Anda di halaman 1dari 10

“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED

LEARNING SEBAGAI ALTERNATIF SOLUSI UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DI ERA NEW
NORMAL”

OLEH :
KELOMPOK 4
1. IGA SAFITRI (E1R018032)
2. NIRMALA SARI (E1R018060)
3. L. RIKI GITA SUKMA (E1R018042)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

2.1.1 Definisi Model Pembelajaran Blended Learning

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan


prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain model pembelajaran adalah
rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik,
menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang jelas. Model pembelajaran
sangat efektif dalam upaya peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar, karena
pada kegiatan pembelajaran siswa di tuntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran
serta diharapkan menggunakan kemampuan berpikir tinggi, mengasah kekompakan
dan kebersamaan dalam sebuah tim/ kelompok.

Pada awalnya istilah Blended learning juga dikenal dengan konsep


pembelajaran hiprida yang memadukan pembelajaran tatap muka, online dan offline
namun akhir ini berubah menjadi blended learning. Blended artinya campuran atau
kombinasi sedangkan learning adalah pembelajaran. Pendapat pula dinyatakan oleh
Graham bahwasa blended learning merupakan perpaduan atau kombinasi dari
berbagai pembelajaran yaitu mengkombinasikan pembelajaran tatap muka (face to
face) dengan konsep pembelajaran tradisional yang sering dilakukan oleh praktisi
pendidikan dengan melalui penyampaian materi langsung pada siswa dengan
pembelajaran online dan offline yang menekankan pada pemanfaatan teknologi.

Model pembelajaran blended adalah suatu model pembelajaran yang


mengkombinasikan metode pengajaran face to face dengan metode pengajaran
berbantukan komputer baik secara offline maupun online untuk membentuk suatu
pendekatan pembelajaran yang berintegrasi. Dahulu, materi-materi berbasis digital
telah dipraktekkan namun dalam batas peran penopang, yaitu untuk mendukung
pengajaran face to face. Tujuan blended learning adalah untuk memberikan
pengalaman pembelajaran yang paling efektif dan efesien (Idris, 2011)

2.1.2 Karakteristik dan Tujuan Blended Learning

Adapun karakteristik dan tujuan blended learning menurut (Prayitno, 2016) yaitu:

a. Karakteristik Blended Learning

 Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,


model pendidikan, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis
teknologi yang beragam.

 Sebagai sebuah kombinasi pendidikan langsung (face to face), belajar


mandiri, dan belajar mandiri via online.

 Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara


penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

 Pendidik dan orangtua peserta didik memiliki peran yang sama


penting, pendidik sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung

b. Tujuan Blended Learning

 Membantu pendidik untuk berkembang lebih baik didalam proses


belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.

 Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan pendidik


untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus
berkembang

 Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi pendidik, dengan


menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online.
Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para siswa dalam
pengalaman interaktif. Sedangkan kelas online memberikan pendidik,
sedangkan porsi online memberikan para siswa dengan konten
multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana
saja selama pendidik memiliki akses internet

2.1.3 Komponen Blended Learning

Menurut ( istininingsih & Hasbullah, 2015) blended learning mempunyai


3 komponen pembelajaran yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran
belnded learning. Komponen-komponen itu terdiri dari

a. Online Learning

Online learning adalah lingkungan pembelajaran yang


mempergunakan teknologi intranet dan berbasis web dalambmengakses
materi pembelajaran dan memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran antaravsesama peserta didik atau dengan pengajar dimana
saja dan kapan saja.
Online learning merupakan salah satu dari komponen blended learning,
dimana online learning memanfaatkan internet sebagai salah satu sumber
belajar. Online learning mempergunakan teknologi Internet, intranet, dan
berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran

b. Pembelajaran Tatap Muka

Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu komponen dalam


blended learning, pembelajaran tatap muka siswa dapat lebih
memperdalam apa yang telah dipelajari melalui online learning, ataupun
sebaliknya online learninguntuk lebih memperdalam materi yang
diajarkan melalui tatap muka.

c. Belajar Mandiri

Belajar mandiri adalah proses belajar diaman peserta didik


memegang kendali atas pengambilan keputusan terhadap kebutuhan
belajarnya dengan sedikit memperoleh bantuan dari guru atau instruktur.
Belajar mandiri mrupakan salah satu komponen dalam blended learning,
karena dalam online learning didalamnya terjadi proses belajar mandiri,
karena peseta didik dapat belajar mandiri melalui online learning

Penerapan blended learning pada proses pembelajaran akan


membantu untuk siswa mengakomodasi gaya belajar mereka masing-
masing. Mereka yang memiliki gaya belajar visual dan audio akan
diberikan kesempatan memperoleh ilmu tidak hanya saat pembelajaran di
kelas secara tatap muka dengan guru akan tetapi mereka juga dapat
memperoleh ilmu saat berada di luar kelas secara online baik melalui
internet maupun berkomukasi dengan guru. Kemudian untuk siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik akan dapat memperoleh ilmu pula saat
pembelajaran (Wardani, Anselmus J.E, Toenlioe, & Wedi, 2017)

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Blended Learning

● Kelebihan Blended Learning:

a. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya


memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.

b. Pembelajaran lebih efektif dan efisien.

c. Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya Blended Learning maka


peserta belajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.

● Kekurangan Blended Learning:

a. Media yang dibutuhkan sangat beragam sehingga, sulit diterapkan apabila


sarana dan prasarana tidak mendukung.

b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan


akses internet. Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses internet
yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan
peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi.

d. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan


akses internet.

2.1.5 Pengertian Hasil Belajar Matematika

Kata atau istilah belajar bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat di kenal
secara luas, namun dalam pembahasan belajar ini masing-masing ahli memiliki
pemahaman dan defenisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-
masing orang sudah sangat memahami apa yang di maksud belajar tersebut.
Belajar matematika yaitu suatu proses untuk memahami suatu konsep (materi)
tentang matematika harus memahami konsep (materi) sebelumnya, karena pada
pembelajaran matematika memerlukan tahapan-tahapan dari hal-hal yang lebih
mudah menuju hal-hal yang lebih sulit, hal ini untuk mempermudah siswa dalam
memahami suatu konsep atau materi. Hasil belajar matematika yaitu hasil akhir
yang dimiliki atau diperoleh siswa setelah ia mengalami proses belajar
matematika yang ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau simbol atau angka,
dan hal ini biasa dijadikan tolak ukur berhasil atau tidaknya siswa tersebut dalam
pembelajaran matematika (Firmansyah, 2015)

2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN


1. Pada penelitian yang dilkakukan oleh Akhbar Galang M, Wahyuni Suryaningtiyas
dan Febriana Kristanti yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Blended
Leraning terhadap Hasil Belajar Matematika Kelas VIII di Smpn 38 Surabaya “ dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran blended learning berpengaruh positif dan
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan
positif hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil belajar
siswa pada kelas ekperimen lebih baik daripada hasil belajar siswa pada kelas kontrol.
Pada hasil angket respon siswa, terlihat bahwa 42% siswa (pada pernyataan angket
positif ) sangat setuju dan 32% setuju dengan penggunaan model pembelajaran
blended learning dalam pembelajaran matematika, hal tersebut menunjukkan bahwa
banyak siswa pada kelompok kelas eksperimen merespon baik terhadap penggunaan
model pembelajaran blended learning dalam pembelajaran matematika di kelas.
2. Penelitiaan dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Blended
Learning terhadap Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Sma
Negeri 1 Singaraja” yang dilakukan oleh I.M.K Wijaya, G. Suweken dan N.M.S.
Mertasari menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran
blended learning terhadap motivasi dan prestasi belajar matematika siswa. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya motivasi berprestasi siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan blended learning lebih baik daripada motivasi berprestasi siswa
yang mengikuti model pembelajaran konvensional, prestasi belajar matematika siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran blended learning lebih
baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran
konvensional, dan juga terdapat perbedaan motivasi berprestasi dan prestasi belajar
matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
blended learning dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
3. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasbullah dengan judul penelitian “Blended
Learning, Trend Strategi Pembelajaran Matematika Masa Depan” menyimpulkan
bahwa pembelajaran blended learning dapat digunakan sebagai alternative dalam
strategi pembelajaran matematika karena dapat menggabungkan kegiatan
pembelajaran konvensional di kelas dengan pembelajaran online menuju kemandirian
belajar.
4. Penelitian dengan judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matriks dengan Pembelajaran
Blended Learnig Berbantuan Google Classroom di Kelas XI Ips Sma Negeri 7
Yogyakarta” yang dilakukan oleh Maria Ernawati Millatana menyebutkan bahwa
penelitian tersebut berdasarkan hasil pengamatan dan hasil tes, pada saat kondisi awal
banyaknya peserta didik yang tuntas adalah 17% nilainya masih kurang dari 75%,
artinya pembelajaran belum dikatakan efektif. Hal tersebut juga terjadi pada akhir
siklus I dengan persentase keefektivan belum dapat dikatakan efektif. Namun pada
akhir siklus II, banyaknya peserta didik yang tuntas adalah 100% artinya
pembelajaran dengan model blended learning dengan berbantuan google classroom
sudah efektif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ditinjau dari kondisi awal, siklus I,
sampai dengan akhir siklus II telah terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik.
5. Siti Aminah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Matematika
Diskrit dengan Blended Learning terhadap Hasil Belajar” menyimpulkan bahwa
pembelajaran blended learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar pada
tingkat kepercayaan 95%. Model pembelajaran blended matematika diskrit dikatakan
valid dengan nilai 3,58. Model pembelajaran blended matematika diskrit dapat
dikatakan praktis dengan nilai 3. Berdasarkan angket yang dibagikan ke mahasiswa,
model pembelajaran blended matematika diskrit dikatakan hampir efektif bagi
mahasiswa dengan nilai rata-rata 2,9 dari seluruh indikator.
6. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yunika Lestari Ningsih, Misdalina, dan
Marhamah dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar dan Kemandirian Belajar
Metode Statistika melalui Pembelajarann Blended Learning” menyimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar metode statistika mahasiswa yang mendpat pembelajatran
blended learning lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran biasa,
baik ditinjau secara keseluruhan maupun berdasarkan level KAM, peningkatan
kemandirian belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran blended learning lebih
baik daripada mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran biasa, untuk keseluruhan
mahasiswa, level KAM tinggi dan sedang. Sedangkan pada KAM rendah,
peningkatan kemandirian belajar mahasiswa yang mendapat pembelajaran blended
learning tidak lebih baik daripada mahasiswa yang mendapat pembelajaran biasa.
2.3 KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran di masa pandemi


tidak ideal

Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, jenuh dan bosan,

Kesulitan belajar secara mandiri, tidak Guru kesulitan dalam Penggunaan


memahami materi yang diberikan media, beradaptasi

Hasil Belajar Siswa

Penerapan model pembelajaran


blended learning

Pembelajaran Online Pembelajaran tatap muka

2.4 HIPOTESIS
DAFTAR PUSTAKA

References
istininingsih , S., & Hasbullah. (2015). Blended learning, trend strategi pembelajaran masa
depan. Jurnal elemen vol 1 no 1, 53-55.

Abdullah, W. (2018). Model blended learning dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran.


Jurnal pendidikan dan menejemen Islam vol.7 no 1, 859.

Firmansyah, D. (2015). Pengaruh strategi pembelajaran dan minat belajar terhadap hasil belajar
matematika. Dani . Jurnal pendidikan unsika. Vol.3 No 1, 36-37.

Idris, H. (2011). Pembelajaran model blended learning Vol. 5 no 1. Jurnal iqra', 62.

Prayitno, W. ( 2016). Implementasi blended learning dalam pembelajaran pada pendidikan dasar
dan menengah. jurnal teori dan praktis pembelajaran Vol.1, 73.

Wardani, D. n., Anselmus J.E, Toenlioe, & Wedi, A. (2017). Daya tarik pembelajaran di era 21
dengan blended learning. JKTP vol.1, 17.

Anda mungkin juga menyukai