Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

1. Pengertian E-Learning

Istilah E-Learning begitu tidak asing terdengar, apalagi di masa pandemi Covid-19 sekarang ini.
Sistem pembelajaran jarak jauh menuntut kita untuk memanfaatkan IT atau berbasis teknologi
komputer dan internet. Teknologi pembelajaran seperti ini disebut dengan pembelajaran berbasis
web (Web-Based Instruction). Dalam konteks jaringan, E-Learning didefinisikan sebagai upaya untuk
menghubungkan pembelajaran antara siswa atau mahasiswa dengan sumber belajarnya, seperti
database, pakar/guru/dosen, dan perpustakaan yang secara fisik terpisah dan berjauhan, dimana
interaksi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung melalui sebuah perangkat, seperti gawai,
komputer atau laptop.

Salah seorang ahli yang mendukung pengertian E-Learning sebagai E-Learning Base-Learning adalah
Cisco dan Cornellia yang menjelaskan “e-learning is delivery of content via all electronic media
including internet, internet, externet, satellite, broadcast, audio/video tape, interactive tv, and CD
ROM.” (Muniar, 2012:168).

Pendapat ini serupa dengan definisi e-learning menurut the American Society for Training and
Development (ASTD) yang dikutip oleh Rusman sebagaimana berikut:

“E-Learning is a broad set of applications and processes which include web-based learning,
computer-based learning, virtual and digital classrooms. Much of this is delivered via the internet,
intranets, audio and video tape, satellite broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-
learning varies depending on the organization and how it is used but basically it is involves electronic
means communication, education, and training.”

Selain itu, persepsi bahwa e-learning merupakan Internet based learning didukung oleh beberapa
ahli, menurut Rosenberg, berpendapat bahwa e-learning merupakan penggunaan dan pemanfaatan
teknologi Internet untuk mengirimkan banyaknya solusi dan informasi yang mampu memperluas
pengetahuan dan meningkatkan keterampilan. Kemudian, pandangan tersebut didukung oleh
Fernando Alonso sebagaimana dikutip oleh Lantip Diat Parsojo dan Riyanto yang mengatakan
“Learning Management System (LMS) or e-learning platform are dedicated software tools intended
to offer a virtual Education and/or online training environment.” Dalam pengertian luas, e-learning
dapat dimaknai sebagai kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai macam dan jenis
media elektronik seperti video, televisi, komputer, radio, tape, LCD projector, telepon, dan lain-lain,
sedangkan dalam pengertian sempit, e-learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang
menggunakan fasilitas internet sebagai medianya. Oleh karena itu, e-learning dalam arti sempit juga
seringkali dikenal dengan istilah pembelajaran daring atau dalam jaringan (online learning/online
course) dan virtual learning.

Berdasarkan pengertian E-Learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada intinya e-learning
merupakan proses atau kegiatan pembelajaran dengan menggunakan berbagai jenis alat dan media
elektronik, khususnya gawai, komputer atau laptop dan juga Internet yang bertujuan untuk
menunjang proses pembelajaran mau itu sebagai tambahan, pelengkap, ataupun pengganti.

E-learning dipandang mampu menunjang sebuah proses pembelajaran dan pendidikan karena e-
learning mempunyai setidaknya beberapa karakteristik diantaranya adalah: 1) interaktivitas
(interactivity), yakni ketersediaan jalur komunikasi yang lebih variatif, baik secara langsung
(synchronous) seperti video call, messenger, dan chatting; maupun secara tidak langsung
(asynchronous) seperti mailing list, forum, atau buku tamu; 2) kemandirian (independency), yaitu
terciptanya pembelajaran yang lebih terpusat pada siswa (student-centered learning) karena
adanya fleksibilitas baik dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar, maupun bahan ajar; 3)
aksesibilitas (accessibility), yakni kemudahan untuk mengakses berbagai macam sumber belajar
melalui jaringan internet dengan akses yang lebih cepat dan luas daripada pendistribusian sumber
belajar secara konvensional; dan 4) pengayaan (enrichment), materi-materi yang disajikan melalui
e-learning dapat berperan sebagai pengayaan bagi pembelajar.

