Siti Hapsah
Email: 2110128220002@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
Abstrak
Perkembangan cepat sains dan teknologi di abad ke -21, salah satunya berdampak pada
dunia pendidikan, khususnya dalam pendidikan di Indonesia. Guru adalah elemen penting
dari pendidikan. Guru dalam konteks pendidikan memiliki peran besar karena guru berada
di garis depan dalam implementasi pendidikan dan perawatan secara langsung dengan
siswa. Untuk mengikuti aliran sains dan pengembangan teknologi yang semakin maju, ini
mendorong sistem pendidikan di Indonesia untuk mengetahui banyak perubahan. Menurut
(Susilo dan Sarkowi 2018), salah satu perubahan dalam paradigma pembelajaran adalah
orientasi pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (berpusat pada guru) yang diubah
menjadi siswa yang berpusat pada siswa (berpusat pada siswa). Awalnya, dalam kegiatan
belajar, tugas utama seorang guru adalah mentransfer pengetahuan kepada murid -
muridnya, sehingga guru dianggap sebagai sumber utama pembelajaran. Sementara di abad
ke -21 ini, guru hanya sebagai fasilitator dengan memberikan bahan baku, dengan
pengembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju, guru harus dapat berinovasi dan
menjadi kreatif dalam kegiatan belajar menggunakan teknologi yang ada untuk
memfasilitasi pembelajaran kegiatan ini.
PENDAHULUAN
Abad ke -21 adalah abad yang ditandai oleh perkembangan sains dan teknologi
yang cepat (sains dan teknologi). Pengembangan sains yang semakin meluas di semua
bidang, ditambah dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, siapa pun dapat
dengan mudah mendapatkan berbagai jenis informasi dari mana saja dengan cepat dan
instan melalui internet. Tidak hanya pengetahuan umum, di internet, kita sudah dapat
melihat jutaan informasi sekecil sudut dunia tanpa kecuali. Dengan perkembangan sains
dan teknologi yang cepat, tidak ada waktu untuk ruang dan waktu bagi setiap manusia
untuk menemukan informasi dan berkomunikasi.
1
Perkembangan sains dan teknologi yang cepat, salah satunya juga berdampak pada
dunia pendidikan, terutama dalam pendidikan di Indonesia. Untuk mengikuti aliran sains
dan pengembangan teknologi yang semakin maju, ini mendorong sistem pendidikan di
Indonesia untuk mengetahui banyak perubahan. Pendidikan tidak hanya dilakukan secara
tradisional berkat diskusi antara guru dan siswa di kelas. Tetapi sekarang, kegiatan
pengajaran dan pembelajaran tidak terlalu fokus pada guru, tetapi banyak yang
menggunakan teknologi dalam menemukan informasi. Siswa difasilitasi oleh kebebasan
untuk meningkatkan pengetahuan dengan mesin pencari yang praktis dan murah. Selain itu,
ada juga banyak jenis aplikasi yang disajikan secara khusus di bidang pendidikan.
Dengan kenyamanan ini, siswa menjadi lebih perseptif dan cepat memahaminya. Ini
tentu saja merupakan tantangan bagi guru sebagai staf pengajar. Dengan meningkatnya ide
-ide siswa, guru harus dapat menyesuaikan pengetahuan mereka sehingga mereka selalu
dapat memberikan kompensasi kepada siswa mereka. Ketika sains masih terbatas dan
teknologi belum berkembang dalam pengembangan besar, seperti halnya saat ini, peran
utama guru di sekolah adalah mengirimkan pengetahuan kepada siswa. Seorang guru yang
baik adalah seorang guru yang juga dapat menguasai peralatan, sehingga guru pada saat itu
benar -benar bertindak sebagai sumber belajar untuk siswa mereka (Susilo dan Sarkowi
2018).
Pada abad ke -21, guru itu ditantang, seperti berurusan dengan siswa yang jauh
lebih beragam, lebih kompleks dan sulit, serta persyaratan keberhasilan keterampilan
berpikir siswa superior. Oleh karena itu, guru yang mampu bersaing dalam kecerdasan
tetapi kreativitas dan kecerdasan harus dapat bersaing. Guru diminta untuk berkembang
terus menerus, tidak hanya mengikuti yang sudah ada. Setiap hari, harus ada sesuatu yang
baru dalam mengajar dan belajar, tidak hanya menjelaskan peralatan yang diikuti oleh
konferensi atau bekerja di workheet dan berakhir dengan hanya memberikan inisial tanpa
melihat jawaban siswa. Guru harus berinovasi dalam semua kegiatan mengajar dan terus
menambahkan informasi dengan membaca banyak buku dan informasi di internet.
2
Saat ini, banyak sumber bacaan yang mudah diperoleh oleh para siswa dari internet.
Ini membuat siswa lebih sering mencari pengetahuan baru melalui internet daripada
bertanya kepada guru secara langsung, sehingga ini dapat menyebabkan kurangnya
interaksi antara siswa dan guru ketika keadaan belajar terjadi. Dengan begitu banyak siswa
yang percaya bahwa sekolah itu membosankan. Mereka lebih suka hal -hal baru saat belajar
menggunakan berbagai aplikasi yang ada. Mulai sekarang, guru tidak dapat bersaing
dengan mesin dalam hal melakukan pekerjaan menghafal, menghitung, untuk mencari
sumber informasi. Mesin ini jauh lebih pintar, kompeten dan efektif daripada kita karena
kita tidak pernah lelah menjalankan tugas mereka. Akibatnya, fungsi "perubahan" guru
adalah lebih banyak nilai pengajaran, etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, karena
nilai -nilai ini tidak dapat diajarkan oleh mesin pencari.
Dengan cara ini, guru dapat menggarisbawahi pelajaran dari nilai -nilai moral untuk
menciptakan siswa dengan karakter, sehingga pengetahuan yang sudah menjadi milik tidak
sia -sia. Seperti yang ditunjukkan oleh (Waskito dan Nadiroh 2019), salah satu studi
penting dalam pembangunan peradaban yang baik di suatu negara adalah pendidikan
karakter. Akibatnya, dengan pengetahuan umum dan ide -ide siswa, serta karakter kuat
yang terintegrasi, tentu saja, akan menjadi modal Indonesia untuk memiliki sumber daya
manusia yang berkualitas di masa depan. Ini sesuai dengan jantung pembelajaran abad ke -
21, yang berarti bahwa siswa memiliki kapasitas 4C (critichal thinking, creativity,
collaboration & communicatin).
3
memungkinkan seseorang untuk menganalisis informasi dengan cermat dan
membuat keputusan yang tepat (Nadiroh, Rasanah dan Zulfa 2019).
b. Kreatif, pada pembelajaran abad 21 ini siswa tidak hanya lagi dituntut untuk
menghafal serta memahami ilmu yang diberikan oleh guru. Para siswa dituntut
untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan sebuah teori yang diberikan guru,
melalui berbagai macam hasil karya.
c. Kolaborasi, maksud dari kemampuan kolaborasi yakni siswa dituntut untuk dapat
bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas ataupun pekerjaan.
d. Komunikasi, kemampuan terakhir untuk dimiliki adalah komunikasi. Siswa harus
dapat mengomunikasikan pekerjaan yang telah mereka lakukan kepada guru dan
teman sekelas.
Kapasitas 4C yang harus dimiliki siswa di abad ke -21 hanya dapat dilakukan oleh
guru, tetapi harus memiliki kerja sama dari berbagai elemen pendidikan. Mulai dari
kebijakan pemerintah, direktur sekolah, guru, siswa, orang tua ke komunitas sekitarnya
(Sugiyarti dan ARIF 2018). Selain itu, pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas tidak
lagi difokuskan hanya pada teori, tetapi juga harus mengaitkannya dengan peristiwa nyata
yang terjadi di masyarakat. Sehingga siswa tidak lagi hanya mempelajari teori abstrak,
tetapi mereka juga dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari -hari. Ini juga yang
nantinya dapat meningkatkan motivasi siswa, karena para siswa menganggap bahwa hal -
hal yang mereka pelajari di sekolah akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri dalam
kehidupan sosial.
4
keterampilan hidup yang diperlukan dalam konteks kehidupan di tingkat keluarga dan
masyarakat.
5
2. Problem solving
Menurut Walgito di Maulidya (2018), masalahnya adalah sesuatu yang
muncul karena konflik antara satu kondisi dan yang lain. Masalah juga dapat
diartikan sebagai celah antara apa yang harus terjadi dengan sesuatu yang nyata.
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses mental untuk menemukan masalah
dan menyelesaikannya pada data base dan informasi yang tepat, sehingga
kesimpulan yang tepat dapat ditarik. Kartono (1985: 142-143) menyoroti prinsip-
prinsip pemecahan masalah adalah:
a. Keberhasilan dalam memecahkan masalah.
b. Pemakaian informasi dalam memecahkan masalah.
c. Mencari alternatif jalan keluar sebagai titik tolak pemecahan masalah.
d. Menyadari penyebab permasalahan terlebih dahulu.
e. Menciptakan ide-ide baru.
f. Menjadikan situasi masalah sebagai situasi pilihan.
