Disusun Oleh:
SRI RAHAYU (105361101320)
Mata Kuliah:
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dosen Pengampuh:
Dr. SITTI FITRIANI SALEH, M.Pd.
2022/2023
RESUME I
Dalam menyongsong abad 21 dengan revolusi industri 4.0 serta perubahan kearah
digital dan serba menggunakan teknologi. Perkembangan inilah yang mempunyai
dampak hamper disetiap sector, termasuk sektor pendidikan. Pendidikan yang
mempunyai tantangan kearah masa depan dan segala model yang harus dihadapi akan
menjadi hal yang harus dipikirkan bagi Indonesia, mengingat lambatnya pergeseran
pendidikan di Indonesia dari paradigma lama ke paradigma baru. maka mutlak adanya
digitalisasi teknologi dibidang pendidikan era revolusi industri. Tantangan ini harus
disikapi dengan mengikuti serta menuntun kearah yang lebih baik. Salah satu strategi
pendidikan yang digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut adalah melalui penguatan
kompetensi transformasi digital ( digital transformation ) secara intensif dan masif.
sistem pembelajaan pada saat ini banyak menggunakan teknologi yang berbasis
digital. materi-materi pembelajaran dengan mudah dan cepat diakses melalui media
elektronik yang bias dilakukan setiap saat. Munculnya paradigma baru dalam proses
belajar dan pengelolaan organisasi pendidikan, banyak hal yang kemudian berubah di
abad 21 ini, percepatan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sistem komunikasi
seperti mudahnya akses suatu internet menjadi salah satu ciri abad 21, dunia seakan-
akan menjadi kecil dan berada dalam genggaman, apa yang terjadi diujung dunia sana,
akan dengan mudah diketahui oleh orang yang berada diujung dunia lain dan dalam
waktu yang bersamaan.
Heutagogy berdasarkan bahasa yunani untuk “diri” didefinisikan oleh hase dan
Kenyon pada tahun 2000 sebagai studi pembelajaran yang ditentukan sendiri (mandiri ).
Heutagogy menerapkan pendekatan holistik untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik, dengan belajar sebagai proses aktif dan proatif dan peserta didik melayani sebagai
“agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri dan terjadi sebagai akibat dari
pengalaman pribadi ” ( hase & Kenyon, 2007, hal. 112 ) . pengembangan kemampuan
self-directing ini merupakan strategi mendidik siswa yang mendorong mereka memiliki
keterampilan mengarahkan diri. Pengembangan kemampuan self-directing ini begitu
penting di jaman multitasking ini. Tanpa kemampuan mengarahkan diri, siswa akan
sangat mudah terganggu, terpengaruh dan terahlikan oleh berseliwerannya fitur-fitur
digital.
Seperti yang diketahui bersama, berbagai fitur gadget dan berjuta aplikasi kini
telah dapat diakses oleh para siswa. Kemampuan berkonsentrasi pada satu hal secara
mendalam, kian terus menerus dan mengganggu fokus. Jika siswa tidak dilatih
keterampilannya untuk mengarahkan diri, siswa akan selalu terbuai dengan berbagai
konten informasi dan aplikasi yang membuat konsentrasi belajarnya terbagi. Hal ini
dapat membuat para pelajar memiliki pengetahuan dangkal dan tak mampu memahami
suatu permasalahan secara kompherensif, maka dari itu juga diperlukan pengawasan
dari orang tua siswa. Penerapan heutagogy ini membuat pelajar menjadi lebih
bertanggung jawab untuk menentukan jalur pembelajarannya ( tujuan dan hasil ) dan
menilai pembelajaran, sementara guru mengadobsi peran yang lebih membimbing,
dengan bantuan orang tua murid untuk mengawasi dan lembaga berperan sebagai
jaringan pendukung. Sedangkan teknologi menyediakan dukungan yang mendasari
untuk memajukan pembelajaran. Blaschake & hase (2015) merekomendasikan bahwa
pendekatan holistic untuk desain pembelajaran harus dilakukan, yaitu dengan
pendekatan yang mendukung elemen desain heutagogik seperti eksplorasi, kreasi,
kolaborasi, refleksi dan koneksi serta berbagi.
RESUME III
Peeragogy adalah teori yang berfokus pada pengajaran dan pembelajaran kolaboratif
dan peer-to-peer. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa belajar adalah tindakan
konstruktif sosial yang melibatkan interaksi yang berkelanjutan antara aktor yang
berbeda termasuk individu, kelompok orang, lingkungan sekitar, antara lain. Inti dari
pemikiran peeragogis adalah kemampuan untuk membangun bersama pengetahuan.
Oleh karena itu urgensi peningkatan kompetensi guru dalam penguasaan cybergogy
secara komprehensif. Guru bukan saja harus mampu menyiapkan dan menyampaikan
presentasi materi pembelajaran daring secara unik dan menarik, tetapi juga, harus
mengkondisikan siswa dan bersama sama menciptakan lingkungan pembelajaran
dengan empat kondisi motivasi (Braund, 2019; Wang & Kang, 2006; Carrier & Moud,
2003): (1). Menumbuhkan kompetensi siswa melalui pembelajaran yang efektif dan
bermakna; (2) Membangun atmosfir pembelajaran belajar yang saling menghormati dan
terkoneksi tidak hanya secara teknis jaringan inernet, tetapi terutama terhubung secara
emosi dan hati; (3) Memfasilitasi sikap positif terhadap pengalaman belajar melalui
relevansi dan sentuhan pribadi; (4) Merancang tugas dan asesmen pembelajaran yang
menantang, dan konsisten dengan tujuan dan capaian pembelajaran yang diinginkan; (5)
Mempertimbangkan variasi gaya belajar; (6) Memberikan umpan balik yang berfokus
pada kemajuan dan pencapaian individu.
Judul Materi : Paradigma Baru Pembelajaran di Era Digital (Cybergogy)
Materi
Apa Cybergogy ? Cybergogy berasal 2 kata yaitu cyber yang artinya berhubungan
dengan komputer atau jaringan komputer seperti internet, atau sesuatu yang
berhubungan dengan internet, komputasi modern, dan teknolog. Dan kata Gogy berasal
dari bahasa yunani yaitu agogos yang artinya pembimbing. Sehingga Cybergogy adalah
hasil dari prinsip pedagogy dan andragogy beserta pembelajaran berbasis web yang
menghasilkan pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan yang adaptasi dari pedagogi
dan andragogi yang di rancang untuk mengakomodir kebutuhan pengajaran elektronik,
yaitu pengajaran yang di mediasi computer dan biasanya dilakukan dari jarak jauh.
Mengapa Cybergogy ? kita ketahui bahwa Cybergogy adalah perpaduan antara
Pedagogi dan andragogi. Pedagogi adalah ilmu yang membahas pendidikan, yaitu
pendidikan anak. Pedagogik sangat dibutuhkan oleh seorang guru karena guru bukan
hanya untuk mengajar tetapi untuk menyampaikan atau menginformasikan pengetahuan
di sekolah, melainkan memberikan tugas untuk mengembangkan kepribadian anak
didiknya secara terpadu, sedangkan andragogi adalah seni pengetahuan untuk
membimbing orang dewasa belajar. Sehingga Cybergogy ini merupakan strategi
pendidikan yang dimana mendorong para pembelajar untuk terlibat dalam lingkungan
belajar dalam jaringan. Seperti lingkungan Online, serba terkoneksi, kini telah menjadi
keseharian dari kehidupan para siswa. Media komunikasi dan interaksi, suka tidak suka
kini telah beralih dari bentuk fisik ke bentuk maya.
Bagaimana cara melibatkan pesera didik dalam belajar?
Cybergogy merupakan salah satu inovasi pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi dengan tiga faktor yang saling mempengaruhi : kognitif, emosional, dan
sosial.
1. Faktor kognitif, yaitu faktor yang memulai kontruksi dari pengetahuan seorang
individu. Ada 4 hal yang ada dalam faktor kognitif, yaitu : Pengalaman belajar
sebelumnya, Tujuan pencapaian, Kegiatan belajar (tugas dan penilaian) dan
Gaya belajar.
2. Faktor emosional. Ada 4 hal dalam faktor emosional, diantaranya : Kesadaran
diri, Kesadaran masyarakat, Perasaan tentang suasana belajar, Perasaan tentang
proses pembelajaran.
3. Faktor social. Faktor sosial merupakan faktor yang melibatkan interaksi diri
sendiri dengan orang lain yang berpengaruh dalam pembelajaran online yang
terlibat karena domain sosial ini sangat luas dan sangat memengaruhi pelajar.
Ada 4 hal yang ada dalam faktor sosial, diantaranya: Personal Attributes,
Konteks sosial budaya, Komunitas online, dan Komunikasi.