PENDAHULUAN
Rumusan masalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan reformasi, birokrasi, dan reformasi
birokrasi ?
2. Apa tujuan dari reformasi birokrasi ?
3. Bagimana strategi mewujudkan reformasi birokrasi ?
4. Bagaimana tahap - tahap reformasi birokrasi yang ideal ?
5. Bagaimana pokok - pokok reformasi birokrasi yang seharusnya
dilakukan pemerintah guna mencapai kesejahteraan publik ?
Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena
sebenarnya telah ada dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu
tahun yang lalu. Namun demikian kecenderungan mengenai konsep dan
praktek birokrasi telah mengalami perubahan yang berarti sejak seratus tahun
terakhir ini. Dalam Masyarakat yang modern, birokrasi telah menjadi suatu
organisasi atau institusi yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran negara
pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini negara-negara modern
memiliki luas wilayah, ruang lingkup organisasi, dan administrasi yang cukup
besar dengan berjuta-juta penduduk.
Secara umum bahwa tujuan dari reformasi birokrasi itu sendiri adalah
untuk merubah tatanan, sistem, tingkah laku dan arah kebijakan-kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai penyelenggara negara, yang pada
mulanya terkesan bahkan terasa otoriter, penuh dengan KKN diubah ke
dalam keadaan birokrasi yang bersih dan netral. Oleh karena itu lembaga
Eksekutif yang berperan sebagai pelaksana aturan-aturan yang telah dibuat
olehnya (lembaga Eksekutif itu sendiri atas persetujuan Legislatif) serta
lembaga-lembaga tinggi negara lainnya yang berwenang untuk membuat
kebijakan / peraturan harus dapat mengkoordinir perangkat-perangkat
birokrasi yang bersih (bebas kolusi, korupsi dan nepotisme) yang berpihak
kepada kepentingan rakyat.
Menurut Prof. Eko Prasojo, guru besar sekaligus ahli administrasi negara dari
FISIP UI, untuk terwujudnya reformasi birokrasi, maka diperlukan strategi-
strategi reformasi birokrasi, yaitu :
1. Level kebijakan, harus diciptakan berbagai kebijakan yang mendorong
Birokrasi yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak sipil warga (kepastian
hukum, batas waktu, prosedur, partisipasi, pengaduan, gugatan).
2. Level organisational, dilakukan melalui perbaikan proses rekrutmen
berbasis kompetensi, pendidikan dan latihan yang sensitif terhadap
kepentingan masyarakat, penciptaan Standar Kinerja Individu, Standar
Kinerja Tim dan Standar Kinerja Instansi Pemerintah.
3. Level operasional, dilakukan perbaikan melalui peningkatan service
quality meliputi dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan
emphaty.
4. Instansi Pemerintah secara periodik melakukan pengukuran kepuasan
pelanggan dan melakukan perbaikan.
Strategi birokrasi yang profesional dalam pelayanan publik ini ditandai dengan
beberapa karakteristik antara lain:
i. Perubahan yang besar pada orientasi administrasi negara
tradisional menuju ke perhatian yang lebih besar pada pencapaian hasil dan
pertanggung jawaban pribadi pimpinan.
ii. Keinginan untuk keluar dari birokrasi klasik dan menjadikan
organisasi, pegawai, masa pengabdian dan kondisi pekerjaan yang lebih
luwes.
iii. Tujuan organisasi dan individu pegawai disusun secara jelas
sehingga memungkinkan dibuatkannya tolok ukur prestasi lewat indikator
kinerjanya masing-masing, termasuk pula sistem evaluasi program-
programnya.
iv. Staf pimpinan yang senior dapat memiliki komitmen politik
kepada pemerintah yang ada, dan dapat pula bersikap non partisan dan
netral.
v. Fungsi-fungsi pemerintah bisa dinilai lewat uji pasar (market test)
seperti misalnya dikontrakkan pada pihak ketiga tanpa harus disediakan atau
ditangani sendiri oleh pemerintah.
vi. Mengurangi peran-peran pemerintah misalnya lewat kegiatan
privatisasi.
vii. Birokrasi harus steril dari akomodasi politik yang menghambat
efektivitas pemerintahan.
viii. Rekruitmen dan penempatan pejabat birokrasi yang bebas dari
kolusi, korupsi dan nepotisme.
Agar reformasi birokrasi dapat berjalan baik, perlu dilakukan langkah-
langkah manajemen perubahan. Manajemen perubahan adalah proses
mendiagnosis, menginisialisasi, mengimplementasi, dan mengintegrasi
perubahan individu, kelompok, atau organisasi dalam rangka menyesuaikan
diri dan mengantisipasi perubahan lingkungannya agar tetap tumbuh,
berkembang, dan menghasilkan keuntungan.
Ada tujuh langkah manajemen perubahan yang dikutip dari Harvard Business
Essentials tahun 2015, yaitu sebagai berikut:
1. Memobilisasi energi dan komitmen para anggota organisasi melalui
penentuan cita-cita, tantangan, dan solusinya oleh semua anggota organisasi.
Pada tahap ini, setiap lini dalam instansi pemerintah harus tahu apa yang
dicita-citakan instansi, apa yang mereka hadapi, dan cara menghadapi atau
menyelesaikan masalah itu secara bersama-sama. Agar mereka tergerak
untuk menjalankan solusi bersama, mereka perlu dilibatkan dalam diskusi dan
pengambilan keputusan.
2. Mengembangkan visi bersama, bagaimana mengatur dan
mengorganisasi diri maupun organisasi agar dapat mencapai apa yang dicita-
citakan.
3. Menentukan kepemimpinan. Di dalam instansi pemerintahan,
kepemimpinan biasanya dipegang para pejabat eselon. Padahal,
kepemimpinan harus ada pada semua level agar dapat mengontrol
perubahan. Pemimpin tertinggi harus memastikan orang-orang yang
kompeten dan jujurlah yang berperan sebagai pemimpin pada level-level di
bawahnya.
4. Fokus pada hasil kerja. Langkah itu dilakukan dengan membuat
mekanisme asessment yang dapat mengukur hasil kerja tiap pegawai atau
tiap tim yang diberi tugas tertentu.
5. Mulai mengubah unit-unit kecil di instansi kemudian dorong agar
perubahan itu menyebar ke unit-unit lain di seluruh instansi.
6. Membuat peraturan formal, sistem, maupun struktur untuk
mengukuhkan perubahan, termasuk cara untuk mengukur perubahan yang
terjadi.
7. Mengawasi dan menyesuaikan strategi untuk merespons permasalahan
yang timbul selama proses perubahan berlangsung.
2.5 POKOK-POKOK REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAHAN
5. Pengawasan
Pengawasan ini dilakukan dengan harapan terbangunnya sistem
pengawasan nasional dengan elemen-elemen pengawasan fungsional,
pengawasan internal, pengawasan eksternal, dan pengawasan masyarakat,
ditandai oleh sistem pengendalian dan pengawasan yang tertib,
sisdalmen/waskat, wasnal, dan wasmas, koordinasi, integrasi dan
sinkronisasi aparat pengawasan, terbentuknya sistem informasi pengawasan
yang mendukung pelaksanaan tindak lanjut, serta jumlah dan kualitas auditor
profesional yang memadai, intensitas tindak lanjut pengawasan dan
penegakan hukum secara adil dan konsisten.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan yang baik, dapat terwujud
apabila semua lapisan masyarakat turut berperan serta dalam upaya
pemberharuan di berbagai bidang khususnya dalam bidang pelayanan
(birokrasi) pemerintah, karena birokrasi pemerintah merupakan proses
interaksi / hubungan antara pemerintah dan masyarakat serta langkah awal
dalam mencapai kemajuan suatu negara dalam berbagai bidang.
3.2 SARAN
Setiap warga negara akan selalu berhubungan dengan aktivitas
Birokrasi Pemerintahan. Bahkan ketika seseorang masih berada dalam
kandungan ia sudah mulai tergantung dengan pelayanan birokrasi. Apakah
untuk keperluan pemeriksaan kesehatan (di RS atau Puskesmas ) atau
setelah lahir dan harus mendapatkan “sertifikat sebagai warga dunia” berupa
akta kelahiran. Ketergantungan dengan birokrasi itu terus berlanjut, seiring
dengan bertambahnya usia seseorang atau sejalan dengan ragam aktivitas
yang dilakukan ditengah masyarakat. Sementara itu, jenis pelayanan umum
yang diselenggarakan birokrasipun sangat kompleks dan bahkan memasuki
hampir setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Intervensi birokrasi yang demikian ini, sah-sah saja adanya, karena justru
untuk menyelenggarakan fungsi itulah birokrasi dibentuk.
Merupakan hal yang logis, jika kemudian birokrat atau aparatur publik itu
dijuluki Abdi Negara, karena pada pundaknya tugas-tugas kemasyarakatan,
pemerintahan dan pembangunan diselenggarakan atas nama “organisasi
politik super besar” yang disebut “negara”. Namun penting diingat, legitimasi
yang diterima para abdi negara itu bersumber dari kepercayaan rakyat yang
berdaulat. Artinya, seorang abdi negara adalah seseorang yang mengemban
amanat rakyat untuk mengayomi kepentingan kepentingan mereka (rakyat).
Jadi, jika dikaitkan dengan sumber legitimasi ini, maka seseorang aparatur
negara/ publik (pegawai negeri, birokrat atau abdi negara) itu, sesungguhnya
adalah seorang abdi masyarakat. Ini berarti, bahwa tugas aparatur publik
adalah melayani masyarakatnya (public service).
Reformasi birokrasi tidak akan pernah berhenti demi tercapainya suatu
pelayanan yang afektif dan efesien untuk masyarakat,
Saran yang dapat penulis berikan pada makalah ini adalah:
Peningkatan pelayanan haruslah merata di berbagai aspek
Masyarakat bukan hanya sebagai pihak yang dilayani tetapi juga pengawas
pelayanan maka pemerintah haruslah memperbaiki system pelayanan hal ini
di karenakan takutnya ketidak percayaan masyarakat kepada pemerintah
yang menjalankan pelayanan
DAFTAR PUSTAKA
http://SOSPOL_INSIDE_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI.htm
http://Administrasi_Publik_REFORMASI_BIROKRASI_DI_ERA_OTONOMI_D
AERAH.htm
http://CONTOH_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI_DAN_TATA_KELOL
A_PEMERINTAHAN_NEGARA_KESATUAN_REPUBLIK_INDONESIA_Shar
e_Anything.htm
http://CONTOH_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI_DI_INDONESIA.htm
http://Kementerian_Pendayagunaan_Aparatur_Negara_dan_Reformasi_Birok
rasi_Makna_dan_Tujuan.htm
http://makalah.sospol_makalah.birokrasi.htm
http://NEFI_FITRIANA_MAKALAH_REFORMASI_BIROKRASI_DI_INDONES
IA.htm
http://Penilaian_Mandiri_PRB.htm
http://Reformasi_Birokrasi_Good_Governance_Good_Government_Paulus_M
._Tangke.htm
http://Society-MAKALAH-BIROKRASI-INDONESIA.htm
http://SOSPOL.INSIDE_MAKALAH-REFORMASI-BIROKRASI.htm