(IPEM 4429)
Birokrasi berasal dari kata bureaucracy (bahasa inggris bureau dan cracy), birokrasi adalah
suatu organisasi yang memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, dimana lebih
banyak orang berada ditingkat bawah daripada tingkat atas, biasanya ditemui pada instansi
yang sifatnya administratif maupun militer. Ada juga yang menjelaskan arti birokrasi adalah
suatu struktur organisasi yang memiliki tata prosedur, pembagian kerja, adanya hirarki, dan
adanya hubungan yang bersifat impersonal. Organisasi yang menjalankan sistem birokrasi
biasanya memiliki prosedur dan aturan yang ketat sehingga dalam proses operasionalnya
cenderung kurang fleksibel dan kurang efisien. Meskipun ada anggapan bahwa birokrasi
identik dengan inefisiensi, pemborosan, dan kemalasan, faktanya sistem birokrasi diperlukan
agar proses operasional berjalan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Pelayanan publik pada dasarnya menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara maka pemerintah memiliki fungsi memberikan berbagai
pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat, mulai dari pelayanan dalam bentuk
pengaturan ataupun pelayanan-pelayanan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, utilitas, dan lainnya.
Fakta bahwa pelayanan publik di Indonesia belum menunjukan kinerja yang efektif sering
menjadi bahasan, baik dari segi tulisan maupun penelitian. Permasalahan pelayanan publik
yang tidak efektif ini dipicu oleh beberapa hal yang kompleks, mulai dari budaya organisasi
yang masih bersifat paternalistik, lingkungan kerja yang tidak kondusif terhadap perubahan
zaman, rendahya sistem reward dalam birokrasi Indonesia, lemahnya mekanisme panishment,
bagi aparat birokrasi, rendahnya kemampuan aparat birokrasi untuk melakukan tindakan
diskresi, serta kelangkaan komitmen pimpinan daerah untuk menciptakan pelayanan publik
yang responsif, akuntabel, dan transparan. Di masa otonomi daerah yang memberi
keleluasaan bagi setiap kabupaten/kota untuk menjalankan pemerintahan atas dasar
kebutuhan dan kepentingan daerah sendiri ternyata juga belum mampu mewujudkan
pelayanan publik yang efektif.
PEMBAHASAN
Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada yang sudah
ada. Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang termasuk di dalamnya
masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah kemajuan. Dalam pengertian ini
perubahan masyarakat diarahkan pada development (Susanto, 180). Karl Mannheim
sebagaimana dimaksud oleh Susanto menjelaskan bahwa perubahan masyarakat adalah
berkaitan dengan norma-normanya. Development adalah perkembangan yang tertuju pada
kemajuan keadaan dan hidup anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya
juga dinikmati oleh masyarakat.
Birokrasi berasal dari kata “bureau” yang berarti meja atau kantor; dan kata “kratia” (cratein)
yang berarti pemerintah. Pada mulanya, istilah ini digunakan untuk menunjuk pada suatu
sistematika kegiatan kerja yang diatur atau diperintah oleh suatu kantor melalui kegiatan-
kegiatan administrasi (Ernawan, 1988). Dalam konsep bahasa Inggris secara umum, birokrasi
disebut dengan “civil service”. Selain itu juga sering disebut dengan public sector, public
service atau public administration
Kemajuan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh kemampuan aparatur birokrasi dalam
menjalankan tugas dan fungsinya yaitu, sebagai pelayan publik kepada masyarakat secara
profesional dan akuntabel. Apabila publik dapat terlayani dengan baik oleh aparatur
birokrasi, maka dengan sendirinya aparatur birokrasi mampu menempatkan posisi dan
kedudukannya yaitu sebagai civil servant atau public service. Kondisi ini akan berdampak
pada kinerja dari aparatur birokrasi yang sesuai dengan harapan dari masyarakat, pada
akhirnya akan menimbulkan trust kepada aparatur birokrasi tersebut. Hal inilah yang akan
menjadikan negara yang maju dalam hal pelayanan kepada publik dan melahirkan birokrasi
yang bersih, akuntabel dan transparan. Upaya untuk mewujudkan birokrasi yang bersih,
akuntabel dan transparan hanya dapat dilaksanakan apabila kita memiliki kemampuan
kemimpinan birokrasi yang baik dalam meningkatkan pelayanan kepada publik,
kepemimpinan birokrasi yang mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan seluruh lapisan
masyarakat adalah wujud kepimpinan birokrasi yang diperlukan dalam mewujudkan good
governance.
