Anda di halaman 1dari 17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Pembelajaran E-learning di Era New Normal

E-Learning adalah merupakan Sistem pembelajaran elektronik atau e-

pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) dapat

didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di

bidang pendidikan berupa website yang dapat diakses di mana saja.

E-Learning merupakan satu istilah yang dapat kita temukan dalam

dunia komputer atau internet. Istilah ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang

berarti ‘electronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi, e-

Learning dapat di terjemahkan sebagai sesuatu sistem pembelajaran yang

mnggunakan perangkat elektronik sebagai medianya.

Selain itu istilah-istilah e-Learning memiliki banyak definisi. Berikut

adalah sebagian di antaranya :

E-Learning merupakan suatu jenis belajar-mengajar yang

memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan

media internet, intranet atau media jaringan komputer lainnya. (Darin E.

Hartley, 2001)

E-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi

elektronik yang mendukung belajar-mengajar dengan media internet, jaringan

komputer, maupun komputer standalone. (LearnFrance.com)

6
7

E-Learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan

cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari

dukungan dan layanan dalam belajar. (Vaughan Waller, 2001)

E-Learning merupakan istilah yang mengacu pada pembelajaran yang

ditunjang dengan teknologi yang menggunakan seperangkat alat pengajaran

den pembelajaran seperti telefon, audio, videotape, telekonferensi, transmisi

satelit. (Soekartawi, 2003)

Menurutt Rosenberg (2001; 28), e-Learning merupakan satu

penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam

jangkauan luas yang berlandaskan tiga kriteria, yaitu :

a. e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui,

menyimpan, mendistribusi dan membagi meteri ajar atau informasi.

b. Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan

menggunakan teknologi internet yang standar.

c. Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di

balik paradigma pembelajaran tradisional.

Dalam pemahaman umum sistem pendidikan adalah jumlah

keseluruhan dari bagian-bagiannya bekerjasama untuk mencapai hasil

diharapkan berdasarkan atas kebutuhan yang ditentukan. Setiap sistem pasti

mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari semua komponen atau bagian-

bagiannya adalah diarahkan untuk tercapainya tujuan tersebut (Mutiani, M.,

Subiyakto, B., Jumriani, J., Aslamiah, A., & Afrina, A., 2019).
8

Proses kegiatan belajar mengajar yang awalnya sistem tatap muka

langsung diberhentikan dan mengganti proses pembelajaran dengan sistem

pembelajaran daring atau e-learning. Pembelajaran dengan metode e-learning

yang keseluruhannya memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran melalui

fasilitas internet sehingga tidak diperlukan tatap muka. Diharapkan meski

pembelajarann melalui moda daring atau e- learning tetap mencapai

keberhasilan pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran ditentukan dari berbagai komponen yang

saling berinteraksi. Komponen pembelajaran, di antaranya dosen, mahasiswa

tujuan, materi, metode, dan strategi pembelajaran. Undang-undang Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen bahwa kompetensi pedagogik adalah

”kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Kompetensi pedagogik

merupakan jenis kompetensi yang perlu dikuasai guru. Kemampuan tersebut

terlihat dari pengelolaan pembelajaran meliputi; pemahaman karakteristik

guru, perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi, dan pengembangan berbagai

potensi peserta didik. Hal ini berarti seorang guru harus mengelola

pembelajaran dengan maksimal meskipun dalam kondisi apapun, baik itu

pembelajaran tatap muka langsung maupun melalui moda daring.

Pembelajaran memiliki beberapa komponen penting didalamnya yang

saling menunjang satu sama lain. Sata komponen yang dimaksud disini adalah

metode pembelajaran. Metode berasal dari Bahasa Inggris yakni method dan

Bahasa Yunani methodos. Methodos berarti sesudah atau melampaui, dan


9

hodos berarti cara atau jalan. Secara istilah, metode dipergunakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Syaharuddin, S., & Mutiani, M.,

2019).

Metode merupakan cara yang dimanfaatkan guru

mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dan

merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran

merupakan satu komponen pembelajaran yang harus digunakan dalam

kegiatan pembelajaran. Penggunaan metode mengajar harus dapat

menciptakan terjadinya interaksi antar peserta didik maupun antara siswa

dengan guru sehingga proses pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal.

Dalam menentukan metode pembelajaran guru hendaknya tidak asal pakai.

Metode yang dipilih dalam pembelajaran memperhatikan ketepatan

(efektivitas) (Syaharuddin, S., & Mutiani, M., 2019). Maka dalam kondisi new

normal ini guru harus menggunakan metode yang sesuai dan lebih

memungkinkan digunakan pada pembelajaran moda daring ini.

E-learning merupakan sistem pembelajaran yang menggunakan

perangkat elektronik sebagai media pembelajarannya. E-learning sendiri

merupakan pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari internet. Dari

pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan pembelajaran

berbasis teknologi internet untuk memudahkan seseorang menerima

pengetahuan dan meningkatkan keterampilan peserta didik maupun

mahasiswa.
10

New normal adalah kebijakan membuka kembali aktivitas dan kegiatan

publik secara terbatas dengan menggunakan standar kesehatan yng

sebelumnya tidak ada, sebelum pandemi. New normal merupakan tahapan

baru setelah kebijakan pembatasan sosial yang diberlakukan untuk mencegah

penyebaran wabah virus Covid 19.

Budaya berkembang seiring dengan adaptasi dengan kondisi

geografisnya untuk menghadirkan yang hebat pengaruh yang unik bagi

kehidupan manusia (Syaharuddin, S., Susanto, H., & Putra, M. A. H., 2020).

New normal ini sendiri kan adalah tatanan baru yang artinya juga merupakan

budaya baru pada saat penyebaran wabah virus Covid 19. Setiap daerah

mempunyai cara berbeda dalam proses adaptasi pada saat new normal,

terutama dalam sektor pendidikan.

Pada saat new normal dalam sektor pendidikan juga perlu penyesuaian

pola pembelajaran yang sesuai dengan kondisi saat ini. Penyesuaian metode

pembelajaran melalui e-learning untuk menghadapi new normal ini bisa

dilakukan dengan tetap menggunakan sumber belajar yang sesuai dan bisa

diaplikasikan dalam e-learning. Ambariah (dalam Ajidayanti, A., & Abbas, E.

W., 2019) menyatakan bahwa sumber studi sosial itu dapat bervariasi. Sumber

studi sosial dapat menggunakan buku sumber belajar, Internet, majalah, koran,

dan lingkungan. Meskipun tidak melakukan pembelajaran tatap muka

langsung, sumber belajar yang digunakan dalam metode e- learning

bermacam-macam. Dalam Putro, H. P. N., & Jumriani, J. (2020) dijelaskan

bahwa pada pembelajaran IPS, buku merupakan satu-satunya sumber belajar


11

yang digunakan pada proses pembelajaran. Itu berarti pada saat proses

pembelajaran melalui e-learning dapat menjadikan buku bentuk softfile pdf

untuk dibagikan kepada peserta didik sebagai bentuk adaptasi metode

pembelajaran ini.

Syaharuddin (dalam Abbas, E. W., Handy, M. R. N., Shaleh, R. M., &

Hadi, N. T. F. W., 2020) menyatakan bahwa menggunakan sumber belajar

dalam bentuk lingkungan sosial-budaya yang plan (RPP) diyakini membuat

pembelajaran lebih bermakna dan bervariasi sehingga tidak membosankan. Itu

berarti guru harus membuat pembelajaran bervariasi meskipun menggunakan

metode e-learning tapi tidak membatasi sumber belajar. Guru harus

memutar otak untuk beradaptasi menghadapi new normal ini.