2. Perkembangan E-Learning

Pada awalnya, e-learning ini didesain dan dikembangkan untuk keperluan pembelajaran jarak jauh
(distance learning) yang merupakan bentuk alternatif pembelajaran yang dimaksudkan untuk
menyelesaikan permasalahan keterbatasan waktu dan tempat yang dihadapi dalam proses
pembelajaran di dunia pendidikan dan Negara Indonesia salah satunya, di mana e-learning mulai
dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai fasilitas penunjang pembelajaran jarak jauh seiring
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional (SK Mendiknas) No.
107/U/2001 tentang PTJJ (Perguruan Tinggi Jarak Jauh) yang secara spesifik mengizinkan
penyelenggaraan pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh dengan memanfaatkan teknologi
informasi. Lalu, seiring dengan perkembangan zaman, e-learning sudah mulai digunakan untuk
menunjang pembelajaran tatap muka (konvensional), khususnya di tingkat Perguruan Tinggi (PT),
Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Aplikasi e-learning berbasis Web. Sejak tahun ini, LMS (Learning Management System) mulai
dikembangkan menuju aplikasi e-learning berbasis Web secara menyeluruh, baik diperuntukkan bagi
pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. Selain itu, LMS juga mulai
digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya
dengan perpaduan antara video streaming, multimedia, serta penampilan interaktif dalam berbagai
pilihan format data yang lebih standar dan berukuran kecil. Pada tahun 2000, banyak perusahaan di
bidang bisnis yang mulai mengadopsi e-learning sebagai pusat pelatihan bagi pekerjanya. Tools
untuk e-learning sudah mulai banyak ragam yang bermunculan. Kemudian mulai tahun 2010 hingga
sekarang, media sosial mulai banyak digunakan, sehingga e-learning semakin terinspirasi dengan
social media karena dianggap mampu memberikan inovasi dan suasana belajar yang lebih
menyenangkan. Diantara beberapa contoh media sosial yang dimaksud diantaranya adalah
Youtube, Twitter, Instagram, Whatsapp, zoom, Facebook, Skype, Hangout, dan lain-lain.

3. Fungsi E-Learning

Dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran semakin berkembang. Inovasi yang berbentuk
metode dapat berdampak pembaharuan pada sistem pembelajaran serta meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan. Dengan kata lain, metode baru dapat mengubah cara baru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dan dapat menjadi upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Kemudian,
inovasi dalam teknologi perlu ditingkatkan sebab penggunaan teknologi pembelajaran, serta
pengelolaan informasi pendidikan.

Menurut Trianto (2010:17), mengatakan bahwa pembelajaran adalah aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan
sebagai sebuah interaksi antara pengembangan dan pengalaman hidup. Sedangkan, pembelajaran
dalam makna kompleks merupakan usaha sadar dari seseorang tenaga pendidik untuk terdidik, yaitu
untuk mengarahkan sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.

Levie and Lents sebagaimana dikutip oleh Alzhar Arsya (2007:16), mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan
fungsi kompensatoris.

1) Fungsi atensi yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada
isi pelajaran yang berkaitan dengan visual yang ditampilkan atau bisa berupa teks materi
pelajaran. Media gambar atau animasi yang ditampilkan melalui LCD dapat memfokuskan
perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima.
2) Fungsi afektif yaitu dapat terlihat dari keterlibatan emosi dan sikap siswa pada saat
menyimak tayangan materi pelajaran yang disertai dengan visualisasi.
3) Fungsi kognitif terlihat dari kajian-kajian ilmiah yang mengemukakan bahwa lambang visual
bertujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar. Sedangkan,
4) Fungsi kompensatoris dari media pembelajaran adalah membantu pemahaman dan ingatan
isi materi bagi siswa yang lemah dalam membaca

Pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi atau menggunakan berbagai
media disebut dengan media pembelajaran interaktif. Penggunaan media pembelajaran ini
bertujuan untuk membantu para guru dalam penyampaian materi dan juga membantu siswa dalam
memahami materi yang diajarkan. Selain itu, materi pelajaran dapat dimodifikasi menjadi lebih
menarik dan mudah dipahami, serta suasana belajar yang menegangkan menjadi menyenangkan.
Dengan menggunakan media pembelajaran interaktif, membantu tenaga pendidik dan terdidik
menerapkan pola interaktif.

Berdasarkan definisi Hofstetter, bahwa multimedia interaktif adalah pemanfaatan komputer untuk
menggabungkan teks, grafik, audio, gambar/ animasi, dan video menjadi satu kesatuan dengan link
dan tool yang tepat sehingga memungkinkan pengguna dapat melakukan navigasi, berinteraksi,
berkreasi, dan berkomunikasi. Dengan memanfaatkan multimedia dalam kegiatan belajar mengajar,
proses pembelajaran menjadi bervariasi dan inovatif. Peserta didik akan tertarik, dapat mengurangi
rasa bosan, dan akan timbul rasa penasaran. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi khususnya dalam
pembelajaran untuk mengurangi learning loss pada peserta didik.

4. Pemanfaatan Inovasi Pembelajaran Melalui E-Learning

Penelitian ini akan dikaitkan dengan penelitian terdahulu sebagai pendukung keterkaitan dengan
karya tulis ilmiah di atas. Adapun penelitian terdahulu antara lain.

Jurnal ilmiah yang ditulis oleh Yanti Wulan Sari dan E. Kosasih dari Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Artikel ilmiah yang terbit
pada tahun 2019 tersebut memiliki judul “Pemanfaatan Infografis Animasi dalam Pembelajaran
Menulis Teks Eksplanasi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan infografis animasi
sebagai media pembelajaran dapat dijadikan sebagai alternatif dalam keberhasilan pembelajaran
menulis teks eksplanasi. Dalam pembelajaran menulis teks eksplanasi berbantuan infografis animasi,
guru tidak harus menggunakan koran atau majalah yang berkaitan dengan topik. Guru dapat
menyajikan teks eksplanasi secara menarik melalui media infografis animasi yang telah disiapkan.
Dengan demikian, penggunaan infografis animasi akan membantu guru dan siswa dalam
pembelajaran menulis teks eksplanasi (Yanti & E. Kosasih, 2019). Perbedaan artikel ilmiah ini dengan
penelitian pengembangan yang dilakukan penulis ialah terletak pada tujuan penelitian, di mana
penulis menginovasikan media pembelajaran untuk mencegah kejenuhan belajar dan menurunkan
angka Learning Loss, sedangkan artikel ilmiah ini bertujuan sebagai media pembelajaran menulis
teks eksplanasi.

Artikel ilmiah yang ditulis oleh Via Wulandari, Zainul Abidin, dan Henry Praherdhiono dari
Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang dengan judul
Pengembangan Media Pembelajaran EBook Infogrsafis sebagai Penguatan Kognitif Siswa X MIA.
Model pengembangan yang diterapkan pada artikel yang terbit pada tahun 2019 ini adalah model
Sadiman (2014). Model Sadiman (2014) terdiri dari tahap-tahap pengembangan yaitu: (1)
menganalisis kebutuhan dan karakteristik sasaran; (2) menyusun tujuan pembelajaran; (3)
mengembangkan butir materi; (4) merumuskan instrument penilaian produk media; (5) menulis
naskah media; (6) mengadakan tes; (7) revisi; dan (8) produk akhir. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa E-book infografis ini dinyatakan valid untuk diterapkan dalam pembelajaran dengan tingkat
kevalidan dari ahli materi sebesar 93,35% dan dari ahli media sebesar 99,26%. E-book infografis
dikatakan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran mandiri, dilihat dari 41 siswa atau 95,34%
dari populasi mengalami peningkatan nilai post test atas pre test. Terdapat perbedaan penelitian
penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Via Wulandari, Zainul Abidin, dan Henry
Praherdhiono. Pengembangan penelitian yang dilakukan penulis melalui

Anda mungkin juga menyukai