Agar kepemimpinan dapat berhasil mencapai tujuan, pelaksanaan kepemimpinan yang baik
dapat dilihat dari cara seorang pemimpin melakukan tugasnya, hal ini dapat dilihat dari
ciriciri sebagai berikut:
a. Penglihatan sosial, suatu kemampuan untuk melihat dan mengerti gejala-gejala yang
timbul dalam masyarakat sehari-hari.
b. Kecakapan berfikir abstrak, dalam artian seorang pemimpin harus mempunyai otak
yang cerdas, intelegensi yang tinggi, dalam menganalisa dan memutuskan adanya
gejala yang terjadi dalam kelompoknya, sehingga bermanfaat dalam tujuan organisasi.
c. Keseimbangan emosi dalam mengambil tindakan dan kebijakan dalam mengambil
keputusan. Seorang pemimpin juga harus bisa memberikan motivasi, hal ini
dimaksudkan untuk memberikan dorongan semangat kepada para bawahan dalam
pencapaian target yang diharapkan.
Pelayanan publik menurut UU Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik adalah suatu
kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Menurut Departemen Dalam Negeri (Pengembangan Kelembagaan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu) bahwa pelayanan publik adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-
cara tertentu yang memerlukan kesepakatan dan hunbungan interpersonal tercipta kepuasan
dan keberhasilan, setiap pelayanan menghasilkan produk baik berupa barang ataupun jasa.
Dari beberapa pengertian pelayanan publik yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan
bahwa pelayanan publik sebagai pemberian layanan atau melayani keperluaan orang atau
masyarakat dan/atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai
dengan aturan pokok dan tatacara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan
kepada penerima pelayanan.
Menurut Pollit dan Bouckaert (dikutip dari Manurung 2010, hal 189) mendefinisikan
reformasi pelayanan publik ialah perubahan sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
agar kinerja sektor publik semakin baik. Reformasi sektor publik mencakup bukan saja unsur
organisasi dan manejemen, tetapi juga sumber daya manusia. Perubahanperubahan tersebut
tidak hanya terfokus pada perubahan kuantitas, namun juga kualitas.
Menurut Fandhy Tjiptono 1994 (dalam Herdiansyah 2011: 53) dalam bukunya “Prinsip-
Prinsip Total Quality Service,” menyebutkan bahwa terdapat lima dimensi atau ukuran
kualitas pelayanan, yang dapat menilai kepuasan pelanggan diantaranya :
a. Bukti langsung (tangibels), meliputi fasilitas fisik,
b. perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi.
c. Keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera, akurat, dan memuaskan.
d. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dalam memberikan pelayanan dengan tanggap.
e. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan dapat
dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
f. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik,
perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pelanggan.
Intinya pelayanan dapat dikatakan berkualitas atau memuaskan apabila pelayanan tersebut
dapat memenuhi kebutuhan harapan masyarakat, dengan memperhatikan kelima dimensi
diatas.
Dalam pelayanan publik tentunya ada kendala. Kendala utama pelayanan publik sebenarnya
adalah peningkatan kualitas pelayanan publik itu sendiri. Beberapa kelemahan pelayanan
publik berkaitan dengan pola penyelenggaraannya antara lain sebagai berikut :
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencapai Reformasi Pelayanan Publik Agar reformasi
birokrasi dapat berjalan baik, perlu dilakukan langkah- langkah manajemen perubahan.
Manajemen perubahan adalah proses mendiagnosis, menginisialisasi, mengimplementasi, dan
mengintegrasi perubahan individu, kelompok, atau organisasi dalam rangka menyesuaikan
diri dan mengantisipasi perubahan lingkungannya agar tetap tumbuh, berkembang, dan
menghasilkan keuntungan. Terdapat tujuh langkah manajemen perubahan yang dikutip dari
Harvard Business Essentials tahun 2005, yaitu sebagai berikut:
kompetensi yang harus dimiliki oleh pimpinan birokrasi Untuk mencapai kualitas dalam
mengelola organisasi pelayanan sekaligus kualitas dari pelayanan publik yang dihasilkan,
maka kompetensi yang harus dimiliki oleh pimpinan birokrasi sebagai manajer pelayanan
publik meliputi:
Dari sisi mikro, hal-hal yang dapat diajukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
antara lain adalah sebagai berikut :
KESIMPULAN
Pelayanan dapat dikatakan berkualitas atau memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat
memenuhi kebutuhan harapan masyarakat ketika pelayanan publik yang di lakukan
pemerintah tidak cukup baik dalam melayani permintaan masyarakat maka pemerintah harus
melakukan perubahan dalam proses pelayanan publik sehingga pelayanan yang diberikan
cukup memadai kepada masyarakat dan pelaksanaan reformasi birokrasi pelayanan publik
bisa mengembalikan kepercayaan masyarakat.
SUMBER REFERENSI :
https://pemerintah.net/hambatan-dan-tantangan-reformasi-birokrasi/
https://www.kompasiana.com/erlandajuliansyahputra/54f77ca0a33311d56d8b45b5/
aspekleadership-dalam-birokrasi-pemerintahan
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655982/pendidikan/modul-kepemimpinan-ii.pdf
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/dokumen/manajemenkonflik.pdf
http://rushdyms.blogspot.com/2012/03/reformasi-birokrasi.html
http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-reformasi-birokrasi-