Anda di halaman 1dari 11

RESUME

PARADIGMA BARU PEMBELAJARAN DI ERA DIGITAL

Disusun Oleh:
Kunthy Ley Leana (105361100220)

Mata Kuliah:
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Dosen Pengampuh:
Dr. Sitti Fitriani Saleh, M.Pd.

Ma’rup, S.Pd., M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2023
Seminar Nasional
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
Universitas Islam Ahmad Dahlan Sinjai
“Paradigma Baru Pembelajaran di Era Digital (Heutagogi, Peeragogy dan
Cybergogy)”

1. Keynote Speaker

Judul Materi : Paradigma Baru Pembelajaran di Indonesia


Narasumber : Erwin Akib, S.Pd., M.Pd. Ph.D / Wakil Ketua II ALPTK PTMA
Resume
Paradigma baru pembelajaran di Indonesia
Pendidikan adalah pilar yang sangat menentukan bagi kemajuan suatu bangsa. Tanpa
pendidikan yang memadai suatu bangsa sulit berkembang dan bahkan akan terus
terpuruk dalam percaturan perkembangan global maupun internasional. Oleh karena
itu, bila suatu bangsa ingin maju maka sektor pendidikan harus menjadi prioritas
paling utama. Maka setiap komponen yang bertugas membangun bangsa harus
memiliki pola pikir yang sama yang mengarah pada pembangunan mental
berpendidikan.
Bangsa yang maju dan beradab akan terlihat dari pola pendidikan yang dilaksanakan
oleh bangsa tersebut. Pendidikan akan menjadi penentu gerak langkah bagi kemajuan
suatu bangsa. Ketika Jepang dijatuhi bom atom oleh sekutu dalam perang dunia ke-2
maka Kaisar Hirohito memanggil para menterinya dan bertanya, ”masihkah ada guru
yang tersisa”. Hal ini mengindikasikan bahwa Jepang boleh saja hancur secara fisik,
tetapi jiwa kependidikan merupakan faktor paling utama. Biarlah buminya hangus dan
hancur berantakan, tetapi dengan kemajuan pendidikan semua itu akan dapat dibangun
kembali. Artinya pendidikan merupakan pilar penting untuk membangun kehidupan
yang lebih baik.
Menilik kebelakang jauh sebelum Indonesia merdeka, atau pada masa penjajahan,
pendidikan dalam bentuk berdirinya sekolah ataupun yang setingkat dengan perguruan
tinggi. Lembaga pendidikan juga telah didirikan pada masa penjajahan yaitu Taman
Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan), untuk meratakan
pendidikan yang awalnya hanya bisa dinikmati oleh kaum Belanda sedangkan orang
pribumi tidak. Hingga sekarang setelah Indonesia merdeka pendidikan yang ada di
Negara kita belum merata. Apa yang menjadi penyebab semua itu?
Saat ini banyak masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita, mulai dari mahalnya
biaya pendidikan dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, banyaknya pungutan
di sekolah, korupsi di instansi pendidikan, lunturnya nasionalisme kaum muda, serta
krisis integritas yang dialami para intelektual. Mahalnya biaya pendidikan tidak hanya
dipandang sebagai imbas dari naiknya kebutuhan biaya operasional pendidikan belaka;
banyaknya pungutan dan korupsi di instansi pendidikan tidak hanya disebabkan oleh
mentalitas, budaya, dan kebutuhan akan kesejahteraan semata dari para aparat
pendidikan; lunturnya nasionalisme tidak hanya akibat pengaruh budaya asing; dan
krisis integritas para intelektual tidak dapat semata-mata dipandang sebagai minimnya
ide kreatif dan terkikisnya nalar kritis.
Di era perkembangan teknologi sekarang ini, aspek pendidikan di tuntuk untuk
berkembang dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, dengan sisitem
pemelajaran yang berbasis canggih dengan menggunakan handphone, dapat
mengakses informasi dengan cepat dengan jaringan internet yang sudah ada dimana
mana.
Komentar terhadap materi :
Menurut saya memang benar dengan perkembangan teknologi sekarang membuat
semua aspek di kehiduapan untuk berkembang , salah satunya aspek pendidikan di
Indonesia, dengan muculnya paradigam baru di era digital inilah dapat membuat
Perubahan menjadi cara untuk kita berusaha mencapai sesuai dengan road map
pendidikan menuju Indonesia Emas dengan tetap memperhatikan budaya dan karakter
bangsa.
2. Pemateri Pertama Seminar

Judul Materi : Paradigma Baru Pembelajaran di Era Digital


Narasumber I : Dr. Rahmatullah, M.A. ( Dosen UIAD Sinjai)
Resume
Dalam dunia pendidikan yang semakin canggih perlu adanya paradigma baru dalam
pembelajaran berbasis digitalisasi. Paradigma pendidikan adalah suatu cara pandang
megenai pendidikan. Berdasarkan realitas yang terjadi pada jaman sekarang, moral
anak bangsa sudah begitu memprihatinkan. Banyaknya ketimpangan yang terjadi
diantara anak bangsa, masalah yang datang silih berganti akibat dari rusaknya moral
anak bangsa.
Terdapat teori- teori mengenai paradigm baru yaitu
1. Sistem pembelajaran pada saat ini banyak menggunkan teknologi yang
berbasis digital.
2. Materi materi pembelajaran dapat dengan mudah dan dapat cepat diakses
melalui media elektronik yang bisa dilakukan setiap saat.
3. Munculnya teknologi digital sebgai salah satu media elektronik telah
membentuk dan munculnya paradigm baru dalam proses belajar dan
pengelolaan organisasi pendidikan.
Suatu keniscayaan sistem pendidikan dituntut untuk berubah. Termasuk pendidikan
pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan perguruan tinggi. Era pendidikan yang
dipengaruhi oleh revolusi industri. Pada era ini pendidikan memiliki karakteristik
yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran atau
dikenal dengan sistem cyber (cyber system).
Perubahan ini menjadi cara untuk kita berusaha mencapai sesuai dengan road map
pendidikan menuju Indonesia Emas dengan tetap memperhatikan budaya dan karakter
bangsa.
Beberapa yang diperlukan dalam sistem cyber seabagai berikut:
1) Perlunya revolusi pada sektor pendidikan dan pembelajaran seperti perubahan
pada media dan model pembelajaran di Era 4.0
2) Diperlukan guru yang profesional, guru yang paham dengan pembelajaran
kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka belajar
3) Guru yang mampu merespon perubahan paradigma pembelajaran ke arah
Higher Order Thingking (HOTS)
4) Peningkatan kualitas proses belajar mengajar pada setiap satuan pendidikan
dalam rangka mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul
dengan kompetensi global.
Kesimpulannya bahwa Paradigma pembelajaran baru menuntut supaya dalam
mengajar guru memberikan kesempatan atau mendorong supaya siswa membangun
pengetahuannya sendiri. Metode atau pendekatan pembelajaran mengikuti paradigma
baru (yang didasarkan pada teori konsrutivisme ini baik, tetapi juga bukan
pendekatan pembelajaran terbaik. Pemilihan pendekatan ataupun metode
pembelajaran harus selalu disesuaikan dengan kondisi dan situasi pembelajaran
tertentu. Sebuah metode pembelajaran yang berhasil digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran tertentu dalam situasi pembelajaran tertentu, belum tentu bagus
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berbeda dalam situasi pembelajaran yang
berbeda pula.
Komentar terhadap materi :
Menurut saya, dengan adanya paradigma baru dalam pembelajaran khususnya
Indonesia itu sangat efektif. Kerena hal tersebut dapat meningkatkan kompetensi
peserta didik dan mengembangkan karakter mereka sesuai dengan nilai-nilai yang
menjadi dasar filosofi bangsa Indonesia. Seperti yang kita ketahui bahwa saat ini
banyak pelajar yang minus dalam karakter.
Di dalam menerapkan pembelajaran paradigma baru ini, guru tidak boleh lagi hanya
fokus pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, ketika mengajar, guru jangan asyik
sendiri, berlama-lama berbicara di depan siswa tanpa memperhatikan kebutuhan
siswa dalam belajar. Sebaliknya, diharapkan untuk para guru agar dapat mengenali
kebutuhan siswa dalam belajar sehingga pembelajaran tersebut dapat berpusat kepada
siswa. Guru tidak boleh satu jam bicara di dalam kelas sementara siswa hanya pasif
mendengarkan saja.
3. Pemateri Kedua Seminar

Judul Materi : Paradigma Baru Pembelajaran di Era Digital ( Heutagogy)


Narasumber II : Dr. Muhammad Sulistiono, M.Pd. ( Dosen UI Malang)
Resume
Heutagogy berdasarkan bahasa yunani untuk “diri” didefinisikan oleh hase dan
Kenyon pada tahun 2000 sebagai studi pembelajaran yang ditentukan sendiri (mandiri
). Heutagogy menerapkan pendekatan holistik untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik, dengan belajar sebagai proses aktif dan proatif dan peserta didik
melayani sebagai “agen utama dalam pembelajaran mereka sendiri dan terjadi sebagai
akibat dari pengalaman pribadi ” ( hase & Kenyon, 2007, hal. 112 ) . pengembangan
kemampuan self-directing ini merupakan strategi mendidik siswa yang mendorong
mereka memiliki keterampilan mengarahkan diri. Pengembangan kemampuan self-
directing ini begitu penting di jaman multitasking ini. Tanpa kemampuan mengarahkan
diri, siswa akan sangat mudah terganggu, terpengaruh dan terahlikan oleh
berseliwerannya fitur-fitur digital.
Seperti yang diketahui bersama, berbagai fitur gadget dan berjuta aplikasi kini telah
dapat diakses oleh para siswa. Kemampuan berkonsentrasi pada satu hal secara
mendalam, kian terus menerus dan mengganggu fokus. Jika siswa tidak dilatih
keterampilannya untuk mengarahkan diri, siswa akan selalu terbuai dengan berbagai
konten informasi dan aplikasi yang membuat konsentrasi belajarnya terbagi. Hal ini
dapat membuat para pelajar memiliki pengetahuan dangkal dan tak mampu memahami
suatu permasalahan secara kompherensif, maka dari itu juga diperlukan pengawasan
dari orang tua siswa. Penerapan heutagogy ini membuat pelajar menjadi lebih
bertanggung jawab untuk menentukan jalur pembelajarannya ( tujuan dan hasil ) dan
menilai pembelajaran, sementara guru mengadobsi peran yang lebih membimbing,
dengan bantuan orang tua murid untuk mengawasi dan lembaga berperan sebagai
jaringan pendukung. Sedangkan teknologi menyediakan dukungan yang mendasari
untuk memajukan pembelajaran. Blaschake & hase (2015) merekomendasikan bahwa
pendekatan holistic untuk desain pembelajaran harus dilakukan, yaitu dengan
pendekatan yang mendukung elemen desain heutagogik seperti eksplorasi, kreasi,
kolaborasi, refleksi dan koneksi serta berbagi.
Komentar terhadap materi :
Menurut pendapat saya dalam penerapan heutagogy dapat membuat pelajar menjadi
lebih bertanggung jawab untuk menentukan jalur pembelajarannya ( tujuan dan hasil )
dan menilai pembelajaran, sementara guru mengadobsi peran yang lebih membimbing,
dengan bantuan orang tua murid untuk mengawasi dan lembaga berperan sebagai
jaringan pendukung. Sedangkan teknologi menyediakan dukungan yang mendasari
untuk memajukan pembelajaran.
4. Pemateri ketiga Seminar

