Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

MANAJEMEN PROYEK SEKTOR PUBLIK

MAKALAH REFORMASI DAN BIROKRASI

OLEH:
SELO WIBOWO

S1A118031

KELAS A

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT. yang telah

melimpahkan rahmat-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya.

Saya menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan

kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya.

Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa

saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih atas segala

kemudahan yang diberikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3. Tujuan.......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Reformasi Birokrasi................................................................2

2.2. Birokrasi Pada Masa Reformasi ...............................................................4

2.3. Reformasi Birokrasi Pasca Jatuhnya Rezim Orde Baru............................5

2.4. Reformasi birokrasi indonesia ................................................................6

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ..............................................................................................13

3.2. Saran .........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada masa Orde Baru sampai menjelang masa transisi tahun 1998, kondisi
birokrasi di Indonesia mengalami sakit bureaumania seperti kecenderungan
inefisiensi, penyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi dan nepotisme.Birokrasi
dijadikan alat status quo mengkooptasi masyarakat guna mempertahankan dan
memperluas kekuasaan monolitik.Birokrasi Orde Baru dijadikan secara struktural
untuk mendukung pemenangan partai politik pemerintah. Padahal birokrasi
diperlukan sebagai aktor public services yang netral dan adil, dalam beberapa
kasus menjadi penghambat dan sumber masalah berkembangnya keadilan dan
demokrasi, terjadi diskriminasi dan penyalahgunaan fasilitas, program dan dana
negara.

Reformasi merupakan langkah-langkah perbaikan terhadap proses pembusukan


politik, termasuk buruknya kinerja birokrasi. Tujuan tulisan ini berupaya untuk
mengelaborasi model reformasi birokrasi di Indonesia pasca Orde Baru.

1.2 Perumusan Masalah


a. Pengertian birokrasi reformasi.
b. Bagaimana reformasi birokrasi Indonesia .
c. Bagaimana birokrasi masa reformasi.
d. Reformasi birokrasi pasca jatuhnya rezim orde baru.
e. wajah reformasi birokrasi pemerintahan ini.
1.3 Tujuan
a. Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
b. Apa itu reformasi birokrasi
c. Menegtahui perkembangan reformasi birokrasi di Indonesia sebelum dan
sesudah masa Orde Baru

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 REFORMASI BIROKRASI

Birokrasi adalah sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai


pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan. Fenomena
birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita sehari-hari dan setiap
orang seringkali mengeluhkan cara berfungsinya birokrasi sehingga pada akhirnya
orang akan mengambil kesimpulan bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya karena
banyak disalahgunakan oleh pejabat pemerintah (birokratisme) yang merugikan
masyarakat.

Birokrasi bukanlah suatu fenomena yang baru bagi kita karena sebenarnya
telah ada dalam bentuknya yang sederhana sejak beribu-ribu tahun yang
lalu.Namun demikian kecenderungan mengenai konsep dan praktek birokrasi
telah mengalami perubahan yang berarti sejak seratus tahun terakhir ini.Dalam
Masyarakat yang modern, birokrasi telah menjadi suatu organisasi atau institusi
yang penting.Pada masa sebelumnya ukuran negara pada umumnya sangat kecil,
namun pada masa kini negara-negara modern memiliki luas wilayah, ruang
lingkup organisasi, dan administrasi yang cukup besar dengan berjuta-juta
penduduk.

Kajian birokrasi sangat penting dipelajari, karena secara umum dipahami


bahwa salah satu institusi atau lembaga, yang paling penting sebagai personifikasi
negara adalah pemerintah, sedangkan personifikasi pemerintah itu sendiri adalah
perangkat birokrasinya (birokrat). Membicarakan tentang birokrasi tentunya
sangat penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana sejarah birokrasi.

2
Birokrasi memiliki asal kata dari Burcau, digunakan pada awal abad ke 13 di
Eropa Barat bukan hanya untuk menunjuk pada meja tulis saja, akan tetapi lebih
pada kantor, semisal tempat kerja dimana pegawai bekerja. Makna asli dari
birokrasi berasal dari Prancis yang artinya pelapis meja.Bentuk birokrasi paling
awal terdiri dari tingkatan kasta rohaniawan/tokoh agama. Negara
memformulasikan, memaksakan dan menegakkan peraturan dan memungut pajak,
memberikan kenaikan kepada sekelompok pegawai yang bertindak untuk
menyelenggarakan fungsi tersebut.

Sangat menarik membicarakan tentang birokrasi, karena dalam realita


kehidupan birokrasi terkesan negatif dan menyulitkan dalam melayani
masyarakat, padahal para pegawai birokrasi itu dibayar dari duit masyarakat.Dan
terkadang wewenang yang diberikan kepada pegawai dari birokrasi
disalahgunakan.Misalnya seperti masalah tentang korupsi di dirjen pajak yang
hangat-hangatnya dibicarakan akhir-akhir ini.Oleh karena itu sangat diperlukan
adanya reformasi birokrasi.

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik daripada
yang sudah ada.Reformasi ini diarahkan pada perubahan masyarakat yang
termasuk didalamnya masyarakat birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah
kemajuan.Dalam pengertian ini perubahan masyarakat diarahkan pada
development (Susanto, 180).Karl Mannheim sebagaimana disitir oleh Susanto
menjelaskan bahwa perubahan masyarakat adalah berkaitan dengan norma-
normanya.Development adalah perkembangan yang tertuju pada kemajuan
keadaan dan hidup anggota masyarakat, dimana kemajuan kehidupan ini akhirnya
juga dinikmati oleh masyarakat.

Dengan demikian maka perubahan masyarakat dijadikan sebagai peningkatan


martabat manusia, sehingga hakekatnya perubahan masyarakat berkait erat dengan
kemajuan masyarakat. Dilihat dari aspek perkembangan masyarakat tersebut maka
terjadilah keseimbangan antara tuntutan ekonomi, politik, sosial dan hukum,

3
keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta konsensus antara prinsip-prinsip
dalam masyarakat (Susanto: 185-186).

Khan (1981) memberi pengertian reformasi sebagai suatu usaha perubahan


pokok dalam suatu sistem birokrasi yang bertujuan mengubah struktur, tingkah
laku, dan keberadaan atau kebiasaan yang telah lama. Sedangkan Quah (1976)
mendefinisikan reformasi sebagai suatu proses untuk mengubah proses, prosedur
birokrasi publik dan sikap serta tingkah laku birokrat untuk mencapai efektivitas
birokrasi dan tujuan pembangunan nasional. Aktivitas reformasi sebagai padanan
lain dari change, improvement, atau modernization. Dari pengertian ini, maka
reformasi ruang lingkupnya tidak hanya terbatas pada proses dan prosedur, tetapi
juga mengaitkan perubahan pada tingkat struktur dan sikap tingkah laku (the
ethics being). Arah yang akan dicapai reformasi antara lain adalah tercapainya
pelayanan masyarakat secara efektif dan efisien.Reformasi bertujuan mengoreksi
dan membaharui terus-menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh
menyimpang, kembali ke cita-cita proklamasi. Reformasi birokrasi penting
dilakukan agar bangsa ini tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi.

Reformasi ini harus dilakukan oleh pejabat tertinggi, seperti presiden dalam
suatu negara atau menteri/kepala lembaga pada suatu departemen dan kementerian
negara/lembaga negara, sebagai motor penggerak utama. Reformasi birokrasi di
Indonesia belum berjalan dengan maksimal.Indikasinya adalah buruknya
pelayanan publik dan masih maraknya perkara korupsi.

2.2 BIROKRASI MASA REFORMASI

Gerakan reformasi yang digulirkan oleh berbagai kekuatan dalam masyarakat,


yang di pelopori mahasiswa pada tahun 1998, bertujuan untuk memperbaiki
kondisi bangsa yg terpuruk akibat krisis ekonomi yang berlarut-larut. Gerakan
reformasi diharapkan dapat memberikan pengaruh bagi penyelesaian berbagai
penyelesaian bangsa selama masa pemerintahan Orde Baru berkuasa, seperti
kasus-kasus korupsi,nepotisme dan kolusi. Berbagai kasus yang mengenai

4
penyalagunaan jabatan dan kekuasaan yang dilakukan oleh elite-elite oleh polotik
dan birokrasi Orde Baru diyakini merupakan salah satu factor yang memperparah
krisis ekonomi di Indonesia.

Public mengharapkan bahwa terjadinya reformasi,akan diikuti pula dengan


perubahan mendasar pada desain kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara, baik yang menyangkut demensi kehidupan berpolitik,social,ekonomi,
maupun kultur. Perubahan struktur,kultur dan paradigm birokrasi dalam
berhadapan dengan masyarakat menjadi suatu yang mendesak untuk dilakukan
mengingat birokrasi mempunyai kontribusi terhadap terjadinya krisis
multidimensional yang tengah terjadi sampai saat ini. Reformasi birokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan di arahkan untuk menciptakan kinerja birokrasi
yang professional dan akuntabel.Birokrasi dalam melakukan berbagai kegiatan
perbaikan pelayanan diharapkan lebih berorientasi pada kepuasan pelanggan,
yakni masyarakat pengguna jasa. Namun,harapan terbentuknya kinerja birokrasi
yang berorientasi pada pelanggan sebagaimana di Negara maju tampaknya masih
sulit untuk di wujudkan.

Osborne dan Plastrik (1997) mengemukakan bahwa realitas, social,politik dan


ekonomi yang dihadapi oleh Negara-negaara yang berkembang sering kali sangat
berbeda dengan realitas social yang ditemukan pada masyarakat dinegara maju.
Realitas imperik itu pula terjadi pada birokrasi pemerintahan, yang kondisi
birokrasi di Negara-negara berkembang, seperti merajkalelanya korupsi, pengaruh
politik partisan.

Reformasi diakuai oleh sebagian kecil birokrasi mempunyai dampak positif


secara internal. Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa di lingkungan birokrasi
saat ini, mulai muncul kebiasaan aparat bawahan yang berani secara terbuka
mengajukan kritik kepada pimpinannya walaupun diakui jumlahnya masih sedikit
dan dengan cara yang halus dan sopan. Phenomena ini terekam berdasarkan
pengamatan dan pengalaman dari beberapa aparat birokrasi yang kebetulan
menduduki jabatan structural.

5
2.3 REFORMASI BIROKRASI PASCA JATUHNYA REZIM ORDE
BARU

Jatuhnya pemerintahan Soeharto ternyata diikuti dengan semakin rendahnya


kepercayaan masyarakat terhadap birokrasi public.Krisis kepercayaan terhadap
birokrasi public di tandai dengan mengalirnya protes dan demokrasi yang
dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat terhadap birokrasi public baik di
tingkat pusat maupun daerah.

Reformasi birokrasi yang terjadi jatuhnya rezim Orde barau ternyata tidak
mampu menghasilkan kehidupan yang berarti bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia.Keberhasilan Indonesia untuk menyelenggarakan pemilihan umum
yang demokratis dan membentuk rezim pemerintahan yang baru belum mampu
membawa bangsa ini keluar dari krisis.Harapan masyarakat bahwa rezim
pemerintahan yang baru mampu memerangi KKN dan membentuk pemerintahan
yang bersih masih jauh dari realitas.Praktek KKN dalam pemerintahan dan
pelayanan public masih terus berlangsung, dan bahkan skala dan pelaku yang
semakin meluas.Keinginan masyarakat untuk menikmati pelayanan public yang
efesien, responsive, dan akuntabel masih amat jauh dari realitas.