Adaptasi penggunaan metode pembelajaran melalui e-learning dalam

menghadapi era new normal ini diharapkan tetap bisa mengajarkan

penanaman nilai. Bisa dilakukan dengan meminta peserta didik melihat foto

dan video biografi seseorang. Seperti dengan memberikan contoh biografi

para pemimpin lokal (dalam Wahyuningsih, S., Abbas, E. W., & Mutiani,

M. :2020).

Metode e-learning diharapkan tidak menganggu sistem pembelajaran

dengan tetap melakukan kebiasaan kebiasaan sebelum pandemi, seperti

kebiasaan menulis contohnya. Warmansyah Abbas, E. R. S. I. S. (2020) tetap

melakukan kebiasaan tanpa melabrak protokol kesehatan, setelah melakukan

aktivitas kampus secara daring, kemudian membaca atau menulis lagi. Abbas,

E. W. (2020). Menjelaskan dengan membelajarkan diri menulis dan


12

menjadikan menulis sebagai tugas keseharian. Hal ini dapat dilakukan dalam

penyesuaian melakukan pembelajaran melalui e-learning dalam menghadapi

new normal.

Nilai, budaya, kebiasaan, tradisi dan adat istiadat, dan moral tertentu

yang ada di masyarakat perlu diketahui dan dipelajari oleh peserta didik.

Mengingat sumber belajar bisa datang dari mana saja buku, internet, dan

lingkungan selama itu terkait dengan materi yang diajarkan (Yuniarti, D.,

Subiyakto, B., & Putra, M. A. H. :2020). Itu berarti harus tetap diajarkan

kepada peserta didik meskipun pembelajaran dilakukan melalui e-learning.

Terkait dengan nilai, nilai itu tidak dapat dilihat dalam bentuk fisik, hal

ini dikarenakan nilai adalah harga sesuatu hal yang harus dicari dalam proses

manusia menanggapi sikap manusia yang lain. Nilai pada dasarnya sudah ada

dan terkandung dalam sesuatu, maka dengan pendidikan membantu seseorang

untuk dapat menyadari dengan mencari nilai-nilai mendalam dan memahami

kaitannya satu sama lain serta peranan dan kegunaan bagi kehidupan

(Subiyakto, B., & Mutiani, M., 2019). Hal ini memberi pemahaman bahwa

pendidikan sangat penting, meskipun dalam keadaan dan kondisi apapun

seperti kondisi saat ini pembelajaran hanya melalui e-learning, namun hal ini

tidak mempengaruhi proses belajar, karena sudah banyak metode dan media

pembelajaran melalui moda daring.

Pendidikan adalah wahana bagi siswa untuk mengenali dan

mengembangkan potensi mereka. Melalui pendidikan, peserta didik belajar

dan mencari pengetahuan yang mengakumulasi kekayaan intelektual. Siswa


13

yang membekali diri dengan kecerdasan juga harus peka dan mampu

menghadapi sosial masalah di sekitar mereka (Jamaluddin, J., Syaharuddin, S.,

& Putra, M. A. H. :2020). Itu berarti peserta didik harus peka dan mampu

menghadapi kendala yang terjadi selama pembelajaran daring melalui e-

learning ini.

Pendidikan sendiri modal utama yang harus dimiliki oleh setiap

individu. Dan terkadang masyarakat sering tidak memperdulikan akan

pentingnya program pendidikan, terutama pada kalangan anak remaja

sekarang ini banyak ditemukan karena putus sekolah (Hasanah, M., &

Mutiani, M. :2019). Pada saat new normal ini diharapkan masyarakat

khususnya para orang tua juga ikut beradaptasi terhadap pembelajaran melalui

e-learning, jangan membebankan pekerjaan rumah kepada anak ketika dia

sedang melakukan pembelajaran daring.

Proses adaptasi akan berjalan dengan selaras ketika semuanya

mendukung proses penyesuaian proses belajar, karena sejatinya metode

pembelajaran juga mempengaruhi keberhasilan pencapaian proses belajar

mengajar.
14

BAB III

PEMBAHASAN

B. Langkah-langkah Metode Pembelajaran E-learning

Untuk mengimplementasikan E-Learning ada beberapa langkah yang

harus dilakukan yaitu menentukan strategi pengembangan E-Learning,

menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM), memilih dan mengimplementasi

teknologi, mendefinisikan rencana pengelolaan dan apabila sudah siap semua

dilakukan peluncuran sistem.

1. Strategi pengembangan E-Learning

Strategi pengembangan merupakan langkah mendasar yang harus

dilakukan sebelum menjalankan E-Learning. Dalam langkah ini dilakukan:

a) Analisa

Sebelum memutuskan apakah suatu institusi akan

menyelenggarakan E-Learning atau tidak, harus diputuskan

berdasarkan analisa yang matang. Analisa yang dilakukan didasarkan

pada kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai Lembaga tanpa

mengesampingkan aspek kemampuan dan kesiapan yang dimiliki

suatu institusi, baik dari sisi SDM, biaya, infrastruktur dan kultur yang

ada. Dari Analisa inilah kemudian akan muncul item-item peluang

yang bisa dilakukan dan kelemahan-kelemahan suatu institusi.

b) Grand Design
15

Hasil analisa menjadi pijakan dalam langkah ini, jika dari hasil

analisa diputuskan untuk diselenggarakan E-Learning oleh suatu

institusi, maka hasil Analisa tersebut bisa ditindaklanjuti menjadi suatu

bentuk yang lebih konkret, yaitu berupa grand design sistem yang akan

dijalankan. Grand design merupakan gambaran umum sistem E-

Learning yang akan dijalankan, yang berisi skenario,

Sasaran E-Learning, desain sistem, SDM, mekanisme

pengelolaan termasuk pembiayaanya. Dalam langkah ini juga dibuat

sebuah strategi untuk implementasi E-Learning dan strategi

pengelolaannnya supaya E-Learning yang akan dilakukan bisa

mencapai tujuan.

2. Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM merupakan faktor yang sangat vital dalam implementasi E-

Learning, oleh karena itu perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya sebelum

E-Learning dijalankan. SDM bisa meliputi pengampu

kebijakan/manajemen lembaga beserta staf-stafnya dan SDM pendukung

lainnya (keamanan, kebersihan, dll). Penyiapan SDM bisa dilakukan dari

beberapa aspek, diantaranya adalah paradigma dan skill.

a) Paradigma

Paradigma merupakan cara pandang seseorang terhadap

sesuatu. Terkait E-Learning, SDM suatu institusi harus mempunyai

paradigma bahwa E-Learning menjadi kebutuhan institusi untuk

mencapai visi dan misi institusi, sehingga ELearning harus dilakukan.


16

Paradigma ini tentunya membawa konsekuensi dan menuntut adanya

perubahan, diantaranya adalah perubahan budaya kerja di sebuah

institusi. Pengampu kebijakan tentunya akan membuat kebijakan yang

sesuai dengan kebutuhan untuk menjalankan E-Learning. Begitu juga

para staf, akan menyesuaikan pola kerjanya menjadi pola kerja yang

mendukung keterlaksanaan E-Learning. Inilah yang harus dipahami

bersama, dan masingmasing SDM harus mempunya persepsi yang

sama.

b) Skill

Seperti disebutkan di atas, bahwa untuk menjalankan E-

Learning tidak semudah membalikkan tangan, sehingga skill para

pengampu dan pengelola E-Learning perlu dipersiapkan dengan

sebaik-baiknya. Keahlian atau skill yang harus disiapkan meliputi :

 skill mengelola konten,

 skill mengelola pembelajaran

 skill l mengelola pelaksanaan E-Learning

 skill mengelola infrastruktur E-Learning

3. Pemilihan dan Impelementasi teknologi E-Learning

a) Pemilihan teknologi

Pada langkah ini dimulai proses imlpementasi, yang dimulai

dari pemilihan teknologi yang akan digunakan, yang meliputi:

 teknologi untuk sistem E-Learning,

 teknologi untuk pembuatan konten


17

 teknologi pendukung lainnya seperti teknologi untuk diskusi,

presentasi, dll.

Apa saja yang menjadi pertimbangan saat pemilihan teknologi?

Supaya pemilihan teknologi yang digunakan tidak melenceng,

maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :

a) Rumusan kebutuhan terhadap teknologi, baik terkait konten

maupun sistem E-Learning

b) Kemampuan SDM yang akan menggunakan teknologi

c) Kemampuan atau tinjauan finasial

d) Pengembangan yang akan dilakukan di masa akan dating

e) Implementasi

Pada langkah ini menerapkan apa saja yang direncanakan pada

semua Langkah sebelumnya menjadi sebuah sistem E-Learning, yaitu

mewujudkan sebuah sistem E-Learning beserta konten yang digunakan

untuk pembelajaran. Pada langkah ini juga dilakukan sosialisasi

penggunaan sistem kepada calon pengguna, baik dari sisi akademis

maupun infrastrukturnya.

4. Pengelolaan

Setelah sistem berjalan langkah selanjutnya adalah pengelolaan.

Pengelolaan meliputi pengelolaan sistem E-Learning beserta

perangkat/infrastruktur yang terkait. Pengelolaan ini untuk menjamin

sistem bisa berjalan dan digunakan dengan baik. Pengelolaan juga meliputi
18

pembuatan backup sistem untuk mengantisipasi adanya kerusakan atau

gangguan terhadap sistem.

5. Peluncuran sistem

Pada tahap ini sistem sudah siap digunakan, dan saat sistem

berjalan pengelolaan tetap dilakukan. Selain itu untuk mempermudah para

pemula menggunakan sistem, disediakan pula bantuan atau semacam call

center untuk memberi bantuan jika ada pengguna yang mengalami

kesulitan.

C. Keunggulan dan Kelemahan Metode Pembelajaran E-learning untuk

menghadapi Era New Normal.

Era digital dan wabah COVID-19 telah membawa dampak yang besar

dalam kehidupan masyarakat. Wabah yang menelan jutaan nyawa di seluruh

dunia ini pun membuat masyarakat seolah-olah dipaksa harus melakukan

perpindahan/migrasi dari proses pembelajaran tradisional ke model

pembelajaran digital yang dikenal dengan e-Learning untuk menjaga proses

pendidikan dan pembelajaran tetap berjalan dengan baik dan maksimal.

Dengan menjalani proses pembelajaran yang berbasis digital seperti metode

pembelajaran baru di Indonesia yang semakin banyak dimanfaatkan karena

mengikuti anjuran pemerintah Indonesia untuk mengubah pembelajaran agar

siswa tidak terkena dampak COVID-19. Kini, COVID-19 memang sudah

mulai mereda, tapi kita dihadapkan dengan proses pemulihan yang dikenal

dengan New Normal.


19

Pada transisi ini, kondisi masih belum 100% aman bagi kesehatan

siswa, maka dari itu, banyak sekolah yang masih menjalankan proses belajar

e-Learning. Padahal, e-Learning tidaklah harus ditinggalkan meskipun

kehidupan kembali sebelum adanya COVID-19. Karena, pada dasarnya dalam

penerapan e-learning di sekolah/kampus dapat menjadi salahs satu metode

pembelajaran yang dapat menghemat sumber daya dan waktu.

Anda pasti sudah lebih sering menemukan orang tua yang mengeluh

anaknya tidak belajar semenjak diberlakukannya sistem e-Learning. Apakah

ketika ada kejadian ini, e-Learning adalah penyebabnya? Tidak, ini bukan

penyebab dari tidak belajarnya Anak Anda. Namun, hali ini terjadi karena

minimnya pengawas dan tidak tegasnya orang tua yang seharusnya

mendampingi anak selama proses e-Learning.

Untuk Anda ketahui, berikut adalah keunggulan penerapan e-learning:

1. Dapat diakses dengan mudah dengan berbekal perangkat yang dimiliki

oleh pelajar.

Saat ini, hampir semua orang memiliki smartphone. Dalam

menjalani proses belajar dalam e-Learning, mereka cukup menggunakan

smartphone/tablet maupun laptop. Perangkat-perangkat apa pun yang

terhubung dengan internet tersebut dapt dijadikan alat agar bisa mengakses

materi dari pengajar di rumah. Meskipun demikian, akses internet tidaklah

terbatas, artinya pelajar tetap bisa mengerjakan di sawah sekali pun selama

terhubung dengan internet.


20

2. Mengurangi biaya

Tentunya, orang tua ingin mendapatkan pendidikan yang lebih

murah pada masa krisis seperti ini. Dengan adanya e-Learning, orang tua

dapat menekan biaya pengeluaran karena materi tidak lagi harus dicatat

pada buku. Orang tua juga tidak perlu bingung untuk membelikan pelajar

tas yang mahal atau buku LKS. Karena materi tersimpan dan dikirimkan

secara digital, jika sebelumnya dalam 1 semester membutuhkan banyak

buku tulis dan tugas, hadirnya e-Learning dapat menekan pengeluaran

untuk buku-buku tersebut.

3. Waktu belajar fleksibel dan pengawasan dilakukan oleh orang tua

Kebanyakan pelajar mengatakan bahwa mereka tidak memiliki

waktu belajar yang cukup. Namun, dengan menjalani proses pembelajaran

e-Learning ini, pelajar lebih memiliki waktu untuk belajar dengan fokus.

Mereka tidak harus membuang waktu karena harus menghadapi

kemacetan dan juga tidak memiliki waktu untuk nongkrong setelah pulang

sekolah yang sifatnya hanya membuang-buang waktu. e-Learning

memiliki waktu tak terbatas yang dapat dimanfaatkan oleh pelajar. Satu

hal yang penting pula, pengawasan orang tua terhadap anaknya menjadi

lebih maksimal. Karena, orang tua dapat langsung mendampingi pelajar

untuk mengikuti pelajaran atau untuk mengerjakan tugas.

Kelemahan penerapan pembelajaran melalui e-learning untuk

menghadapi New Normal :


21

1. Keterbatasan akses internet

Salah satu kekurangan metode pembelajaran e-learning adalah

terbatasnya akses internet. Jika Anda berada di daerah yang tidak

mendapatkan jangkauan internet stabil, maka akan sulit bagi Anda

untuk mengakses layanan e-learning. Hal ini tentunya masih banyak

terjadi di Indonesia mengingat beberapa daerah 3T (tertinggal,

terdepan, dan terluar) masih belum terjangkau akses internet. Selain

itu, harga pemakaian data internet juga masih dirasa cukup mahal

untuk beberapa kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan

kemampuan untuk memanfaatkan e-learning masih dianggap sebagai

suatu keistimewaan.

2. Berkurangnya interaksi dengan pengajar

Beberapa metode pembelajaran e-learning bersifat satu arah.

Hal tersebut menyebabkan interaksi pengajar dan siswa menjadi

berkurang sehingga akan sulit bagi Anda untuk mendapatkan

penjelasan lebih lanjut mengenai materi yang sukar dipahami.

3. Pemahaman terhadap materi

Materi yang diajarkan dalam e-learning direspon berdasarkan

tingkat pemahaman yang berbeda-beda, tergantung kepada

kemampuan si pengguna. Beberapa orang mungkin dapat menangkap

materi dengan lebih cepat hanya dengan membaca, namun ada juga
22

yang membutuhkan waktu lebih lama sampai benar-benar paham.

Bahkan ada juga yang membutuhkan penjelasan dari orang lain agar

dapat memahami materi yang dipelajari.

4. Minimnya Pengawasan dalam Belajar

Kurangnya pengawasan dalam melakukan pembelajaran secara

daring membuat pengguna e-learning kadang kehilangan fokus.

Dengan adanya kemudahan akses, beberapa pengguna cenderung

menunda-nunda waktu belajar. Perlu kesadaran diri sendiri agar proses

belajar dengan metode daring menjadi terarah dan mencapai tujuan.

Anda mungkin juga menyukai