2.1 Pendahuluan
Pembelajaran sejatinya dilakukan melalui interaksi guru dengan siswa dalam
suasana lingkungan belajar. Esensi pembelajaran ini merupakan
pendampingan yang dilakukan pendidik untuk mentransmisikan ilmu kepada
peserta didik. Oleh karena itu, secara sederhana pembelajaran dapat dimaknai
sebagai suatu proses pencerahan yang dilakukan guru untuk membantu siswa
mendapatkan pembelajaran dan mampu memahami bahan pembelajaran yang
diberikan (Mansyur, 2020).
Sekarang ini, banyak orang salah mengartikan antara konsep pembelajaran
dengan pengajaran. Padahal jika kita telaah lagi kedua istilah tersebut memiliki
dasar kata yang berbeda. Pembelajaran berasal dari kata “belajar” sedangkan
pengajaran berasal dari kata “mengajar”. Dengan demikian istilah
pembelajaran lebih berfokus pada proses belajar sedangkan istilah pengajaran
lebih berorientasi pada proses mengajar yang dilakukan oleh pembelajar.
Pembelajaran tidaklah selalu diartikan sebagai sesuatu yang statis melainkan
suatu konsep fleksibel yang berkembang dan mengikuti tuntutan pendidikan
juga kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi yang melekat pada wujud
pengembangan sumber daya manusia. Dalam hubungan dengan sekolah
pengertian pembelajaran ialah “kemampuan dalam mengelola secara
operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan
pembelajaran, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen
tersebut menurut norma/standar yang berlaku”.
Akhir-akhir ini media sosial, seperti whatsapp, instagram, facebook, dan media
lain yang serupa, menjadi cara baru bagi siapa pun termasuk guru untuk
menyebarkan informasi. Kemudahan akses pada media-media itu
menyebabkan persebaran informasi atau apa pun yang berkenaan dengannya
semakin cepat dan kadang tak terkendali (Kamal, 2020).
Pergeseran pola berpikir tersebut berimplikasi pada penetapan tatanan tertentu
dalam pembelajaran. Tatanan tertentu yang menjadi fokus pembelajaran
mendasarkan diri padahakikat tuntutan perkembangan iptek. Beberapa
kecenderungan tersebut, antara lain: (1) penempatan empat pilar pendidikan
UNESCO: learning to know, leraning to do, learning tobe, dan leraning to life
together sebagai paradigma pembelajaran, (2) kecenderungan bergesernya
orientasi pembelajaran dari teacher centered menuju student centered, (3)
kecenderungan pergeseran dari content-based curriculum menuju
competency-based curriculum, (4) perubahan teori pembelajaran dan asesmen
dari model behavioristik menuju model konstruktivistik, dan (5) perubahan
pendekatan teoretis menuju kontekstual, (6) perubahan paradigma
pembelajaran dari standardization menjadi customization, (7) dari evaluasi
dengan paper and pencil test yang hanya mengukur convergen thinking
menuju openended question, performance assessment, dan portfolio
assessment, yang dapat mengukur divergen thinking (Santyasa, 2005).
racikan materi yang disajikan oleh guru akan mengimplementasikan standar isi
pada kurikulum 2013. Perlu diingat bahwa materi pembelajaran daring juga
harus tetap mempertimbangkan teori konstruktivisme yang menjadikan siswa
berperan aktif. Oleh karena itu, materi yang disajikan bukanlah materi yang
kompleks atau materi yang utuh, melainkan materi-materi dalam bentuk
rangsangan atau stimulus untuk menjembatani siswa menyusun sebuah
simpulan dari kompetensi yang akan dikuasai.
Media pembelajaran juga harus digunakan oleh guru dalam pembelajaran
daring. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah proses pembelajaran.
Sebagai contoh guru menggunakan media video pemandangan yang
digunakan sebagai sunber inspirasi menulis puisi pada kelas konvensional,
maka dalam pembelajaran daring pun media harus dipergunakan oleh guru.
Pendekatan dan metode pembelajaran harus menyesuaikan dengan kebutuhan
virtual. Tidak semua metode konvensional bisa dilakukan dalam pembelajaran
daring harus dialkukan modifikasi terlebih dahulu, sebagai contoh metode
debat harus dimodivikasi dengan membuatkan tim pro dan kontra memalui
tayangan video siaran langsung.
besar dari pelaksanaan pembelajaran online ini yaitu pembelajaran online yang
relative mahal ini bisa menggantikan biaya transportasi peserta didik maupun
pendidik saat harus datang ke kelas.
