Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MINGGU 15

PEMANFAATAN TIK DALAM PENDIDIKAN

HANIFA SEPTIA RAZULI

NIM 21002059

MATA KULIAH : DASAR- DASAR ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
A. Peranan TIK Dalam Pendidikan

Terdapat 6 peranan TIK dalam bidang pendidikan, antara lain :

1. TIK sebagai skill dan kompetensi

Penggunaan TIK harus proporsional maksudnya TIK bisa masuk ke semua lapisan masyarakat
tapi sesuainya dengan porsinya masing-masing.

2. TIK sebagai infratruktur pembelajaran

Tersedianya bahan ajar dalam format digital The network is the school Belajar dimana saja dan
kapan saja

3. TIK sebagai sumber bahan belajar

Ilmu berkembang dengan cepat Guru-guru hebat tersebar di seluruh penjuru dunia Buku dan bahan
ajar diperbaharui secara kontinyu Inovasi memerlukan kerjasama pemikiran Tanpa teknologi,
pembelajaran yang up-to-date membutuhkan waktu yang lama

4. TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran

Penyampaian pengetahuan mempertimbangkan konteks dunia nyata, Memberikan ilustrasi


berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar, Pelajar
melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih luas dan mandiri, Akuisisi
pengetahuan berasal dari interaksi mahasiswa dan guru. Rasio antara pengajar dan peserta didik
sehingga menentukan proses pemberian fasilitas

5. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran

Tiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti tiap harinya, Transaksi dan
interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan pengelolaan back office yang kuat, Kualitas
layanan pada pengeekan administrasi ditingkatkan secara bertahap, Orang merupakan sumber daya
yang bernilai

6. TIK sebagai sistem pendukung keputusan


Tiap individu memiliki karakter dan bakat masing-masing dalam pembelajaran Guru
meningkatkan kompetensinya pada berbagai bidang ilmu. Profil institusi pendidikan diketahui
oleh pemerintah.

Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Berbasis E-Learning

Menurut Corey dalam (Trianto, 2009) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap sesuatu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) Nomor 2 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dan sumberbelajar pada suatu lingkungan belajar (Kosmiyah,
2012).

Menurut (Djamarah, 1996), pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional


atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan
sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dalam pembelajaran metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi
dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.

B. Pembelajaran pada metode konvesional

Pembelajaran pada metode konvesional peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan
guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada peserta
didik. Yang sering digunakan pada pembelajaran konvensional antara lain metode ceramah,
metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan.

Pada saat sebelum pandemi covid 19 sebagian besar lembaga pendidikan dasar dan menengah
masih memakai metode ini walaupun metode ini banyak kekurangan namun masih dianggap
efektif untuk digunakan. Walaupun sebelum pandemi metode pembelajaran konvensional masih
digunakan namun tetap menggunakan teknologi sehingga pembelajaran tetap bisa berlangsung
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Sedangkan istilah E-Learning memiliki definis yang sangat luas. E-Learning terdiri dari dua
huruf e yang merupakan singkatan dari elektronic dan kata learning yang artinya pembelajaran.
dengan demikian e-learning bisa diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan
perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. Fokus paling penting dalam e-learning
adalah proses belajarnya (learning) itu sendiri, dan bukan pada “e” (elektronic) karena elektronic
hanyalah sebagai alat bantu saja. Pelaksanaan e-learning menggunakan bantuan audio, video, dan
perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya (Munir, 2009).

Istilah e-learning dapat pula didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi infor- masi yang
diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk pembelajaran yang berlangsung dalam bentuk dunia
maya. Definisi e-learning sendiri sebenarnya sangatlah luas bahkan sebuah portal yang
menyediakan informasi tentang suatu topik dapat tercakup dalam lingkup e-learning ini. Namun,
istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses
pembelajaran yang ada di sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan serta pelatihan ke
dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet.

Dalam teknologi e-learning, semua proses pembelajaran yang biasa didapatkan di dalam
sebuah kelas dilakukan secara live namun virtual. Artinya pada saat yang sama seorang pengajar
mengajar di depan sebuah komputer yang ada di suatu tempat, sedangkan pembelajar
mengikuti pembelajaran tersebut dari komputer lain di tempat yang berbeda. Dalam hal ini,
secara langsung pengajar saling berkomunikasi dan saling berinteraksi pada waktu yang sama
namun tempat yang berbeda. Adakalnya juga interaksi bisa dilakukan pada waktu yang berbeda,
misalkan pengajar sudah menyiapkan bahan ajar yang akan disampaikan terlebih dahulu kemudian
peserta didik mengunduh bahan tersebut melalui internet pada waktu yang tidak bersamaaan. E-
learning juga mencakup banyak hal di luar lingkup teknologi internet itu sendiri, kurikulum,
desain dan pengembangan e-learning, manajemen e-learning dan etika pembelajaran. Istilah e-
learning digunakan untuk mendukung usaha-usaha pembelajaran lewat teknologi komputer
dengan internetnya.

2. Pengertian Blended Learning


Penggunaan aplikasi teknologi informasi (e-learning) sebagai media pembelajaran
sudah semakin sering ditemui dalam pendidikan. Konsep e-learning tentunya memberi nuansa
baru bagi proses pendidikan yang selama ini hanya bertumpu pada eksistensi guru. Menurut
(Mayer, 2009) bahwa e-learning adalah pembelajaran yang disajikan dengan bantuan komputer.
Huruf “e” dalam e-learning bermakna bahwa materi yang diberikan berbentuk digital sehingga
dapat disimpan dalam perangkat elektonik. E-learning memberi ilustrasi bahwa dengan adanya
teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, pembelajaran menjadi lebih terbuka
(open) dan fleksibel (flexible), terjadi kapan saja, dimana saja dan dengan dan kepada siapa saja
di lokasi mana saja (distributed), berbasis komunitas.

Menurut Castle and Mc Guire dalam (Syarif, 2012) e-learning mampu meningkatkan
pengalaman belajar sebab peserta didik dapat belajar dimanapun dan dalam kondisi apapun selama
dirinya terhubung dengan internet tanpa harus mengikuti pembelajaran tatap muka (face to face
learning). Blended learning adalah suatu pendekatan yang fleksibel untuk merancang program
yang mendukung campuran dari berbagai waktu dan tempat untuk belajar.

Menurut Rovai and Jordan dalam (Sa'ud, Udin Saefudin , 2008 ) model blended
learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara
tatap muka (face to face learning) dan secara virtual (e-learning). Pembelajaran online atau e-
learning dalam blended learning menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas
tradisional yang menggunakan model tatap muka (face to face learning). Lewat model blended
learning, proses pembelajaran akan lebih efektif karena proses belajar mengajar yang biasa
dilakukan (konvensional) akan dibantu dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini
berdiri di atas infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun (any time) dan
dimanapun (any where), blended learning bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada
diantara peserta didik dan guru namun juga meningkatkan interaksi diantara kedua belah pihak.

Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna


karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Sedangkan (Driscoll) menyebutkan
empat konsep mengenai pembelajaran blended learning yaitu:

 Blended learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan atau menggabungkan


berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai tujuan pendidikan.
 Blended learning merupakan kombinasi dari berbagai pendekatan pembelajaran
(seperti behaviorisme, konstruktivisme, kognitivis-me) untuk menghasilkan suatu
pencapaian pembelajaran yang optimal dengan atau tanpa teknologi pembelajaran.

 Blended learning juga merupakan kombinasi banyak format teknologi pembelajaran,


seperti video tape, CD-ROM, web-based training, film dengan pembelajaran tatap muka.

 Blended learning menggabungkan teknologi pembelajaran dengan perintah tugas kerja


aktual untuk menciptakan pengaruh yang baik pada pembelajaran dan tugas.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang
mengkombinasikan antara tatap muka yaitu pembelajaran yang dilakukan secara konvensional
dengan metode ceramah, penuguasan, tanya jawab dan demontrasi, dan pembelajaran yang
dilakukan secara online dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk
mendukung belajar mandiri serta memungkinkan peserta menjadi lebih aktif dan memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Blended Learning
memiliki dari tiga komponen penting yaitu “

 Pembelajaran dengan tatap muka

 Pembelajaran secara online

 Belajar mandiri.

Melalui blended learning dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk
terjadinya interaksi antara sesama peserta didik, dan peserta didik dengan pendidiknya tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu.

Anda mungkin juga menyukai