Masuknya orang-orang baru dalam pemerintahan, baik di legislative maupun


eksekutif, juga tidak mampu menciptakan perbaikan yang berarti dalam kinerja
pemerintahan.Banyak diantara mereka terperangkap dalam lumput KKN dan ikut
memperburuk birokrasi public.

2.4 REFORMASI BIROKRASI INDONESIA

Reformasi telah menjadi suatu kata yang menggelinding dan menjadi


semangat gerak langkah anak bangsa untuk membuka katub-katub kekuasaan
yang selama ini tidak tersentuh. Ia telah menjadi bagian yang sangat penting
dalam usaha bangsa untuk merumuskan kembali seluruh tatanan nilai dan aturan
hidup bersama. Mungkin tidak ada lagi hari tanpa tuntutan reformasi yang

6
dilakukan oleh seluruh kalangan, kelompok masyarakat, mahasiswa, pegawai
kantor yang menggemakan beragam tuntutan reformasi total disegala bidang.

Reformasi dapat diterjemahkan sebagai perubahan radikal (bidang sosial,


politik atau agama) disuatu masyarakat atau negara.Sedangkan reformis adalah
orang yang menganjurkan adanya perbaikan (bidang politik, sosial, agama) tanpa
kekerasan.Radikal berarti secara menyeluruh, habis-habisan, perubahan yang amat
keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan, dan sebagainya), maju
dalam berfikir dan bertindak. Selain itu, radikalisme adalah faham atau aliran
yang radikal dalam politik, faham yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara keras atau drastis, sikap ekstrim
disuatu aliran politik.

Reformasi dapat pula diartikan sebagai suatu tindakan perbaikan dari sesuatu
yang dianggap kurang atau tidak baik tanpa melakukan perusakan-perusakan
pranata yang sudah ada. Pranata yang dimaksudkan disini adalah sistem tingkah
laku sosial yang bersifat resmi serta adat istiadat dan norma yang mengatur
tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya dalam berbagai kompleksitas
manusia didalam masyarakat.

Reformasi yang terjadi menyusul jatuhnya Rezim Orde Baru ternyata tidak
seperti yang diharapkan yaitu reformasi yang mampu mengadakan perubahan
kehidupan yang berarti bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Selain itu
reformasi juga diharapkan untuk mampu memerangi Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme ( KKN ) dan membentuk pemerintahan yang bersih ternyata masih
jauh dari realita. Praktek KKN dalam birokrasi pemerintahan dan pelayanan
public masih terus berlangsung malah semakin merajalela.Keinginan masyarakat
untuk menikmati pelayanan public yang efisien, responsive dan akuntabel masih
jauh dari harapan. Masuknya orang-orang baru dalam pemerintahan, baik di
legislatif maupun eksekutif juga tidak mampu menciptakan perubahan yang
berarti dalam kinerja pemerintahan. Bahkan banyak diantara mereka akhirnya

7
terperangkap dalam lumpur KKN dan ikut memperburuk kinerja birokrasi dan
pelayanan publik.

Kesulitan dalam memberantas KKN dalam pemerintahan dan birokrasi terjadi


karena rendahnya komitmen pemerintah untuk membenahi sistem birokrasi
publik. Banyak perhatian diberikan untuk mereformasi sistem dan lembaga
politik, tetapi hal yang sama tidak dilakukan dalam birokrasi publik, sehingga
tidak banyak menghasilkan perbaikan kinerja pelayanan publik. Dengan birokrasi
yang syarat dengan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, bersikap dan bertindak
sebagai penguasa dan tidak profesional maka perubahan apapun yang terjadi tidak
akan memiliki dampak yang berarti bagi perbaikan kinerja pelayanan publik.
Karenanya, adalah hal yang sangat lumrah ketika perbaikan dalam kehidupan
politik yang semakin demokratis sekarang ini belum memiliki dampak yang
berarti pada kinerja birokrasi dalam menyelenggarakan pelayanan publik.

