Anda di halaman 1dari 10

PERAN DAN PEMANFAATAN TIK DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Zizi Khairatul Witami


Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Padang
E-mail: khairatulzizi@gmail.com

ABSTRAK
Memasuki era modernisasi saat ini, bangsa Indonesia mengalami kemajuan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan adanya informasi
dan komunikasi yang menyebar secara cepat dalam setiap lini kehidupan termasuk dalam dunia
pendidikan. Seiring dengan perkembangan hal tersebut, dunia pendidikan juga mengalami
dampak yang signifikan. Dampak tersebut sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran
yang diselenggarakan di sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran sesungguhnya memiliki peran
penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga pembelajaran yang
diselenggarakan dapat membawa kebermaknaan dan kemanfaatan bagi pembelajaran. Jika
dahulu sebagian besar pembelajaran di Indonesia menggunakan metode ceramah dimana guru
menjadi sumber belajar utama bagi siswa, maka dengan adanya pemanfaatan teknologi dan
informasi, siswa diharapkan mulai aktif dalam hal belajar dan sehingga guru hanya berperan
sebagai fasilitator saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan
perkembangan teknologi dan informasi dalam dunia pendidikan. Penelitian menunjukkan
bahwa ternyata perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi dapat terintegrasi dalam
proses pembelajaran. Pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi dapat mendorong
kreativitas siswa selama pembelajaran. Selain sebagai media belajar, teknologi, informasi dan
komunikasi dapat menjadi alat dan media dalam pendistribusian materi ajar serta memberikan
kemudahan dalam melakukan komunikasi belajar. Sehingga secara keseluruhan pemanfaatan
teknologi, informasi dan komunikasi bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia .
Kata Kunci : Teknologi, Informasi, Pendidikan, Pembelajaran

PENDAHULUAN
Pembelajaran pada Era Revolusi Industri mengharuskan pengajar bisa menggunakan
teknologi, informasi, dan komunikasi. Pengajar dituntut untuk memiliki pengetahuan akan
teknologi sebagai keterampilan mengajarnya dengan menerapkan model pembelajaran blended
learning sehingga peserta didik antusias untuk ikut serta dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran blended learning memiliki berbagai kelebihan dan kekurangan tersendiri, tetapi
model ini sangat tepat digunakan pada era sekarang yaitu revolusi industri seiring
perkembangan teknologi dan ilmu informasi sekarang yang mendukung teori belajar
sibernetik. Teori belajar sibernetik relatif baru dibandingkan teori belajar lainya, yang
menekankan pada sistem informasi yang diproses dalam pembelajaran. Pembelajaran juga
merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan mata pelajaran. Jelas terdapat perbedaan
antara konsep belajar dan pembelajaran, yang dapat dijelaskan sebagai upaya memperoleh
kecerdasan atau pengetahuan, praktik, mengubah perilaku, atau bereaksi terhadap pengalaman
(Pane & Dasopang, 2017). berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman (Pane & Dasopang, 2017). E-learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance
Learning) yang dalam prosesnya memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer
dan/atau Internet. E-learning juga berarti sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik.
Saat ini istilah blended menjadi populer, maka semakin banyak kombinasi yang dirujuk sebagai
blended learning. Valiathan (2010) misalnya menyebut istilah blended dengan "hybrid," and
"mixed-mode”. Adapula yang menyebut di dalam pembelajaran adalah pendekatan Elektif,
yaitu mengkombinasi berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Namun, pengertian
pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasi strategi
penyampaian pembelajaran menggunakan kegiatan tatap muka, pembelajaran berbasis
komputer (offline), dan komputer secara Online (internet dan mobile learning).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, study pustaka dan studi literatur atau
mencari dan mengumpulkan kepustakaan yang relevan. Secara umum, studi literatur adalah
mencari sumber-sumber yang pernah ditulis sebelumnya atau referensi teori-teori yang relevan
dengan permasalahan yang ditemukan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Serta
dilakukan juga metode studi kepustakaan yang dilakukan yaitu dengan cara mengumpulkan
data dengan membaca dan menelaah literatur yang telah ditemukan oleh peneliti lain yang
berhubungan dengan topik.

PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Berbasis E-Learning
Banyak para ahli yang mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangannya masing-
masing. Karena elearning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan
elearning sebagai bentuk
pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio, televisi, film, komputer,
internet, dll). Jaya Kumar C. Koran (2002), mendefinisikan elearning sebagai sembarang
pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada pula yang
menafsirkan elearning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang dilakukan melalui media
internet.
Beberapa pakar yang memberikan definisi tentang e-learning yaitu:
1. Darin E. Hartley [Hartley, 2001] menyatakan bahwa e-Learning merupakan suatu
jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa
dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.
2. LearnFrame.Com dalam Glossary of e-Learning Terms [Glossary, 2001]
menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa e-Learning adalah sistem
pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar
mengajar dengan media Internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone.
3. Matthew Comerchero dalam elearning Concepts and Techniques [Bloomsburg,
2006] mendefinisikan e-learning adalah sarana pendidikan yang mencakup mereka
tetap termotivasi. Elearning efisien karena mengeliminasi jarak dan arus pulang
pergi. Jarak dieliminasi karena isi dari e-learning didesain dengan media yang dapat
diakses dari terminal komputer yang memiliki peralatan yang sesuai dan sarana
teknologi lainnya yang dapat mengakses jaringan atau Internet.

1. Prinsip dan Hakikat E-Learning


Sebelum e-learning lahir, yang popular lebih dulu ialah Computer Assisted Instruction
(CAI) dan Computer Assisted Learning (CAL). Media yang digunakan berupa disket, PC
(Personal Computer) atau computer mainframe yang diakses melalui Works station lokal.
Awalnya, konsep CAI dan CAL diarahkan untuk menggantikan peran guru. Namun, hal itu
tidak mungkin dilakukan karena keterbatasan komputer diantaranya komputer tidak
mampu memberikan interaksi sosial yang maksimal, sehingga kedua konsep itu
dikombinasikan dengan guru. Setelah komputer terhubung ke jaringan (dan kini bahkan
jaringan antar jaringan alias internet), istilahnya bergeser menjadi e-learning. Di situlah
terjadi perubahan paradigma dari teaching menjadi learning. Dengan demikian,
pemanfaatan e-Learning dipusatkan pada kegiatan belajar, bukan mengajar. e-learning
bukan sekadar bermain dan berselancar di dunia maya, klik sana-sini untuk pindah dari satu
situs ke situs lain, mendownload, berlatih, mencerna, menjawab pertanyaan, menemukan,
dan menyebabkan dirinya berubah, menjadi lebih cerdas, menjadi dapat belajar lebih
banyak lagi. Uraian di atas menunjukkan bahwa sebagai dasar dari e-Learning adalah
pemanfaatan teknologi Internet. e-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional
yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-
Learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan
konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-Learning bukan untuk mengganti,
melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional. Dalam hal ini Cisco (2001)
menjelaskan filosofis elearning sebagai berikut:
a. e-Learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan
secara Online.
b. e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks,
CDROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan
perkembangan globalisasi.
c. e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan.

Walaupun demikian untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh tersebut kita juga
harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran jarak jauh, yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan yang jelas, perumusan tujuan harus jelas, spesifik, teramati, dan terukur
untuk mengubah perilaku peserta didik.
b. Relevan dengan kebutuhan, program belajar jarak jauh harus relevan dengan
kebutuhan peserta didik, masyarakat, dunia kerja, atau lembaga pendidikan.
c. Mutu pendidikan, pengembangan program belajar jarak jauh upaya meningkatkan
mutu pendidikan yaitu proses pembelajaran yang ditandai dengan pembelajaran
lebih aktif atau mutu lulusan yang lebih produktif.
d. Efisiensi dan efektivitas program, efisiensi mencakup penghematan dalam
penggunaan biaya, tenaga, sumber dan waktu, sedapat mungkin menggunakan hal-
hal yang tersedia.
e. Efektivitas, memperhatikan hasil-hasil yang dicapai oleh lulusan, dampaknya
terhadap program dan terhadap masyarakat.
f. Pemerataan, hal ini berkaitan dengan pemerataan dan perluasan kesempatan belajar,
khususnya bagi yang tidak sempat mengikuti pendidikan formal karena lokasinya
jauh atau sibuk bekerja.
2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran E-Learning
a) Kelebihan
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi
yang tersedia di literatur, memberikan petunjuk tentang manfaat penggunaan
internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh. beberapa kelebihan
tersebut antara lain:
1) Tersedianya fasilitas e-moderating di mana guru dan siswa dapat berkomunikasi
secara mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
2) Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai
sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari;
3) Siswa dapat belajar atau mereview bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4) Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan
dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di
internet secara lebih mudah.
5) Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui
internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6) Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif dan benar-benar
menjadi titik pusat kegiatan belajar-mengajar karena ia senantiasa mengacu kepada
pembelajaran mandiri untuk pengembangan diri pribadi.
7) Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas.

b) Kekurangan
Walaupun demikian, hal tersebut juga tidak terlepas dari Berbagai kekurangan,
antara lain:
1) Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar sesama
peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya
values dalam proses pembelajaran.
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3) Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan dari pada pendidikan
4) Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari pusat pengelolaan
pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak tepat waktu, dan
arenanya dapa menghambat kegiatan pembelajaran.
5) Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik
pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran
yang menggunakan IT.
6) Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
3. Manfaat E-Learning
a. Lebih mudah mendapatkan materi atau info Jika menggunakan sistem pembelajaran
berbasis elearning, proses belajar akan lebih mudah baik dalam mencari dan
mendapatkan materi atau info. Tinggal mengetik apa yang di cari, tunggu sebentar,
peserta didik langsung dapat materinya.
b. Bisa mendapatkan materi yang lebih banyak pendidik maupun peserta didik bisa
mendapatkan banyak sekali materi, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan mereka
bisa mencari materi yang berasal dari luar negeri yang tentunya akan menambah
wawasan bagi mereka dan juga bisa untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
c. Pembelajaran lebih efektif dan efisien waktu dan tenaga Jika ada tugas, peserta
didik bisa mencari bahan yang mereka butuhkah dengan cepat. Tidak harus ke sana
ke mari untuk mendapatkan bahan yang mereka butuhkah. Hanya duduk di depan
komputer atau laptop, lalu mencari yang dibutuhkan. Setelah itu, susun tugasnya
dan selesai.
d. Dapat berinteraksi langsung dengan siapa pun Seorang peserta didik bisa saja
bertanya pada temannya materi apa yang diajarkan hari ini atau tugas apa yang
diberikan, jika hari itu tidak bisa berangkat karena suatu alasan. Peserta didik juga
bisa bertanya langsung pada pengajar materi apa yang diajarkan atau tugas apa yang
diberikan. Dalam berinteraksi, peserta didik dan pengajar bisa menggunakan media
tulisan. Peserta didik mengetik apa yang akan dibicarakan atau ditanyakan
kemudian dikirim ke alamat yang dituju. Mereka juga bisa berinteraksi langsung,
bisa bertatap muka dan berbicara langsung dengan orang yang diajak bicara. Karena
kemajuan teknologi, sekarang hal itu bisa terjadi dengan alat yang bernama web
cam.
e. Bisa mengetahui materi atau tugas lebih awal Mahasiswa bisa melihat jadwal atau
tugas yang diberikan oleh dosennya yang sudah di upload. Jadi, mahasiswa sudah
tahu apa yang akan dilakukan hari ini dan dapat mempersiapkannya lebih awal.
4. Kendala Dalam E-Learning
Di dalam penerapannya di Indonesia, e-learning juga memiliki beberapa keterbatasan
dan kendala yang harus diwaspadai, seperti sebagai berikut:
a. Investasi
Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pelatihan, akan tetapi
memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya. Sehingga bila tidak
dikelola dengan baik akan mengakibatkan kerugian besar. Investasi ini dalam
bentuk kapital ataupun sumber daya manusia.
b. Budaya
Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk
belajar atau mengikuti pelatihan melalui computer, dimana hal ini baru dimiliki oleh
sebagian kecil sumber daya manusia. Oleh karena itu, perubahan manajemen yang
handal sangat diperlukan untuk menjamin kesuksesan penerapan elearning ini.
c. Teknologi dan Infrastruktur
e-learning membutuhkan perangkat computer, jaringan yang handal dan teknologi
yang tepat. Akan tetapi, ketersediaan infrastruktur dan teknologi ini masih belum
memadai bagi beberapa perusahaan.
d. Desain Materi
Penyampaian materi dalam bentuk e-learning tentu berbeda dengan penyampaian
materi dalam training konvensional. Penyampaian materi melalui e-learning perlu
dikemas dalam bentuk yang learner-centric.Saat ini masih sangat sedikit
instructional designer yang berpengalaman dalam membuat suatu paket pelajaran
e-learning yang memadai. Seringkali hambatan dan keterbatasan elearning tersebut
membuat implementasi elearning di Indonesia berjalan dengan sangat lamban.
Bahkan tidak jarang hambatan tersebut membawa perusahaan pada kegagalan
implementasi yang merugikan perusahaan jutaan dollar atau miliaran rupiah.
Walaupun terdapat keterbatasan dan hambatan di Indonesia, penerapan e-learning di
dunia, termasuk di Negara tetangga terus melaju pesat. Para praktisi pelatihan di dunia
sudah tidak meragukan akan meledaknya penggunaan e-learning di dunia, mereka
hanya tinggal menunggu waktunya. Semua perusahaan-perusahaan kelas dunia telah
bergerak kearah e-learning ini.
5. Solusi Masalah E-Learning di Indonesia
Diperlukan ide-ide untuk memecahkan masalah e-learning di Indonesia. Hal itu
diperlukan agar sistem ini dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Untuk masalah
biaya penggunaan internet, sebaiknya pemerintah dan perusahaan-perusahaan
telekomunikasi membuat suatu kesepakatan untuk menyediakan layanan internet murah
terutama untuk bidang pendidikan. Kalau bisa gratis lebih baik. Atau bisa juga dengan
menyediakan hotspot bagi sekolah-sekolah atau perguruan tinggi perguruan tinggi yang
belum memilikinya. Karena salah satu kendala belum bisa terlaksananya elearning secara
maksimal adalah masalah biaya penggunaan internet.

B. Pembelajaran Berbasis Blended Learning


Blended learning, umumnya diartikan sebagai proses pembelajaran dengan
menggabungkan pembelajaran tatap muka dan e-learning. Blended learning merupakan
respon pada kemajuan teknologi Online dengan praktek pembelajaran yang dianggap
terbaik. Prinsip dasarnya adalah pembelajaran yang mengintegrasikan komunikasi lisan
secara langsung dan komunikasi tertulis di media elektronik secara Online sehingga
mempunyai kelebihan masing-masing, menjadi pengalaman belajar unik sesuai dengan
konteks dan tujuan pendidikan (Kanuka & Rourke, 2013). Blended learning merupakan
model pembelajaran yang menyatukan pembelajaran tatap muka secara langsung (face-to-
face) dengan e-learning serta penyampaian materi dalam pembelajaran dapat dilakukan di
kelas secara tatap muka langsung atau di media Online (Prihadi, 2017).
Sintak dan Model Pembelajaran Blended Learning
Dasar dalam model blended learning yaitu mengacu pembelajaran berbasis Teknologi,
Informasi, dan Komunikasi seperti yang direkomendasikan oleh Grant Ramsay (Susandi,
2017), yaitu: seeking of information; acquisition of information; synthesizing of
knowledge. Tahapan seeking of information, tahapan ini merupakan pencarian informasi
dari berbagai referensi yang tersedia di media tertulis fisik maupun elektronik, pemilihan
informasi yang baik dan kritis berpatokan pada content of validity/reliability, content of
relevantion, and academic clarity. Pengajar berperan aktif sebagai pusat dari peserta yang
dapat memberikan nasehat dan masukan untuk membatasi peserta dari berbagai informasi
yang dicernanya. Tahapan acquisition of information, menekankan pada peserta yang
secara perorangan atau kelompok berupaya untuk menemukan, memahami, serta
mengonfrontasikannya dengan gagasan atau ide yang telah ada dalam pikiran mereka,
setelah itu menginterpretasikan informasi/pengetahuan dari banyak referensi yang berbeda,
hingga akhirnya mereka mampu kembali mengkomunikasikan gagasan atau ide yang
didapat dan hasil interpretasinya menggunakan fasilitas Teknologi Informasi dan
Komunikasi.
Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning
• Kelebihan
1. Terjamin rahasianya karena peserta memiliki password dan username
Masing-masing untuk login.
2. Pengajar dapat memantau keaktifan peserta dalam berdiskusi Online.
3. Pengajar dapat mengedit tulisan-tulisan komentar atau diskusi peserta yang
tidak layak tanpa harus konfirmasi kepada peserta.
4. Pengajar dapat dengan mudah menambah, mengedit, dan menghapus materi
peserta didik.
5. Antara pengajar-peserta, peserta-peserta, dapat melakukan diskusi Online
melalui fasilitas forum diskusi dan chatting.
6. Peserta dapat mengumpulkan Bullem and Beam (Susandi, 2017
• Kekurangan
1. Kurangnya interaksi langsung antara peserta dan pengajar maupun antar
peserta dalam media Online.
2. Kecenderungan mengabaikan nilai akademik atau nilai sosial bahkan
memunculkan aspek bisnis/komersial dalam pembelajaran Online.
3. Proses pembelajaran lebih mengarah ke pelatihan daripada Pendidikan.
4. Pengajar dituntut untuk menguasai sistem menggunakan Teknologi,
Informasi, dan Komunikasi (TIK) yang berkembang sesuai perkembangan
zaman.
5. Peserta dengan motivasi belajar yang rendah cenderung akan gagal.
6. fasilitas internet tidak semua tempat tersedia.
7. Masih banyak pengajar atau teknisi di sekolah yang tidak memiliki dan
mengetahui keterampilan internet.
8. Kurangnya penguasaan bahasa komputer, tugas secara Online melalui
fasilitas upload tugas.

Pembelajaran berbasis blended learning, di samping untuk meningkatkan hasil


belajar, bermanfaat pula untuk meningkatkan hubungan komunikasi pada tiga mode
pembelajaran yaitu lingkungan pembelajaran yang berbasis ruang kelas tradisional,
yang blended, dan yang sepenuhnya Online. Para peneliti memberikan bukti yang
menunjukkan bahwa blended Learning menghasilkan perasaan berkomunitas lebih kuat
antar mahasiswa daripada pembelajaran tradisional atau sepenuhnya Online.
1. Landasan Model Blended
Konsep dalam pengembangan pembelajaran digunakan model Blended.
Model ini dianggap memberikan solusi dalam pengembangan model
pembelajaran pada institusi yang masih menerapkan pembelajaran non
Online sebagai tolok ukur aktivitas.
2. Model pembelajaran tatap muka Online dan offline
Proses pembelajaran tatap muka disebut juga dengan masa pengenalan,
dimana berlangsung proses pembelajaran tatap muka offline (bertemu
dalam kelas nyata). Kegiatan di kelas nyata adalah pembelajar
menyampaikan suatu penjelasan secara teknis penggunaan sistem
pembelajaran berbasis web dan pembelajar mendengarkan, menyimak dan
mempraktekkan petunjuk. Namun dalam blended learning masa tatap muka
secara nyata hanya dilaksanakan di awal-awal pertemuan.
3. Model pembelajaran menggunakan modul elektronik
Model pembelajaran menggunakan teks, audio, video dan multimedia
pengembangan bahan ajar yang lain adalah pemanfaatan media/teknologi
merupakan salah satu ciri dalam proses pembelajaran berbasis web,
diantaranya pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia. Penggunaan
teks, audio, video dan multimedia adalah untuk pengayaan materi untuk
berlatih (drill and practice) dan untuk penguatan mahasiswa dalam
mempelajari salah satu topik. Dalam pembelajaran blended, pengemasan
dilakukan secara digital dan diakses melalui bahan ajar berbasis web.
Pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia dilakukan pada masa belajar
mandiri. Materi yang dikemas dengan menggunakan Pengembangan
blended juga mengarah pada bahan ajar yang digunakan. Bahan ajar yang
digunakan salah satunya berupa modul dalam kemasan elektronik. Dalam
pembelajaran berbasis web modul elektronik ini dikenal dengan istilah
bahan ajar mandiri atau bahan ajar yang dikemas untuk mahasiswa belajar
mandiri. Di dalam bahan ajar mandiri selain materi juga disediakan latihan-
latihan yang harus dikerjakan mahasiswa untuk mengukur perkembangan
belajarnya. Dalam pembelajaran blended, selain bahan ajar modul
elektronik, dalam proses belajarnya mahasiswa juga memanfaatkan bahan
ajar berbasis web.
4. Model pembelajaran menggunakan teks, audio, video dan multimedia
pengembangan bahan ajar yang lain adalah pemanfaatan media/teknologi
merupakan salah satu ciri dalam proses pembelajaran berbasis web,
diantaranya pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia. Penggunaan
teks, audio, video dan multimedia adalah untuk pengayaan materi untuk
berlatih (drill and practice) dan untuk penguatan mahasiswa dalam
mempelajari salah satu topik. Dalam pembelajaran blended, pengemasan
dilakukan secara digital dan diakses melalui bahan ajar berbasis web.
Pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia dilakukan pada masa belajar
mandiri. Materi yang dikemas dengan menggunakan teks, audio, video dan
multimedia ini dikemas dengan media penyimpan tertentu.
5. Keuntungan Blended Learning
1) memperluas jangkauan pembelajaran/pelatihan;
2) kemudahan implementasi;
3) efisiensi biaya;
4) hasil yang optimal;
5) menyesuaikan berbagai kebutuhan pembelajar, dan
6) meningkatkan daya tarik pembelajaran.
6. Peran Pengajar
Peran pengajar dalam pembelajaran berbasis blended learning sangat penting
dalam mengelola pembelajaran. yang pasti pengajar harus melek informasi. Di
samping memiliki keterampilan mengajar dalam menyampaikan isi
pembelajaran tatap muka, pengajar juga harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam mengembangkan sumber belajar berbasis komputer
(Microsoft Word dan Microsoft PowerPoint) dan keterampilan untuk
mengakses internet, kemudian dapat menggabungkan dua atau lebih metode
pembelajaran tersebut. Seorang pengajar dapat memulai pembelajaran dengan
tatap muka terstruktur kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran berbasis
komputer offline dan pembelajaran secara Online. Kombinasi pembelajaran
juga dapat diterapkan pada integrasi e-learning (Online), menggunakan
komputer di kelas, dan pembelajaran tatap muka di kelas. Bimbingan belajar
perlu diberikan kepada pembelajar sejak awal, agar para pembelajar memiliki
keterampilan belajar kombinasi sejak awal, karena kemampuan ini akan
menjadi alat belajar di masa depan. Peran pengajar sangat penting karena hal
ini memerlukan proses transformasi pengetahuan isi dan blended learning
sebagai alat.