Pelaksanaan pembelajaran daring bukan tanpa masalah. Di beberapa negara,
dilaporkan bahwa di antara mereka yang mengadopsi pembelajaran daring,
rata-rata manfaat sebenarnya jauh lebih kecil daripada yang diharapkan.
Masalah jaringan, kurangnya pelatihan, dan kurangnya kesadaran dinyatakan
sebagai tantangan utama yang dihadapi oleh pendidik. Kurangnya kesadaran
dinyatakan sebagai alasan paling penting oleh mereka yang tidak mengadopsi
pembelajaran daring diikuti oleh kurangnya minat dan keraguan tentang
kegunaan pembelajaran daring. Kurang kehadiran, kurangnya sentuhan
pribadi, dan kurangnya interaksi karena masalah konektivitas ditemukan
menjadi kelemahan signifikan dari pembelajaran daring (Arora dan Srinivasan,
2020).
CONTOH TABEL:
Tabel 2.1: Integrasi Teknologi sebagai Alat Asesmen Pembelajaran
(Summak, Samancioğlu dan Bağlibel, 2010)
Metode
Nama Asesmen dapat dan Kerangka Bentuk Opsi
Alat digunakan pada Instrume Penilaian Penilaian Ketersediaan
n
LoTi Pendidikan Tinggi, Survei, LoTi Tidak Ada Tersedia
Administrasi Kuisioner sebagai survei
Sekolah,
Spesialisasi Media,
Spesialisasi
Pembelajaran,
pelatihan guru,
maupun perekrutan
calon guru.
OPTIC Keseluruhan Observasi, Tidak Ada Tidak Ada Tersedia secara
kegiatan di sekolah Rubrik online dan
(termasuk proses Kegiatan, gratis
pembelajaran) Skala
Sikap
PETI Guru, administrasi Survei, SETDA Tersedia dalam Tersedia secara
sekolah Kuisioner format report online dan
(laporan) gratis
8 Dasar-Dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi
Catatan: Tabel bukan dalam bentuk image tapi teks seperti contoh
di atas dan sebutkan sumbernya.
CONTOH GAMBAR:
Pustaka
Arora, A. K. dan Srinivasan, R. (2020) “Impact of Pandemic COVID-19 on
the Teaching–Learning Process: A Study of Higher Education
Teachers,” Prabandhan: Indian Journal of Management, 13(4), hal.
43–56.
Basri, H. (2013) “Landasan pendidikan,” Bandung: Pustaka Setia.
Deaton, M. (2005) “An Overview of Online Learning,” Technical
Communication. Society for Technical Communication, 52(2), hal. 224.
Fitriyani, Y., Fauzi, I. dan Sari, M. Z. (2020) “Motivasi Belajar Mahasiswa
Pada Pembelajaran Daring Selama Pandemik Covid-19,” Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di
Bidang Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran, 6(2), hal. 165–175.
Humairah, H. dan Awaru, A. O. T. (2017) “PENGGUNAAN MEDIA
PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS DI
MADRASAH ALYIAH BUNTU BARANA KABUPATEN
ENREKANG,” JURNAL SOSIALISASI, hal. 61–64.
Kamal, M. (2020) “Media Sosial Sebagai Budaya Baru Pembelajaran di SD
Muhammadiyah 9 Malang,” Jurnal Komunikasi Nusantara, 2(1), hal.
17–27.
Khan, B. H. (1997) Web-based instruction. Educational Technology.
Majid, A. (2008) “Perencanaan pembelajaran,” Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mansyur, A. R. (2020) “Dampak COVID-19 Terhadap Dinamika
Pembelajaran Di Indonesia,” Education and Learning Journal, Vol. 1,
No, hal. 113–123.
Mulyasa, E. (2013) “Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Remaja Rosdakarya,” Dinamika Hidrosfer Di Kelas X IPS 2
SMA Negeri 16 Surabaya.
Pellegrino, J. W. (2004) The evolution of educational assessment: Considering
the past and imagining the future. Educational Testing Service, Policy
Evaluation and Research Center, Policy ….
Bab 2 Hakikat Pembelajaran Daring 11
Biodata Penulis: