Anda di halaman 1dari 9

MODEL PADA MICROTEACHING

MODEL PEMBELAJARAN BLANDED LEARNING

Dikerjakan oleh,

Nama : Sakinah Qurrota Aini

NPM : 2011050309

Kelas : 6D

A. TEORI dan KONSEP MODEL PEMBELAJARAN BLANDED LEARNING

1. Pengertian dan Prinsip Model Pembelajaran Blended Learning


Blended Learning adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan
penggunaan teknologi digital dengan pembelajaran tatap muka di kelas. Dalam blended
learning, siswa dapat belajar dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang
tersedia secara daring, seperti video pembelajaran, materi pembelajaran berbasis web, atau
tutorial daring, serta melengkapi pembelajaran tatap muka di kelas dengan diskusi, tanya
jawab, dan kegiatan praktik.

Beberapa prinsip dasar blended learning antara lain:


1) Menggabungkan pembelajaran online dan offline: Blended learning
mengintegrasikan penggunaan teknologi dengan pembelajaran tatap muka di
kelas, sehingga siswa dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran yang
tersedia secara daring dan melengkapi pembelajaran di kelas dengan diskusi dan
kegiatan praktik.
2) Mengoptimalkan pengalaman belajar siswa: Blended learning memberikan
kesempatan bagi siswa untuk memilih cara belajar yang paling sesuai dengan
gaya belajar mereka sendiri, dengan memanfaatkan media pembelajaran daring
yang beragam.
3) Meningkatkan partisipasi siswa: Blended learning memberikan kesempatan bagi
siswa untuk belajar secara mandiri dan berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam
belajar.
4) Memberikan umpan balik secara cepat dan efektif: Blended learning
memungkinkan siswa mendapatkan umpan balik secara cepat dan efektif melalui
media daring, seperti sistem pengukuran otomatis atau forum diskusi daring.
5) Menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa: Blended learning
memungkinkan guru menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa,
sehingga siswa dapat belajar dengan tempo dan gaya yang sesuai dengan
kemampuan dan minat mereka sendiri.
6) Dengan menerapkan prinsip-prinsip di atas, blended learning diharapkan dapat
memberikan pengalaman belajar yang lebih beragam, fleksibel, dan menarik bagi
siswa, serta membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan
yang lebih relevan dengan kebutuhan mereka di masa depan.

2. Kelebihan dan kekurangan Blended Learning


Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran blended
learning:
Kelebihan:
1) Fleksibilitas waktu dan tempat: Siswa dapat mengakses materi pembelajaran
secara online dan belajar sesuai dengan jadwal dan tempat yang sesuai dengan
kebutuhan mereka.
2) Diversifikasi materi pembelajaran: Blended learning memungkinkan penggunaan
berbagai media pembelajaran, seperti video, presentasi, gambar, dan teks yang
dapat menarik minat siswa dan membantu mereka memahami materi dengan lebih
baik.
3) Menstimulasi belajar aktif: Dalam pembelajaran blended learning, siswa dapat
memilih metode belajar yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka sendiri,
sehingga meningkatkan partisipasi dan motivasi belajar.
4) Memudahkan guru dalam memberikan umpan balik: Blended learning
memungkinkan guru memberikan umpan balik secara cepat dan efektif, sehingga
siswa dapat memperbaiki kesalahan dan meningkatkan pemahaman mereka
dengan lebih baik.
5) Memungkinkan kustomisasi pembelajaran: Blended learning memungkinkan guru
menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran dengan kebutuhan siswa,
sehingga membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik.

Kekurangan:

1) Membutuhkan akses internet dan teknologi: Blended learning memerlukan


koneksi internet dan perangkat teknologi, seperti komputer atau tablet, yang dapat
menjadi hambatan bagi siswa yang tidak memiliki akses atau perangkat yang
memadai.
2) Menuntut keterampilan digital: Blended learning memerlukan keterampilan
digital yang memadai untuk memanfaatkan media pembelajaran secara efektif,
sehingga siswa yang kurang terampil dalam teknologi dapat mengalami kesulitan
dalam memanfaatkan pembelajaran online.
3) Membutuhkan perencanaan yang matang: Blended learning memerlukan
perencanaan dan persiapan yang matang dari guru, sehingga kurangnya persiapan
dan perencanaan yang memadai dapat mengurangi efektivitas pembelajaran.
4) Kurangnya interaksi sosial: Blended learning dapat mengurangi interaksi sosial
antar siswa dan guru, sehingga dapat mengurangi kegiatan sosial dan
pengembangan keterampilan sosial siswa.
5) Kurangnya pengawasan: Blended learning dapat memperbesar kemungkinan
siswa untuk melakukan plagiarisme atau tidak bekerja dengan serius karena
kurangnya pengawasan dari guru.

3. Perbedaan Model Blanded Learning dengan Model Pembelajaran Lainnya

Berikut adalah perbedaan antara blended learning dengan beberapa model pembelajaran
lainnya:

1) Perbedaan dengan Pembelajaran Konvensional: Blended learning


memadukan pembelajaran online dan offline, sementara pembelajaran
konvensional hanya dilakukan secara tatap muka di kelas.

2) Perbedaan dengan Pembelajaran Online: Blended learning


mengombinasikan pembelajaran online dan tatap muka di kelas, sementara
pembelajaran online dilakukan secara sepenuhnya melalui platform
pembelajaran digital.

3) Perbedaan dengan PBL: Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)


menekankan pada pemecahan masalah dan belajar melalui proyek,
sementara blended learning lebih menekankan pada penggabungan
pembelajaran online dan offline.

4) Perbedaan dengan Flipped Classroom: Flipped classroom membalik


urutan pembelajaran di mana siswa belajar materi terlebih dahulu secara
online sebelum bertemu dengan guru di kelas untuk membahas materi
tersebut. Sementara itu, blended learning mencakup penggunaan
pembelajaran online dan offline dalam proporsi yang lebih seimbang.

5) Perbedaan dengan Cooperative Learning: Cooperative learning adalah


metode belajar di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil untuk
mencapai tujuan pembelajaran bersama-sama. Sedangkan, blended
learning memadukan pembelajaran online dan offline dan tidak selalu
melibatkan kerja kelompok.
B. LANGKAH-LANGKAH DAN IMPLEMENTASI BLANDED LEARNING

1. Tahapan Model Blanded Learning

Berikut adalah beberapa langkah-langkah implementasi blended learning:

1) Identifikasi tujuan pembelajaran: Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin


dicapai melalui blended learning, baik untuk siswa maupun untuk guru.
2) Pilih platform pembelajaran: Pilih platform pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan pembelajaran, seperti platform pembelajaran daring atau aplikasi
pembelajaran. Pastikan platform tersebut dapat memfasilitasi pembelajaran online
dan offline.
3) Identifikasi konten pembelajaran: Identifikasi konten pembelajaran yang akan
disajikan secara online dan offline. Sesuaikan dengan kurikulum dan tujuan
pembelajaran.
4) Rancang pembelajaran: Rancang pembelajaran online dan offline dengan
menggabungkan berbagai metode dan teknologi pembelajaran yang sesuai dengan
konten dan tujuan pembelajaran.
5) Lakukan uji coba: Lakukan uji coba terhadap materi dan teknologi pembelajaran
yang telah dirancang sebelum mengimplementasikan ke dalam kelas.
6) Komunikasikan dengan siswa: Komunikasikan dengan siswa mengenai
penggunaan platform pembelajaran dan teknologi yang digunakan, serta tentang
bagaimana mereka dapat memanfaatkannya secara maksimal.
7) Monitor dan evaluasi: Monitor dan evaluasi proses dan hasil pembelajaran secara
berkala untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di masa
mendatang.
8) Libatkan siswa secara aktif: Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi dan metode pembelajaran yang interaktif dan
kreatif, sehingga siswa dapat merasa terlibat dan termotivasi dalam proses
pembelajaran.

2. Peran Guru dan Peran Siswa dalam Model Pembelajaran Blended Learning
Dalam model pembelajaran blended learning, peran guru dan siswa berbeda dengan
model pembelajaran konvensional. Berikut adalah peran guru dan siswa dalam model
pembelajaran blended learning:
1. Peran Guru
 Sebagai fasilitator pembelajaran: Guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran
yang memfasilitasi pembelajaran online dan offline. Guru memberikan materi
pembelajaran secara online dan offline, serta membimbing siswa dalam
memahami dan menerapkan materi tersebut.
 Menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif: Guru bertanggung jawab
untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif bagi siswa. Guru juga
harus memastikan siswa memahami tugas dan jadwal pembelajaran serta
mengatur dan memfasilitasi diskusi dan kolaborasi antara siswa.
 Memfasilitasi diskusi dan kolaborasi: Guru harus memfasilitasi diskusi dan
kolaborasi antara siswa, baik secara online maupun offline. Guru juga harus
memantau partisipasi siswa dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan
kolaborasi dan diskusi.

2. Peran Siswa
 Menjadi pembelajar aktif: Siswa harus menjadi pembelajar aktif dan bertanggung
jawab atas pembelajaran mereka. Siswa harus membaca materi pembelajaran,
menyelesaikan tugas, serta berpartisipasi dalam diskusi dan kolaborasi.
 Mengembangkan keterampilan mandiri: Siswa harus mengembangkan
keterampilan mandiri dalam pembelajaran, seperti mengatur waktu, memilih
metode pembelajaran yang tepat, dan mengembangkan kemampuan untuk bekerja
secara mandiri dan kolaboratif.
 Menggunakan teknologi dengan baik: Siswa harus mampu menggunakan
teknologi dengan baik, baik untuk pembelajaran online maupun offline. Siswa
juga harus mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi secara online dan
memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.

3. Keterlibatan Siswa
Keterlibatan siswa dalam blended learning sangat penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berikut ini beberapa cara yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa
dalam blended learning:

o Memberikan kontrol kepada siswa: Berikan siswa kendali atas proses belajar
mereka dengan memberikan pilihan dalam tugas, aktivitas, atau format
pembelajaran yang digunakan. Hal ini akan memungkinkan siswa merasa lebih
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
o Menggunakan teknologi yang menarik perhatian siswa: Dalam blended learning,
teknologi adalah komponen penting yang digunakan untuk mendukung
pembelajaran. Oleh karena itu, penting untuk memilih teknologi yang dapat
menarik perhatian siswa dan meningkatkan minat mereka terhadap pembelajaran.
o Mendorong kolaborasi dan diskusi: Blended learning dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkolaborasi dan berdiskusi dengan teman sekelas dan
guru, baik secara online maupun offline. Guru dapat memanfaatkan teknologi
seperti forum online atau video konferensi untuk mendorong siswa untuk
berinteraksi satu sama lain dan berdiskusi tentang topik pembelajaran.
o Memberikan umpan balik yang konstruktif: Guru dapat memberikan umpan balik
yang konstruktif kepada siswa mengenai tugas atau aktivitas yang mereka
lakukan. Hal ini dapat membantu siswa memahami kelebihan dan kekurangan
mereka dalam pembelajaran dan memotivasi mereka untuk terus meningkatkan
diri.
o Menyediakan pengalaman pembelajaran yang menarik: Selain materi pelajaran
yang menarik, guru juga dapat menyediakan pengalaman pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik, seperti pembelajaran dengan permainan atau
simulasi interaktif. Hal ini dapat membantu siswa terlibat dan tertarik dalam
pembelajaran.
C. EVALUASI DALAM BLANDED LEARNING

1. Teknik Evaluasi dalam Model Pembelajaran Blanded Learning


Teknik evaluasi dalam blended learning dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik secara
online maupun offline. Berikut adalah beberapa teknik evaluasi dalam blended learning:

 Tes online: Tes online dapat dilakukan dengan menggunakan platform pembelajaran
online yang memungkinkan guru untuk membuat dan mengirimkan tes online kepada
siswa. Tes online dapat berupa soal pilihan ganda, isian singkat, atau tugas berbasis
proyek.

 Diskusi online: Diskusi online dapat dilakukan melalui forum diskusi atau grup
diskusi pada platform pembelajaran online. Guru dapat memberikan topik diskusi
kepada siswa, serta memantau dan memberikan umpan balik terhadap diskusi yang
dilakukan.

 Portofolio online: Portofolio online dapat digunakan sebagai teknik evaluasi yang
menilai hasil belajar siswa secara berkelanjutan dan holistik. Siswa dapat
mengumpulkan berbagai hasil belajar mereka, seperti tugas, proyek, dan dokumen
penting lainnya, dan mengunggahnya ke dalam portofolio online.

 Penugasan online: Penugasan online dapat dilakukan dengan menggunakan platform


pembelajaran online yang memungkinkan siswa untuk mengirimkan tugas mereka
secara online kepada guru. Tugas online dapat berupa tugas yang terkait dengan
materi pembelajaran, seperti pembuatan presentasi, video, atau laporan.

 Tes offline: Tes offline dapat dilakukan melalui ujian tertulis atau lisan di kelas. Tes
offline juga dapat dilakukan secara daring dengan menggunakan aplikasi khusus
untuk pengujian.

 Observasi: Observasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui rekaman video
yang direkam oleh siswa. Guru dapat menggunakan observasi untuk mengevaluasi
kemajuan siswa dalam kegiatan belajar.

2. Pengukuran Hasil Belajar Blanded Learning


Pengukuran hasil belajar dalam blended learning dilakukan untuk mengevaluasi
pencapaian siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Berikut
adalah beberapa cara pengukuran hasil belajar dalam blended learning:

 Tes online: Tes online dapat digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap
materi pembelajaran. Tes online dapat berupa soal pilihan ganda, isian singkat, atau
tugas berbasis proyek.
 Evaluasi kinerja: Evaluasi kinerja dapat dilakukan untuk menilai kemampuan siswa
dalam menerapkan konsep pembelajaran dalam situasi nyata. Evaluasi kinerja dapat
berupa proyek, presentasi, atau simulasi yang menuntut siswa untuk memperlihatkan
kemampuan mereka secara praktis.

 Penilaian portofolio: Penilaian portofolio dapat dilakukan untuk mengevaluasi


kualitas hasil kerja siswa yang telah dikumpulkan. Portofolio dapat berisi berbagai
hasil kerja siswa, seperti tugas, proyek, dan dokumen penting lainnya.

 Evaluasi peer-to-peer: Evaluasi peer-to-peer dapat dilakukan untuk mengevaluasi


kemampuan siswa dalam memberikan umpan balik dan berkolaborasi dengan sesama
siswa. Evaluasi peer-to-peer dapat dilakukan melalui diskusi online atau tugas
kelompok.

 Evaluasi diri sendiri: Evaluasi diri sendiri dapat dilakukan untuk mengevaluasi
kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dapat mengisi formulir
evaluasi diri sendiri atau menulis refleksi mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Evaluasi dalam Blanded Learning


Kelemahan dan kelebihan metode evaluasi dalam blended learning adalah sebagai berikut:
Kelebihan:
1. Fleksibilitas: Metode evaluasi dalam blended learning memungkinkan siswa untuk
mengakses materi dan melakukan evaluasi kapan saja dan di mana saja. Hal ini
memungkinkan siswa untuk menyelesaikan tugas dan mengikuti evaluasi sesuai
dengan jadwal dan kebutuhan pribadi mereka.
2. Penghematan waktu: Metode evaluasi dalam blended learning dapat membantu
menghemat waktu karena siswa dapat melakukan evaluasi di luar waktu kelas,
sehingga waktu kelas dapat digunakan untuk diskusi dan aktivitas yang lebih
interaktif.
3. Kemampuan untuk memberikan umpan balik secara langsung: Metode evaluasi
dalam blended learning memungkinkan guru memberikan umpan balik langsung
terhadap hasil evaluasi siswa dengan cepat dan mudah.
4. Meningkatkan partisipasi siswa: Metode evaluasi dalam blended learning
memungkinkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran
karena mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk memberikan masukan dan
berinteraksi dengan guru dan sesama siswa.
Kelemahan:
1. Keterbatasan teknologi: Metode evaluasi dalam blended learning memerlukan
teknologi yang memadai, seperti akses internet dan perangkat keras yang sesuai. Hal
ini dapat menjadi kendala bagi siswa atau guru yang tidak memiliki akses atau
keterampilan teknologi yang memadai.
2. Kurangnya interaksi tatap muka: Metode evaluasi dalam blended learning dapat
mengurangi interaksi langsung antara siswa dan guru, yang dapat mempengaruhi
kualitas pembelajaran dan pengalaman belajar siswa.
3. Kurangnya keamanan: Metode evaluasi dalam blended learning memungkinkan siswa
untuk menggunakan sumber daya luar yang tidak terkontrol, yang dapat mengurangi
keamanan dan keaslian hasil evaluasi.
4. Masalah dengan kesetaraan: Metode evaluasi dalam blended learning dapat
mempengaruhi kesetaraan antara siswa dengan latar belakang sosial dan ekonomi
yang berbeda. Beberapa siswa mungkin memiliki akses yang lebih terbatas ke
teknologi atau dukungan dari keluarga dan lingkungan mereka.

D. STUDI KASUS DALAM BLANDED LEARNING

Salah satu studi kasus penerapan blended learning adalah yang dilakukan di sebuah
universitas di Amerika Serikat. Universitas tersebut mengimplementasikan blended learning
pada program studi bisnis, dengan menggunakan model flipped classroom. Dalam model
flipped classroom, mahasiswa memperoleh materi pembelajaran melalui video pembelajaran
yang disediakan secara online, sehingga waktu kelas dapat dimanfaatkan untuk diskusi,
kolaborasi, dan aplikasi dari materi yang dipelajari.
Dalam penerapan blended learning ini, guru dan pengajar memanfaatkan teknologi
seperti platform e-learning dan forum diskusi online untuk mendukung pembelajaran.
Mahasiswa dapat mengakses video pembelajaran melalui platform e-learning, dan guru
dapat memberikan tugas dan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan sebelum kelas
dilaksanakan. Selain itu, guru juga menyediakan forum diskusi online untuk memfasilitasi
diskusi antara mahasiswa dan guru, serta antara mahasiswa satu dengan lainnya.
Hasil dari penerapan blended learning ini sangat positif. Mahasiswa menunjukkan
peningkatan dalam keterlibatan dan partisipasi dalam pembelajaran, serta kemampuan untuk
mengaplikasikan materi pembelajaran dalam situasi nyata. Selain itu, penerapan blended
learning juga memungkinkan guru untuk memberikan umpan balik yang lebih cepat dan
efektif kepada mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat memperbaiki diri secara lebih cepat.
Namun, studi kasus ini juga mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi dalam
penerapan blended learning, seperti mahasiswa yang kurang terbiasa dengan teknologi dan
kesulitan untuk memotivasi diri dalam belajar mandiri. Oleh karena itu, peran guru dan
pengajar dalam mendukung mahasiswa dalam belajar mandiri dan mengatasi tantangan
teknologi sangat penting dalam penerapan blended learning.
Secara keseluruhan, studi kasus ini menunjukkan bahwa penerapan blended learning
dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran, serta
kemampuan untuk mengaplikasikan materi pembelajaran dalam situasi nyata. Namun,
tantangan dalam penerapan blended learning juga perlu diatasi untuk memastikan
keberhasilan pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai