Anda di halaman 1dari 6

Tantangan Guru Indonesia Pada Abad 21

Ramadha Awaliati
Email: 2110111220003@mhs.ulm.ac.id
Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin

Abstrak
Abad 21 bisa dikatakan sebagai abad yang kritis dalam sejarah hidup manusia. Pada abad
21 ini, yang sering disebut abad globalisasi, setiap perubahan sangat jelas terlihat di segala
bidang kehidupan. Di antara salah satu faktor penting dalam pendidikan adalah guru.
Karena sebaik apapun kurikulum, selengkap apapun sarana- prasarana, meskipin sumber
belajar terpenuhi, dan media pembelajaran lengkap, Jika gurunya tidak profesional, tidak
berkualitas, maka out put pendidikan yang berkualitas sumber daya manusia (human
resources) yang unggul sulit diharapkan. Tidak semudah itu untuk menjadi seorang guru,
terlebih saat memasuki abad 21 sekarang ini.

PENDAHULUAN
Guru mempunyai peranan yang amat strategis dan urgen dalam keseluruhan upaya
pendidikan. Berdasarkan UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dosen adalah
pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Guru merupakan suatu profesi,
yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat
dilakukan oleh sembarangan orang diluar bidang pendidikan. Sebagai seorang guru kita
sangat memerlukan “kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur
pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Dengan kode etik guru ini dapat mengindarkan
guru dari tindakan-tindakan yang semena-mena atau melakukan perbuatan asusila kepada
peserta didikyang diajari (Susanto, 2020: 12-22). Tantangan dalam pembelajaran abad 21
dan perubahan kurikulum 2013 menuntut kemampuan pedagogis guru sebagai pengajar
untuk lebih mampu mendesain pembelajaran yang lebih efektif dan innovatif.
Perkembangan media teknologi informasi menjadi salah satu landasan pokok dalam
perkembangan pembelajaran abad 21 (Karim, 2017). Guru abad 21 dituntut tidak hanya

1
mampu mengajar dan mengelola kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut untuk
mampu membangun hubungan yang efektif dengan siswa dan komunitas sekolah,
menggunakan teknologi untuk mendukung peningkatan mutu pengajaran, serta melakukan
refleksi dan perbaikan praktek pembelajarannya secara terus menerus (Darling, 2006).

PEMBELAJARAN PADA ABAD KE-21


Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup manusia,
baik dalam bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21 kemajuan
teknologi tersebut telah memasuki berbagai sendi kehidupan, dak terkecuali di bidang
pendidikan. Pendidik dan peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di
abad 21. Pendidik saat ini harus mampu mempersiapkan peserta didik untuk pekerjaan dan
teknologi yang belum ada dan menyelesaikan masalah yang bahkan belum diketahui.
Memasuki abad ke 21 ini tentunya banyak yang harus kita ubah, kita harus mengikuti
perkembangan zaman yang terus maju ini, nah dalam dunia Pendidikan tentunya banyak
sekali perubahan yang dapat kita liat apalagi di abad ini yang mana teknoogi semakin pesat
di abad ini tentunya pendidikan formal harus di ubah. Perubahan ini penting untuk
memunculkan bentuk-bentuk pembelajaran baru yang dibutuhkan dalam mengatasi
tantangan global yang kompleks.
Guru merupakan profesi tertua di dunia seumur dengan keberadaan manusia.
Apabila melihat kehidupan masyarakat yang semakin terdiferensial dan ketika semua orang
mempunyai banyak pilihan sebagai ladang kehidupannya, maka citra profesi guru kian
merosot di dalam kehidupan sosial. Apalagi masyarakat makin lama makin terarah kepada
kehidupan materialistis, sehingga suatu profesi dinilai sesuai nilai materinya. Oleh sebab itu
tidak heran bila profesi guru termarjinalkan dan menjadi pilihan terakhir. Menurut
Syarifudin Yunus (Detik.com, 23 November 2019) bahwa penyebab rendahnya kompetensi
guru di Indonesia adalah, pertama, ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar.
Sampai saat ini, masih banyak guru yang mengajar mata pelajaran yang bukan bidang
studinya. Hal ini disebabkan persebaran guru masih belum merata disemua wilayah
sehingga banyak sekolah yang kekurangan guru. Untuk menutup kekurangan guru, pihak
sekolah kemudian menugaskan guru mengajar beberapa disiplin ilmu agar setiap peserta
didik bisa merasakan semua pelajaran yang wajib mereka dapatkan. Ketidaksesuaian
disiplin ilmu dengan bidang ajar ini berdampak pada proses pembelajaran menjadi tidak
maksimal dan peserta didik tidak menguasai secara keseluruhan materi yang diajarkan oleh
guru tersebut. Kedua, kualifikasi guru yang belum setara sarjana. Misalnya, kualifikasi guru
PAUD. Menurut Dirjen PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Harris Iskandar, sampai Desember 2017, jumlah guru PAUD di Indonesia mencapai
552.894 orang. Dari jumlah tersebut, baru 47,79% yang sudah memenuhi kualifikasi
sarjana (Koran-jakarta.com, 24 November 2019). Ketiga, program Peningkatan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru yang masih rendah. Program PKB dirancang untuk

2
meningkatkan kompetensi guru melalui pengembangan diri karena ilmu pengetahuan dan
teknologi terus berkembang.

TANTANGAN GURU DAN SOLUSINYA DALAM ABAD KE-21


Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar dari era sebelumnya. Guru
menghadapi klien yang jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit,
standard proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir siswa yang
lebih tinggi, untuk itu dibutuhkan guru yang mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi
kreativitas dan kecerdasan bertindak (hard skills- soft skills). Tantangan dunia pendidikan
di era revolusi industri 4.0 adalah seorang pendidik atau guru harus mampu mengubah
mindset peserta didik dari memanfaatkan menjadi menciptakan. Pendidikan harus dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan memadai agar mampu beradaptasi
dengan tuntutan perubahan zaman serta mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Segala
hal tersebut dilakukan agar pendidikan dapat memiliki keterkaitan dan kesepadanan (link
and match) dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan yang dihasilkan dapat langsung
terserap oleh dunia kerja. Sedangkan tantangan pendidikan yang berkaitan dengan sains dan
teknologi pada masyarakat era digital adalah mengimplikasikan agar pendidikan mampu
memberdayakan peserta didik sehingga dapat mengembangkan dan mengaplikasikan sains
dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan secara bijaksana. Setidaknya ada 7
tantangan guru di abad 21, seperti yang di tegaskan oleh Susanto (2010), yaitu, (1)
Teaching in multicultural society, mengajar di masyarakat yang memiliki beragam budaya
dengan kompetensi multi bahasa (2) Teaching for the construction of meaning, mengajar
untuk mengkonstruksi makna (konsep). (3) Teaching for active learning, mengajar untuk
pembelajaran aktif. (4) Teaching and technology, mengajar dan teknologi. (5) Teaching
with new view about abilities, mengajar dengan pandangan baru mengenai kemampuan. (5)
Teaching and choice, mengajar dan pilihan. (6) Teaching and accountability, mengajar dan
akuntabilitas. Di abad ke-21 ini guru mendapat tantangan seperti menghadapi siswa yang
jauh lebih beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, dan juga tuntutan
capaian kemampuan berfikir siswa yang lebih tinggi. Maka dari itu, dibutuhkan guru yang
mampu bersaing bukan lagi kepandaian tetapi kreativitas dan kecerdasan bertindak. Guru
dituntut harus mengembangkan dirinya terus menerus, jangan hanya mengikuti yang sudah
ada saja. Setiap harinya harus ada sesuatu hal yang baru dalam belajar mengajar, jangan
semata-mata hanya menjelaskan materi diikuti ceramah ataupun mengerjakan LKS dan
diakhiri dengan hanya memberikan paraf tanpa melihat jawaban para siswanya. Guru harus
berinovasi di setiap kegiatan mengajarnya, dan harus terus menambah wawasannya dengan
banyak membaca buku maupun informasi dari internet (Andraeni, 2019). Baru-baru ini
kurikulum dan pengajaran reformasi telah difokuskan untuk tingkat yang lebih besar pada
pengajaran dan penilaian keterampilan abad ke-21 (Griffin et al, 2011). Keterampilan ini
telah termasuk berpikir kritis, pemecahan masalah, manajemen diri, teknologi informasi

3
dan komunikasi (TIK) keterampilan, komunikasi dan kolaborasi (Binkley et al, 2011;.
OECD, 2011). Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSN) merumuskan 16 prinsip
pembelajaran yang harus dirumuskan dalam proses pendidikan abad ke-21. Sedangkan
Permendikbud No 65 tahun 2013 mengemukakan 14 prinsip pembelajaran, terkait dengan
implementasi Kurikulum 2013 Sementara itu, Jennifer Nicols menyederhanakannya ke
dalam 4 prinsip yaitu: 1). Instruction should be student-centered, 2). Education should be
collaborative, 3). Learning should have context, 4). Schools should be integrated with
society (Karim, 2017). Kini, guru tidak mungkin mampu bersaing dengan mesin dalam hal
melaksanakan pekerjaan hapalan, hitungan, hingga pencarian sumber informasi. Mesin jauh
lebih cerdas, berpengetahuan, dan efektif dibandingkan kita karena tidak pernah lelah
melaksanakan tugasnya. Karena itu, fungsi guru “bergeser” lebih mengajarkan nilai-nilai,
etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat
diajarkan oleh mesin pencari. . Seperti yang disampaikan oleh (Waskito dan Nadiroh 2019),
salah satu pendidikan yang penting dalam membangun peradaban yang baik di suatu negara
ialah pendidikan karakter. Maka dari itu, dengan ilmu pengetahuan dan wawasan luas yang
dimiliki siswa, ditambah kuatnya karakter baik yang tertanam, tentunya akan menjadi
modal Indonesia untuk memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas di masa depan.
Para guru abad 21 menggunakannya teknologi untuk semua proses administrasi,
memungkinkan mereka untuk menghemat waktu. Mereka menggunakan teknologi untuk
membantu mereka dengan: 1) perencanaan pengajaran dan belajar secara luas dan
kurikulum yang seimbang, 2) menggunakan kembali, beradaptasi dan berbagi dokumen, 3)
menyimpan dan menganalisis data untuk penilaian formatif dan penilaian sumatif. Guru
abad 21 telah melakukan penilaian modern dan sistem pelaporan on-line. Ini membantu
mereka memahami, mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan pelajar. Mereka
menggunakan teknologi secara teratur dan secara konsisten untuk: 1) mendukung
profesional mereka, 2) melacak kemajuan murid, 3)memantau peserta didik untuk
memastikan penggunaan teknologi mereka aman, legal dan bertanggung jawab, 3)
berkomunikasi dengan orang tua /penjaga, berbagi informasi melalui pelaporan online.

SIMPULAN
Di abad 21 ini, perkembangan IPTEK berpengaruh terhadap kegiatan pendidikan di
Indonesia. Adanya teknologi yang semakin canggih seharusnya dapat dimanfaatkan
dengan baik untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan Indonesia. Maka, guru
sebagai komponen utama dalam kegiatan pembelajaran memiliki peran penting dalam
proses peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Guru dituntut mampu untuk
mengembangkan serta menciptakan cara mengajar yang baru agar peserta didik tidak
merasa bosan dengan metode pembelajaran yang itu-itu saja. Misalnya, dengan smartphone
guru dapat membuat grup diskusi melalui aplikasi chatting sehingga antara guru dan peserta
didik dapat lebih mudah berkomunikasi selain di ruang kelas. Dengan begitu akan lebih

4
efektif karena kegiatan belajar mengajar antara guru dan peserta didik dapat dilakukan
dimana dan kapan saja. Selain itu, semakin berkembangnya teknologi yang semakin lama
mampu menggantikan peran guru sebagai sumber utama dalam memberikan ilmu
pengetahuan. Dengan begitu, guru seharusnya dapat lebih menekankan ajaran nilai-nilai
etika, budaya, kebijaksanaan, pengalaman, karena nilai-nilai itulah yang tidak dapat
diajarkan oleh mesin pencari. Proses belajar mengajar siswa abad 21 ini tentu berbeda cara
mengajarnya. Ciri-ciri siswa abad 21 adalah memegang kendali, suka dengan banyak
pilihan pembelajaran, suka berkolaborasi, dan pengguna teknologi digital. Para guru abad
21 harus memastikan Pengajaran mereka ditingkatkan melalui penggunaan teknologi,
mengembangkan kemampuan siswa. Tuntutan dalam mengembangkan tugas ini semakin
kompleks, bukan hanya menyangkut kemampuan yang bersifat intelektual, melainkan juga
keterampilan untuk menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Dengan kata lain bentuk-
bentuk pembelajaran baru diperlukan untuk mengatasi tantangan global yang kompleks ke
depan.

REFERENSI

Mardiani, F., Anis, M. Z. A., & Hermawan, M. D. DIGITAL LITERACY IN THE


TRANSFORMATION OF HISTORICAL LEARNING IN THE TIME OF COVID-
19. Jurnal Socius, 10(2), 1-10.
Mutiani, H. S., & Putra, M. A. H. (2020). Improvement of Scientific Attitudes Through
Training of Social Science Scientific Writing in MAN 2 Model
Banjarmasin. Bubungan Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 2(2), 128-133.
Setianingsih, S., Syaharuddin, S., Sriwati, S., Subroto, W., Rochgiyanti, R., & Mardiyani,
F. (2021). Aisyiyah: Peran dan Dinamikanya dalam Pengembangan Pendidikan Anak
di Banjarmasin Hingga Tahun 2014. PAKIS (Publikasi Berkala Pendidikan Ilmu
Sosial), 1(1).
Susanto, H. (2020). PEDAGOGI SEJARAH, NASIONALISME DAN KARAKTER
BANGSA. Preprint: EdArxiv.
Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung
Mangkurat.
Susanto, H., Abbas, E. W., Anis, M. Z. A., & Akmal, H. CHARACTER CONTENT AND
LOCAL EXCELLENCE IN VOCATIONAL CURRICULUM IMPLEMENTATION
IN TABALONG REGENCY.

5
Syaharuddin, S., Arisanty, D., Rahmattullah, M., Susanto, H., Alfisyah, A., Kiptiah, M., ...
& Junied, K. A. (2020). Book of Abstract-2nd International Conference on Social
Science Education 2020.

Tarihoran. (2019). GURU DALAM PENGAJARAN ABAD 21. 4, 46-58.


Andraeni, L. TANTANGAN GURU DALAM MENDIDIK DI ABAD 21.
Arifin, Setiawan. (2020). Strategi Belajar Dan Mengajar Guru Pada Abad 21. Indonesian
Journal of Instruktional Technology, 1 (2), 37-46.

Anda mungkin juga menyukai