Judul Materi : Paradigma Baru Pembelajaran di Era Digital ( Peeragogy)


Narasumber III : Dr. Fauzia, S.Pd., M.Pd. ( Dosen UAD Yogyakarta)
Resume
Peeragogy adalah strategi pendidikan yang membiasakan siswa untuk terlatih fokus
pada belajar bekerja sama. Tak dapat dinafikan, gadget yang kini digandrungi para
peserta didik kian menjauhkan mereka dari lingkungan sosial. Siswa menjadi sangat
individual dan tak terbiasa belajar dengan teman sebaya. Padahal, keterampilan abad
21 mensyaratkan kompetensi siswa untuk mampu berkolaborasi dengan individu
lainnya. Kompetensi berkolaborasi ini perlu ditanamkan melalui strategi peeragogy.
Cybergogy, menempatkan teknologi digital, bukan hanya sebagai bantuan teknis
belaka, tetapi sebagai suatu kerangka kerja untuk menciptakan pembelajaran online
yang melibatkan aspek kognitif, afektif, dan sosial (Wang & Kang, 2006). Pada
pendidikan vokasi, tentu saja aspek psikomotor pun harus menjadi dimensi yang
utama.
Peeragogy adalah teori yang berfokus pada pengajaran dan pembelajaran kolaboratif
dan peer-to-peer. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa belajar adalah tindakan
konstruktif sosial yang melibatkan interaksi yang berkelanjutan antara aktor yang
berbeda termasuk individu, kelompok orang, lingkungan sekitar, antara lain. Inti dari
pemikiran peeragogis adalah kemampuan untuk membangun bersama pengetahuan.
Oleh karena itu urgensi peningkatan kompetensi guru dalam penguasaan cybergogy
secara komprehensif. Guru bukan saja harus mampu menyiapkan dan menyampaikan
presentasi materi pembelajaran daring secara unik dan menarik, tetapi juga, harus
mengkondisikan siswa dan bersama sama menciptakan lingkungan pembelajaran
dengan empat kondisi motivasi (Braund, 2019; Wang & Kang, 2006; Carrier &
Moud, 2003): (1). Menumbuhkan kompetensi siswa melalui pembelajaran yang
efektif dan bermakna; (2) Membangun atmosfir pembelajaran belajar yang saling
menghormati dan terkoneksi tidak hanya secara teknis jaringan inernet, tetapi
terutama terhubung secara emosi dan hati; (3) Memfasilitasi sikap positif terhadap
pengalaman belajar melalui relevansi dan sentuhan pribadi; (4) Merancang tugas dan
asesmen pembelajaran yang menantang, dan konsisten dengan tujuan dan capaian
pembelajaran yang diinginkan; (5) Mempertimbangkan variasi gaya belajar; (6)
Memberikan umpan balik yang berfokus pada kemajuan dan pencapaian individu.
Komentar terhadap materi :
Menurut saya dalam paradigma baru pembelajaran peeragogy adalah teori yang
berfokus pada pengajaran dan pembelajaran kolaboratif dan peer-to-peer. Oleh karena
itu urgensi peningkatan kompetensi guru dalam penguasaan cybergogy secara
komprehensif. Guru bukan saja harus mampu menyiapkan dan menyampaikan
presentasi materi pembelajaran daring secara unik dan menarik, tetapi juga, harus
mengkondisikan siswa dan bersama sama menciptakan lingkungan pembelajaranyang
memotivasi siswa.
5. Pemateri ke empat Seminar

Judul Materi : Paradigma Baru Pembelajaran di Era Digital (Cybergogy)


Narasumber IV : Dr. St. Fithriani Saleh, S.Pd., M.Pd.
Resume
Apa Cybergogy ? Cybergogy berasal 2 kata yaitu cyber yang artinya berhubungan
dengan komputer atau jaringan komputer seperti internet, atau sesuatu yang
berhubungan dengan internet, komputasi modern, dan teknolog. Dan kata Gogy
berasal dari bahasa yunani yaitu agogos yang artinya pembimbing. Sehingga
Cybergogy adalah hasil dari prinsip pedagogy dan andragogy beserta pembelajaran
berbasis web yang menghasilkan pembelajaran jarak jauh atau dalam jaringan yang
adaptasi dari pedagogi dan andragogi yang di rancang untuk mengakomodir
kebutuhan pengajaran elektronik, yaitu pengajaran yang di mediasi computer dan
biasanya dilakukan dari jarak jauh.
Mengapa Cybergogy ? kita ketahui bahwa Cybergogy adalah perpaduan antara
Pedagogi dan andragogi. Pedagogi adalah ilmu yang membahas pendidikan, yaitu
pendidikan anak. Pedagogik sangat dibutuhkan oleh seorang guru karena guru bukan
hanya untuk mengajar tetapi untuk menyampaikan atau menginformasikan
pengetahuan di sekolah, melainkan memberikan tugas untuk mengembangkan
kepribadian anak didiknya secara terpadu, sedangkan andragogi adalah seni
pengetahuan untuk membimbing orang dewasa belajar. Sehingga Cybergogy ini
merupakan strategi pendidikan yang dimana mendorong para pembelajar untuk
terlibat dalam lingkungan belajar dalam jaringan. Seperti lingkungan Online, serba
terkoneksi, kini telah menjadi keseharian dari kehidupan para siswa. Media
komunikasi dan interaksi, suka tidak suka kini telah beralih dari bentuk fisik ke bentuk
maya.
Bagaimana cara melibatkan pesera didik dalam belajar?
Cybergogy merupakan salah satu inovasi pembelajaran berbasis teknologi informasi
dan komunikasi dengan tiga faktor yang saling mempengaruhi : kognitif, emosional,
dan sosial.
1. Faktor kognitif, yaitu faktor yang memulai kontruksi dari pengetahuan seorang
individu. Ada 4 hal yang ada dalam faktor kognitif, yaitu : Pengalaman belajar
sebelumnya, Tujuan pencapaian, Kegiatan belajar (tugas dan penilaian) dan
Gaya belajar.
2. Faktor emosional. Ada 4 hal dalam faktor emosional, diantaranya : Kesadaran
diri, Kesadaran masyarakat, Perasaan tentang suasana belajar, Perasaan
tentang proses pembelajaran.
3. Faktor social. Faktor sosial merupakan faktor yang melibatkan interaksi diri
sendiri dengan orang lain yang berpengaruh dalam pembelajaran online yang
terlibat karena domain sosial ini sangat luas dan sangat memengaruhi pelajar.
Ada 4 hal yang ada dalam faktor sosial, diantaranya: Personal Attributes,
Konteks sosial budaya, Komunitas online, dan Komunikasi.
Komentar terhadap materi :
Menurut saya di era 4.0 teknologi informasi dan komunikasi berkembang semakin
pesat sehingga inovasi pendidikan sangat diperlukan. Salah satunya melalui
pembelajaran Cybergogy. Pembelajaran dengan menggunakan konsep Cybergogy
dapat digunakan untuk pengembangan pembelajaran kognitif, emosional, dan sosial
pada siswa. Cybergogy juga mendorong siswa menjadi lebih aktif dan mandiri serta
memiliki akses belajar dan komunikasi yang lebih luas. Hal ini dapat memberikan
kebebasan bagi siswa untuk menentukan gaya dan waktu belajarnya sendiri sehingga
siswa dapat belajar dengan nyaman. Salah satunya inovasi pembelajaran matematika
melalui Cybergogy memberikan suasana belajar yang lebih menarik dan
menyenangkan. Proses pembelajaran Cybergogy dapat dilakukan dengan
menggunakan media seperti Google Classroom, Zoom Cloud Meeting, Meet, dan
berbagai platform belajar lainnya. Selain itu, guru juga bisa menggunakan games
sebagai media belajarnya. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih menarik dan
menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai