi Administrasi Publik.

Reformasi

Kata reformasi berasal dari kata bahasa asing “reformation” (Inggris) atau “reformatie”
(Belanda). Kata dasar reformation berasal dari kata reform, yang berarti membentuk kembali.
Reform berasal dari kata form, yang berarti bentuk atau membentuk. Konsepsi dasar reformasi
adalah melakukan perubahan, perbaikan, penataan dan pengaturan secara komprehensif dan
sistematik terhadap banyak hal, terutama yang berkaitan dengan pimpinan dan kepemimpinan,
serta sistem bernegara, berorganisasi dan berpemerintahan.Menurut Abidin reformasi diartikan
sebagai proses perubahan dari kondisi lama menuju kondisi baru yang dikehendaki. Sedangkan
menurut pendapat Wibawa adalah gerakan untuk mengubah bentuk dan perilaku suatu tatanan,
karena tatanan tersebut tidak lagi disukai atau tidak sesuai kebutuhan zaman – baik karena tidak
efisien, tidak bersih, tidak demokratis, dll. Menurut Hidayat, reformasi adalah perbaikan atau
perubahan bentuk. Dari beberapa pendapat tentang pengertian reformasi didapat suatu
kesimpulan bahwa proses reformasi ini bermula sebagai akibat dari adanya kesenjangan yang
luas antara aspirasi dan keinginan masyarakat dengan kenyataan yang ada. Berbeda dengan
revolusi, ketika kesenjangan tidak mungkin lagi dijembatani sehingga menimbulkan gejolak
perubahan yang dapat menjungkirbalikkan landasan berfikir yang ada, reformasi jelas tidak
memerlukan timbulnya perombakan secara menyeluruh. Namun karena perubahan itu terjadi
pada bidang-bidang yang strategis, dampaknya juga terasa di semua bidang kehidupan, sehingga
reformasi sering dipandang sebagai sebuah revolusi. Satu hal yang harus diingat oleh kita,
sebagai suatu proses, reformasi tidak terjadi dalam sekejap mata, tetapi berlangsung dalam suatu
jangka waktu yang lamanya tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi proses itu.
Diantara faktor-faktor tersebut adalah tingkat kesadaran masyarakat akan hak-hak demokrasi,
konsep dan ide yang terkandung dalam reformasi tersebut serta kepemimpinan yang baik dan
dapat diterima masyarakat.

3
Reformasi Administrasi Publik

Reformasi Administrasi Publik menurut Suk Choon Cho adalah “Administrative reform as a
consious human effort to introduce changes into the behavior and performances of
administrators”. Dan Reformasi Administrasi Publik menurut Montgomery dalam Hidayat,
adalah suatu proses politik yang didesain untuk menyesuaikan hubungan antara birokrasi dan
elemen-elemen lain dalam masyarakat, atau di dalam birokrasi itu sendiri, dengan kenyataan
politik. Sedangkan menurut Ibrahim, dan Zauhar, Reformasi Administrasi Publik adalah usaha
yang sadar dan terencana untuk mengubah struktur dan prosedur birokrasi (aspek reorganisasi
kelembagaan, sikap, dan perilaku birokrat/aspek perilaku atau 108 Reformasi Administrasi
Publik kinerja), meningkat efektivitas organisasi (aspek program), sehingga dapat diciptakan
administrasi publik yang sehat dan terciptanya tujuan pembangunan nasional. Reformasi
Administrasi Publik diartikan secara sederhana oleh Abidin adalah proses reformasi atas
paradigma dan sistem administrasi publik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Reformasi Administrasi Publik adalah suatu upaya perubahan yang dilakukan secara sadar dan
terencana dari segala aspek kehidupan terutama aspek penyelenggaraan administrasi negara
sehingga dapat mencapai tujuan secara rasional. Walaupun kegiatan terencana merupakan ciri
utama dari reformasi administrasi, namun konsep tersebut belum menjadi sosok yang jelas,
apalagi baku. Sebagai contoh misalnya, dapatkah setiap kegiatan terencana dalam tubuh
administrasi pemerintahan dikategorikan sebagai reformasi administrasi publik? Terhadap
permasalahan ini Dror dalam Zauhar, dengan tegas dan berani mengatakan bahwa perubahan
tersebut hanya sebatas pada aspek utama, yang secara lebih khusus ia sebut sebagai perubahan
yang :

1). Kekomprehensifannya sedang dan keinovatifannya tinggi.

2). Kekomprehensifannya tinggi dan keinovatifannya sedang.

Lebih lanjut Dror mengatakan bahwa walaupun istilah sedang (medium) tinggi,
komprehensif dan inovatif masih merupakan istilah yang melahirkan perbedaan interpretasi,
namun reformasi administrasi secara tegas mengeluarkan atau mengesampingkan perubahan-
perubahan organisasi dan prosedur administrasi yang kecil (minor). Keuntungannya dari adanya
kualifikasi ini adalah bahwa reformasi administrasi hanya mengkonsentrasikan pada perubahan-
perubahan yang utama atau mendasar. Sehingga perubahan-perubahan yang sifatnya kurang
mendasar akan diabaikan, walaupun seharusnya perubahan tersebut sangat berguna di dalam
memahami karakteristik dan masalah reformasi. Secara umum tujuan reformasi administrasi
publik diklasifikasikan ke dalam 6 kelompok, 3 bersifat intra-administrasi yang ditujukan untuk

4
menyempurnakan administrasi internal, dan 3 lagi berkenaan dengan peran masyarakat di dalam
sistem administrasi.

Tiga tujuan internal reformasi administrasi publik adalah sebagai berikut :

1. Efisiensi administrasi, dalam arti penghematan uang, yang dapat dicapai melalui
penyederhanaan formulir, perubahan prosedur, penghitungan duplikasi dan kegiatan
organisasi metode yang lain
2. Penghapusan kelemahan atau penyakit administrasi seperti korupsi, pilih kasih dan sistem
teman dalam sistem politik dan lainlain.
3. Pengenalan dan penggalakan sistem merit, pemakaian PPBS, pemrosesan data melalui
sistem informasi yang otomatis, peningkatan penggunaan pengetahuan ilmiah dan lain-
lain.

Sedangkan 3 tujuan lain yang berkaitan dengan masyarakat adalah :

1. Menyesuaikan sistem administrasi terhadap meningkatnya keluhan masyarakat


2. Mengubah pembagian pekerjaan antara sistem administrasi dan sistem politik, seperti
misalnya meningkatkan otonomi profesional dari sistem administrasi dan meningkatkan
pengaruhnya pada suatu kebijakan.
3. Mengubah hubungan antara sistem administrasi dan penduduk, misalnya melalui relokasi
pusat-pusat kekuasaan (sentralisasi versus desentralisasi, demokratisasi dan lain-lain).

Strategi Reformasi Administrasi Publik

Pada awalnya, konsep strategi digunakan dalam kalangan militer, yang diartikan sebagai
seni memenangkan peperangan melawan musuh dengan pemanfaatan kekuatan yang dimiliki
secara maksimal. Reformasi administrasi publik pun berkaitan erat dengan pengertian strategi,
karena pada hakekatnya reformasi administrasi publik merupakan aktivtas untuk meningkatkan
kemampuan memenangkan “peperangan” melawan ketidakberesan administrasi dan beberapa
jenis penyakit administrasi yang lain yang banyak dijumpai di kebanyakan negara sedang
berkembang.

Berbicara tentang strategi reformasi administrasi publik pada dasarnya sangat beragam
dalam ruang lingkupnya, mulai dari yang paling luas, sampai yang paling sempit. Fokus strategi
reformasi administrasi publik yang komprehensif adalah pada keseluruhan perangkat
administrasi pemerintah, buka pada satu instansi khusus maupun pada satu prosedur tertentu.
Dengan kata lain, perubahan atau inovasi yang dilakukan ialah pada seluruh jajaran birokrasi
pemerintah, dan bukanlah yang bersifat bagian per bagian. Ini artinya bahwa apabila reformasi
administrasi publik dilaksanakan secara komprehensif, maka harus didasarkan pada
pertimbangan yang masak dengan memperhatikan faktor waktu, personel dan keuangan.
5
Konsekuensi logisnya ialah bahwa reformasi administrasi publik yang komprehensif hanya
dilakukan secara berkala saja, jika kondisi umum memungkinkan. Strategi reformasi terhadap
administrasi reformasi menurut Abidin dapat dilakukan melalui :

1. Peningkatan kemampuan birokrasi agar mampu mewujudkan kebijakan-kebijakan yang


normatif menjadi kenyataan di lapangan. Hal ini dapat dilakukan melalui perbaikan
institusi publik, perbaikan prosedur pelayanan dan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia aparatur
2. Perbaikan prosedur dan tata laksana pengelolaan kekayaan negara dengan mendahulukan
kepentingan publik, keselamatan kekayaan negara dan kebenaran secara hukum.
3. Penetapan pejabat publik melalui kriteria dan prosedur terbuka dengan menempatkan
persyaratan ketaatan, kejujuran dan keahlian sebagai syarat pokok.

Sedangkan reformasi administrasi sendiri menurut Abidin dilakukan melalui :

1. Perubahan paradigma administrasi publik. Seperti yang telah disebutkan, orientasi


ekonomi administrasi publik cenderung mengabaikan nilai-nilai sosial, sementara
orientasi sosial yang berlebihan mempersulit penilaian mengenai kinerja keberhasilan.
Karena itu dalam perubahan paradigma itu diupayakan adanya keseimbangan antara
kedua orientasi itu.
2. Menempatkan peran administrasi publik secara proporsional, sehingga administrasi
publik mendapat tempat sebagai salah satu sarana pokok dalam merealisasikan program-
program reformasi. Kesan yang salah tentang administrasi publik harus dihilangkan
melalui penyebaran informasi yang benar dan luas. Untuk itu, perlu diupayakan lebih
banyak lagi buku-buku tentang administrasi publik yang harus diterbitkan, baik yang
sudah ditulis oleh penulis dalam negeri maupun dengan memperbanyak masuknya buku-
buku administrasi publik yang baru dari luar negeri, dan penerbitan jurnal-jurnal
administrasi publik yang lebih banyak lagi. Lebih dari itu adalah penghargaan bagi gelar
kesarjanaan bidang administrasi publik (mungkin diberi gelar S.Adm) yang setara dengan
gelargelar kesarjanaan lainnya.

Sedangkan menurut penulis, strategi yang mutlak dilakukan bagi reformasi administrasi
publik ini adalah sebagai berikut :

1. Kelembagaan
Kelembagaan merupakan hal pertama yang harus kita reformasi. Ini dikarenakan di
dalam organisasi, struktur merupakan salah satu hal krusial. Karena dengan struk110
Reformasi Administrasi Publik tur organisasi merupakan kerangka yang dipergunakan
sebagai tata aliran proses bagaimana kultur bisa diterapkan dan diwujudkan. Disamping
struktur, ada lagi faktor kultur didalam organisasi. Kultur merupakan perpaduan tata nilai,
kepercayaan dan kebiasaan yang diyakini kebenarannya untuk diperjuangkan. Dengan

6
kultur maka akan terbentuk suatu boundary yang membedakan sebuah lembaga dengan
lembaga yang lainnya. Hal lain mengatakan bahwa sistem otonomi daerah menuntut
adanya lembaga pemerintah daerah yang sesuai dengan lingkungan yang bersifat khusus
agar mampu mendukung pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan yang sesuai dengan itu.
Tidak semua dinas yang ada pada suatu daerah diperlukan di daerah lain. Begitu juga
sebaliknya. Sistem kelembagaan daerah harus diperlakukan secara spatial. Artinya, sesuai
dengan tempat dan waktu tertentu.
2. Ketatalaksanaan
Ketatalaksanaan menyangkut tentang sistem dan prosedur, yaitu suatu upaya untuk
menyempurnakan sistem dan prosedur dari berbagai dimensi pekerjaan yang ada. Salah
satu upaya yang dilakukan dengan membuat Standard Operating Procedures (SOP) yang
memadai bagi semua aktivitas tugas/pekerjaan. Meskipun tiap instansi mempunyai SOP
yang baku dalam pelayanan, namun ada daerah yang mampu berkreasi untuk
menyederhanakan dan ada daerah yang tidak mampu. Bahkan ada daerah yang cenderung
mempersulit daripada mempermudah pelayanan. Sangat tergantung pada kreatifitas
masing-masing pimpinan sebagai perwujudan dari dedikasi, kompetensi dan moralitas
aparatur. Selain SOP, yang perlu juga disusun yaitu job Description
3. Sumber Daya Manusia
Permasalahan sumber daya manusia merupakan permasalahan yang pelik, hal ini
diawali dari munculnya angka kelebihan pegawai sehingga terkadang tidak diperlukan
oleh organisasi, disisi lain kita mengalami kekurangan pegawai yang kompetensinya
dibutuhkan organisasi. Disisi lain, rasio sumber daya manusia aparatur jika dibandingkan
dengan jumlah masyarakat sangat tidak seimbang, disamping tingkat pendidikan dan
pelatihan pada masing-masing jenjang jabatan, keterampilan, prasarana dan sarana kerja
yang tersedia serta tingkat kesejahteraan. Hal lain adalah berhubung dengan sempitnya
lapangan kerja dan rendahnya pendapatan masyarakat serta pengaruh budaya masa
lampau yang feodalistis, banyak aparat daerah yang lebih menghayati dirinya sebagai
pejabat daripada pelayan publik.
Pelayanan lebih dihayati sebagai pekerjaan bisnis, karena itu pelayanan yang
diberikan dianggap sebagai pengadaan barang atau jasa yang harus dibayar oleh rakyat.
Sebaliknya, rakyat juga masih merasa berkewajiban untuk membayar harga dari
pelayanan yang diterima. Kondisi aparatur yang demikian menjadi lebih berkembang
dengan maraknya pemekaran daerah-daerah baru yang pendapatan daerahnya belum
mampu menutupi anggaran rutin. Karena itu kesejahteraan aparatur daerah “diserahkan
pada inisiatif masing-masing” Strategi-strategi yang ada ini hendaknya dilaksanakan
dengan sungguh-sungguh sehingga kita jangan sampai melaksanakan reformasi
sekedarnya dan lebih cenderung bersifat status quo, tetapi reformasi yang menyeluruh
tanpa mendapat pengaruh dominan dari luar.

7
Daftar Pustaka

Abidin, Said Zainal, 2006, Dinamika Reformasi dan Revitalisasi di Indonesia, Suara
Bebas. Jakarta
Dwiyanto, Agus, dkk, 2003, Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah,
Yogyakarta, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM
Frinces, Z. Heflin, 2008, Manajemen Reformasi Birokrasi, Mida Pustaka, Yogyakarta
Hidayat, L. Misbah, 2007, Reformasi Administrasi : Kajian Komparatif Pemerintahan
Tiga Presiden, PT. Gramedia Pustka Utama, Jakarta
Said, Ismail, 2003, Tantangan Sumber Daya Aparatur, dalam Jurnal Ilmiah Good
Governance Vol. 2 No. 1, Maret Tahun 2003, Jakarta, STIA-LAN.
Sedarmayanti, 2003, Good Governance (Kepemrintahan Yang Baik) dalam rangka
Otonomi Daerah : Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien melalui
Restrukturisasi dan Pemberdayaan, Bandung, CV. Mandar Maju
Wibawa, Samodra, 2005, Reformasi Administrasi : Bunga Rampai Pemikiran
Administrasi Negara/ Publik, Yogyakarta, Gava Media
Zauhar, Soesilo, 1996, Reformasi Administrasi : Konsep, Dimensi dan Strategi, Bumi
Aksara, Jakarta.

8
KESIMPULAN

Reformasi adalah proses perubahan atau perbaikan dalam bidang ekonomi,politik,


sosial,dan agama.

Reformasi administrasi publik adalah suatu upayah yang dilakukan dengan sadar dan
terencana untuk mengubah duah hal yaitu struktur dan prosedur birokrasi.

Mnurut beberapa para ahli seperti Abidin, Reformasi diartikan sebagai proses perubahan
dari kondisi lama menuju kondisi baru yang dikehendaki. Sedangkan menurut pendapat Wibawa
adalah gerakan untuk mengubah bentuk dan perilaku suatu tatanan, karena tatanan tersebut tidak
lagi disukai atau tidak sesuai kebutuhan zaman – baik karena tidak efisien, tidak bersih, tidak
demokratis, dll.

Anda mungkin juga menyukai