Faktor yang mempengaruhi problem solving antara lain: motivasi,
kepercayaan dan sikap, kebiasaan, emosi, kesalahan. Langkah-langkah problem
solving meliputi menyadari adanya masalah, mengumpulkan data, mengevaluasi
hipotesis, penyelidikan literatur, eksperimen dan pembuatan kesimpulan. Fokus
utama dalam pembelajaran adalah mengajarkan peserta didik berpikir,
menggunakan rasional, dan menjadi problem solver yang baik. Penyelesaian
masalah sebagai hasil pembelajaran sangat penting bagi kehidupan, karena manusia
selalu dipenuhi dengan masalah dalam kesehariannya. Jonassen dalam (Susiana,
2012) menyatakan pentingnya problem solving antara lain:
a. Authenticity, penyelesaian masalah adalah kegiatan yang dapat ditemui
dimanapun berada.
b. Relevance masalah khususnya yang diberikan kepada peserta didik untuk
dipecahkan.
c. Penyelesaian masalah membutuhkan telaah mendalam.
d. Pembelajaran yang dibangun dari masalah merupakan pembelajaran
bermakna.
6
3. Kompetensi Komunikasi (Keterampilan Komunikasi)
Komunikasi adalah proses memberikan informasi, ide, emosi menggunakan
simbol, kata -kata, gambar, dan orang lain untuk membantu menghasilkan respons
penerima. Dalam komunikasi, dibutuhkan bahasa yang mudah -untuk -memahami,
menghormati pendapat orang lain dan menjelaskan dengan pemikiran logis.
7
Kurikulum 2013 mengusung tema: menghasilkan insan Indonesia yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif (berkarakter), melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan secara terintegrasi. (Mulyasa, 2015). Guru harus dapat mengembangkan
potensi peserta didik secara optimal melalui berbagai rancangan inovasi pembelajaran yang
kreatif yang dapat mengembangkan kreativitas peserta didik. Kehidupan dan karir pada
abad 21 membutuhkan kemampuan untuk 1) fleksibel dan adaptif; 2) berinisiatif dan
mandiri; 3) memiliki ketrampilan sosial dan budaya; 4) produktif dan akuntabel; serta 5)
memiliki kepemimpinan dan tanggung jawab. (Sani, 2017).
8
siswa, 2). Pendidikan harus kolaboratif, 3). Pembelajaran harus memiliki konteks, 4).
Sekolah harus diintegrasikan ke dalam masyarakat. (Karim, 2017).
9
3. Learning should have context
Subjek harus dikaitkan dengan kehidupan sehari -hari siswa, karena
pembelajaran tidak akan sangat signifikan jika ia tidak berdampak pada kehidupan
siswa di luar sekolah. Guru harus mengembangkan metode pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk terhubung ke dunia nyata (kata nyata). Guru juga harus
membantu siswa menemukan nilai, rasa dan kepercayaan pada apa yang mereka
pelajari dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari -hari mereka.
10
SIMPULAN
Selama abad ke -21 ini, pengembangan sains dan teknologi memengaruhi kegiatan
pendidikan di Indonesia. Keberadaan teknologi yang semakin canggih harus digunakan
untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Dengan demikian, guru
sebagai komponen utama dari kegiatan belajar memiliki peran penting dalam proses
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Guru harus dapat mengembangkan dan
menciptakan cara pendidikan baru sehingga siswa tidak bosan dengan metode pembelajaran
yang sama. Misalnya, dengan smartphone, guru dapat membuat grup diskusi melalui
aplikasi obrolan sehingga antara guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mudah daripada
di kelas. Dengan cara ini, itu akan lebih efektif karena kegiatan pengajaran dan
pembelajaran antara guru dan siswa dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Selain
itu, pengembangan teknologi semakin mampu menggantikan peran guru sebagai sumber
utama dalam penyediaan pengetahuan.
Dengan cara ini, guru harus dapat menyoroti pelajaran etika, budaya, kebijaksanaan,
pengalaman, karena nilai -nilai yang tidak dapat diajarkan oleh mesin pencari. Tugas dan
fungsi guru sebagai pendidik adalah mempersiapkan siswa untuk bekerja dan menjadi
warga negara yang baik yang mampu menghadapi kehidupan di abad ke -21. Permintaan
pengembangan untuk tugas ini semakin kompleks, tidak hanya mengenai kapasitas
intelektual, tetapi juga keterampilan untuk menggunakan dan menggunakan teknologi.
Dengan kata lain, bentuk pembelajaran baru diperlukan untuk mengatasi tantangan global
yang kompleks di masa depan. Juga menekankan pentingnya keterampilan kerja pribadi
dari abad ke -21 hingga abad pertama seperti inisiatif, ketahanan, tanggung jawab,
pengambilan risiko dan kreativitas; Keterampilan sosial seperti kerja tim, jaringan, empati
dan kasih sayang; Dan keterampilan belajar seperti 57 mengelola, mengatur, keterampilan
meta-kognitif.
11
REFERENSI
12