Unsur-unsur Pembelajaran Blended Learning


Mengombinasikan antara tatap muka dan elearning tinggi paling tidak memiliki 6
(enam) unsur, yaitu:
(a) Tatap muka.
(b) Belajar mandiri.
(c) Aplikasi.
(d) Tutorial.
(e) Kerja sama.
(f) Evaluasi.
Pembelajaran tatap muka Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah
dilakukan sebelum ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan Komputer,
pengajar sebagai sumber belajar utama. Pengajar menyampaikan isi pembelajaran,
melakukan tanya jawab, diskusi, memberi bimbingan, tugas-tugas kuliah, dan ujian.
Semua dilakukan secara Sinkron (synchronous), artinya semua pembelajar belajar isi
pembelajaran pada waktu dan tempat yang sama. Beberapa variasi yang dilakukan,
misalnya dosen membagi perkuliahan ke dalam topik-topik yang harus di bahas oleh
mahasiswa di depan kelas, mahasiswa membuat makalah untuk presentasi mahasiswa
sebagai peserta dan melakukan klarifikasi.
KESIMPULAN
Pada dasarnya model pembelajaran e-learning adalah model pembelajaran yang menciptakan
pengalaman belajar dengan mendaya gunakan teknologi informasi dan komunikasi secara
tepat. Tiga kriteria dasar yang ada dalam e-Learning, yaitu: e-Learning bersifat jaringan
elearning dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar
teknologi internet. e-Learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang paling luas. Secara
filosofis e-Learning dapat dipandang sebagai: e-Learning merupakan penyampaian informasi,
komunikasi, pendidikan, pelatihan secara Online. e-Learning menyediakan seperangkat alat
yang dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional, kajian
terhadap buku teks, CDROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab
tantangan perkembangan globalisasi. e-Learning tidak berarti menggantikan model belajar
konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan
content dan pengembangan teknologi pendidikan. Model pembelajaran blended learning
adalah percampuran antara pembelajaran secara tatap muka langsung yang dianggap terbaik
oleh pengajar dengan pembelajaran berbasis Online yang berkembang sesuai dengan sistem
informasi yang diperoleh dari perkembangan teknologi. Model pembelajaran blended learning
termasuk ke dalam model pengolahan informasi (the information processing family) dari empat
kelompok besar, model ini dibentuk agar peserta didik dapat menggunakan olah pikirnya untuk
mengolah dan menggali berbagai informasi sehingga dapat mendapatkan suatu pengetahuan
atau pemahaman tentang konsep tertentu (learning to think by thinking). Model pembelajaran
blended learning mengacu pembelajaran berbasis Teknologi, Informasi, dan Komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA
Abroto, A., Maemonah, M., & Ayu, N. P. (2021). Pengaruh Metode
Blended Learning Dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Sekolah
Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 1993-2000.
Fathullah, S. A. Z. (2020). Penggunaan Model Pembelajaran Blended
Learning Pada Era Revolusi Industri 4.0. Jurnal Socius, 9(1), 61-70.
Gani, A. G. (2018). e-Learning Sebagai Peran Teknologi Informasi
Dalam Modernisasi Pendidikan. JSI (Jurnal Sistem Informasi) Universitas Suryadarma,
3(1), 1-19.
Idris, H. (2018). Pembelajaran model blended learning. Jurnal Ilmiah
Iqra', 5(1).
Sulandari, S. (2020). Analisis terhadap Metode Pembelajaran Klasikal
dan Metode Pembelajaran E-Learning di Lingkungan Badiklat Kemhan. Jurnal
Pendidikan Indonesia, 1(2), 176-187.

Anda mungkin juga menyukai