Kinerja birokrasi pelayanan publik menjadi isu kebijakan sentral yang


semakin strategis karena perbaikan kinerja birokrasi memiliki implikasi dan
dampak yang luas dalam kehidupan ekonomi dan politik. Dalam kehidupan
ekonomi, perbaikan kinerja birokrasi akan bisa memperbaiki iklim investasi yang
sangat diperlukan bangsa ini untuk bisa segera keluar dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Buruknya kinerja birokrasi publik di Indonesia sering menjadi
determinan yang penting dari penurunan minat investasi. Akibatnya pemerintah
sangat sulit dalam menarik investasi, belum lagi ditambah dengan masalah-
masalah lain seperti ketidakpastian hukum dan keamanan nasional.

Tata pemerintahan yang baik ( Good Governance ) merupakan suatu konsep


yang akhir-akhir ini dipergunakan secara reguler dalam ilmu politik dan
administrasi public. Konsep ini lahir sejalan dengan konsep-konsep dengan
terminology demokrasi, masyarakat sipil,partisipasi rakyat, hak asasi manusia dan
pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pada akhir dasawarsa yang lalu
konsep good governance ini lebih dekat dipergunakan dalam reformasi sector

8
public. Dalam disiplin atau profesi manajemen public konsep ini dipandang
sebagai suatu aspek dalam paradigma baru ilmu administrasi public.

Paradigma baru ini menekankan pada peranan menejer public agar


memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat, mendorong
meningkatkan ekonomi manajerial terutama sekali mengurangi campur tangan
control yang dilakukan oleh pemerintah pusat, transparansi, akuntabilitas public
dan diciptakan pengelolaan manajerial yang bersih bebas dari korupsi.

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan demokratis mensyaratkan


kinerja dan akuntabilitas aparatur yang makin meningkat. Oleh karenanya
reformasi birokrasi merupakan kebutuhan dan harus sejalan dengan perubahan
tatanan kehidupan politik, kemasyarakatan, dan dunia usaha. Dalam peta
tantangan nasional, regional, dan internasional, aparatur negara dituntut untuk
dapat mewujudkan profesionalisme, kompetensi dan akuntabilitas. Pada era
globalisasi, aparatur negara harus siap dan mampu menghadapi perubahan yang
sangat dinamis dan tantangan persaingan dalam berbagai bidang. Saat ini
masyarakat Indonesia sedang memasuki era yang penuh tuntutan perubahan serta
antusiasme akan pengubahan. Ini merupakan sesuatu yang di Indonesia tidak
dapat dibendung lagi.

Namun banyak disadari oleh berbagai kalangan yang terlibat dalam proses
reformasi atau demokratisasi tersebut, bahwa perubahan dan pengubahan tersebut
tidak dengan sendirinya akan membawa perbaikan yang dikehendaki, yakni
ditegakkannya demokrasi serta dihargai sepenuhnya HAM.

Hingga hari ini kita masih berada di tengah-tengah krisis yang begitu dalam
dan mengoyak seluruh lapisan masyarakat serta setiap segi kehidupannya. Orang-
orang yang berada di lapis bawah ini lah yang paling membutuhkan
demokrasi.Pemikiran dan tindakan demokratik seharusnya diarahkan pada
kebutuhan rakyat dari lapis bawah tersebut.

9
Dalam kehidupan politik, perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik akan
memiliki implikasi luas, terutama dalam memperbaiki tingkat kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Buruknya kinerja birokrasi selama ini menjadi
salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Protes, demonstrasi dan bahkan pendudukan
kantor-kantor pemerintahan oleh masyarakat yang sering terjadi diberbagai daerah
menjadi indikator dari besarnya ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja
pemerintahnya.

Perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik diharapkan akan mampu


mengembalikan image pemerintah dimata masyarakat karena dengan kwalitas
pelayanan publik yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan masyarakat bisa
dibangun kembali. Kalau ini dilakukan maka pemerintah akan memperoleh
kembali legitimasi dimata publik.

Indahnya lantunan reformasi dengan segudang syair-syairnya hanya menjadi


sebuah nyanyian pengantar tidur, padahal semangat utamanya adalah ingin
mengadakan perubahan besar-besaran dalam berbagai sendi – sendi kehidupan
agar mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa ini menjadi sebuah bangsa
yang bersih dan berwibawa, bangsa yang mampu hidup bukan dengan
mengandalkan utang-utang luar negeri yang semakin mencekik. Namun harapan
ini menjadi sebuah mimpi ketika reformasi tidak mampu menciptakan iklim yang
kondusif dengan memupuk aparatur-aparatur birokrasi baik eksekutif maupun
legislatif yang bermental buruk, yang hanya mementingkan kepentingan pribadi
dan golongan sehingga bukan perubahan menuju perbaikan justru perubahan yang
menuju kehancuran.

Seharusnya mereka lebih mengarusutamakan dan memperhatikan dengan


sungguh-sungguh pendekatan dan kepentingan yang berpihak kepada masyarakat
demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera. Karena pembangunan
kesejahteraan masyarakat adalah faktor pertama dan utama yang harus
diwujudkan oleh sebuah bangsa yang beradab.

10
Strategi pembangunan nasional yang masih saja bertumpu pada pertumbuhan
ekonomi, industri padat modal, sistim konglomerasi dan utang luar negeri adalah
beberapa indikasi adanya hegemoni neoliberalisme pada tataran pemerintah pusat.
Selain itu sejak jaman Orde Baru sampai sekarang komitmen pemerintah terhadap
wawasan kesejahteraan masyarakat belum banyak mengalami kemajuan yang
berarti. Pemerintah lebih senang menanam jagung yang memberi hasil dalam
jangka pendek daripada menanam pohon jati yang memberi hasil jangka panjang.
Pada tataran Otonomi Daerah, lebih sering diartikan hanya sebagai pengalihan
wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam pembangunan
ekonomi saja. Akibatnya desentralisasi seakan-akan hanyalah proses perlombaan
peningkatan PAD ( Pendapatan Asli Daerah ) tanpa memperhatikan Permasalahan
Asli Daerah, padahal pemerintah pusat mempunyai kewajiban untuk
memperhatikan keadaan dan perkembangan daerah sebagai ujung tombak
pelaksanaan kekuasan pemerintahan.

Pada masa orde reformasi dan orde sesudahnya (hingga saat ini), reformasi
birokrasi telah banyak diwacanakan dan diagendakan,bahkan mungkin telah betul
betul secara serius dilaksanakan. Beberapa diantaranya adalah diberlakukannya
PP No.8 tahun 2003 tentang restrukturisasi organisasi pemerintah daerah dengan
konsep MSKF (Miskin Struktur Kaya fungsi).Tujuannya jelas jelas adalah untuk
rasionalisasi birokrasi di lingkup pemerintahan daerah. Kemudian juga ada
perubahan paradigma dari UU Nomor 5 tahun 1974 yang menggunakan the
structural efficensy model menuju UU Nomor 22 tahun 1999 yang selanjutnya
diperbaharui dengan UU Nomor 32 tahun 2004 yang lebih cenderung
menggunakan the local democracy model (Tim Fisipol Unwar,2006) . Agenda
reformasi tersebut tampaknya merupakan jawaban atas semakin meningkatnya
tuntutan masyarakat serta banyak didorong oleh konsep konsep perubahan yang
datang dari luar Indonesia seperti entrepreneurial bureaucracy, reinventing
government, good governance dan sebagainya.

Good governance misalnya, adalah suatu mekanisme kerja,dimana


aktivitas pemerintahan berorientasi pada terwujudnya keadilan social dimana

11
pemerintah diharapkan mampu secara maksimal melaksanakan 3 fungsi dasarnya
yakniservice,development,empowerment. Adapun konsekuensi dari pelaksanaan
good governance,setidaknya terlihat dari 3 hal berikut : pertama,pemerintah
mengambil posisi sebagai fasilitator dan advocator kepentingan public, kedua,
adanya perlindungan yang nyata terhadap “ruang dan wacana” public,serta yang
ketiga, mengakui dan menghormati kemajemukan politik dalam rangka
mendorong partisipasi dan mewujudkan desentralisasi (ibid).

Meskipun banyak agenda reformasi telah diintrodusir,dalam prakteknya


perubahan tersebut cukup sulit dilakukan.Beberapa data membuktikan bahwa
birokrasi public di Indonesia pada era reformasi belum sepenuhnya siap
menghadapi perubahan.Pertama,laporan dari the world competitivness
yearbook tahun 1999 yang menyatakan bahwa birokrasi Indonesia berada pada
kelompok Negara Negara yang memiliki indeks competitivness yang paling
rendah diantara 100 negara yang diteliti (Cullen& Cushman,2000).kedua,hasil
penelitian PSKK UGM tahun 20000 di 3 provinsi yang menyimpulkan bahwa
kinerja birokrasi dalam pelayanan public masih amat buruk disebabkan oleh
kuatnya pengaruh paternalisme (Dwiyanto,20003).

Ketiga, hasil kajian political and economic risk consultancy di 14 negara


tahun 2001,menyatakan adanya indikasi kinerja birokrasi di Indonesia yang makin
buruk dan korup (Kompas,22 juni 2001) Sementara itu,dalam lokus Negara
Negara berkembang, studi Dwight King (1989) mengungkapkan beberapa sisi
buram ciri birokrasi di negara berkembang seperti : tidak efisien, jumlah pegawai
yang berlebihan, tidak modern atau ketinggalan jaman, seringkali
menyalahgunakan wewenang, tidak ada perhatian atau mengabaikan daerah
daerah miskin dan tidak tanggap atas keragaman kebutuhan dan kondisi daerah
setempat.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Birokrasi pasca berhentinya Presiden Soeharto ada dalam persimpangan jalan


antaraadanya upaya pihak yang ingin tetap mempertahankan berlangsungnya
politisasi birokrasi(bureaucratic polity), berhadapan dengan pihak yang
menginginkan ditegakkannya reformasi,ketidakberpihakan politik dan
profesionalisme birokrasi.Arah baru atau model reformasi birokrasi perlu
dirancang untuk mendukungdemokratisasi dan terbentuknya clean and good
governance yaitu tumbuhnya pemerintahanyang rasional, melakukan transparansi
dalam berbagai urusan publik, memiliki sikap kompetisiantar departemen dalam
memberikan pelayanan, mendorong tegaknya hukum dan bersediamemberikan
pertanggungjawaban terhadap publik (public accountibility) secara teratur.

Fenomena birokrasi selalu ada bersama kita dalam kehidupan kita sehari-hari
dan setiap orang seringkali mengeluhkan cara berfungsinya birokrasi sehingga
pada akhirnya orang akan beranggapan bahwa birokrasi tidak ada manfaatnya
karena banyak disalahgunakan oleh pejabat pemerintah (birokratisme) yang
merugikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi birokrasi.

Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik


daripada yang sudah ada.Reformasi bertujuan mengoreksi dan membaharui terus-
menerus arah pembangunan bangsa yang selama ini jauh menyimpang, kembali
ke cita-cita proklamasi.Reformasi birokrasi penting dilakukan agar bangsa ini
tidak termarginalisasi oleh arus globalisasi. Reformasi ini harus dilakukan oleh
pejabat tertinggi, seperti presiden dalam suatu negara atau menteri/kepala lembaga
pada suatu departemen dan kementerian negara/lembaga negara, sebagai motor
penggerak utama.

13
Tujuan reformasi birokrasi: Memperbaiki kinerja birokrasi, Terciptanya good
governance, yaitu tata pemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa,
Pemerintah yang bersih (clean government), bebas KKN, meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap masyarakat.

3.2 Saran

Setiap warga negara akan selalu berhubungan dengan aktivitas Birokrasi


Pemerintahan. Bahkan ketika seseorang masih berada dalam kandungan ia sudah
mulai tergantung dengan pelayanan birokrasi. Apakah untuk keperluan
pemeriksaan kesehatan (di RS atau Puskesmas ) atau setelah lahir dan harus
mendapatkan “sertifikat sebagai warga dunia” berupa akta kelahiran.
Ketergantungan dengan birokrasi itu terus berlanjut, seiring dengan bertambahnya
usia seseorang atau sejalan dengan ragam aktivitas yang dilakukan ditengah
masyarakat. Sementara itu, jenis pelayanan umum yang diselenggarakan
birokrasipun sangat kompleks dan bahkan memasuki hampir setiap aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Intervensi birokrasi yang
demikian ini, sah-sah saja adanya, karena justru untuk menyelenggarakan fungsi
itulah birokrasi dibentuk.

Merupakan hal yang logis, jika kemudian birokrat atau aparatur publik itu
dijuluki Abdi Negara, karena pada pundaknya tugas-tugas kemasyarakatan,
pemerintahan dan pembangunan diselenggarakan atas nama “organisasi politik
super besar” yang disebut “negara”. Namun penting diingat, legitimasi yang
diterima para abdi negara itu bersumber dari kepercayaan rakyat yang
berdaulat.Artinya, seorang abdi negara adalah seseorang yang mengemban amanat
rakyat untuk mengayomi kepentingan kepentingan mereka (rakyat).Jadi, jika
dikaitkan dengan sumber legitimasi ini, maka seseorang aparatur negara/ publik
(pegawai negeri, birokrat atau abdi negara) itu, sesungguhnya adalah seorang abdi
masyarakat.Ini berarti, bahwa tugas aparatur publik adalah melayani
masyarakatnya (public service).

14
Reformasi birokrasi tidak akan pernah berhenti demi tercapainya suatu
pelayanan yang afektif dan efesien untuk masyarakat, saran yang dapat penulis
berikan pada makalah ini adalah:

a. Peningkatan pelayanan haruslah merata di berbagai aspek


b. Masyarakat bukan hanya sebagai pihak yang dilayani tetapi juga pengawas
pelayanan maka pemerintah haruslah memperbaiki system pelayanan hal
ini di karenakan takutnya ketidak percayaan masyarakat kepada
pemerintah yang menjalankan pelayanan
c. Pemerintah haruslah memperhatinkan pelayanan yang optimal kepada
masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

- Benveniste, Guy.1997. Birokrasi.Jakarta: PT Raja GrafindoPersada


- Pramusinto Agus dan Erwan Agus Purwanto. 2009. Reformasi Birokrasi,
Kepemimpinan dan Pelayanan Publik
- Susanto, Heri, “Ditjen Pajak Juara Kena Sanksi Pelanggaran”, diakses dari situs
http://heri.susanto@vivanews.com
- Drs. Taufiq Effendi, MBA, “Agenda Strategis Reformasi Birokrasi Menuju
Good Governance”,
- Prof.Dr.Mostopadidjaja AR. 2003. “Reformasi Birokrasi Sebagai syarat
Pemberantasan KKN”,

1. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia : Prof.Dr. Agus Dwiyanto, dkk

2. Birokrasi dan Politik di Indonesia : Prof.DR.Miftah Thoha, MPA

3. Reformasi Pelayanan Publik, Prof.Dr. Agus Dwiyanto

4. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik : Edi Suharto, Ph.D

5.Reformasi Birokrasi public Indonesia karya agus dwiyanto, dkk

Sumber Lain :

http://www.asmakmalaikat.com/go/artikel/filsafat/index.htm

http://www.goodgovernance-bappenas.go.id/artikel_148.htm

http:// www.teoma.com

http:// www.kumpulblogger.com

16

Anda mungkin juga menyukai